Anda di halaman 1dari 5

RESUME BAB XI

KETERKAITAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN

PERANGKAT ORGANISASI LAINNYA

DISUSUN OLEH :

DEVI NOVITA SARI

16311200

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


BAB 11

KETERKAITAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN

PERANGKAT ORGANISASI LAINNYA

Manusia dengan segala kompetensi yang menyertainya (karakter, pengetahuan dan


kemampuan) sesungguhnya merupakan unsur utama penggerak roda organisasi. Namun untuk
menggerakkan roda organisasi tidak hanya dibutuhkan kehadiran manusia dan kompetensi yang
menyertainnya tetapi juga perangkat – perangkat tersebut menjadi sebuah keharusan. Disamping
itu keterkaitan antara satu perangkat dengan perangkat lain juga tidak bisa dihindarkan karena
masing-masing perangkat tidak bisa berdiri sendiri.

THEORY OF FIT

Ada perkembangan teori organisasi, pada tahun 1960-an berkembang teori baru yang
sampai sekarang cukup mendapat perhatian yakni population ecology theory dan contingency
theory. Kedua teori ini, seperti dikatakan oleh Van de Ven, menjadi sumber munculnya theory of
fit – teori tentang keselaran hubungan internal organisasi. Teori kontigensi yang pada dasarnya
merupakan pengejawantahan dari open system theory, menegaskan bahwa organisasi tidak berada
pada ruang isolasi yang terpisah dari lingkungan eksternal. Oleh karenanya menurut teori ini,
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternal yang dalam batas-batas tertentu tidak
bisa dikendalikan oleh pihak internal organisasi. Oleh karena itu agar organisasi dapat
menjalankan aktivitasnya, bisa bertahan hidup dan berkembang, suka atau tidak organisasi tersebut
harus selalu beradaptasi dan selaras dengan lingkungan.

BUDAYA DAN STRATEGI ORGANISASI

Strategi adalah alat manajemen yang dirancang agar organisasi bisa mencapai tujuan
jangka panjang sebagai bagian untuk mencapai visi dan misi organisasi. Oleh karena itu secara
sederhana strategi sering pula disebut sebagai how do we get there – alat untuk mencapai tujuan
organisasi jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut ada dua kegiatan utama yang berkaitan
dengan konsep strategi organisasi yakni proses of strategy.

Jika strategi disebut sebagai perangkat formal organisasi, maka budaya disebut sebagai
perangkat informal. Budaya secara sederhana sering disebut sebagai how we do things around here
– bagaimana kita melakukan segala sesuatu disini. Dengan demikian budaya dapat diartikan
sebagai cara sebuah organisasi melakukan aktivitasnya belum tentu sama dengan cara organisasi
lain yang melakukan hal yang sama. Budaya organisasi tidak akan memberikan makna apa-apa
bagi oranisasi jika tidak secara formal diujudkan dalam perencanaanstrategi yang tepat.

BUDAYA DAN STRUKTUR ORGANISASI

Alfred D. Chandler, seorang pakar sejarah manajemen yang sangat terkenal,


mengemukakansebuah konsep yang sampai saat ini masih banyak diikuti oleh para ahli
manajemen lainnya yakni structure follows the strategy. Konsep ini, yang tingkat konsistensinya
dibuktikan oleh Terry Amburgey and Tina Dacin menegaskan bahwa formulasi dan implementasi
strategi akan bisa membantu perusahaan mencapai tujuannya jika diikuti oleh penyusunan struktur
yang tepat. Jika tidak maka formulasi strategi hanya sebatas wacana belaka – hanya berada pada
dataran konseptual.

Struktur organisasi biasanya direfleksikan kedalam peta organisasi yang secara visual
digambarkan dalam bentuk kotak dan garis. Richard Daft misalnya mengatakan bahwa
organization chart merupakan representasi yang kasat mata yang menggambarkan semua kegiatan
dan proses aktivitas yang terjadi didalam sebuah organisasi.

BUDAYA DAN SISTEM PENGENDALIAN ORGANISASI

Phesey menegaskan bahwa control system bisa dibedakan menjadi dua yaitu regulative dan
appreciative control. Regulative control pada dasarnya merupakan mekanisme pengendalian yang
berusaha untuk mengurangi atau minimalisasi penyimpangan. Upaya ini dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan aturan, pedoman atau standar yang harus dipatuhi oleh siapapun yang
melakukan kegiatan organisasi. Oleh karenanya proses pengendalian biasanya dimulai dari
menetapkan tujuan, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan, memonitor aktivitas dan diakhiri
dengan tindakan korektif jika dianggap perlu.

Berbeda dengan regulative control yang proses pengendaliannya dilakukan oleh orang lain
dengan menggunakan mekanisme aturan yang telah dibuat sebelumnya, appreciative control
memberi otonomi lebih luas kepada pelaku kegiatan atau kelompoknya untuk mengontrol diri dan
membuat judgment yang dianggap tepat untuk kepentingan organisasi secara kesuluruhan. Oleh
karena itu mekanisme pengendalian ini sering disebut juga sebagai self control – di Indonesia
disebut waskat pengawasan melekat.

BUDAYA DAN PERILAKU INDIVIDUAL

Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang
berarti juga membentuk kepribadian dan pola piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup
perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola
berpikir mereka, kepercayaan, dan ideology yang mereka anut.

Tentu saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun kebiasaan
mereka. Realitas yang multi budaya ini dapat kita jumpai di negara-negara dengan komposisi
penduduk yang terdiri dari berbagai etnis, seperti Indonesia, Uni Soviet (sekarang, Rusia),
Yugoslavia (sekarang terpecah menjadi beberapa Negara) dan lain-lainnya. Kondisi Negara
dengan komposisi multi budaya rentan terhadap konflik dan kesenjangan social. Memang banyak
factor yang menyebabkan terjadinya berbagai konflik tersebut, akan tetapi sebagai salah satu unsur
dasar dalam kehidupan social, budaya mempunyai peranan besar dalam memicu konflik.

Berbicara budaya adalah berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah individual. Pada
ranah sosial karena budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun
kehidupan bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan insidental. Dari kehidupan
bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai
pada kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh sekaligus menjadi
kerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam kehidupan bersama. Semua tata nilai,
perilaku, dan kepercayaan yang dimiliki sekelompok individu itulah yang disebut budaya.

Pada ranah individual adalah budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk
membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan masing-
masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya sudah terbentuk, setiap individu merupakan
agen-agen budaya yang memberi keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar. Individu-
individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi kehidupannya sekaligus mengamati
dan belajar budaya lain dari individu-individu lain yang berinteraksi dengannya. Dari sini terlihat
bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku individu.

Budaya telah menjadi perluasan topik ilmu psikologi di mana mekanisme berpikir dan
bertindak pada suatu masyarakat kemudian dipelajari dan diperbandingkan terhadap masyarakat
lainnya. Psikologi budaya mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis
mempengaruhi perilaku manusia. Di dalam kajiannya, terdapat pula paparan mengenai
kepribadian individu yang dipandang sebagai hasil bentukan sistem sosial yang di dalamnya
tercakup budaya. Adapun kajian lintas budaya merupakan pendekatan yang digunakan oleh ilmuan
sosial dalam mengevaluasi budaya-budaya yang berbeda dalam dimensi tertentu dari kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai