Anda di halaman 1dari 19

PANDANGAN ISLAM TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL BISNIS

“PELAKU BISNIS DAN LINGKUNGAN ALAM”


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah organisasi


untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat dimana ia berada.
Sebuah organisasi mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain yaitu
pada pelaku organisasi, pada lingkungan alam, dan pada kesejahteraan sosial
secara umum. Tanggung jawab sosial sangatlah harus dijalankan, karena hal itu
akan berdampak pada image organisasi atau perusahaan dimata lingkungannya.
Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin maju serta laju
perekonomian dunia yang semakin cepat, dan diberlakukannya sistem
perdagangan bebas sehingga batas kita dan batas dunia akan semakin kabur. Hal
ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk
mendapatkan kesempatan dan keuntungan.
Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu
dengan waktu serta negara-negara lain agar terwujud suatu tatanan perekonomian
yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan bagaimana jadinya
jika pelaku bisnis dihinggapi kehendak saling menindas agar memperoleh tingkat
keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika dan
tanggung jawab sosial bisnis.
Tanggung jawab sosial dunia bisnis tidak saja berorientasi pada komitmen
sosial yang menekankan pada pendekatan kemanusiaan, belas kasihan, panggilan
religi atau panggilan moral dan semacamnya, tetapi menjadi kewajiban yang
sepantasnya dilaksanakan oleh pelaku bisnis dalam ikut serta mengatasi
permasalahan sosial yang menimpa masyarakat. Dalam perkembangannya praktik
tanggung jawab sosial pelaku bisnis telah banyak dilakukan secara sadar, artinya
menerpakan tanggung jawab pelaku bisnis adalah investasi untuk pertumbuhan
dan keterlanjutan bisnis sehingga tak lagi dilirik sebagai pusat biaya.
Dalam menjalankan suatu usaha atau kegiatan ekonomi juga hendaknya
mengambil dan mengamalkan etika yang telah ada dalam Islam itu tersendiri
termasuk di dalamnya etika berbisnis dalam kitannya dengan tanggung jawab
terhadap lingkungan alam sekitar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ?
2. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate Social
Responsibility (CSR) dalam perspektif islam
3. Bagaimana pandangan islam tentang tanggung jawab sosial bagi
pelaku bisnis
4. Bagaimana pandangan islam tentang tanggung jawab sosial dalam
kaitannya dengan lingkungan alam
5. Apa tantanga dari sikap cinta lingkungan

C. Tujuan Makalah
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Bisnis

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility


(CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan,
norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung
jawab sosial lainnya. Ada beberapa pengertian CSR menurut beberapa ahli:

1. R.W. Griffin (2004) memberikan definisi tanggung jawab sosial sebagai usaha
suatu bisnis yang menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan
individu dalam lingkungannya yang meliputi konsumen, bisnis lain,
karyawan, dan investor.

2. Boove & kurtz (2002) mendefinisikan tanggung jawab sosial adalah


perorangan manajemen terhadap kewajibannya untuk mempertimbangkan
laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial sebagai nilai yang
sepadan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.

3. Menurut Clement K. Sansat berpendapat bahwa Corporate Social


Responsibility (CSR) adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi
bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya,
masyarakat lokal dan masyarakat secara lebih luas.

4. Johnson and johnson mendefinisikan CSR: “is about how companies manage
the business processes to produce an overall positive impact on society”.
Yang maksudnya, bagaimana cara mengelola sebuah perusahaan agar
memiliki dampak positif terhadap diri dan lingkungannya. Lingkunagn di sini
tentu saja tidak dalam arti sosial, tetapi juga daam arti lingkungan alam
dimana manusia hidup di dalamnya.
Akhirnya dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya
CSR merupakan cita-cita perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
bentuk tindakan yang berdasarkan etika dengan tujuan untuk meningkatkan
ekonomi secara berkelanjutan disertai peningkatan kualitas hidup karyawan
beserta keluarganya, sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat pada umumnya.1

Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi isu yang penting dalam
beberapa dekade belakangan ini. Dalam menjalankan kegiatannya perusahaan-
perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek buruk kepada masyarakat di
sekelilingnya. Masyarakat di sekelilingnya terdiri dari pekerja-pekerja mereka
sendiri, perusahaan-perusahaan lain, pelanggan-pelanggan,pemasok-pemasok,
investor-investor dan masyarakat atau penduduk di sekitarnya.

Tanggung jawab sosial sosial boleh juga dikatakan sebagai suatu kepercayaan
bahwa para manajer, dalam menjalankan fungsi mengorganisasi dan mengelola
usaha akan membuat keputusan yang didasarkan kepada pemaksimuman
kepentingan sosial dan ekonomi.

Perusahaan-perusahaan asing yang sudah bertahun-tahun beroperasi di


Indonesia, sudah mengumpulkan berpuluh milyar rupiah keuntungan hasil jerih
payah pekerja setempat akan dianggap tiada perasaan tanggung jawab sosial
sekitarnya tiba-tiba saja ingin memindah keluar investasinya. Itu hanyalah karena
negara lain menawarkan biaya buruh yang lebih murah dan insentif pemerintah
yang lebih menarik. Tindakan yang sedemikian akan mengakibatkan banyak
pekerja kehilangan pekerjaan mereka.

Konsep tanggung jawab sosial adalah persoalan yang harus diperhatikan


sebagai satu tantangan kepada masyarakat pengusaha. Tanggung jawab sosial
harus dipandang sebagai sebagian dari kegiatan perusahaan dan apabila

1
http://dosenmudaiain.blogspot.com/2017/04/bab-8-pandangan-islam-tentang-tanggung.html
(diakses pada tanggal 22 September 2018, pukul 15.00 WITA).
dilaksanakan dengan baik dapat membantu pertumbuhan dan keuntungan
perusahaan dalam jangka panjang.

Tanggung jawab sosial membawa ide bahwa perusahaan-perusahaan wajib


membantu menyelesaikan masalah-masalah soal berbarengan dengan usaha
menuju kearah pencapaian tujuan perusahaan, yaitu memaksimumkan keefektifan
operasi perusahaan.2

B. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social


Responsibility (CSR) dalam perspektif Islam

CSR dalam perspektif Islam adalah praktik bisnis yang memiliki tanggung
jawab etis secara Islami. Perusahaan memasukan norma-norma agama Islam yang
ditandai dengan adanya komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial di
dalam operasinya. Dengan demikian, praktik bisnis dalam kerangka CSR Islami
mencakup serangkaian kegiatan bisnis dalam bentuknya. Meskipun tidak dibatasi
jumlah kepemilikan barang, jasa serta profitnya, namun cara-cara untuk
memperoleh dan pendayagunaannya dibatasi oleh aturan halal dan haram oleh
syari’ah.

Menurut Islam, CSR yang dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan


kebajikan yang dilakukan bukan melalui aktivitas-aktivitas yang mengandung
unsur riba, melainkan dengan praktik yang diperintahkan Allah berupa zakat,
infak, sedekah, dan wakaf. CSR juga harus mengedepankan nilai kedermawanan
dan ketulusan hati. Perbuatan ini lebih Allah cintai dari ibadah-ibadah mahdhah.
Rasulullah SAW bersabda, “Memenuhi keperluan seorang mukmin lebih Allah
cintai dari pada melakukan dua puluh kali haji dan pada setiap hajinya
menginfakan ratusan ribu dirham dan dinar”. Dalam hadits lain, Rasulullah
SAW juga bersabda, “Jika seorang muslim berjalan memenuhi keperluan sesama
muslim, itu lebih baik baginya daripada melakukan tujuh puluh kali thawaf di
Baitullah.”

2
Sadono Sukirno,Pengantar Bisnis, Jakarta, 2004, hlm..351-352.
Selain itu, pelaksanaan CSR dalam Islam juga merupakan salah satu upaya
mereduksi permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan
mendorong produktivitas masyarakat dan menjaga keseimbangan distribusi
kekayaan di masyarakat. Islam mewajibkan sirkulasi kekayaan terjadi pada semua
anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada
segelintir orang . Allah Berfirman : “....supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu...” (QS. Al hasyr: 7).

Praktik CSR dalam Islam menekankan pada etika bisnis islami. Operasional
perusahaan harus terbebas dari berbagai modus praktik korupsi dan memberi
jaminan layanan maksimal sepanjang operasionalnya, termasuk layanan
terpercaya bagi setiap produknya . Hal ini yang secara tegas tercantum dalam Al-
Quran. Allah SWT berfirman: “.... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan
dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya,....” (QS. al-A’raf ayat 85).

Dengan demikian, melakukan praktik CSR jika motivasinya (niat) tulus


membantu masyarakat yang membutuhkan, niscaya bisa dikategorikan ke dalam
ghairu mahdhoh. Maksudnya, kendati program itu pada asalnya bukan termasuk
ibadah, namun karena semata untuk membantu orang lain dan berharap ridha
Allah SWT, maka subjek pelakunya akan mendapat pahala sebagaimana
melakukan ibadah. Ini berarti apabila niat yang dicanangkan seperti itu, maka
keuntungan melakukan CSR tidak saja perusahaan akan semakin dekat dengan
masyarakat. Namun yang lebih bermakna, para pengelolanya akan semakin dekat
dan mendapat pahala dari Allah SWT.

Apabila tidak, katakan saja program CSR itu hanya bermotif ekonomi semata,
maka niscaya tidak akan memperoleh pahala ibadah , karena sejak awal telah
terealinasasi dari nilai- nilai teologis yang sejatinya dapat disetting sejak
merencanakan program. Karena itu betapa ruginya perusahaan yang melakukan
program CSR hanya semata- mata ingin meraih keuntungan duniawi sesaat,
terpisah sama sekali dari nilai- nilai teologis yang transenden ukhrowiyah.3

C. Pandangan Islam Tentang Tanggung Jawab Sosial Bagi Pelaku


Bisnis

Pelaku-Pelaku Bisnis, meliputi:

a. Hubungan Perusahaan denganPekerja

1) Keputusan Perekrutan, Promosi, dll bagi pekerja.


Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap muslim secara adil.
Sebagai contoh, dalam perekrutan, promosi dan keputusan-keputusan
lain dimana seorang manajer harus menilai kinerja seseorang terhadap
orang lain, kejujuran dan keadilan adalah sebuah keharusan.
2) Upah yang adil
Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil
baik bagi pekerja maupun juga majikan. Pada hari pembalasan,
Rasulullah SAW akan menjadi saksi terhadap orang yang
mempekerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaannya diselesaikan
olehnya namun tidak memberikan upah kepadanya.
3) Penghargaan terhadap keyakinan pekerja
Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek
hubungan antara perusahaan dan pekerjaannya. Pengusaha Muslim
tidak boleh memperlakukan perkerjaannya seolah-olah Islam tidak
berlaku selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja Muslim harus
diberi waktu untuk mengerjakan shalat, tidak boleh dipaksa untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral Islam,
harus di beri waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat bekerja,

3
http://dosenmudaiain.blogspot.com/2017/04/bab-8-pandangan-islam-tentang-
tanggung.html (diakses pada tanggal 22 September 2018, pukul 15.00 WITA).
dan lain-lain. Untuk menegakkan keadilan dan keseimbangan,
keyakinan para pekerja non-muslim juga harus dihargai.
4) Akuntabilitas
Meskipun majikan atau pekerja secara sengaja saling menipu satu sama
lain, namun mereka berdua harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya di depan Allah SWT. sebagai contoh, Rasulullah SAW
tidak pernah menahan upah siapapun.
5) Hak Pribadi
Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak
dapat mengerjakan tugas terentu atau jika seorang pekerja telah berbuat
kesalahan di masa lalu, sang majikan tidak boleh menyiarkan berita
tersebut. Hal ini akan melanggar hak pribadi sang pekerja.[3]
b. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dengan
perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran, kerahasiaan,
dan konflik kepentingan. Dengan demikian, seorang pekerja tidak boleh
menggelapkan uang perusahaan dan jyga tidak boleh membocorkan
rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktek tidak etis lain terjadi jka
para manajer menambahkan harga palsu untuk makanan dan pelayanan
dlam pembukuan keuanan perusahaan mereka. Beberapa dari mereka
melakukan penipuan karena merasa dibayar rendah dan ingin
mendapatkan upah yang adil. Pada saat yang lain, hal ini dilakukan hanya
karena ketamakkan. Bagi para pekerja Muslim, Allah SWT memberikan
peringatan yang jelas di dalam Al-quran:
“Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar”
Pekerja Muslim yang menyadari makna ayat diatas seharusnya tidak
berbuat sesuatu dengan cara-cara yang tidak etis.
c. Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain
1) Distributor
Berkaitan dengan distributor, etika bisnis menyatakan bahwa seseorang
harus melakukan negosiasi dengan harga yang adil dan tidak
mengambil keuntungan berdasarkan bagian atau kekuasaan yang lebih
besar. Untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan, Allah SWT
telah memerintahkan kita untuk membuat perjanjian kewajiban bisnis
secara tertulis. Transaksi gharar antara perusahaan dan pemasoknya
juga dilarang dalam Islam.selain persoalan di perbolehkannya praktek
agensi secara umum, pedagang dilarang campurtangan dalam sistem
pasar bebas melalui suatu bentuk perantaraan tertentu. Perantaraan
semacam ini mungkin akan menyebabkan terjadinya inflasi harga.
2) Pembeli atau Konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dalam kondisi
baik dan dengan harga yang wajar.mereka juga harus di beri tau bila
terdapat kekurangan kekurangan pada suatu barang islam melarang
praktek praktek di bawah ini ketika berhubungan dengan konsumen
atau pembeli:
a. Penggunaan alat ukur atau timbanagan yang tidak tepat
b. Penimbunan dan manipulasi harga
c. Penjualan barang palsu atau rusak
d. Bersumbah palsu untuk mendukung sebuah penjualan
e. Membeli barang curian
f. Larangan mengambil bunga atau riba
3) Pesaing
Meskipun negara negara barat menyatakan diri sebagai kawasan
berdasarkan prinsip persaingan pasar, publikasi publikasi bisnis utama
akan memperlihatkan bahwa sebuah bisnis akan brusaha memenangkan
dirinya dan mengeliminasi para pesaingnya. Dengan mengeliminasi
para pesaingnya, sebuah perusahaan selanjutnya akan dapat
memperoleh hasil ekonomi di atas rata rata melalui praktek praktek
penimbunan dan monopoli harga.4

D. Pandangan Islam Tentang Tanggung Jawab Sosial Dalam Kaitannya


Dengan Lingkungan Alam
Tanggung jawab sosial terhadap lingkungan ini merupakan tanggung jawab
yang sangat penting. Kerusakan lingkungan akan mempengaruhi kualitas
kehidupan di masa depan. Maka perusakan lingkungan oleh kegiatan perusahaan
harus dihindari. Perusahaan juga harus memperhatikan soal-soal perlindungan
lingkungan melalui kampanye recycle bahan buangan, kampanye mengurangi
mengemudi (gunakan pengangkutan umum) untuk menghindari polusi udara dan
juga kampanye-kampanye tidak merusak lingkungan dengan menebang pohon-
pohon secara liar.
Dalam Islam, lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. Kita
diperintahkan untuk senantiasa memelihara lingkungan alam yang ada, hal ini
sesungguhnya merupakan bagian dari tugas manusia sebagai khalifah di muka
bumi ini. Dalam menjalani kehidupan kita diperintahkan untuk selalu berperangai
baik, baik kepada diri dan orang lain dan lingkungan sekitar. Rasulullah SAW
bersabda:
َ َ‫ ل‬: ‫صلَّى هللا عليه وسلَّ َم قَا َل‬
َ‫ض َر َر َول‬ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫ي هللاُ َع ْنهُ أ َ َّن َر‬ ِ ‫َان ْال ُخد ِْري َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫َع ْن أَبِي‬
ِ ‫س ِع ْي ٍد س ْعد ُ ب ِْن ِسن‬
‫ار‬
َ ‫ض َر‬ ْ ُ‫َّارق‬
ِ )‫طنِي َو َغي ُْر ُه َما‬ ُ ‫س ٌن َر َواهُ ا ْبنُ َما َجه َوالد‬َ ‫ْث َح‬ٌ ‫( َح ِدي‬
Artinya: “Dari Abu Sa'id, Sa'ad bin Malik bin Sinan Al Khudri"Janganlah engkau
membahayakan dan saling merugikan".” (HR Ibnu Majah dan
Daruqutni)
Dalam hadits di atas, kita dilarang untuk berbuat sesuatu yang berbahaya dan
merugikan, termasuk di dalamnya membuat kerusakan lingkungan. Kita sebgai
khalifah di bumi ini harus memelihara bumi dan mengolahnya dengan semangat
ibadah. Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT:

4
http://elysaputri11.blogspot.com/2014/06/tanggung-jawab-sosial-perusahaan-dalam.html
‫سادَ فِي‬ َ َ‫َّللاُ إِلَيْكَ َو َل تَب ِْغ ْالف‬
َّ َ‫سن‬ َ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ الدُّ ْنيَا َوأَحْ سِن َك َما أَح‬ َ ‫َّار ْاْل ِخ َرة َ َو َل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َّ َ‫و َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاك‬
َ ‫َّللاُ الد‬
َ‫َّللاَ َل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِسدِين‬
َّ ‫ض إِ َّن‬ ِ ‫ْاْل َ ْر‬
Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
Dalam ayat di atas, Allah pertama-tama menyuruh kita untuk senantiasa
mencari kebahagiaan akhirat, artinya kita tidak boleh melupakan perintah-Nya
yang paling asasi, yakni beribadah kepadanya sebagaimana firmannya:
ِ ‫نس إِ َّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi (beribadah)kepada-Ku”

Setelah itu Allah melarang kita untuk melupakan bagian kita di dunia, ini
menunjukkan bahwa kita harus aktif dalam mencari karunianya dengan bekerja
dengan giat dan tidak bermalas-malas. Dalam redaksi ayat tersebut menggunakan
seruan larangan sehingga kita harus berusaha (berbisnis). Berusaha disini
hendaknya usaha yang dapat membawa kebaikan bagi orang lain. Bila kita lihat
kembali, setelah kita diperintahkan untuk beribadah, kita diperintahkan untuk
mencari bagian dunia, hal ini menunjukan dalam setiap tindak tanduk kita
hendaknya didasari oleh agama Allah dengan melakukan segalanya sesuai dengan
perintah serta tuntunan agama dengan tidak merugikan orang lain.
Selanjutnya Allah memperingatkan kita untuk tidak berbuat kerusakan
dimuka bumi ini. Artinya dalam melakukan segala kegiatan kita hendaknya kita
tidak merusak lingkungan alam. Hal ini karena bila kita merusak maka sangat
mungkin menimbulkan kemudharatan bagi kita dan manuisa yang lainnya.
Sehingga bertentangan dengan maksud potongan ayat sebelumnya yang
memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan usaha yang dapat memberikan
kebaikan atau manfaat kepada orang lain.
Di akhir ayat, Allah menegaskan bahwa Ia membenci orang-orang yang
berbuat kerusakan. Maka hendaknya kita mengingat ini semua bahwa dalam
setiap usaha yang kita lakukan, hendaknya mendatangkan manfaat bagi orang lain
dan tidak menimbulkan kerusakan.
Jadi, dalam syari’at Islam, kita perintahkan untuk selalu menjaga dan
memelihara etika dalam melaksanakan stiap kegiatan ibadah atau keduniaan,
termasuk di dalamnya kegiatan bisnis. Sebagai contoh, bagi algojo yang akan
mengeksekusi atau tukang jagal yang ingin menyembelih ternak, diperintahkan
untuk melakukannya dengan baik:
َ‫سان‬ َ ‫ إِ َّن هللاَ َكت‬: ‫س َّل َم قَا َل‬
َ ْ‫َب اْ ِْلح‬ َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬
َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ َ ُ ‫ي هللاُ َع ْنه‬
ُ ‫ع ْن َر‬ ِ ‫شدَّاد اب ِْن أ َ ْو ٍس َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫َع ْن أ َ ِبي يَ ْعلَى‬
. ُ‫ش ْف َرتَهُ َو ْلي ُِر ْح ذَبِ ْي َحتَه‬
َ ‫الذ ْب َحةَ َو ْلي ُِحدَّ أ َ َحد ُ ُك ْم‬
ِ ‫ فَإِذَا قَت َْلت ُ ْم فَأَحْ ِسنُوا ْال ِقتْلَةَ َوإِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم فَأَحْ ِسنُوا‬، ٍ‫ش ْيء‬
َ ‫َعلَى ُك ِل‬
]‫[رواه مسلم‬
baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik
Artinya: “Dari abu ya'la, Syaddad bin Aus" Sesungguhnya Allah mewajibkan
berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh
dengan cara yang dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan
yang disembelihnya” (HR. Muslim).5

E. Tantanga Dari Sikap Cinta Lingkungan


Dalam dekade akhir-akhir ini, kemerosotan lingkungan telah menjadi
keprihatinan yang meluas. Sikap cinta lingkungan usaha untuk melindungi dan
menyelamatkan lingkungan sehingga secara langsung mempengaruhi semua
organisasi bisnis. Salah satu sumber polusi yaitu perusahaan yang menyalurkan
sampah menuju sungai, asap ke udara, dan suara ke daerah sekitar operasional
mereka.
Kepentingan para para pemilik bisnis berskala kecil dan para pecinta
lingkungan tidak perlu atau tidak seragam dalam konflik. Beberapa pimpinan
bisnis, termasuk sebagian di bisnis berskala kecil secara konsisten bekerja dan
bertindak untuk alasan konservasi. Sebagai contoh, banyak perusahaan telah
membuat peralatan mereka modern dan mengubah prosedur mereka untuk
mengurangi polusi air dan udara. Perusahaan lainnya telah mengambil langkah-

5
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://dosenmudaiain.blogspot.c
om/2017/04/bab-9-pandangan-islam-tentang-tanggung.html
langkah untuk menanam tumbuh-tumbuhan dan kalau tidak memperbaiki
penampilan fasilitas pabrik. Beberapa bisnis berskala kecil sebenarnya telah
dalam posisi untuk mendapatkan manfaat dari perhatian umum terhadap ekologi.
Sebagai contoh, perusahaan tersebut yang produknya tidak berbahaya bagi
lingkungan umumnya dipilih oleh para konsumen diatas para pesaing yang
produknya mencemarkan lingkungan. Juga, beberapa perusahaaan kecil yang
terlibat dalam pelayaran peralatan pengendali polusi. Toko perbaikan mobil,
misalnya mungkin melayani alat pengendali polusi pada mesin mobil.
Perusahaan kecil lainnya, bagaimanapun, dipengaruhi secara merugikan oleh
usaha-usaha untuk melindungi lingkungan. Cadangan hidup yang memberi makan
tanah, pabrik semen, pengolah makanan hewan peliharaan dan pengecorana logam
merupakan perwakilan industri yang sangat mudah diserang ustuk peraturan
seperti itu pada bisnis jenis ini sering sangat besar. Tentu saja, meminta berbaikan
telah memaksa penutupan beberapa perusahaan. Banyak perusahaan pengecoran
kecil, misalnya, diharuskan untuk tutup karena pengendalian lingkungan yang
mahal.
Ini biasanya cukup sulit untuk sebuah bisnis berskala kecil untuk melewati
biaya yang lebih tinggi pada para konsumennya; hanya dalam situasi perusahaan
yang sangat menguntungkan sebuah perusahaan dapat melakukannya. Kesulitan
ekonomi yang dihasiilkan harus diakui sebagai biaya pengendalian lingkungandan
dievaluasi dengan tepat. Meminta pengendali polusi yang efektif terutama pada
sebuah perusahaan yang kecil, marginal dengan peralatan yang kuno sukar. Dalam
kasus seperti itu, peraturan lingkungan mungkin hanya mempercepat penutupan
perusahaan yang tak dapat dielakkan.
Peraturan pemerintah yang dimiliki ditingkat negara bagian atau daerah
setempat merupakan masalah khusus bagi bisnis berskala kecil. Peraturan negara
bagian atau daerah mungkin membuktikan diskriminasi dengan memaksa
perusahaan-perusahaan setempat dengan biaya tinggi sehingga para pesaingnya,
terletak diluar daerah yang memiliki peraturan tersebut, tidak harus membayar.
Kepentingan diri sendiri yang segera dari sebuah perusahaan kecil, oleh karena
itu, dilayani dengan baik dengan peraturan yang diterapkan pada tingkat yang
tertinggi atau yang paling umum. Peraturan negara federal menerapkan pada
semua perusahaa AS sehingga tidak menciptakan keuntungan kompetitif diantara
komunitas dan negara bagian.6

6
Justin G. Longenecker, Kewirausahaan, Manajemen Usaha Kecil, Jakarta,2001, hlm. 461-
462.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran
DAAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai