Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

1. 2.1 Pengertian Pembaharuan Islam


Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan jadid (baru), jika bagian-bagiannya masih
erat menyatu dan masih jelas. Dalam kosa kata Islam kata pembaruan digunakan kata tajdid
yang berasal dari kata jadid. Kemudian terdapat berbagai istilah yang dipandang memiliki
relevansi makna dengan pembaharuan yaitu modernisasi, reformisasi, revitalisasi, dan
lainnya. Selain kata tajdid ada istilah lain dalam kosa kata Islam tentang kebangkitan atau
pembaruan, yaitu kata islah. Kata tajdid biasa diterjemahkan sebagai pembaharuan dan
islah sebagai perubahan. Kedua kata tersebut secara bersama-sama mencerminkan suatu
tradisi yang berlanjut, yaitu suatu upaya menghidupkan kembali keimanan Islam beserta
praktek-prakteknya dalam komunitas kaum muslimin.
Pembaharuan berarti proses atau kegiatan memperbaiki supaya menjadi baru. Hans
Wehr mengartikan; renewal, creation of something new, innovation, reorganization, reform,
modernization, renovation, restoration etc. Jadi, seluruh kegiatan memperbaharui, menata
kembali, dan mengubah disebut pembaharuan. Pembaharuan dalam Islam berarti pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru
yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Berkaitan dengan pengertian tersebut, maka pembaharuan dalam Islam bukan dalam
hal yang menyangkut dengan dasar atau fundamental ajaran Islam; artinya bahwa
pembaharuan Islam bukan dimaksudkan untuk mengubah, memodifikasi, ataupun merevisi
nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam supaya sesuai dengan selera zaman, melainkan lebih
berkaitan dengan penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dasar yaitu Al-Quran
dan Hadis agar sesuai dengan kebutuhan perkembangan. Maka dapat dipahami bahwa
pembaruan merupakan aktualisasi ajaran tersebut dalam perkembangan sosial. Pokok- pokok
pembaharuan Islam penting ditegaskan karena beberapa hal. Pertama, di tengah situasi zaman
yang kian kompleks, kita tak cukup hanya bersandar pada pikiran-pikiran keislaman lama
yang sudah tidak relevan dengan konteks zaman. Sebab, apa yang dirumuskan ulama
terdahulu mungkin telah berhasil memecahkan masalah di masa lalu, tapi belum tentu
terampil menyelesaikan masalah di masa kini. Kedua, di tengah berbagai usaha yang
mengerdilkan Al-Quran, kita membutuhkan cara pandang baru terhadap Al-Quran. Ketiga,
sejumlah orang hendak menjadikan Islam sebagai lading persemaian diskriminasi dan
dehumanisasi. Kita menyaksikan kian tingginya diskriminasi terhadap perempuan, misalnya.
Keempat, perang telah mendominasi diskursus umat Islam belakangan.
Di Indonesia sebelum ide pembaharuan atang telah terlebih dahulu masuk gera2an
pemurnian wahabiah di minangkabau. Ide wahabiah itu dibawa oleh haji-haji yang pulang
dari mekah, diantaranya haji miskin. Gerakan wahabiah di minangkabau ini dalam sejarah
Indonesia dikenal dengan gerakan padre melawan adat-istiadat minangkabau yang
bertentangan dengan ajaran islam. Kaum adat maminta bantuan belanda dan akhirnya
pecahlah perang padri dipermulaan abad ke 19.
Ide-ide pembaharuan masuk ke Indonesia dipermulaan abad ke 20 melalui majalah al-imam
yang diterbitkan di Malaysia oleh Said Muhammad Agil, Syekh Muhammmad Al-kalali dan
Syekh Taher Jalaluddin. Yang tersebut akhir ini pernah meeruskan studi di Al-Azhar,Cairo.
al-imam mengandung ide-ide pembaharuan yang terdapat dalam majalah al-manar
kepunyaan Rasyid Rida. Pengaruhnya kelihatan di padang tempat lahirnya majalah Al-munir
di tahun 1911 M, dibawah asuhan H. Abdullah Ahmad, H. Abdul Karim Amrullah dan H.
Muhammad Taib.
Di Jakarta jamiat khair yang didirikan tahun 1901 M mempunyai sekolah yang ke dalam
kurikulumnya dimasukan bahasa ilmu pengetahuan barat. Siswanya kemudian dikirim ke
Istanbul untuk meneruskan studi. Atas undangan perkumpulan ini datang ke Indonesia
seorang ulama dari sudan bernama Syekh Ahmad Surkati. Ulama ini termasuk salah satu dari
pengikut-pengikut Muhammad Abduh.
Syekh Ahmad Surkati kemudian membentuk perkumpulan baru bernama al-islah wa al
irsyad, yang juga mempunyai sekolah di Jakarta dan majalah Al-zakhirah. Di sekolah itu ide-
ide pembaharuan dijalankan sedang Al-zakhirah menyiarkan ide-ide itu ke dalam masyarakat.
Usaha yang dilakukan pembaharu- pembaharu diatas pengaruhnya terbatas. Pembaharu yang
kemudian besar pengaruhnya dalam gerakan pembaharuan di Indonesia adalah Kyai H.
Ahmad Dahlan, bapak muhammadiyah yang didirikan pada di tahun 1912 M. melalui
sekolah-sekolah muhammadiyah yang terdapat di seluruh pelosok tanah air, ide pembaharuan
memasuki masyarakat umat islam Indonesia. Karena banyak dipengaruhi aliran Rasyid Rida,
dalam pembaharuan muhammadiyah terdapat unsure-unsur dari ajaran pemurniah wahabiah.
Selanjutnya pemuka-pemuka muhammadiyah yang berasal dari minangkabau sedikit
banyaknya terpengaruh juda oleh aliran padre yang ada disana.
Dalam sejarah pembaharuan di Indonesia tidak dapat dilupakan nama H. Agus Salim yang
banyak mempunyai pengaruh pada golongan intelejensia islam Indonesia yang berpendidikan
barat. Demikian juga Said Umar cokroaminoto dengan sarekat islamnya dan Hasan Bandung
dengan persisnya. Nahdlatul Ulama, jamiatul Washilah dan lain-lain juga tidak dapat
menutup pintunya terhadap ide-ide pembaharuan.
Indonesia lebih banyak dipengaruhi ole hide-ide pembaharuan yang timbul di mesir daripada
yang timbul di turki dan india, ialah karena bahasa arab merupakan bahasa internasional
dunia islam. Sedang bahasa turki dan urdu tidak. Bahasa inggris yang dipakai pembaharu-
pembaharu india, dimasa yang lampau kurang dikenal di Indonesia. Disamping sebab
tersebut diatas mesir berlainan dengan turkidan india, merupakan kiblat uamat islam untuk
memperdalam ilmu pengetahuan keagamaan, Al-Azhar mempunyai pengaruh diseluruh dunia
islam.
2. 2.2 Perbedaan pembaharuan islam dengan modernisasi, reformasi, revitalisasi,
rekonstruksi, reaktualisasi, dan reinterpretasi
A. Modernisasi
Modernisasi adalah pengenalan artefak-artefak kehidupan masa kini ke dalam
masyarakat, contoh : rel kereta api, komunikasi, industri, teknologi, dan peralatan rumah
tangga. Modernisasi merupakan proses yang mengarah pada modernitas, yang berawal
5

ketika suatu masyarakat mulai mengambil sikap ingin tahu mengenai bagaimana orang
membuat pilihan, baik itu pilihan moral, pribadi, ekonomi, maupun politik. Modernitas
6

(modernisme) adalah pengertian umum mengenai proses kultural dan proses politis yang
timbul dari upaya untuk mengintegrasikan gagasan baru, sistem ekonomi, atau pendidikan ke
dalam masyarakat. Modernisme merupakan cara berpikir, cara hidup dalam dunia
7

kontemporer, dan cara menerima perubahan.


Pada akhir abad kesembilan belas, munculah sebuah pemikiran Barat. Pemikiran Barat
merupakan pemikiran materi-naturalis di mana puncaknya ialah imperialisme Barat terhadap
negara negara Islam dan negara yang memiliki kekayaan alam di Asia dan Afrika demi
kepentingan industri Eropa. Pemikiran materialis ini dasarnya mengagung-agungkan
kekuatan materi, fenomena kemajuan dan interpretasi ekonomi terhadap sejarah manusia.
Juga mempersempit peranan spiritualisme agama, kemanusiaan yang ideal dan moralisme
religius. Pada abad tersebut, terdapat sebuah keyakinan bahwa modern adalah kemajuan dan
8

milik orang Eropa (Barat) dan yang tradisional adalah tebelakang dan non-Eropa. 9

Proses modernitas yang memuat berbagai macam pembaharuan-pembaharuan secara


mendalam akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan nilai-nila yang dianut dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pembaharuan pembaharuan tersebut sedikit demi sedikit
10

akan mengikis nilai nilai dalam masyarakat bahkan dapat menghilangkannya secara
keseluruhan. Namun ada juga masyarakat yang sama sekali tidak terpengaruh dengan adanya
pembaharuan pembaharuan tersebut dan tetap mempertahankan gaya hidup tradisional.
Pembaharuan dalam Islam sangat Identik dengan modernisasi. Pembaharuan-
pembaharuan yang dilakukan oleh kaum intelektual muslim bertujuan untuk mengembangkan
pandangan islam yang sesuai dengan pemikiran dan institusi-institusi modern, namun tetap
berpijak pada tradisi dan dasar-dasar islam, demi pemurnian islam dan ketaatan pada Syariah
(hukum). Persamaan Modernisasi dan Pembaharuan dalam Islam terletak pada kesamaan
dalam hal bergerak ke arah yang lebih maju. Keduanya mengusung konsep transformasi dari
keadaan yang kurang baik ke arah yang lebih baik dengan harapan terwujudnya tatanan
masyarakat yang makmur.
Jamaluddin Al-Afghani, seorang aktivis yang merupakan guru dari Muhammad Abduh
salah satu tokoh pembaharu Islam-, mengemukakan bahwa islam harus aktif dan
bersemangat. Islam, menurut Al-Afghani yang paling utama adalah sebuah keyakinan
terhadap transendensi Tuhan dan akal, dan tugas manusia adalah menerapkan prinsip
prinsip Al-Quran dalam cara yang baru untuk mengatasi masalah-masalah baru di zaman
mereka. Kaum muslimin harus menerima kebutuhan akan perubahan yang bersandarkan pada
prinsp prinsip islam.
11

Meskipun pembaharuan dalam Islam dan Modernisasi adalah hal yang relatif identik,
namun keduanya memiliki perbedaan yang fundamental. Modernisasi adalah perubahan
sosial yang apabila dirunut dari sejarah, pada mulanya modernisasi berporos pada Eropa
dengan industrialisasi dan komersialisasi atau komodifikasi. Modernisasi lebih
mengunggulkan kekuatan materi dan memperkecil makna spiritualisme atau kemusiaan yang
ideal. Sedangkan pembaharuan dalam Islam adalah gerakan dari pemikiran para cendikiawan
muslim untuk merespon segala dorongan dorongan serta aspek aspek dari luar yang
mempengaruhi kehidupan umat muslim dengan tetap mengindahkan nilai nilai islam.
Modernitas merupakan salah satu dorongan yang tidak dapat dihindari oleh umat Islam,
sehingga banyak pemikiran pemikiran intelektual muslim dalam menyikapi hal tersebut.
Dalam hal ini, Muhammad Abduh berpendapat bahwa Islam seyogyanya menjadi basis
moral dari masyarakat yang modern dan progesif, namun islam tidak dapat menyetujui semua
yang dilaksanakan atas nama modernisasi. disamping itu ada pemikiran lain yang sangat
12

keras menyikapi modernitas dan menolak segala hal yang berkaitan dengan kemajuan
modern serta mengupayakan mengislamkan modernitas bukan memodernisasi Islam.
Kesimpulannya, modernisasi merupakan perubahan dalam segala segala aspek yang terus
meraksasa tanpa adanya aturan spiritual keagamaan, dan pembaharuan dalam Islam adalah
perubahan dalam islam yang tetap mengindahkan nilai nilai ajaran islam.
B. Reformasi
Istilah reformasi atau pembaharuan disini diterjemahkan dari kata ishlah atau tajdid yang
biasa digunakan dalam literatur islam modern. Namun, istilah tajdid lebih umum
dipergunakan daripada istilh ishlah untuk maksud, baik pembaharuan ataupun reformasi yang
sebenarnya dalam bahasa inggris keduanya dibedakan. Pengertiannya, memperbaharui
sesuatu yang mengalami ketidaksesuaian dengan apa yang semestinya. Misalnya sesuatu itu
tidak sesuai dengan tuntutan zaman atau dasar-dasarnya. Istilah tajdid yang berlaku di
kalangan ilmuwan muslim diambil dari hadis Rasulullah, Sesungguhnya Allah mengutus
untuk umat ini pada satiap penghujung seratus tahun, orang yang memperbaharui (yujaddidu)
agamanya (Abu Daud, Sunan, Kitab Al-Malahim: 109). Maksudnya, mempengaruhi
pemahaman yang tidak cocok dan praktik keagamaan yang menyimpang. Dengan demikian,
pembaharuan merupakan hal dalam kehidupan keagamaandan didasarkan syariat. Di
samping landasan syariah, usaha reformasi atau bembaharuan tersebut dilakukan karena
beberapa alasan. Sesuatu yang lama dinilai tidak lagi sejalan dengan perkembangan zaman.
Kemungkinan lain karena faham-faham yang ada dianggap keluar dari maksud teks yang
sebenarnya. Karena itu, faham tersebut perlu diperbaharui, dalam arti dimurnikan. Sementara
itu, ijtihad diartikan sebagai upaya keras untuk menggali hukum-hukum yang ada dalam teks
agama, apakah upaya tersebut disebabkan oleh kedua kemungkinan di atas atau sebab
munculnya suatu masalah baru yang belum ada status hukumnya secara implisit dalam teks.
Dengan demikian, tujuan ijtihad adalah menentukan hukum-hukum untuk masalah-masalah
yang baru muncul yang tidak terdapat dalam teks agama secara langsung. Dalam realitas
sejarah, konsep dasar diaras mengalami perkembangan dan perbedaan. Untuk melihat
perkembang dan perbedaan tersebut, ditampilkan tiga model pembaharuan dalam sejarah
Islam yang masing-masing mempunyai konsep yang berbeda-beda.
Kelompok pertama, mengartikan bahwa tajdid adalah mengembalikan pemahaman-
pemahaman dan praktik-praktik agama yang tidak sesuai dengan dasarnya yang otentik,
kepada faham serta ajaran Islam yang benar sebagaimana zaman Rasulullah dan sahabatny
(Busthami, 1984: 10-19). Metode yang dipakai dalam memahami teks-teks agama
menggunakan metode tekstual atau literal, di mana lafadz-lafadznya diartiakan apa adanya
meskipun hasilnya menurut kebanyakan orang bertentangan dengan kenyataan serta
kebutuhan suatu zaman.
Kelompok kedua, mengartikan bahwa tajdid adalah reformasi (ishlah) atau
modernoisasi (tahdits). Maksudnya, memperbaharui atau mengembangkan suatu pemahaman
dan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan suatu
zaman. Metode yang dipakai adalah metode rasional, di mana teks-teks agama dipahami
secara rasional untuk diambil inti pesan-pesannya dan tidak terikat kepada lafadz-lafadznya,
khususnya dalam aspek muamalah. Sedangkan untuk aspek ibadah, mereka menggunakan
metode tekstual sebagaimana kaum salafi.
Adapun kelompok ketiga, memahami tajdid sebagai upaya atau usaha memperbaharui
faham-faham lama yang dianggap lemah dengan cara memasukkan unsur-unsur baru tanpa
merusak bangunan, ciri-ciri, dan inti yang lama (Qardlawy, 1986: 28). Konsep itu tampaknya
berusaha menawarkan sesuatu yang baru dengan memkompromikannya dengan yang lama
atau menarima dan menolak yang baru maupun yang lama secara kritis dan selektif
Berdasarkan perspektif di atas, kita melihat tiga model pembaharuan. Pertama,
pembaharuan berati menghidupkan kembali tradisi pada masa Rasulullah secara totalitas.
Teks wahyu dipahami secara tekstual. Sebagai konsekuensinya, rasio dalam kelompok ini
kurang memperoleh tempat. Kedua, pembaharuan berarti menggantikan yang lama dengan
yang baru (modern). Yang lama ditinggalkan karena tidak sejalan dengan zaman modern.
Namun, yang ditinggalkan mereka bukan teks wahyu, tetapi pemahaman orang terhadap teks.
Disamping itu, jika teks dalam Islam ada dua macam, yaitu qathi dan zanny maka mereka
hanya meninggalkan pemahaman lama teks-teks yang kedua. Sementara itu, terdapat jenis
teks pertama, mereka tetap sepakat dengan pemahaman umum yang ada. Ketiga,
pembaharuan berarti menyintesiskan antara yang lama dan yang baru (antara tradisi dan
modernitas). Unsur lama yang baik dipertahankan dan unsur baru yang lebih baik dihadirkan.
Teks diwahyukan dipahami secara tekstual dan konstektual. Rasio dan wahyu memperoleh
tempat yang seimbang.
C. Revitalisasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Revitalisasi Merupakan cara, proses,
perbuatan menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali . Lebih jelasnya, Revitalisasi
14

berarti suatu perbuatan untuk kembali menghidupkan suatu hal yang dulunya hidup pada
suatu masyarakat namun seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut mulai terkikis dan
bahkan menghilang.
Revitalisasi merupakan salah satu konsep yang terdapat pada pembaharuan dalam Islam.
Revitalisasi yang merupakan perbuatan menghidupkan kembali segala sesuatau yang mulai
meredup sangat relevan dengan pembaharuan dalam islam, melihat bahwa pembaharuan
dalam islam (salah satunya) dilakukan akibat dari kondisi Islam sekarang yang sangat jauh
dari konsep Islam yang sebenarnya. Maka para mujahid merasa bahwa perlu adanya
menghadirkan nilai nilai islam yang pada era ini telah terkesampingkan, tentu saja hal ini
merupakan tantangan yang berat. Pada zaman ini, proses menghadirkan nilai nilai Islam
yang sesungguhnya di kalangan kaum muslimin harus memperhatikan aspek aspek budaya
global yang telah bersatu dengan masyarakat saat ini.
Dalam agama islam, revitalisasi telah dipraktekkan sejak zaman dahulu. Pada masa Abu
Hamid Muhammad Al-Ghazali (w.505/111) sekitar seribu tahun yang lalu, revitalisasi telah
dilakukan. Pada saat itu terdapat ancaman yang membahayakan eksistensi ilmu ilmu agama
(naqli) oleh ilmu ilmu rasional (aqli) akibat dari munculnya aliran teologi rasional
Mutazilah, maka dari itu Al-Ghazali melakukan revitalisasi ilmu ilmu agama yang dirasa
telah terkesampingkan oleh ilmu ilmu rasional. Upaya yang dilakukan Al-Ghazali berhasil
mengembalikan titik tekan ilmu kepada ilmu ilmu agama dan mendegradasi disiplin ilmu
filsafat dan ilmu ilmu lainnya
Pada zaman sekarang, para cendikiawan serta intelektual muslim dituntut untuk segera
melakukan Revitalisasi cahaya islam yang mulai memudar. Berbeda dengan tantangan
filosofi yang dihadapi Al-Ghazali ratusan tahun yang lalu, kali ini kaum muslimin
dihadapkan pada tantangan filsafat yang jauh lebih serius dan radikal. Tantangan filosofi yang
dihadapi Al-Ghazali berasal dari para filsuf yang masih mempercayai hal-hal ghaib,
sedangkan tantangan filosofi yang dihadapi kaum muslimin saat ini berasal dari para filsuf
yang tidak mempercayai adanya hal-hal yang metafisik. Hal ini disebabkan oleh munculnya
pandangan Positivisme Barat (ketidakpercayaan pada hal metafisik) dan terus merajalela
karena didukung oleh para ilmuwan di berbagai bidang, seperti astronomi, kesokteran, dan
lain-lain, yang sangat diagung-agungkan umat pada saat ini, contohnya Darwin dengan teori
evolusinya, Freud, dan Emile Durkhim. Para ilmuwan tersebut sangat mengagungkan akal
dan rasionalitas sebagai satu-satunya kepercayaan mutlak. Freud, salah satu Ilmuwan dunia,
mengatakan bahwa agama adalah ilusi dan agama berasal dari ketidakberdayaan manusia
dalam menghadapi daya-daya dari luar dan daya imajinatif dari dalam dirinya.
Tantangan filosofis yang begitu serius dan berbahaya terhadap bangunan metafisik,
epistemologis, dan etis islam tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa respons, hal ini karena
sebuah pemikiran akan dianggap benar selama tidak ada yang membantahnya. Maka
kewajiban moral bagi cendikiawan muslim saat ini adalah untuk sedapat mungkin
memberikan jawaban jawaban yang seimbang atau kritis logis terhadap pendirian filosofis
mereka. Tujuannya adalah agar keyakinan kita pada yang ghaib dapat terpelihara dengan baik
dalam hati kita, dibawah naungan benteng filosofis yang tangguh dan tahan serangan 16

Pembaharuan pemikiran Islam, dalam hal ini mengarah pada Revitalisasi nilai-nilai Islam
yang semakin terkikis dan , dapat dilakukan dengan cara revitalisasi ilmu ilmu rasional.
Mengingat bahwa pada masa lalu ilmu-ilmu rasional pernah hilang eksistensinya dalam dunia
Islam, maka di era ini revitalisasi ilmu-ilmu rasional perlu dilakukan untuk melindungi
kepercayaan agama dengan dan dalam sebuah benteng filosofis yang dibangun atas dasar
dasar logika yang handal. Berbeda dengan tujuan al-Ghazali dalam menghidupkan kembali
ilmu-ilmu agama (yaitu menghantam ilmu-ilmu rasional), revitalisasi ilmu-ilmu rasional kali
ini justru bertujuan untuk menguatkan dan melindungi kepercayaan agama dari serangan
serangan filosofis dan ilmiah yang dilancarkan pendukung filsafat positif-sekuler. Karena
tantangan filosofis seperti hanya dapat dihadapi secara filosofis dengan argumen-argumen
rasional yang solid dan sistematik, dan bukan dengan dogma-dogma religius . 17
Penjelasan diatas merupakan bukti relevansi antara pembaharuan dalam islam dan
revitalisasi, sementara perbedaan mendasar dari konsep revitalisasi dan pembaharuan Islam
adalah terletak pada alasan dan tujuan daripada konsep tersebut. Lebih jelasnya, konsep
revitalisasi, yang mengandung makna menghidupkan kembali, berlaku untuk seluruh aspek
kehidupan tergantung dari sudut pandang mana pelaku relativitas ini memandang. Tidak
menutup kemungkinan bahwa konsep revitalisasi sekuler (non-islam) dapat muncul menjadi
bumerang, dan mengacaukan eksistensi agama Islam. Sedangkan pembaharuan dalam Islam
adalah pemikiran pemikiran berdasarkan dalil-dalil wahyu ilahi yang bertujuan untuk
menghadirkan nilai nilai Islam yang sesungguhnya dalam kehidupan umat manusia di
seluruh alam.
D. Rekonstruksi
Di era globalisasi sekarang ini, melakukan rekonstruksi pemikiran Islam akan sulit
dilakukan. Namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan, bahkan sangat mungkin
dilakukan. Hal ini karena nilai-nilai Islam yang universal tidak bertentangan dengan nilai-
nilai universal yang lahir dari rahim peradaban Barat. Yang harus dilakukan adalah
bagaimana agar umat Islam secara mayoritas menyadari pentingnya rekonstruksi
pemikirannya, sehingga proyek rekonstruksi ini tidak dilakukan hanya oleh individu-individu
tertentu. Ia harus dilakukan secara bersinergi, simultan dan berkesinambungan oleh seluruh
lapisan masyarakat Islam, bahkan oleh pihak penguasa (pemerintah), sebagaimana yang
terjadi pada jaman kejayaan Islam di Baghdad dahulu di mana pengembangan ilmu
pengetahuan dilakukan bukan secara sporadis dan individual, tapi juga didukung oleh
kalangan penguasa seperti para khalifah. Dalam hal ini diperlukan upaya-upaya penyadaran
kepada umat Islam secara keseluruhan akan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin hari semakin berkembang dan maju. Kepada umat Islam harus
diberikan pemahaman yang komprehensif tentang perhatian Islam yang begitu dalam akan
pandangan keduniawian, khususnya iptek ini. Bahwa akhirat itu lebih kekal, dan oleh
karenanya lebih penting untuk diperhatikan, tidak berarti harus menafikan dunia. Pentingnya
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan Islam perlu disosialisasikan lebih intens
kepada umat Islam sehingga umat Islam tidak hanya fasih dalam ibadah saja, tapi juga
mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh Sardar, hal ini diungkapkannya dengan istilah perluasan syariah
ke dalam domain-domain kontemporer, seperti perencanaan lingkungan dan perkotaan,
kebijaksanaan sains dan penaksiran teoknologi, partisipasi masyarakat dan pembangunan
pedesaan . Di sini, peran para dai dan aktivis pendidikan sangat strategis di mana merekalah
18

ujung tombak bagi sosialisasinya ide-ide rekonstruksi peradaban ini di tengah-tengah


masyarkat luas.
Dalam melakukan upaya rekonstruksi peradaban Islam, ada enam hal penting yang perlu
diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Keenam hal ini secara ringkas adalah:
1. Pembangunan peradaban dengan melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat.
2. Pembangunan yang mencakup partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi.
3. Pembangunan ini tidak semata-mata peniruan terhadap struktur dan kebijaksanaan negera-
negara maju.
4. Proses industrialisasi tidak boleh hanya mencangkok aktivitas-aktivitas industrial tertentu
dari negara-negara maju. Ia harus disertai dengan penguasaan teknologi.
5. Tidak semata-mata alih teknologi, tetapi juga dengan membangun infrasktruktur sains dan
teknologi yang berupa sumber daya manusia (SDM), ilmu pengetahuan, keahlian dan
kemampuan inovatif dan produktif untuk menyerap dan mengadaptasi teknologi impor.
6. Memiliki kemampuan dasar untuk riset dan tidak puas hanya dengan literatur sains negara-
negar.19
Adapun persamaan antara pembaharuan dengan rekonstruksi adalah sama sama mengacu
pada perubahan menjadi lebih maju yang signifikan tidak hanya dalam satu bidang tetapi
dalam banyak bidang, perubahan yang tentunya diharapkan tidak hanya segenpa lapisan umat
Islam tetapi segenap lapisan dan bahkan sampai kepada pemerinthan. Perbedaannya sendiri
hanya terdapat pada konteks kalimanya saja karena sangat sulit membedakan antara
keduanya.
E. Reinterpretasi
Reinterpretasi adalah penafsirkan kembali (ulang); proses, cara, perbuatan menafsirkan
kembali terhadap interpretasi yang sudah ada
20

Reinterpretasi dapat dinilai sebagai kegiatan penafsiran kembali terhadap hukum hukum
Islam atau ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan sebelumnya. Penafsiran yang atau
penelaahan kembali ini dilakukan dengan tujuan kembalinya pemahaman-pemahaman
tentang islam yang belum berbur dengan budaya. Memurnikan ajaran-ajaran keislaman yang
telah melebur kepada kulturisasi budaya masyarakat setempat. Menurut Fazlur Rahman
dalam jurnalnya yang berjudul Reinterpretasi Sumber Hukum Islam, dalam Abstrak
dituliskan bahwa; membiarkan dua dimensi hukum Islam yakni teks dalil hukum dan
fenomena hukum (waqiat) dalam sifat dan konteksnya masing-masing, jelasakan
menimbulkan kesenjangan atau perbedaan antara hukum dengan kenyataan hukum yang
dihukumi; oleh karena itu Rahman dengan ijtihadnya menganggap perlu perubahan cara
pandang dan penafsiran (reinterpretasi) atas sumber hukum Islam. Rahman membedakan
antara Islam historis dan Islam normatif. Islam normatif adalah Islam par excellence, dalam
kitab suci dan Sunnah Nabi sedang Islam historis adalah sebagaimana dipahami dan
dipraktekan kaum Muslim. Islam historis inilah yang sering disebut Rahman sebagai tradisi
Islam atau tradisi kaum muslim yang memungkinkan dilakukannya Revitalisasi 21

Ide pemikiran pembaharuan Fazlur Rahman tentang perlunya metodologi baru dalam
memahami teks Alquran dimulai dengan penelitian historisnya mengenai evolusi
perkembangan empat prinsip dasar (Alquran, Sunnah, Ijtihad dan Ijma), yang
diungkapkannya dalam buku Islamic Methodology in History (1965). Pandangan Fazlur
Rahman ini dilatarbelakangi oleh pergumulannya dalam upaya-upaya pembaruan (hukum)
Islam di Pakistan, yang kemudian mengantarkannya pada agenda yang lebih penting lagi;
yaitu perumusan kembali penafsiran Alquran. Dalam kajian historisnya, Fazlur Rahman
menemukan adanya hubungan organis antara sunnah ideal Nabi Saw. dan aktifitas ijtihad-
ijma. Bagi Fazlur Rahman, sunnah kaum Muslim awal merupakan hasil ijtihad personal,
melalui instrumen qiys, terhadap sunnah ideal Nabi Saw. yang kemudian menjelma menjadi
ijma atau sunnah yang hidup.
Akan tetapi, persoalannya terletak pada kemampuan kaum Muslim untuk mengkonsepsi
Alquran secara benar. Fazlur Rahman menegaskan: ..bukan hanya kembali kepada Alquran
dan sunnah sebagaimana yang dilakukan pada masa lalu, tetapi suatu pemahaman terhadap
keduanyalah yang akan memberikan pimpinan kepada kita dewasa ini. Kembali ke masa
lampau secara sederhana, tentu saja kembali keliang kubur. Dan ketika kita kembali kepada
generasi Muslim awal, pasti kita temui pemahaman yang hidup terhadap Alquran dan sunnah 22

Adapun persamaan reinterpretasi dengan pembaharuan adalah terletak pada acuan


kepada penyegaran atau peningkatan pemahaman terhadap pemahaman-pemahaman Islam
baik subjektif maupun objektif, sama sama mengandung maksud untuk membawa Islam
menuju peradaban yang lebih maju seperti dengan merujuk kepada perkembangan bangsa
eropa. Reinterpretasi sendiri lahir karena adanya keinginan umat manusia pada umumnya dan
umat islam pada khususnya untuk melakukan pembaharuan. Perdedaannya sendiri sulit untuk
diidentifikasi karena sangat eratnya kesamaan redaksi kalimat antara reinterpretasi dan
pembaharuan, perbedaan yang dapat ditangkap oleh penulis adalah bahwa pembaharuan
adalah hal yang sudah ada kemudian dibuat menjadi lebih mengikuti zaman atau lebih terbaru
sedangkan rainterpretasi adalah dilakukannya penafsiran kembali terhadap pandangan-
pandangan tentang keislaman sehingga lahir definisi yang baru.
F. Reaktualisasi
Menurut KBBI, reaktualisasi adalah proses, cara, perbuatan mengaktualisasikan kembali,
penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Reaktualisasi merupakan salah
satu metode yang diusung dalam pembaharuan Islam.
Sejak kemunculan Renaissance pada abad pertengahan, cara hidup dan cara pikir umat
manusia mulai berubah. Sehingga berdampak pada terciptanya kehidupan yang hanya
mementingkan kepentingan dunia.Renaissance juga merupakan gerbang baru lahirnya
peradaban modern. Hadirnya sains modern telah memberikan pengaruh yang luar biasa
terhadap umat manusia, bukan hanya bukan bidang ekonomi, politik, sosial, namun juga
dalam bidang filsafat dan agama. Umat islam pun tidak luput dari pengaruh renaissance
tersebut. Menghadapi rasionalitas ilmiah modern dan permasalahan-permasalahan yang
bersifat universal, berbagai khazanah pemikiran islam sudah saatnya untuk disegarkan dan
dibangun kembali, dengan kata lain perlu diadakannya reaktualisasi khazanah islam yang
telah semakin terpendam oleh nilai-nilai baru yang muncul dalam masyarakat.
Contoh diatas merupakan gambaran tentang relevansi antara pembaharuan dalam islam
dan gerakan reaktualisasi. Sedangkan perbedaan mendasarnya terletak pada penggunaan
konsep reaktualisasi itu sendiri, mengingat reaktualisasi bukanlah konsep yang berasal dari
ajaran Islam. Konsep reaktualisasi pernah dilakukan oleh orang non-muslim terdahulu
untuk menyegarkan nilai-nilai kehidupan mereka dan bangkit dari lingkar kemunduran yang
disebabkan oleh dominansi gereja, yaitu pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Akhirnya,
reaktualisasi nilai-nilai kehidupan yang dilakukan pada zaman tersebut melahirkan sebuah
pemikiran baru yang secara umum berisi tentang keutamaan kehendak manusia, manusia
berhak merubah nasib dengan ikhtiar yang maksimal dan satu-satunya pembimbing yang
sempurna dan mutlak untuk menuju kearifan dan kebijaksanaan adalah akal manusia. Namun
akibat dari pembaharuan nilai tersebut, hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan menjadi
tersingkirkan dan tidak dianggap sesuatu yang sakral. Tentunya hal ini sangat bertentangan
dengan ajaran Islam yang berpegang teguh pada keyakinan Tuhan Yang Maha Esa, Allah
SWT.
3. 2.3 Latar Belakang Pemikiran Dan Pembaharuan Islam
Pembaharuan dalam Islam mempunyai tujuan dan latarbelakan berbeda-beda dalam setiap
periode sejarah Islam. Sejarah Islam dapat dibagi ke dalam 3 periode, yaitu:

A. Periode klasik (650-1250M)


Periode ini dimulai dari masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, sampai Bani
Abbasiyah. Pada periode ini pembaharuan dalam Islam sudah nampak, yaitu pemikiran para
sahabat mengenai hukum-hukum dalam Islam yang belum terdapat pada Al-Quran dan As-
Sunnah. Contohnya : ijtihad para sahabat dalam pembukuan Al-Quran pada masa Khalifah
Abu Bakar dan pembukuan Hadits.

B. Periode Pertengahan (1250-1800M)


1. Kerajaan Utsmani
Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha pembaharuan Islam
dikerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi usaha itu gagal karena ditentang golongan militer
dan ulama. Pada abad ke-17, kerajaan Usmani mulai mengalami kekalahan dalam peperangan
dengan Negara Eropa. Kekalahan itu mendorong raja dan pemuka kerajaan Usmani untuk
menyelidiki sebab-sebabnya. Kemudian diketahui bahwa penyebabnya adalah ketertinggalan
mereka dalam teknologi militer. Orang-orang Eropa yang dahulu dianggap sebagai kafir dan
rendah sekarang mulai di hargai. Mereka selidiki pula rahasia keunggulan Barat. Mereka
temukan bahwa rahasianya adalah karena Barat memiliki sains dan teknologi tinggi yang
diterapkan dalam kemiliteran.
Karena itulah, pada 1720, kerajaan Usmani mengangkat Celebi Mehmed sebagai utusan
kerajaan untuk berangkat menuju ke Paris. Dia bertugas mempelajari benteng-benteng
pertahanan, pabrik-pabrik, serta institusi-institusi Perancis lainnya. Laporan Celebi Mehmed
tertuang dalam bukunya, seferetname. Di tahun 1741 said mehmed dikirim pula ke Perancis
sehingga laporan tersebut menarik perhatian Sultan Ahmad III untuk memulai Pembaharuan
di Kerajaan Usmani.
Usaha pembaharuan itu mendapat tantangan dari dua golongan. Tantangan pertama
datang dari tentara tetap yang disebut Yanissary (Pasukan Baru). Yanissary mempunyai
hubungan erat dengan Tarekat Bektasyi yang berpengaruh besar dalam masyarakat.
Tantangan selanjutnya datang dari pihak ulama. Ide-ide baru yang didatangkan dari Eropa itu
dianggap bertentangan dengan paham tradisional yang dianut masyarakat Islam ketika itu.
Karena itu, usaha pembaharuan pertama di Kerajaan Usmani tidak berhasil seperti yang
diharapkan.
2. India
Sebelum periode modernisasi, muncul juga ide dan usaha pembaharuan. Pada awal abad
ke-18, kerajaan mogul memasuki zaman kemunduran. Perang saudara untuk merebut
kekuasaan sering terjadi. Golongan hindu yang merupakan mayoritas masyarakat dalam
negara tersebut, ingin melepaskan diri dari kekuasaan mogul. Selain itu, inggris juga telah
mulai memperbesar usahanya untuk memperoleh daerah kekuasaan di India pada tahun 1757.
Suasana itu menyadarkan para pemimpin Islam India akan kelemahan umat Islam. Salah
seorang yang menyadari hal itu ialah Syah Waliyullah (1703-1762) dari Delhi. Ia berpendapat
Salah satu penyebab kelemahan umat Islam ialah perubahan system pemerintahan dari
system khilafah ke system kerajaan. System pertama bersifat demokratis, sedang system
kedua bersifat otokratis. Karena itu system ke Khalifahan seperti pada masa al- Khulafa al-
Rasyidun perlu dihidupkan kembali.
Perpecahan semakin panjang di kalangan umat Islam bebrapa faktor yang membuat
kekacauan tersebut ialah perbedaan Madzhab antara Islam Sunny dan Syiah selain perbedaan
antara madzhab, masuknya adat istiadat dan ajaran-ajaran yang bukan dari islam ke dalam
keyakinan umat Islam.
3. Arab
Pembaharuan islam di Arab bisa dikatakan pelopornya adalah Mohammad bin Abdul Wahab
(1703-1787). Menurut Wahab, penyebab kelemahan umat Islam saat itu ialah tauhid umat
Islam yang tidak lagi murni bukan masalah politik yang ada di dalam kerajaan Utsmani dan
Mughol. Kemurnian tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran tarekat. Tarekat menurut
Muhammad bin Abdul Wahab, mengajarkan pemujaan kepada syekh dan wali. Umat Islam
menunaikan haji dan meminta pertolongan kekuburan-kuburan syekh dan wali itu.
Karenanya, semua hal itu harus dihilangkan karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran yang
berlaku dalam agama islam. Ia juga menganjurkan ijtihad. Inti pemikirannya adalah al-Quran
dan hadislah sumber ajaran Islam, taqlid kepada ulama tidak dibenarkan dan pintu ijtihad
tidak tertutup.

C. Periode Modern (1800M-Sekarang)


Usaha pembaharuan dalam periode ini dimulai oleh Muhammad Ali Pasya, seorang perwira
Turki. Muhammad Ali Pasya berkeyakinan bahwa ketinggian dan kemajuan Eropa didasarkan
atas kekuatan militernya dan dibelakang kekuatan militer pasti ada kekuatan ekonomi yang
sanggup mempelajari biaya pembaharuan dalam lapangan militer. Untuk mendapatkan para
ahli-ahli yang mumpuni pada bidang militer dan ekonomi, maka ia mendatangkan para ahli
dari Eropa, mendirikan sekolah-sekolah, dan mengirimkan pemuda-pemuda Mesir belajar ke
Eropa.
Hal ini mempercepat perkembangan dan gerakan pembaharuan di Mesir. Salah satu pemikir
pembaharuan islam di zama ini adalah At-Tahtawi. Salah satu pemikiran Al-Tahtawi adalah
Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat tetapi juga soal hidup di dunia. Umat
Islam harus mementingkan hidup duniawinya.
Pemikir pembaharuan Islam pada periode modern ini selanjutnya adalah Muhammad Abduh
(1849-1905M). Ia berpendapat bahwa islam yang dianut umat bukan lagi Islam yang
sebenarnya. Inilah salah satu kemunduran umat Islam. Untuk dapat maju lagi umat Islam
harus kembali kepada Islam sejati, Islam dipraktekkan di Zaman Klasik. Ia berpendapat
bahwa Islam adalah agama yang rasional. Wahyu tidak membawa hal-hal yang bertentangan
dengan pendapat akal. Ia juga menentang sifat jumud atau statis yang terdapat dalam
kalangan umat Islam. Sifat jumud membuat mereka berhenti berpikir dan berusaha. Umat
Islam harus memiliki sifat dinamis.
Pemikir pembaharuan Islam selanjutnya aalah Rasyid Ridha (1865-1935M). Ia merupakan
murid dan pengikut Muhammad Abduh. Ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam
disebabkan karena umat muslim tidak lagi menganut Islam yang murni dan untuk mengetahui
Islam murni, orang harus kembali kepada Al-Quran dan hadits. Ajaran Islam tidak membawa
kepada kepasifan, tetapi sebaliknya kepada dinamisme. Pembaharuan harus juga memasuki
lapangan fikih.

D. Perkembangan Islam Pada Masa Modern pada Berbagai Bidang


1. Pada Bidang Akidah
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran haruan g
bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah Muhammad
Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari Nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang di
kemukakan oleh Muhammad Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat
Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhidyang terdapat di kalangan umat Islam
pada saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang
sejak abad ke-13 tersebar luas didunia Islam
ah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam.Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahabmemusatkan perhatiannya pada
persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiransebagai berikut :
a. Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang
menyembah selaindari Nya telah dinyatakan sebagai musrik
b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang
sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan kepada
Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang
Islam yang berperilaku demikian jugadinyatakanj sebagai musyrik
c. Mendekatkan syirik
d. Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syirik
e. Bernazar kepada selain Allah juga merupakan syirik
f. Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran
2. Pada Bidang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi ummat islam . Oleh
karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang didasarkan rasionalitas
atau akal dan iman. Ayat-ayat Al-Quran banyak memberi tempat yang lebih tinggi kepada
orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah
merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapa pun ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki itu masih belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau maslah yang ada
di dunia ini. Seperti dalam Firman Allah SWT,
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi
tinta,ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-
habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi MahaBijaksana
(QS Luqman : 27)
3. Pada Bidang Kebudayaan
Didunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir
abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun 1798dan
semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau
dibawah pengaruh Eropa.akhirnya serangkaian kekalahan berjalan hingga memuncak dengan
jatuhnya dinasti Usmani di Turki.
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium, dan
Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan
tata krama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan. Prinsip kemiliteran mereka
dapatkan dari Bizantium, sedangkan dariArab, mereka mendapat ajaran ajaran tentang prinsip
ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan.
4. 2.4 Tokoh- Tokoh Pembaharu Islam dan Manfaatnya Bagi Kemajuan Umat
Islam.
A. M. Ibn Abd al-Wahhab dan Gerakan Wahabiyah
Muhammad ibn Abd al-Wahhab lahir di Uyaynah, Nejd, pada tahun 1703 M (1115 H).
Sejak kecil ia telah belajar Al-Quran pada ayahnya, dan sebelum berusia 10 tahun ia sudah
hafal seluruh isi Al-Quran. Pengetahuan dasar diperolehnya di kampungnya sendiri dari
tokoh-tokoh mahzab Hambali. Sebagian usianya ia habiskan untuk mencari ilmu. Pada saat
23

masa pencarian ilmu ia menyadari ada perbedaan mencolok antara apa yang diajarkan oleh
hadis dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. 24

Semenjak abad ke 13 umat Islam banyak mengalami kemunduran di berbagai bidang,


seperti bidang agama, sosial, dan intelektual. Pengaruh tarekat dan animisme berkembang
semakin pekat. Di kalangan tarekat terdapat keyakinan bahwa guru, syaikh dan wali dianggap
pempimpin yang bukan saja mengawasi kehidupan lahir murid-muridnya tetapi ia juga
merupakan pemimpin kerohanian yang tinggi . Hal ini membuat penghormatan kepada
25

syaikh dan wali menjadi sangat berlebihan. Makam wali dianggap sebagai tempat keramat
untuk mereka meminta pertolongan sebagai perantara dari Allah SWT. Selain pengaruh
tarekat, terdapat pula pengaruh animisme pada umat Islam dengan menyembah benda mati
pada abad ke 13. Dalam karyanya Kasyf al-Syuhbat dikatakan bahwa tauhid adalah
pembenaran di dalam hati, diucapkan dengan lidah, dan dilakukan dengan perbuatan. Jika
kurang dari satu saja dari unsur di atas, maka seseorang tidaklah termasuk orang Islam.
26

Dalam keadaan masyarakat seperti ini, pada pertengahan abad ke 18, di Jazirah Arab
muncul suatu gerakan yang berusaha memurnikan ajaran Islam dengan semboyan kembali
kepada Islam yang asli seperti yang dianut dan dipraktikan di zaman nabi, sahabat, serta
tabiin sampai abad ketiga hijiriah. Gerakan ini terkenal dengan nama Gerakan Wahabi
27

yang dicetuskan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab.Gerakan Wahabi kemudian disebarkan
keseluruh pelosok dunia dengan mayoritas penduduk muslim. Pemikiran Muhammad ibn
Abd al-Wahhab mempunyai pengaruh yang besar pada perkembangan pemikiran
pembaharuan di abad ke Sembilan belas. Pemikirannnya yang berpengaruh tersebut adalah :
1. Hanya Al-Quran dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtidah terbuka dan tidak tertutup.
28
B. Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte adalah seorang tokoh dunia yang sudah tidak asing lagi bagi kita.
Hingga Michael H. Hart menempatkan namanya pada urutan ke -34 dalam jajaran tokoh-
tokoh dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah. Napoleon Bonaparte, seorang jenderal
29

berkebangsaan Perancis, sebagai konsul yang pertama kemudian bertahta sebagai seorang
Kaisar Perancis, telah melakukan berbagai reformasi yang sampai sekarang masig menjadi
kenangan di institusi-institusi di Perancis dan juga Eropa Barat.
Setelah masuk abad ke-18, dunia Islam benar-benar mengalami kemunduran yang sangat
parah dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan agama. Ketika dunia Islam mundur, Eropa
mulai menata dirinya. IPTEK dan perekonomian semakin maju hingga pengembangan
ekonomi berubah menjadi penetrasi politik. Dunia Timur yang mengalami kemunduran,
dengan mudah ditaklukan oleh Eropa pada saat itu. Hingga pada tahun 1798, Napolen
Bonaparte mengadakan eskpansi ke Mesir. Mesir, kota yang sangat strategis itu berhasil
dikuasainya meskipun dalam waktu yang singkat. Ekspedisi ini menghasilkan suatu dampak
bagi umat Islam di Mesir dengan menyadarkan kemunduran yang dialami umat Islam dan
berusaha merebut kembali kejayaan yang pernah dicapai. Ekspedisi ini meninggalkan
peninggalan yang merubah pemikiran umat Islam. Contoh adanya lembaga ilmiah yang diberi
nama institute dEgypte dan percetakan dan penerbitan Bulaq (Mathba al-Bulaq) yang
didirikan Napoleon di Mesir yang membuka mata para penduduk Mesir tentang dunia
penerbitan. Selain bentuk fisik dari peninggalan Napoleon Bonaparte terdapat pula ide-ide
30

yang berkembang dan membuka fikiran umat Islam, seperti pengenalan sistem pemerintahan
republik yang diperkenalkan olehnya. Hasil ekspedisi ini pada akhirnya memunculkan tokoh-
tokoh pembaharu Islam yang ingin memajukan kembali Islam seperti masa kejayaannya
seperti Muhammad Ali dan Rifaah al-Tahtawi.
C. Jamaluddin al-Afghani
Sejak abad ke XVII umat Islam berada pada masa kemunduran. Kondisi ini meminta
para raja dan pemuka agama untuk membangkitkan Islam yang dahulu pernah berjaya. Salah
satu cendekiawan itu adalah Jamaluddin al-Afghani. Dia merupakan seorang pemimpin
pembaharuan dan pemimpin politik di masanya. Tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah
dari satu Negara Islam ke Negara Islam lainnya, sehingga pemikiran dan pembaharuan politik
yang dibawanya cepat merambah hampir ke seluruh dunia Islam. Jamaluddin al-Afghani
berkeyakinan untuk memajukan umat Islam haruslah terlebih dahulu menghapus pengertian-
pengertian salah yang dianut umat Islam diluruskan kembali pada ajaran yang sebenarnya.
Untuk itu menurut Afghani umat Islam harus menyesuaikan dengan perkembangan yang ada
dengan tetap berpedoman pada Al-Quran. Maka dari itu ia berfikiran bahwa ijtihad masih
tetap terbuka. Afghani yang berkecimpung di bidang politik juga mengubah sisstem
31

pemerintahan yang bersifat absolut menjadi sistem demokrasi. Ia juga melontarkan ide pan-
islamisme untuk mengeluarkan rasa solidaritas umat Islam yang mempunyai rasa tanggung
jawab di mana setiap anggotanya memiliki rasa kebersatuan sehingga dapat hidup
berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja sama untuk mencapai
kesejahteraanm kemajuan, dan kemakmuran. Afghani mendirikan Al-Urwah Al-Wutsqa
32

pada saat ia di Paris yang bertujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan antar sesama
muslim yang beranggotakan Muslim dari berbagai macam Negara.
D. Muhammad Rasyid Rida
Rasyid Rida lahir pada tanggal 23 september 1865 M di suatu desa di Lebanon. Menurut
keterangan, ia berasal dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad Saw. Oleh karenanya, ia
memakai gelar Sayyid di depan namanya. Pemikiran pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah al-Urwah al-
Wutsqa. Ide-ide yang dilontarkan Rasyid Rida mencakup system pemerintahan, system
pendidikan dan agama. Tahun 1898, Rasyid Rida pindah ke Mesir karena ide
pembaharuannya di negeri kelahirannya, Suria, mendapat tentangan dari kerajaan Utsmani.
Kemudian ia menerbitkan majalah al-Manar yang bertujuan sama dengan majalah al-Urwat
al-Wutsqa dan menyebarkan artikel-artikel yang dikarang oleh Muhammad Abduh dan orang
lain.Pada tahun 1912 setelah sebelumnya ia gagal mendirikan sekolah Instambul, Rasyid
Rida berhasil mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah al-Dawah wa al-Irsyad.
Menurutnya membangun sekolah lebih bermanfaat dibanding membangun masjid namun
hanya diisi orang-orang tak berilmu. Karena dengan membangun madrasah, kebodohan dapat
dihapus dan akan memberikan kemajuan duniawi dan ukhrawi bagi uma, satu-satunya jalan
menuju kemakmuran adalah perluasan pendidikan secara merata.
Pembaharuan Rasyid Rida dalam dunia politik sama dengan Jamaluddin-al-Afhgani, ia
juga melihat perihal dihidupkan kembali kesatuan umat Islam. Kesatuan yang
dimaksudkannya bukan kesatuan didasarkan atas kesatuan bangsa atau bahasa, tetapi
kesatuan atas dasar keyakinan yang sama. Negara yang dianjurkan oleh Rasyid Rida ialah
dalam bentuk kekhalifahan. Khalifah adalah kepala khilafah tetapi tidak memerintah, dia
berfungsi menciptakan undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Khalifah haruslah
mujtahid dan dengan bantuan ulama menerapkan prinsip-prinsip Islam sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri dan mampu memberlakukan undang-
undang yang dihasilkan tersebut. Ia menganjurkan membentuk organisasi al-Jamiiyah al-
Islamiyah di bawah naungan khalifah, berdasarkan prindip persaudaraan Islam yang
menghapusb ikatan-ikatan rasial dan menyusun persatuan segenap kesatuan muslimin dalam
satu komunitas.
E. Mustafa Kamil
Mustafa Kamil adalah anak seorang insinyur kaya yang lahir pada tanggal 14 Agustus
1874 di Kairo. Ia memasuki Fakultas Hukum di Prancis tahun 1981 dan memperoleh ijazah
Sarjana Hukum dari Universitas Toulouse. Setelah menyelesaikan pendidikannya ia
mengadakan perjalanan yang luas sekali di Eropa untuk mensosialisasikan gagasan mengenai
perjuangan kemerdekaan Mesir.

BAB III
PENUTUP

5. 1.3 Kesimpulan
Pembaharuan dalam islam memiliki banyak pengertian dan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan beragama, aspek-aspek kehidupan sehari-hari dan juga pandangan
terhadap berbangsa dan beragama dengan tidak melulu berfikir itu-itu saja karena ada yang
disebut dengan pembaharuan. Pembaharuan islam menyebar dengan cepat dan juga
menyebabkan banyak terbentuk gerakan-gerakan yang tentunya memiliki tujuan masing-
masing, maka kita sebagai umat muslim sebaiknya menghargai usaha pendahulu kita dan
terus mengembangkan kemampuan sebagai umat Islam baik dalam segi keagamaan dan juga
ilmu pengetahuan, serta tidak membeda-bedakan beberapa golongan atau sekte semata
dengan berkaca pada Islam secara universal atau menyeluruh, agar islam dapat kembali
bergerak maju dan kembali kepada kejayaan seperti yang telah diperjuangkan oleh para
pemuka agama terdahulu.
E. Ruang Lingkup Pembaharuan Dalam Dunia Islam
1. Dibidang aqidah dan ibadah, pembaharuan di maksudkan untuk
memurnikan ajaran islam dari unsur-unsur asing dan kembali kepada
ajaran yang murni dan utuh, sehingga iman menjadi suci karena terus
diperbaharui. Ini sesuai dengan hadis Nabi :
Dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi Saw bersabda, Tuhanmu
berfirman : Jaddidu manakum, perbaharuilah imanmu(Hadist riwayat
Ahmad).
2. Di bidang muamalah duniawiyah, pembaharuan dimaksudkan
sebagai upaya modernisasi atau pengembangan dalam aspek social,
ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan lain-lain sepanjang tidak
bertentangan dengan dan di bawah panduan Al-Quran dan Hadis. Di
sini umat islam bebas melakukan kreasi, inovasi, dan reformasi
kehidupan masyarakat muslim dengan berbagai metode dan
pendekatan.

F. Tokoh-Tokoh Pembaharu dan Ide-Ide Pembaharuannya


1. Ibnu Taimiyah (1263-1328)
Nama lengkapnya Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, lahir di Harran, turki
pada 22 Januari 1263, dan meninggal pada 27 September 1328.
Adapun beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut.
Pertama, sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan
paham tauhid. Ia menentang segala bentuk bidah, takhyul dan
khurafat. Menurutnya, aqidah tauhid yang benar adalah aqidah salaf
aqidah yang bersumber dari teks al-Quran dan hadis, bukan diambil
dari dalil-dalil rasional dan filosofis.
Kedua, ia menyampaikan seruan agar umat islam menghidupkan ruh
kembali menggali ajaran-ajaran al-Quran dan hadis.
Ketiga, menentang taklid. Taklid adalah sikap yang membuat umat
islam mundur, sebab taklid berarti menutup pintu ijtihad, membuat
otak menjadi beku.
Keempat, di dalam berijtihad tidak terikat mazhab atau imam.
Kelima, dalam bidang hukum Islam Ibnu Taimiyah menawarkan suatu
metode baru yaitu mempertimbangkan aspek-aspek hikmah dalam
keputusan/ penerapan hukum Islam.

2. Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1730-1791)


Nama lengkapnya Muhammad Abn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn Ali
Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rashid Al-Tamimi. Lahir di Uyaynah
pada 1730 M/1115 H. Inti gerakan pembaharuannya sebagai berikut :
Pertama, pembaharuan islam yang paling utama disandarkan pada
persoalan tauhid.
Kedua, Wahhab sangat tidak setuju dengan pendukung tawassul.
Ketiga, sumber-sumber syariah islam adalah al-Quran dan sunnah.
Keempat, pentingnya Negara dalam memberlakukan secara paksa
syariah dalam masyarakat.

3. Jamaluddin al-Afghani (1838/1839-1897)


Gagasan pembaharuannya meliputi :
Pertama, dari sudut pandangan islam tradisional Jamaluddin
mengemukakan pentingnya kepercayaan pada akal dan hukum alam,
yang tidak bertentangan dengan kepercayaan pada Tuhan.
Kedua, ia berhasil mendukung kebangkitan nasionalisme di Mesir dan
India.
Ketiga, Jamaluddin menyatakan ide tentang persamaan antara pria dan
wanita dalam beberapa hal.

4. Muhammad Abduh (1848-1905)


Muhammad Abduh lahir pada 1848-1905 M di sebuah desa propinsi
Gharbiyyah, Mesir. Ada tiga pranata yang menjadi sasaran
pembaharuannya, yaitu pendidikan, hukum, dan wakaf.
Pertama, pembaharuan di bidang pendidikan dipusatkan di al-azhar
Kedua, pembaharuan di bidang hukum. Usahanya adalah memperbaiki
kesalahan pandangan masyarakat. Bahkan pandangan para mufti
sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim.
Ketiga, ia membentuk majelis administrasi wakaf dan ia duduk sebagai
anggota . Ia berhasil memasukkan perbaikan masjid sebagai salah satu
sasaran rutin penggunaan dana wakaf.

G. Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia


Gerakan pembaharuan di Indonesia mulai tumbuh pada awal abad ke
20. Organisasi pembaharuan pertama yang didirikkan adalah Jamiatul
Khair pada 15 juli 1905. Kegiatan yang menjadi perhatian organisasi ini
meliputi dua bidang yaitu pendirian dan pembinaan sekolah pada
tingkat dasar dan pengiriman anak-anak muda ke turki untuk
melanjutkan study.
Selanjutnya yaitu organisasi islam al-irsyad yang berjasa dalam
mendirikkan banyak lembaga sekolah dari tinggkat dasar hingga
sekolah guru. Ia juga menerbitkan buku-buku dan pamflet-pamflet.
Organisasi sosial Islam yang terpenting dan terbesar awal abad 20
hingga sekarang adalah Muhammadiyah yang didirikkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan tanggal 18 Nopember 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330.
. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam yang dari semula gigih
menentang praktek-praktek ke agamaan muslim yang menyimpang
dari ajaran islam yang murni dan utuh, sesuai dengan Firman Allah
dalam Surah Ali Imran ayat 105, yaitu:











Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.Ali Imran :
105)
Oleh karena itu seluruh bentuk bidah takhayul dan khurafat, baik
dalam bidang aqidah maupun ibadah di berantas oleh
Muhammadiyah.
Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan
muhammadiyah di tekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari
pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan
ajaran Islam.
Upaya pembaharuan yang dilakukan antara lain Muhammadiyah gigih
mempertahankan pendapat bahwa pintu ijtihad masih tetap terbuka, di
bidang sosial muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal
yang ada yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah kedalam bentuk
amal usaha seperti rumah sakit, panti asuhan, dan beberapa lembaga
sosial yang lain.
Di bidang pendidikan muhammadiyah mendirikkan sekolah-sekolah
mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak atau Aisyiyah Bustanul Athfal,
SD atau Madrasah, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sistem pendidikan
yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah adalah suatu bentuk
pembaharuan yang memadukan antara unsur lama yaitu Islam sebagai
dasar pembaharuan dengan unsur baru yaitu metodologi yang diambil
dari sistem pendidikan modern.
Pada intinya gerakan pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah
yakni memperbaharui cara pandang atau paham tentang Islam guna
menjawab persoalan-persoalan yang bersifat kekinian.
F. Pengertian pembaharuan :
G. Secara bahasa dalam Arab dikenal dengan tajdid. Bentuk masdar
dari jaddada-yujaddidu-tajdidan yang berarti memperbaharui
sesuatu.
H. Secara istilah berarti upaya-upaya yang dilakukan untuk
memperbaharui kehidupan keagamaan, baik berbentuk pemikiran
sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tantangan internal maupun
eksternal yang menyangkut keyakinan dan urusan sosial umat
Islam.
I.
J. Ruang Lingkup Pembaharuan :
K. Pembaharuan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia yang
dibedakan menjadi dua bidang utama :
L. 1. Pembaharuan dibidang akidah & ibadah.
M. Diidentifikasi sebagai kecenderungan yang bersifat salafiyah yaitu
upaya untuk mengembalikan aqidah dan praktek ibadah umat Islam
seperti yang dicontohkan oleh 3 generasi umat Islam yang pertama
yaitu Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, tabiin (umat Islam
setelah generasi Nabi SAW dan Sahabat) serta tabiat tabiin
(generasi setelah tabiin)
N. 2. Pembaharuan di bidang muamalah duniawiyah.
O. Dimaksudkan sebagai upaya modernisasi/pengembangan aspek-
aspek sosial kehidupan manusia. Sepanjang tidak bertentangan
dengan Al Quran dan Sunnah umat Islam bebas berkreasi/inovasi
dan melakukan pembaharuan semua bidang kehidupan dengan
berbagai metode dan pendekatan.

Para Tokoh Pembaharu Islam Dari Periode Klasik


Sampe Modern
1. Ibnu Taimiyah (1263 1328)
Nama lengkap Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, lahir di Harran, Turki, 22 Januari
1263 dan meninggal 27 September 1328. Ayahnya, Shiabuddin Abdul Halim,
seorang ahli hadis dan ulama terkenal di Damascus.

Pada usia 10 tahun Ibnu Taimiyah telah hafal Al Quran, belajar kitab-kitab hadist
utama dan ilmu hitung. Tertarik juga mendalami ilmu kalam dan filsafat. Dalam
usia 30 tahun telah menjadi ulama besar pada jamannya.

Upaya Pembaharuan Ibnu Taimiyah


Bidang Tauhid
Menentang segala bentuk bidah, takhayul dan khurofat.
Aqidah tauhid yang benar adalah aqidah salaf, yang bersumber dari Al Quran
dan hadist bukan dari dalil-dalil rasional dan filosofis.
Dalam menjelaskan sifat-sifat Tuhan, mengatakan bahwa semua tercantum
dalam Al Quran dan Hadist. Sifat-sifat Tuhan tidak terbatas hanya 20 dan
menafikkan sifat-sifat Tuhan bertentangan dengan akidah Salaf.
Ibnu Taimiyah menetapkan sifat-sifat Tuhan tanpa tamsil dan tanzih. Tamsil =
menyamakan sifat-sifat Tuhan dengan sifat makhluk, tanzih = menafikkan sifat-
sifat Tuhan. Dia menentang tawil dalam menjelaskan sifat-sifat Tuhan.
Tawil adalah mengalihkan makna sebuah lafazh ayat ke makna lain yang lebih
sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal [As-Suyuthi, 1979: I, 173].
Gerakan kembali kepada Al Quran dan hadist serta mendorong ijtihad
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa metode penafsiran Al Quran yang terbaik
adalah tafsir Al Quran dengan Al Quran, kalau tidak ada baru dengan hadist,
kalau tidak ada juga dicari dari perkataan sahabat. Tidak ada juga dicari dari
perkataan Tabiin.
Penentang Taklid
Dia menolak sikap umat Islam yang mengekor pada para mujtahid sementara
pokok persoalan sudah berubah. Taklid berarti menutup pintu ijtihad dan
membuat otak jadi beku. Ijtihad terbuka sepanjang masa karena kondisi manusia
selalu berubah.
Tidak terikat pada mazhab/imam
Menurut Ibnu Taimiyah pendapat siapa saja yang lebih tepat dan kuat
argumennya itulah yang diambil.
Penemuan hukum Islam tidak didasarkan pada Illat tapi hikmah.
Illat adalah sifat dan keadaan yang melekat pada dan mendahului
peristiwa/perbuatan hukum yang terjadi dan menjadi sebab hukum
Hikmah adalah: sebab positif dan hasil yang dirasakan kemudian setelah
adanya peristiwa hukum

2. Muhammad bin Abdul Wahhab (1730 1791)


Bernama lengkap Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn Ali Ibn
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rashid al-Tamimi. Lahir di Uyaynah pada tahun 1730
Masehi/115 H.
Belajar agama dari ayahnya dan mengembangkan minat dalam bidang tafsir,
hadis dan hukum mazhab Hambaliyah, juga membaca karya-karya Ibnu Taimiyah
dan Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Menulis buku yang terkenal yaitu Kitab al-Tauhid.
Bersama dengan para pengikutnya disebut sebagai gerakan/paham Wahabi
meskipun menamakan diri sebagai Al Muwahhidun (pendukun tauhid)
Inti gerakan pembaharuannya adalah :
a. Pembaharuan Tauhid
Muhammad bin Abdul Wahhab membedakan tahuid menjadi tiga macam yaitu :
Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid al-Asma was al-Sifat. Tujuan
utamanya adalah untuk memurnikan tauhid umat Islam yang sudah tercemar
dengan Tahayul, Bidah dan Churofat (TBC). Ajaran-ajarannya yang lain :
Menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi tempat-tempat
keramat untuk mencari berkah, menganggap bahwa segala obyek pemujaan
selain Allah SWT adalah palsu. Mencari bantuan dari siapa saja selain Allah SWT
adalah syirik.
Baik dan buruk berasal dari Allah SWT dan manusia tidak bebas berkehendak.
Tidak mempercayai superioritas ras, superioritas dan inferioritas tergantung
pada ketaqwaan pada Allah SWT.
b. Anti Tawasul :
Muhammad Bin Abdul Wahhab menentang tawasul (mengambil perantara dalam
berdoa), menurutnya ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan Tuhan.
Bertawasul kepada orang yang sudah mati atau kuburan orang yang dianggap
suci sangat dilarang dalam Islam dan Allah SWT tidak akan mengampuni
perbuatan demikian. Ziarah kubur tetap dibolehkan sepanjang bersih dari unsur-
unsur TBC.
c. Sumber Syariah Islam adalah Al Quran dan Sunnah
Menurut Muhammad Bin Abdul Wahhab, Al Quran adalah firman Allah yang tak
tercipta, yang diwahyukan pada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al
Quran adalah sumber paling penting dari syariah. Dia menyarankan agar umat
Islam mengikuti penafsiran Al-Quran oleh generasi Al Salaf Al Salih dan lebih
memilih mengikuti hadis yang otentik daripada pendapat para ulama.
d. Pentingnya negara dalam memberlakukan syariah secara paksa

Wahhab menyatakan pentingnya negara dalam memberlakukan secara paksa


syariah dalam masyarakat yang otoritas tertinggi ada ditanagn khalifah atau
imam yang harus bertindak atas dasar saran ulama dan komunitasnya.
Diposkan oleh sapari di 00.10

P.

Anda mungkin juga menyukai