Anda di halaman 1dari 4

Muhammadiyah Dan Pemberdayaan Perempuan

1. Sejarah Gerakan Pemberdayaan Perempuan Muhammadiyah

Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H bertepangan 19 Mei 1917. Embrio


berdirinya „Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa
Tresna di tahun 1914, yaitu perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar
Kauman. Ahmad Dahlan memang mendorong perempuan untuk menempuh
pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan. Konstruksi
sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh
pendidikan secara formal, tapi Dahlan sebaliknya, mendorong anak gadis
rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah
yang kemudian mengenyam pengkaderan ala Dahlan juga temannya, serta Siti
Walidah atau Nyai Dahlan (Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2022).

Pendirian „Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kyai


Dahlan pada 1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar,
Ki Bagus Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah,
Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah.
Pertemuan tersebut memutuskan berdirinya organisasi perempuan
Muhammadiyah, dan disepakati nama „Aisyiyah yang diajukan K.H. Fachrodin
(Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2022).

Nama itu terinspirasi dari istri Nabi Muhammad, yaitu „Aisyah yang dikenal
cerdas dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad,
maka Aisyiyah bermakna pengikut „Aisyah. Keduanya merupakan pasangan
serasi dalam berdakwah, seperti figur Muhammad dan „Aisyah, bahwa
Aisyiyah akan berjuang berdampingan bersama Muhammadiyah (Pimpinan
Pusat Aisyiyah, 2022).

Dahlan pun pernah berpesan pada sahabat dan muridnya supaya berhati-hati
dengan urusan „Aisyiyah. Jika bisa membimbing, insya Allah „Aisyiyah akan
menjadi teman setia dalam perjuangan persyarikatan Muhammadiyah.
Sembilan perempuan terpilih sebagai sang pemula kepemimpinan perdana
„Aisyiyah. Siti Bariyah mendapatkan amanah sebagai Ketua pertama
„Aisyiyah. Sementara delapan pengurus yang lain, yaitu: Siti Badilah sebagai
Sekretaris; Siti Aminah sebagai Bendahara; Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah
Wasaal, Siti Dalalah, Siti Wadingah, Siti Dawimah, Siti Busyro sebagai
Pembantu.

Salah satu ayat yang senantiasa digadang-gadang oleh pegiat „Aisyiyah, yaitu:
“kaum Islam laki-laki dan kaum Islam isteri sebagian menolong sebagiannya,
sama menyeru dengan kebaikan dan melarang daripada kejelekan.” Ayat
tersebut menjadi landasan teologis yang mengisyaratkan bahwa kewajiban amr
ma‟ruf nahi mungkar tidak memandang jenis kelamin. Di tengah anutan
doktrin bahwa “perempuan itu swarga nunut neraka katut” dan perempuan
tidak perlu bermasyarakat tapi cukup di rumah saja, „Aisyiyah justru
menggiatkan diri berdakwah di ruang kemasyarakatan.

2. Kesetaraan Gender

Kesetaraan dapat diartikan persamaan kedudukan atau tingkatan atau


mempunyai derajat yang sama. Sementara Gender merupakan kata serapan dari
Bahasa Inggris yang mempunyai arti jenis kelamin, ada juga jenis kelamin
yaitu laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender dapat difahami mempunyai
kesamaan kondisi bagi laki-laki atau perempuan guna memperoleh kesempatan
serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berpartisipasi dalam kegiatan
sosial dan politik, kebudayaan, pendidikan, serta kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan.

Diciptakan laki-laki dan perempuan oleh Allah sesungguhnya sebagai mitra


dan harus berdampingan. Pastilah Allah menciptakan keduanya yang paling
baik kepada masing-masing. Jika keduanya sebagai mitra maka tidak ada
ciptaan Allah yang sempurna dalam potensi saat diamanahkan tugas serta
fungsinya. Karena, menyadari bahwa perempuan dan laki-laki merupakan
mitra harus saling menglengkapi.

Kita pasti bersedih bahkan bisa marah jika mendengar dan melihat jika ada
orang yang dengan sengaja dan tega melecehkan perempuan hanya karena dia
seorang perempuan. Ini bukan perkara karena kita dilahirkan dari rahim
seorang ibu, melainkan lebih daripada semua itu. Harus diakui oleh seorang
laki-laki bahwa tanpa kehadiran seorang perempuan hati kita remuk, boleh jadi
saat tidak ada perempuan laki-laki akan saling menghancurkan.

Perempuan dan laki-laki keduanya berkewajiban menciptakan situasi harmonis


dalam masyarakat. Tentu saja, situasi ini harus sesuai dengan kodrat dan
kemampuan masing-masing. Berarti ini bahwa kita dituntut untuk mengetahui
keistimewahan dan kelemahan masing-masing, serta perbedaan-perbedaan
antar budaya. Tanpa mengetahui hal tersebut, pastilah bisa saling merasa paling
benar, berkuasa dan menyakiti. Akhirnya, mempersalahkan interprestasi agama
dan menganiaya perempuan karena mengusulkan hal-hal yang justru
bertentangan dengan kodratnya (M.Quraish Shihab, 2010).

3. Peran Kebangsaan Perempuan Muhammadiyah


Sebagai sebuah organisasi pergerakan „Aisyiyah telah meletakkan pijakan
dasar tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan, bahkan sejak didirikan. Hal
tersebut mencerminkan bahwa „Aisyiyah (Muhammadiyah) telah
menempatkan perempuan dan laki-laki dalam peran kemasyarakatan yang
setara. Oleh karena itu „Aisyiyah sebagai organisasi perempuan dari Ortom
Pergerakan Muhammadiyah perlu mempertegas visi dan misinya, bukan lagi
sekedar organisasi perempuan yang melengkapi organisasi induknya yaitu
Muhammadiyah. Gerakan ini perlu menyelaraskan dan menegaskan perannya
terkait dengan isu-isu perempuan kontemporer seperti; perdagangan
perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap TKW, sampai
soal kepemimpinan perempuan di sektor publik yang masih belum
mendapatkan legitimasi penuh baik secara kultural maupun secara teologis,
lengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam MDGs (Millenium
Development Goals), yang walaupun masa berlakunya sudah limit, akan tetapi
program dunia ini masih akan dilanjutkan dalam Sustainability Development
Goals (SDGs), dengan 12 program pokok gender, sebagaimana yang tertuang
dalam Beijing Platform for Action (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan
Perempuan dan Anak, 2022).

Gerakan pemberdayaan perempuan yang telah banyak dilakukan oleh


„Aisyiyah seyogyanya tidak dilakukan secara seporadis, tanpa melihat
keterkaitan dengan program yang ada lainnya. Pergerakan „Aisyiyah haruslah
terintegrasi dan komprehensif, dengan mengembangkan orientasi gerakannya
bukan sekadar menciptakan kader-kader perempuan yang shalihah secara ritual
(fiqhiyyah), namun tidak bisa menganalisa ketertinggalan perempuan ataupun
hegemoni tradisi dan tafsir agama yang tekstual (skripturalis) sehingga
mengungkung cara berpikir dan bertindak sebagian besar perempuan Islam.
„Aisyiyah perlu melakukan reorientasi organisasi yang selanjutnya dikuti
dengan penguatan dan optimalisasi praksis sosial, dengan dilandasi teologi al
Ma‟un, sebagai inspirasi dasar gerakan Muhammadiyah dan „Aisyiyah.
Reorientasi ini harus diikuti dengan menciptakan kader-kader yang mampu
menciptakan perempuan-perempuan yang shalihah sebagai ulama perempuan
yang memahami Al-Qur‟an yang mampu mensinergikannya dengan kondisi
kekinian (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak,
2022).

Gerakan sosial sebagai kebaharuan dalam praksis sosial berkemajuan ini harus
dilakukan melalui jaringan kerja sama dengan gerakan perempuan lain, baik di
tingkat lokal, nasional maupun internasional. Masalah perempuan merupakan
masalah yang sangat kompleks karena itu membutuhkan kerjasama yang baik
agar kehidupan perempuan menjadi lebih baik. Didirikannya organisasi
gerakan perempuan tentulah dimaksudkan untuk memberikan kehidupan yang
lebih baik bagi kaum perempuan sebagaimana dikemukakan Syafiq Hasyim
dalam buku “Bebas dari Patriarkisme Islam” bahwa gerakan perempuan baik di
Barat ataupun di dunia Islam memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan
perempuan dari kedudukan yang tersubordinasi, terepresi dan termarginalisasi
menuju kedudukan yang seimbang dengan kaum laki-laki. „Aisyiyah sebagai
organisasi Islam dengan paham keagamaan yang moderat telah mencontohkan
bagaimana seharusnya perempuan berkiprah di ruang publik, yang
menempatkan perempuan sebagaimana nilai-nilai Islam yang memuliakan dan
menjunjung tinggi martabat perempuan. Bahwa perempuan tidak sepantasnya
hanya mengurusi rumah tangga, namun perempuan memiliki tanggung jawab
yang sama dalam tugas-tugas sosial untuk pencerahan dan kesejahteraan
ummat manusia dan membawa pandangan bahwa perempuan Islam tidak
hanya berada di ranah domestik tetapi juga ke ranah publik, yang sejalan
dengan prinsip dan misi Islam sebagai agama yang membawa risalah rahmatan
lil-„alamin (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak,
2022).

Dalam kondisi kini, gerakan perempuan „Aisyiyah masih sangat dibutuhkan


dan dikembangkan keberadaanya khususnya di Indonesia, dengan melihat
tantangan dan kondisi sosial politik yang ada saat ini. Berbagai problema yang
teramati dan dialami saat ini yang dihadapi perempuan Indonesia juga semakin
multiaspek seperti ketidakadilan gender, kekerasan, perdagangan perempuan
dan anak, kualitas kesehatan perempuan dan anak yang masih memprihatinkan,
kemiskinan, dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Selain itu, berbagai
pandangan keagamaan yang bias gender masih dihadapi dalam realitas
kehidupan masyarakat sehingga berdampak luas bagi kehidupan perempuan.

„Aisyiyah perlu melakukan revitalisasi yang bertujuan untuk mewujudkan


terbentuknya Keluarga Sakinah dan Qaryah Thayyibah (masyarakat utama),
yang telah dikenalkan sebagai praksis sosial, dengan strategi community
development. Dalam konteks Muhammadiyah penguatan gerakan perempuan
dalam Persyarikatan melekat dengan misi dan dinamika gerakan
Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Revitalisasi gerakan perempuan muslim juga sejalan dengan misi Islam sebagai
agama yang menjunjung tinggi kemuliaan perempuan dan kemanusiaan untuk
menjadi kholifah dimuka bumi ini dan sebagai perwujudan risalah rahamatan
lil‟alamin (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak,
2022).

Dafar Pustaka

Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak. (2022).


Gerakan Perempuan Dalam Perspektif Muhammadiyah.
Https://Lp3a.Umm.Ac.Id/Id/Pages/Opini/Opini-2.Html.
M.Quraish Shihab. (2010). Perempuan. Lentera Hati.
Pimpinan Pusat Aisyiyah. (2022). Sejarah Aisyiyah.
Https://Aisyiyah.or.Id/Profile.

Anda mungkin juga menyukai