Anda di halaman 1dari 5

RESUME BAB XII

MARGER DAN AKUISISI DALAM PRESPEKTIF MANUSIA DAN BUDAYA

DISUSUN OLEH :

DEVI NOVITA SARI

16311200

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


BAB 12

MARGER DAN AKUISISI DALAM PRESPEKTIF MANUSIA DAN BUDAYA

Semenjak kegiatan bisnis dikelola secara modern sejak itu pula para pelaku bisnis sudah
terbiasa dengan kegiatan marger dan akuisisi atau sering dikenal dengan M&A lalu
mempraktikannya sebagai alternatif pengembangan usaha. Alasan mengapa para pelaku bisnis
melakukan M&A yaitu untuk memperluas jaringan pasar, untuk mendapatkan kompotensi baru,
untuk menciptakan economic of scale, untuk menjadi perusahaan global dan bahkan perusahaan
domestik.

M&A merupakan fenomena bisnis yang paradoksal

M&A sering disebut fenomena bisnis yang paradoksal dikatakan demikian karena disatu
sisi intensitasnya terus meningkat tetapi disisi lain tingkat kegagalan nya pun cukup tinggi.
Kegagalan M&A biasanya dikaitkan dengan beberapa faktor yaitu :

1. Jeleknya pengambilan keputusan karena membeli perusahaan lain dengan harga yang
terlalu tinggi.
2. Terjadi kesalahan dalam mengelola keuangan sehingga realisasi bertambahnya skala
ekonomi dan rasio-rasio laba yang diharapkan tidak tercapai.
3. Terjadi perubahan pasar mendadak.

Selain ketiga faktor diatas yang bisa menghambat keberhasilan M&A, adapaun dikarenakan
oleh penggabungan antara dua kelompok manusia yang berbeda sikap dan perilakunya dan juga
secara otomatis menggabungkan dua budaya yang berbeda pula. Sehingga keberhasilan M&A juga
tergantung pada kedua faktor tersebut. Davy et al menyatakan bahwa 33% sampai 50% kegagalan
M&A terjadi karena faktor manusia dan budayanya.

Metafora M&A sebagai sebuah perkawinan

Layaknya sebuah perkawinan harus memahami sifat/karakter masing masing oleh kedua
belah pihak. Oleh karenanya kedua belah pihak kadang kadang perlu melakukan perubahan dan
harmonisasi sifat, kebiasaannya dan budaya agar perkawinan tersebut bisa berlangsung lama dan
mencapai tujuan. Sayangnya sifat kebiasaan dan budaya dari masing masing pihak tidak mudah
berubah bahkah cenderung dipertahankan meski perkawinan tersebut telah berlangsung.
Tidak berbeda dengan perkawinan, M&A juga mengalami hal yang serupa. M&A selalu
berharap dengan perbedaan yang (kadang-kadang) memerlukan perubahan dan penyesuaian demi
suksesnya penggabungan usaha tersebut. Sayangnya dari kedua belah pihak masih
mempertahankan mind-set masing masing, itulah sebabnya ketika M&A diimplementasikan sering
terjadi benturan kepentingan antara perusahaan yang mengakuisisi dan yang dimerger.

Dimensi psikologis dan jenis perkawinan dalam M&A

 Dimensi psikologis dalam M&A


1. M&A layaknya sebuah perkawinan dan itu merupakan aktvitas yang mahal.
2. Perkawinan yang berhasil dan berumur panjang hanya akan terjadi jika kedua belah
pihak melakukan persiapan-persiapan yang lebih baik.
3. Keterlibatan para eksekutif menengah dan manajer lini dalam negoisasi M&A sangat
dianjurkan mengingat merekalah yang nantinya terlibat dalam M&A.
4. Pengalaman-pengalaman sebelumnya tidak bisa menjadi predictor akan menjadi suatu
keberhasilan oleh M&A.
5. Perkawinan yang berhaasil terjadi antara dua pihak yang saling mengakui dan
menerima isi kontrak.
 Jenis-jenis perkawinan dalam M&A
1. Horizontal merger
2. Vertical merger
3. Conglomerate merger
4. Triangular merger
5. In-group merger

Perkawinan tradisional dan implikasinya terhadap manusia dan budaya

Jenis perkawinan ini lah yang banyak mendapat perhatian karena mengingat bahwa jenis
perkawinan yang paling bermasalah adalah perkawinan tradisional dimana tingat perceraiannya
relatif tinggi mencapai hingga lebih dari 50% dan 30% terjadi karena manusia dan budaya.
 Beberapa persoalan umum dalam perkawinan tradisional
Pada kasus masuknya investor asing ke PDAM Jaya ternyata tidak membuat kinerja
menjadi lebih menyenangkan. Yang terjadi malah justru sebaliknya, resistensi terhadap
kehadiran investor tersebut tampak begitu tinggi.
 Masalah M&A sebelum bergabungnya dua perusahaan
Dalam banyak kasus biasanya pengambilan keputusan M&A hanya melibatkan
beberapa orang saja. Oleh karena itu para eksekutif dan karyawan khususnya yang tidak
terlibat dalam pengambilan keputusan dari peruusahaan yang akan digabung biasanya
mengahadapi yang namanya merger syndrome. Merger syndrome adalah masa masa tidak
menentu, khawatir dan takut akan ketidakpastian nasib mereka di masa yang akan datang.
Karena dalam proses negoisasi M&A umumnya hanya berfokus pada pembicaraan
seputar aspek legal dan finansial, misalnya berapa nilai perusahaan yang akan digabung,
bagaimana cara pembayarannya termasuk waktu dan struktur pembayaran, dan sejauh
mana penggabungan tersebut tidak melanggar hukum yang berlaku. Sementara hal hal
yang berkaitan dengan aspek manusia (nasib karyawan) hampir tidak pernah dibicarakan.
Kalau pun hal itu dibacarakan hanya membahas berapa banyak karyawan yang harus di
PHK agar perusahaan efisien secara finansial, dan berapa karyawan yang harus dialih
tugaskan karena adanya perampingan struktur organisasi.
 Masalah M&A selama dan sesudah penggabungan dua perusahaan
Dengan sudah bergabungnya M&A maka kemungkinan persoalan-persoalan yag
lebih besar akan terjadi seperti : perbedaan sistem akuntansi, reward system, kemungkinan
terjadi miss communication, stress yang berkelanjutan karena adanya merger syndrome
tadi di kalangan karyawan dan eksekutif.
 Tindakan pencegahan
Adapun tidakan pencegahan untuk meminimalisir perosalan-persoalan diatas yaitu :
1. Sebelum kesepakatan M&A di tandatangani perusahaan harus memahami terlebih
dahulu budaya seperti apa yang ada di perusahaan tersebut. Untuk menghindari adanya
perbedaan pandangan.
2. Karyawan M&A juga harus di bekali persiapan psikologis tentang kemungkinan
kemungkinan yang akan terjadi ketika M&A sudah sah bergabung secara hukum.
3. Keterlibatan manajer SDM merupakan suatu keharusan karena merekalah yang
berperan aktif dalam mengidentifikasi beberapa masalah yang mungkin timbul akibat
M&A. Dan mereka jugalah yang harus mengkomunikasikan dan mensosialisasikan
maksud diputuskannya M&A.
 Mengintegrasikan manusia dan budaya
Komunikasi menjadi salah satu bagian yang paling penting jika sudah terjadi M&A
supaya bisa meminimalisir terjadinya persoalan-persoalan yang akan timbul pasca M&A
dikarenakan komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Adapun variabel lain yang turun
menentukan berhasil tidaknya proses integrasi yaitu :
1. Strategi.
2. Tingkat kecocokan budaya.
3. Karakter politik dan tingkat konflik yang berkembang selama integrasi berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai