PEMBAHASAN
ketika suatu masyarakat mulai mengambil sikap ingin tahu mengenai bagaimana orang
membuat pilihan, baik itu pilihan moral, pribadi, ekonomi, maupun politik. Modernitas
6
(modernisme) adalah pengertian umum mengenai proses kultural dan proses politis yang
timbul dari upaya untuk mengintegrasikan gagasan baru, sistem ekonomi, atau pendidikan ke
dalam masyarakat. Modernisme merupakan cara berpikir, cara hidup dalam dunia
7
milik orang Eropa (Barat) dan yang tradisional adalah tebelakang dan non-Eropa. 9
akan mengikis nilai nilai dalam masyarakat bahkan dapat menghilangkannya secara
keseluruhan. Namun ada juga masyarakat yang sama sekali tidak terpengaruh dengan adanya
pembaharuan pembaharuan tersebut dan tetap mempertahankan gaya hidup tradisional.
Pembaharuan dalam Islam sangat Identik dengan modernisasi. Pembaharuan-
pembaharuan yang dilakukan oleh kaum intelektual muslim bertujuan untuk mengembangkan
pandangan islam yang sesuai dengan pemikiran dan institusi-institusi modern, namun tetap
berpijak pada tradisi dan dasar-dasar islam, demi pemurnian islam dan ketaatan pada Syariah
(hukum). Persamaan Modernisasi dan Pembaharuan dalam Islam terletak pada kesamaan
dalam hal bergerak ke arah yang lebih maju. Keduanya mengusung konsep transformasi dari
keadaan yang kurang baik ke arah yang lebih baik dengan harapan terwujudnya tatanan
masyarakat yang makmur.
Jamaluddin Al-Afghani, seorang aktivis yang merupakan guru dari Muhammad Abduh
salah satu tokoh pembaharu Islam-, mengemukakan bahwa islam harus aktif dan
bersemangat. Islam, menurut Al-Afghani yang paling utama adalah sebuah keyakinan
terhadap transendensi Tuhan dan akal, dan tugas manusia adalah menerapkan prinsip
prinsip Al-Quran dalam cara yang baru untuk mengatasi masalah-masalah baru di zaman
mereka. Kaum muslimin harus menerima kebutuhan akan perubahan yang bersandarkan pada
prinsp prinsip islam.
11
Meskipun pembaharuan dalam Islam dan Modernisasi adalah hal yang relatif identik,
namun keduanya memiliki perbedaan yang fundamental. Modernisasi adalah perubahan
sosial yang apabila dirunut dari sejarah, pada mulanya modernisasi berporos pada Eropa
dengan industrialisasi dan komersialisasi atau komodifikasi. Modernisasi lebih
mengunggulkan kekuatan materi dan memperkecil makna spiritualisme atau kemusiaan yang
ideal. Sedangkan pembaharuan dalam Islam adalah gerakan dari pemikiran para cendikiawan
muslim untuk merespon segala dorongan dorongan serta aspek aspek dari luar yang
mempengaruhi kehidupan umat muslim dengan tetap mengindahkan nilai nilai islam.
Modernitas merupakan salah satu dorongan yang tidak dapat dihindari oleh umat Islam,
sehingga banyak pemikiran pemikiran intelektual muslim dalam menyikapi hal tersebut.
Dalam hal ini, Muhammad Abduh berpendapat bahwa Islam seyogyanya menjadi basis
moral dari masyarakat yang modern dan progesif, namun islam tidak dapat menyetujui semua
yang dilaksanakan atas nama modernisasi. disamping itu ada pemikiran lain yang sangat
12
keras menyikapi modernitas dan menolak segala hal yang berkaitan dengan kemajuan
modern serta mengupayakan mengislamkan modernitas bukan memodernisasi Islam.
Kesimpulannya, modernisasi merupakan perubahan dalam segala segala aspek yang terus
meraksasa tanpa adanya aturan spiritual keagamaan, dan pembaharuan dalam Islam adalah
perubahan dalam islam yang tetap mengindahkan nilai nilai ajaran islam.
B. Reformasi
Istilah reformasi atau pembaharuan disini diterjemahkan dari kata ishlah atau tajdid yang
biasa digunakan dalam literatur islam modern. Namun, istilah tajdid lebih umum
dipergunakan daripada istilh ishlah untuk maksud, baik pembaharuan ataupun reformasi yang
sebenarnya dalam bahasa inggris keduanya dibedakan. Pengertiannya, memperbaharui
sesuatu yang mengalami ketidaksesuaian dengan apa yang semestinya. Misalnya sesuatu itu
tidak sesuai dengan tuntutan zaman atau dasar-dasarnya. Istilah tajdid yang berlaku di
kalangan ilmuwan muslim diambil dari hadis Rasulullah, Sesungguhnya Allah mengutus
untuk umat ini pada satiap penghujung seratus tahun, orang yang memperbaharui (yujaddidu)
agamanya (Abu Daud, Sunan, Kitab Al-Malahim: 109). Maksudnya, mempengaruhi
pemahaman yang tidak cocok dan praktik keagamaan yang menyimpang. Dengan demikian,
pembaharuan merupakan hal dalam kehidupan keagamaandan didasarkan syariat. Di
samping landasan syariah, usaha reformasi atau bembaharuan tersebut dilakukan karena
beberapa alasan. Sesuatu yang lama dinilai tidak lagi sejalan dengan perkembangan zaman.
Kemungkinan lain karena faham-faham yang ada dianggap keluar dari maksud teks yang
sebenarnya. Karena itu, faham tersebut perlu diperbaharui, dalam arti dimurnikan. Sementara
itu, ijtihad diartikan sebagai upaya keras untuk menggali hukum-hukum yang ada dalam teks
agama, apakah upaya tersebut disebabkan oleh kedua kemungkinan di atas atau sebab
munculnya suatu masalah baru yang belum ada status hukumnya secara implisit dalam teks.
Dengan demikian, tujuan ijtihad adalah menentukan hukum-hukum untuk masalah-masalah
yang baru muncul yang tidak terdapat dalam teks agama secara langsung. Dalam realitas
sejarah, konsep dasar diaras mengalami perkembangan dan perbedaan. Untuk melihat
perkembang dan perbedaan tersebut, ditampilkan tiga model pembaharuan dalam sejarah
Islam yang masing-masing mempunyai konsep yang berbeda-beda.
Kelompok pertama, mengartikan bahwa tajdid adalah mengembalikan pemahaman-
pemahaman dan praktik-praktik agama yang tidak sesuai dengan dasarnya yang otentik,
kepada faham serta ajaran Islam yang benar sebagaimana zaman Rasulullah dan sahabatny
(Busthami, 1984: 10-19). Metode yang dipakai dalam memahami teks-teks agama
menggunakan metode tekstual atau literal, di mana lafadz-lafadznya diartiakan apa adanya
meskipun hasilnya menurut kebanyakan orang bertentangan dengan kenyataan serta
kebutuhan suatu zaman.
Kelompok kedua, mengartikan bahwa tajdid adalah reformasi (ishlah) atau
modernoisasi (tahdits). Maksudnya, memperbaharui atau mengembangkan suatu pemahaman
dan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan suatu
zaman. Metode yang dipakai adalah metode rasional, di mana teks-teks agama dipahami
secara rasional untuk diambil inti pesan-pesannya dan tidak terikat kepada lafadz-lafadznya,
khususnya dalam aspek muamalah. Sedangkan untuk aspek ibadah, mereka menggunakan
metode tekstual sebagaimana kaum salafi.
Adapun kelompok ketiga, memahami tajdid sebagai upaya atau usaha memperbaharui
faham-faham lama yang dianggap lemah dengan cara memasukkan unsur-unsur baru tanpa
merusak bangunan, ciri-ciri, dan inti yang lama (Qardlawy, 1986: 28). Konsep itu tampaknya
berusaha menawarkan sesuatu yang baru dengan memkompromikannya dengan yang lama
atau menarima dan menolak yang baru maupun yang lama secara kritis dan selektif
Berdasarkan perspektif di atas, kita melihat tiga model pembaharuan. Pertama,
pembaharuan berati menghidupkan kembali tradisi pada masa Rasulullah secara totalitas.
Teks wahyu dipahami secara tekstual. Sebagai konsekuensinya, rasio dalam kelompok ini
kurang memperoleh tempat. Kedua, pembaharuan berarti menggantikan yang lama dengan
yang baru (modern). Yang lama ditinggalkan karena tidak sejalan dengan zaman modern.
Namun, yang ditinggalkan mereka bukan teks wahyu, tetapi pemahaman orang terhadap teks.
Disamping itu, jika teks dalam Islam ada dua macam, yaitu qathi dan zanny maka mereka
hanya meninggalkan pemahaman lama teks-teks yang kedua. Sementara itu, terdapat jenis
teks pertama, mereka tetap sepakat dengan pemahaman umum yang ada. Ketiga,
pembaharuan berarti menyintesiskan antara yang lama dan yang baru (antara tradisi dan
modernitas). Unsur lama yang baik dipertahankan dan unsur baru yang lebih baik dihadirkan.
Teks diwahyukan dipahami secara tekstual dan konstektual. Rasio dan wahyu memperoleh
tempat yang seimbang.
C. Revitalisasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Revitalisasi Merupakan cara, proses,
perbuatan menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali . Lebih jelasnya, Revitalisasi
14
berarti suatu perbuatan untuk kembali menghidupkan suatu hal yang dulunya hidup pada
suatu masyarakat namun seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut mulai terkikis dan
bahkan menghilang.
Revitalisasi merupakan salah satu konsep yang terdapat pada pembaharuan dalam Islam.
Revitalisasi yang merupakan perbuatan menghidupkan kembali segala sesuatau yang mulai
meredup sangat relevan dengan pembaharuan dalam islam, melihat bahwa pembaharuan
dalam islam (salah satunya) dilakukan akibat dari kondisi Islam sekarang yang sangat jauh
dari konsep Islam yang sebenarnya. Maka para mujahid merasa bahwa perlu adanya
menghadirkan nilai nilai islam yang pada era ini telah terkesampingkan, tentu saja hal ini
merupakan tantangan yang berat. Pada zaman ini, proses menghadirkan nilai nilai Islam
yang sesungguhnya di kalangan kaum muslimin harus memperhatikan aspek aspek budaya
global yang telah bersatu dengan masyarakat saat ini.
Dalam agama islam, revitalisasi telah dipraktekkan sejak zaman dahulu. Pada masa Abu
Hamid Muhammad Al-Ghazali (w.505/111) sekitar seribu tahun yang lalu, revitalisasi telah
dilakukan. Pada saat itu terdapat ancaman yang membahayakan eksistensi ilmu ilmu agama
(naqli) oleh ilmu ilmu rasional (aqli) akibat dari munculnya aliran teologi rasional
Mutazilah, maka dari itu Al-Ghazali melakukan revitalisasi ilmu ilmu agama yang dirasa
telah terkesampingkan oleh ilmu ilmu rasional. Upaya yang dilakukan Al-Ghazali berhasil
mengembalikan titik tekan ilmu kepada ilmu ilmu agama dan mendegradasi disiplin ilmu
filsafat dan ilmu ilmu lainnya
Pada zaman sekarang, para cendikiawan serta intelektual muslim dituntut untuk segera
melakukan Revitalisasi cahaya islam yang mulai memudar. Berbeda dengan tantangan
filosofi yang dihadapi Al-Ghazali ratusan tahun yang lalu, kali ini kaum muslimin
dihadapkan pada tantangan filsafat yang jauh lebih serius dan radikal. Tantangan filosofi yang
dihadapi Al-Ghazali berasal dari para filsuf yang masih mempercayai hal-hal ghaib,
sedangkan tantangan filosofi yang dihadapi kaum muslimin saat ini berasal dari para filsuf
yang tidak mempercayai adanya hal-hal yang metafisik. Hal ini disebabkan oleh munculnya
pandangan Positivisme Barat (ketidakpercayaan pada hal metafisik) dan terus merajalela
karena didukung oleh para ilmuwan di berbagai bidang, seperti astronomi, kesokteran, dan
lain-lain, yang sangat diagung-agungkan umat pada saat ini, contohnya Darwin dengan teori
evolusinya, Freud, dan Emile Durkhim. Para ilmuwan tersebut sangat mengagungkan akal
dan rasionalitas sebagai satu-satunya kepercayaan mutlak. Freud, salah satu Ilmuwan dunia,
mengatakan bahwa agama adalah ilusi dan agama berasal dari ketidakberdayaan manusia
dalam menghadapi daya-daya dari luar dan daya imajinatif dari dalam dirinya.
Tantangan filosofis yang begitu serius dan berbahaya terhadap bangunan metafisik,
epistemologis, dan etis islam tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa respons, hal ini karena
sebuah pemikiran akan dianggap benar selama tidak ada yang membantahnya. Maka
kewajiban moral bagi cendikiawan muslim saat ini adalah untuk sedapat mungkin
memberikan jawaban jawaban yang seimbang atau kritis logis terhadap pendirian filosofis
mereka. Tujuannya adalah agar keyakinan kita pada yang ghaib dapat terpelihara dengan baik
dalam hati kita, dibawah naungan benteng filosofis yang tangguh dan tahan serangan 16
Pembaharuan pemikiran Islam, dalam hal ini mengarah pada Revitalisasi nilai-nilai Islam
yang semakin terkikis dan , dapat dilakukan dengan cara revitalisasi ilmu ilmu rasional.
Mengingat bahwa pada masa lalu ilmu-ilmu rasional pernah hilang eksistensinya dalam dunia
Islam, maka di era ini revitalisasi ilmu-ilmu rasional perlu dilakukan untuk melindungi
kepercayaan agama dengan dan dalam sebuah benteng filosofis yang dibangun atas dasar
dasar logika yang handal. Berbeda dengan tujuan al-Ghazali dalam menghidupkan kembali
ilmu-ilmu agama (yaitu menghantam ilmu-ilmu rasional), revitalisasi ilmu-ilmu rasional kali
ini justru bertujuan untuk menguatkan dan melindungi kepercayaan agama dari serangan
serangan filosofis dan ilmiah yang dilancarkan pendukung filsafat positif-sekuler. Karena
tantangan filosofis seperti hanya dapat dihadapi secara filosofis dengan argumen-argumen
rasional yang solid dan sistematik, dan bukan dengan dogma-dogma religius . 17
Penjelasan diatas merupakan bukti relevansi antara pembaharuan dalam islam dan
revitalisasi, sementara perbedaan mendasar dari konsep revitalisasi dan pembaharuan Islam
adalah terletak pada alasan dan tujuan daripada konsep tersebut. Lebih jelasnya, konsep
revitalisasi, yang mengandung makna menghidupkan kembali, berlaku untuk seluruh aspek
kehidupan tergantung dari sudut pandang mana pelaku relativitas ini memandang. Tidak
menutup kemungkinan bahwa konsep revitalisasi sekuler (non-islam) dapat muncul menjadi
bumerang, dan mengacaukan eksistensi agama Islam. Sedangkan pembaharuan dalam Islam
adalah pemikiran pemikiran berdasarkan dalil-dalil wahyu ilahi yang bertujuan untuk
menghadirkan nilai nilai Islam yang sesungguhnya dalam kehidupan umat manusia di
seluruh alam.
D. Rekonstruksi
Di era globalisasi sekarang ini, melakukan rekonstruksi pemikiran Islam akan sulit
dilakukan. Namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan, bahkan sangat mungkin
dilakukan. Hal ini karena nilai-nilai Islam yang universal tidak bertentangan dengan nilai-
nilai universal yang lahir dari rahim peradaban Barat. Yang harus dilakukan adalah
bagaimana agar umat Islam secara mayoritas menyadari pentingnya rekonstruksi
pemikirannya, sehingga proyek rekonstruksi ini tidak dilakukan hanya oleh individu-individu
tertentu. Ia harus dilakukan secara bersinergi, simultan dan berkesinambungan oleh seluruh
lapisan masyarakat Islam, bahkan oleh pihak penguasa (pemerintah), sebagaimana yang
terjadi pada jaman kejayaan Islam di Baghdad dahulu di mana pengembangan ilmu
pengetahuan dilakukan bukan secara sporadis dan individual, tapi juga didukung oleh
kalangan penguasa seperti para khalifah. Dalam hal ini diperlukan upaya-upaya penyadaran
kepada umat Islam secara keseluruhan akan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin hari semakin berkembang dan maju. Kepada umat Islam harus
diberikan pemahaman yang komprehensif tentang perhatian Islam yang begitu dalam akan
pandangan keduniawian, khususnya iptek ini. Bahwa akhirat itu lebih kekal, dan oleh
karenanya lebih penting untuk diperhatikan, tidak berarti harus menafikan dunia. Pentingnya
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan Islam perlu disosialisasikan lebih intens
kepada umat Islam sehingga umat Islam tidak hanya fasih dalam ibadah saja, tapi juga
mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh Sardar, hal ini diungkapkannya dengan istilah perluasan syariah
ke dalam domain-domain kontemporer, seperti perencanaan lingkungan dan perkotaan,
kebijaksanaan sains dan penaksiran teoknologi, partisipasi masyarakat dan pembangunan
pedesaan . Di sini, peran para dai dan aktivis pendidikan sangat strategis di mana merekalah
18
Reinterpretasi dapat dinilai sebagai kegiatan penafsiran kembali terhadap hukum hukum
Islam atau ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan sebelumnya. Penafsiran yang atau
penelaahan kembali ini dilakukan dengan tujuan kembalinya pemahaman-pemahaman
tentang islam yang belum berbur dengan budaya. Memurnikan ajaran-ajaran keislaman yang
telah melebur kepada kulturisasi budaya masyarakat setempat. Menurut Fazlur Rahman
dalam jurnalnya yang berjudul Reinterpretasi Sumber Hukum Islam, dalam Abstrak
dituliskan bahwa; membiarkan dua dimensi hukum Islam yakni teks dalil hukum dan
fenomena hukum (waqiat) dalam sifat dan konteksnya masing-masing, jelasakan
menimbulkan kesenjangan atau perbedaan antara hukum dengan kenyataan hukum yang
dihukumi; oleh karena itu Rahman dengan ijtihadnya menganggap perlu perubahan cara
pandang dan penafsiran (reinterpretasi) atas sumber hukum Islam. Rahman membedakan
antara Islam historis dan Islam normatif. Islam normatif adalah Islam par excellence, dalam
kitab suci dan Sunnah Nabi sedang Islam historis adalah sebagaimana dipahami dan
dipraktekan kaum Muslim. Islam historis inilah yang sering disebut Rahman sebagai tradisi
Islam atau tradisi kaum muslim yang memungkinkan dilakukannya Revitalisasi 21
Ide pemikiran pembaharuan Fazlur Rahman tentang perlunya metodologi baru dalam
memahami teks Alquran dimulai dengan penelitian historisnya mengenai evolusi
perkembangan empat prinsip dasar (Alquran, Sunnah, Ijtihad dan Ijma), yang
diungkapkannya dalam buku Islamic Methodology in History (1965). Pandangan Fazlur
Rahman ini dilatarbelakangi oleh pergumulannya dalam upaya-upaya pembaruan (hukum)
Islam di Pakistan, yang kemudian mengantarkannya pada agenda yang lebih penting lagi;
yaitu perumusan kembali penafsiran Alquran. Dalam kajian historisnya, Fazlur Rahman
menemukan adanya hubungan organis antara sunnah ideal Nabi Saw. dan aktifitas ijtihad-
ijma. Bagi Fazlur Rahman, sunnah kaum Muslim awal merupakan hasil ijtihad personal,
melalui instrumen qiys, terhadap sunnah ideal Nabi Saw. yang kemudian menjelma menjadi
ijma atau sunnah yang hidup.
Akan tetapi, persoalannya terletak pada kemampuan kaum Muslim untuk mengkonsepsi
Alquran secara benar. Fazlur Rahman menegaskan: ..bukan hanya kembali kepada Alquran
dan sunnah sebagaimana yang dilakukan pada masa lalu, tetapi suatu pemahaman terhadap
keduanyalah yang akan memberikan pimpinan kepada kita dewasa ini. Kembali ke masa
lampau secara sederhana, tentu saja kembali keliang kubur. Dan ketika kita kembali kepada
generasi Muslim awal, pasti kita temui pemahaman yang hidup terhadap Alquran dan sunnah 22
masa pencarian ilmu ia menyadari ada perbedaan mencolok antara apa yang diajarkan oleh
hadis dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. 24
syaikh dan wali menjadi sangat berlebihan. Makam wali dianggap sebagai tempat keramat
untuk mereka meminta pertolongan sebagai perantara dari Allah SWT. Selain pengaruh
tarekat, terdapat pula pengaruh animisme pada umat Islam dengan menyembah benda mati
pada abad ke 13. Dalam karyanya Kasyf al-Syuhbat dikatakan bahwa tauhid adalah
pembenaran di dalam hati, diucapkan dengan lidah, dan dilakukan dengan perbuatan. Jika
kurang dari satu saja dari unsur di atas, maka seseorang tidaklah termasuk orang Islam.
26
Dalam keadaan masyarakat seperti ini, pada pertengahan abad ke 18, di Jazirah Arab
muncul suatu gerakan yang berusaha memurnikan ajaran Islam dengan semboyan kembali
kepada Islam yang asli seperti yang dianut dan dipraktikan di zaman nabi, sahabat, serta
tabiin sampai abad ketiga hijiriah. Gerakan ini terkenal dengan nama Gerakan Wahabi
27
yang dicetuskan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab.Gerakan Wahabi kemudian disebarkan
keseluruh pelosok dunia dengan mayoritas penduduk muslim. Pemikiran Muhammad ibn
Abd al-Wahhab mempunyai pengaruh yang besar pada perkembangan pemikiran
pembaharuan di abad ke Sembilan belas. Pemikirannnya yang berpengaruh tersebut adalah :
1. Hanya Al-Quran dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtidah terbuka dan tidak tertutup.
28
B. Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte adalah seorang tokoh dunia yang sudah tidak asing lagi bagi kita.
Hingga Michael H. Hart menempatkan namanya pada urutan ke -34 dalam jajaran tokoh-
tokoh dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah. Napoleon Bonaparte, seorang jenderal
29
berkebangsaan Perancis, sebagai konsul yang pertama kemudian bertahta sebagai seorang
Kaisar Perancis, telah melakukan berbagai reformasi yang sampai sekarang masig menjadi
kenangan di institusi-institusi di Perancis dan juga Eropa Barat.
Setelah masuk abad ke-18, dunia Islam benar-benar mengalami kemunduran yang sangat
parah dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan agama. Ketika dunia Islam mundur, Eropa
mulai menata dirinya. IPTEK dan perekonomian semakin maju hingga pengembangan
ekonomi berubah menjadi penetrasi politik. Dunia Timur yang mengalami kemunduran,
dengan mudah ditaklukan oleh Eropa pada saat itu. Hingga pada tahun 1798, Napolen
Bonaparte mengadakan eskpansi ke Mesir. Mesir, kota yang sangat strategis itu berhasil
dikuasainya meskipun dalam waktu yang singkat. Ekspedisi ini menghasilkan suatu dampak
bagi umat Islam di Mesir dengan menyadarkan kemunduran yang dialami umat Islam dan
berusaha merebut kembali kejayaan yang pernah dicapai. Ekspedisi ini meninggalkan
peninggalan yang merubah pemikiran umat Islam. Contoh adanya lembaga ilmiah yang diberi
nama institute dEgypte dan percetakan dan penerbitan Bulaq (Mathba al-Bulaq) yang
didirikan Napoleon di Mesir yang membuka mata para penduduk Mesir tentang dunia
penerbitan. Selain bentuk fisik dari peninggalan Napoleon Bonaparte terdapat pula ide-ide
30
yang berkembang dan membuka fikiran umat Islam, seperti pengenalan sistem pemerintahan
republik yang diperkenalkan olehnya. Hasil ekspedisi ini pada akhirnya memunculkan tokoh-
tokoh pembaharu Islam yang ingin memajukan kembali Islam seperti masa kejayaannya
seperti Muhammad Ali dan Rifaah al-Tahtawi.
C. Jamaluddin al-Afghani
Sejak abad ke XVII umat Islam berada pada masa kemunduran. Kondisi ini meminta
para raja dan pemuka agama untuk membangkitkan Islam yang dahulu pernah berjaya. Salah
satu cendekiawan itu adalah Jamaluddin al-Afghani. Dia merupakan seorang pemimpin
pembaharuan dan pemimpin politik di masanya. Tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah
dari satu Negara Islam ke Negara Islam lainnya, sehingga pemikiran dan pembaharuan politik
yang dibawanya cepat merambah hampir ke seluruh dunia Islam. Jamaluddin al-Afghani
berkeyakinan untuk memajukan umat Islam haruslah terlebih dahulu menghapus pengertian-
pengertian salah yang dianut umat Islam diluruskan kembali pada ajaran yang sebenarnya.
Untuk itu menurut Afghani umat Islam harus menyesuaikan dengan perkembangan yang ada
dengan tetap berpedoman pada Al-Quran. Maka dari itu ia berfikiran bahwa ijtihad masih
tetap terbuka. Afghani yang berkecimpung di bidang politik juga mengubah sisstem
31
pemerintahan yang bersifat absolut menjadi sistem demokrasi. Ia juga melontarkan ide pan-
islamisme untuk mengeluarkan rasa solidaritas umat Islam yang mempunyai rasa tanggung
jawab di mana setiap anggotanya memiliki rasa kebersatuan sehingga dapat hidup
berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat dan bekerja sama untuk mencapai
kesejahteraanm kemajuan, dan kemakmuran. Afghani mendirikan Al-Urwah Al-Wutsqa
32
pada saat ia di Paris yang bertujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan antar sesama
muslim yang beranggotakan Muslim dari berbagai macam Negara.
D. Muhammad Rasyid Rida
Rasyid Rida lahir pada tanggal 23 september 1865 M di suatu desa di Lebanon. Menurut
keterangan, ia berasal dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad Saw. Oleh karenanya, ia
memakai gelar Sayyid di depan namanya. Pemikiran pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah al-Urwah al-
Wutsqa. Ide-ide yang dilontarkan Rasyid Rida mencakup system pemerintahan, system
pendidikan dan agama. Tahun 1898, Rasyid Rida pindah ke Mesir karena ide
pembaharuannya di negeri kelahirannya, Suria, mendapat tentangan dari kerajaan Utsmani.
Kemudian ia menerbitkan majalah al-Manar yang bertujuan sama dengan majalah al-Urwat
al-Wutsqa dan menyebarkan artikel-artikel yang dikarang oleh Muhammad Abduh dan orang
lain.Pada tahun 1912 setelah sebelumnya ia gagal mendirikan sekolah Instambul, Rasyid
Rida berhasil mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah al-Dawah wa al-Irsyad.
Menurutnya membangun sekolah lebih bermanfaat dibanding membangun masjid namun
hanya diisi orang-orang tak berilmu. Karena dengan membangun madrasah, kebodohan dapat
dihapus dan akan memberikan kemajuan duniawi dan ukhrawi bagi uma, satu-satunya jalan
menuju kemakmuran adalah perluasan pendidikan secara merata.
Pembaharuan Rasyid Rida dalam dunia politik sama dengan Jamaluddin-al-Afhgani, ia
juga melihat perihal dihidupkan kembali kesatuan umat Islam. Kesatuan yang
dimaksudkannya bukan kesatuan didasarkan atas kesatuan bangsa atau bahasa, tetapi
kesatuan atas dasar keyakinan yang sama. Negara yang dianjurkan oleh Rasyid Rida ialah
dalam bentuk kekhalifahan. Khalifah adalah kepala khilafah tetapi tidak memerintah, dia
berfungsi menciptakan undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Khalifah haruslah
mujtahid dan dengan bantuan ulama menerapkan prinsip-prinsip Islam sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri dan mampu memberlakukan undang-
undang yang dihasilkan tersebut. Ia menganjurkan membentuk organisasi al-Jamiiyah al-
Islamiyah di bawah naungan khalifah, berdasarkan prindip persaudaraan Islam yang
menghapusb ikatan-ikatan rasial dan menyusun persatuan segenap kesatuan muslimin dalam
satu komunitas.
E. Mustafa Kamil
Mustafa Kamil adalah anak seorang insinyur kaya yang lahir pada tanggal 14 Agustus
1874 di Kairo. Ia memasuki Fakultas Hukum di Prancis tahun 1981 dan memperoleh ijazah
Sarjana Hukum dari Universitas Toulouse. Setelah menyelesaikan pendidikannya ia
mengadakan perjalanan yang luas sekali di Eropa untuk mensosialisasikan gagasan mengenai
perjuangan kemerdekaan Mesir.
BAB III
PENUTUP
5. 1.3 Kesimpulan
Pembaharuan dalam islam memiliki banyak pengertian dan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan beragama, aspek-aspek kehidupan sehari-hari dan juga pandangan
terhadap berbangsa dan beragama dengan tidak melulu berfikir itu-itu saja karena ada yang
disebut dengan pembaharuan. Pembaharuan islam menyebar dengan cepat dan juga
menyebabkan banyak terbentuk gerakan-gerakan yang tentunya memiliki tujuan masing-
masing, maka kita sebagai umat muslim sebaiknya menghargai usaha pendahulu kita dan
terus mengembangkan kemampuan sebagai umat Islam baik dalam segi keagamaan dan juga
ilmu pengetahuan, serta tidak membeda-bedakan beberapa golongan atau sekte semata
dengan berkaca pada Islam secara universal atau menyeluruh, agar islam dapat kembali
bergerak maju dan kembali kepada kejayaan seperti yang telah diperjuangkan oleh para
pemuka agama terdahulu.
E. Ruang Lingkup Pembaharuan Dalam Dunia Islam
1. Dibidang aqidah dan ibadah, pembaharuan di maksudkan untuk
memurnikan ajaran islam dari unsur-unsur asing dan kembali kepada
ajaran yang murni dan utuh, sehingga iman menjadi suci karena terus
diperbaharui. Ini sesuai dengan hadis Nabi :
Dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi Saw bersabda, Tuhanmu
berfirman : Jaddidu manakum, perbaharuilah imanmu(Hadist riwayat
Ahmad).
2. Di bidang muamalah duniawiyah, pembaharuan dimaksudkan
sebagai upaya modernisasi atau pengembangan dalam aspek social,
ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan lain-lain sepanjang tidak
bertentangan dengan dan di bawah panduan Al-Quran dan Hadis. Di
sini umat islam bebas melakukan kreasi, inovasi, dan reformasi
kehidupan masyarakat muslim dengan berbagai metode dan
pendekatan.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.Ali Imran :
105)
Oleh karena itu seluruh bentuk bidah takhayul dan khurafat, baik
dalam bidang aqidah maupun ibadah di berantas oleh
Muhammadiyah.
Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan
muhammadiyah di tekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari
pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan
ajaran Islam.
Upaya pembaharuan yang dilakukan antara lain Muhammadiyah gigih
mempertahankan pendapat bahwa pintu ijtihad masih tetap terbuka, di
bidang sosial muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal
yang ada yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah kedalam bentuk
amal usaha seperti rumah sakit, panti asuhan, dan beberapa lembaga
sosial yang lain.
Di bidang pendidikan muhammadiyah mendirikkan sekolah-sekolah
mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak atau Aisyiyah Bustanul Athfal,
SD atau Madrasah, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sistem pendidikan
yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah adalah suatu bentuk
pembaharuan yang memadukan antara unsur lama yaitu Islam sebagai
dasar pembaharuan dengan unsur baru yaitu metodologi yang diambil
dari sistem pendidikan modern.
Pada intinya gerakan pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah
yakni memperbaharui cara pandang atau paham tentang Islam guna
menjawab persoalan-persoalan yang bersifat kekinian.
F. Pengertian pembaharuan :
G. Secara bahasa dalam Arab dikenal dengan tajdid. Bentuk masdar
dari jaddada-yujaddidu-tajdidan yang berarti memperbaharui
sesuatu.
H. Secara istilah berarti upaya-upaya yang dilakukan untuk
memperbaharui kehidupan keagamaan, baik berbentuk pemikiran
sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tantangan internal maupun
eksternal yang menyangkut keyakinan dan urusan sosial umat
Islam.
I.
J. Ruang Lingkup Pembaharuan :
K. Pembaharuan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia yang
dibedakan menjadi dua bidang utama :
L. 1. Pembaharuan dibidang akidah & ibadah.
M. Diidentifikasi sebagai kecenderungan yang bersifat salafiyah yaitu
upaya untuk mengembalikan aqidah dan praktek ibadah umat Islam
seperti yang dicontohkan oleh 3 generasi umat Islam yang pertama
yaitu Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, tabiin (umat Islam
setelah generasi Nabi SAW dan Sahabat) serta tabiat tabiin
(generasi setelah tabiin)
N. 2. Pembaharuan di bidang muamalah duniawiyah.
O. Dimaksudkan sebagai upaya modernisasi/pengembangan aspek-
aspek sosial kehidupan manusia. Sepanjang tidak bertentangan
dengan Al Quran dan Sunnah umat Islam bebas berkreasi/inovasi
dan melakukan pembaharuan semua bidang kehidupan dengan
berbagai metode dan pendekatan.
Pada usia 10 tahun Ibnu Taimiyah telah hafal Al Quran, belajar kitab-kitab hadist
utama dan ilmu hitung. Tertarik juga mendalami ilmu kalam dan filsafat. Dalam
usia 30 tahun telah menjadi ulama besar pada jamannya.
P.