Nama itu terinspirasi dari istri Nabi Muhammad, yaitu „Aisyah yang dikenal
cerdas dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad,
maka Aisyiyah bermakna pengikut „Aisyah. Keduanya merupakan pasangan
serasi dalam berdakwah, seperti figur Muhammad dan „Aisyah, bahwa
Aisyiyah akan berjuang berdampingan bersama Muhammadiyah (Pimpinan
Pusat Aisyiyah, 2022).
Dahlan pun pernah berpesan pada sahabat dan muridnya supaya berhati-hati
dengan urusan „Aisyiyah. Jika bisa membimbing, insya Allah „Aisyiyah akan
menjadi teman setia dalam perjuangan persyarikatan Muhammadiyah.
Sembilan perempuan terpilih sebagai sang pemula kepemimpinan perdana
„Aisyiyah. Siti Bariyah mendapatkan amanah sebagai Ketua pertama
„Aisyiyah. Sementara delapan pengurus yang lain, yaitu: Siti Badilah sebagai
Sekretaris; Siti Aminah sebagai Bendahara; Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah
Wasaal, Siti Dalalah, Siti Wadingah, Siti Dawimah, Siti Busyro sebagai
Pembantu.
Salah satu ayat yang senantiasa digadang-gadang oleh pegiat „Aisyiyah, yaitu:
“kaum Islam laki-laki dan kaum Islam isteri sebagian menolong sebagiannya,
sama menyeru dengan kebaikan dan melarang daripada kejelekan.” Ayat
tersebut menjadi landasan teologis yang mengisyaratkan bahwa kewajiban amr
ma‟ruf nahi mungkar tidak memandang jenis kelamin. Di tengah anutan
doktrin bahwa “perempuan itu swarga nunut neraka katut” dan perempuan
tidak perlu bermasyarakat tapi cukup di rumah saja, „Aisyiyah justru
menggiatkan diri berdakwah di ruang kemasyarakatan.
2. Kesetaraan Gender
Kita pasti bersedih bahkan bisa marah jika mendengar dan melihat jika ada
orang yang dengan sengaja dan tega melecehkan perempuan hanya karena dia
seorang perempuan. Ini bukan perkara karena kita dilahirkan dari rahim
seorang ibu, melainkan lebih daripada semua itu. Harus diakui oleh seorang
laki-laki bahwa tanpa kehadiran seorang perempuan hati kita remuk, boleh jadi
saat tidak ada perempuan laki-laki akan saling menghancurkan.
Gerakan sosial sebagai kebaharuan dalam praksis sosial berkemajuan ini harus
dilakukan melalui jaringan kerja sama dengan gerakan perempuan lain, baik di
tingkat lokal, nasional maupun internasional. Masalah perempuan merupakan
masalah yang sangat kompleks karena itu membutuhkan kerjasama yang baik
agar kehidupan perempuan menjadi lebih baik. Didirikannya organisasi
gerakan perempuan tentulah dimaksudkan untuk memberikan kehidupan yang
lebih baik bagi kaum perempuan sebagaimana dikemukakan Syafiq Hasyim
dalam buku “Bebas dari Patriarkisme Islam” bahwa gerakan perempuan baik di
Barat ataupun di dunia Islam memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan
perempuan dari kedudukan yang tersubordinasi, terepresi dan termarginalisasi
menuju kedudukan yang seimbang dengan kaum laki-laki. „Aisyiyah sebagai
organisasi Islam dengan paham keagamaan yang moderat telah mencontohkan
bagaimana seharusnya perempuan berkiprah di ruang publik, yang
menempatkan perempuan sebagaimana nilai-nilai Islam yang memuliakan dan
menjunjung tinggi martabat perempuan. Bahwa perempuan tidak sepantasnya
hanya mengurusi rumah tangga, namun perempuan memiliki tanggung jawab
yang sama dalam tugas-tugas sosial untuk pencerahan dan kesejahteraan
ummat manusia dan membawa pandangan bahwa perempuan Islam tidak
hanya berada di ranah domestik tetapi juga ke ranah publik, yang sejalan
dengan prinsip dan misi Islam sebagai agama yang membawa risalah rahmatan
lil-„alamin (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak,
2022).
Dafar Pustaka