Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOPERASI

MENGELOLA KOPERASI

Dosen Pengampuh: Dra. Eva Desembriaanita, M.M

DISUSUN OLEH:

1. Nur Afiana (15.01.6618)


2. Nur Afiani (15.01.6619)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN - AKUNTANSI SEMESTER III STIE URIP


SUMOHARJO

TAHUN AJARAN 2018 - 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME.Karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penyusunan Makalah ini telah dapat diselesaikan dengan judul “Mengelola Koperasi”. Makalah ini
disusun bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Ekonomi Koperasi kami.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak dan ibu dosen pengampu yang menuntun kami dalam penyelesaian makalahini.

2. Orang tua yang ikut menyemangati dalam penyelesaian makalah.

3. Teman teman kami yang turut bekerja sama dan membantu dalam pembuatan makalah.

Kami harap makalah ini dapat membantu atau bermanfaat bagi pembaca dalam
mempelajari atau memahami tentang “Mengelola Koperasi”.

Penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan agar makalah kami selanjutnya dapat lebih baik
dan sempurna.

Surabaya, 02 Juni 2018


DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................................... 1
BAB 2 ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
2.1 Elemen dalam Koperasi................................................................................................................. 2
2.2 Definisi Kewirausahaan Koperasi .................................................................................................. 2
2.3 Alasan Perlu diadakan Kewirausahaan Koperasi .......................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Kewirausahaan dalam Koperasi ................................................................................... 5
2.5 Kendala dalam Wirausaha Koperasi ............................................................................................. 7
2.6 Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan dalam Koperasi .......................................................... 7
2.6.1 Membangun Kultur Jejaring ................................................................................................... 8
2.6.2 Kultur dan Struktur Kewirausahaan yang Kompatibel ........................................................... 9
BAB 3 ..................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Koperasi merupakan bentuk perusahaan organisasi dimana tujuan utama nya bukan
mencari keuntungan tetapi mencari kesejahteraan dari anggotanya.Koperasi sebagai
perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang
pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama
dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam
rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena Koperasi
di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di Indonesia belum
memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini
disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam penguasaan faktor
produksi khususnya permodalan.

B. Rumusan masalah
Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan rumusan masalah yang akan dikaji
yaitu:
a. Bgaimana pentingya suatu manajemen dalam koperasi ?
b. Apa maksud dari Manajemen Koperasi Modern ?
c. faktor apa saja untuk memengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu usaha
koperasi ?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana cara berwirausaha pada koperasi yang baik dan benar.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Elemen dalam Koperasi
Enam elemen yang dikandung koperasi Menurut ILO (International Labour
Organization) sebagai berikut :
1. Koperasi adalah perkumpulan orang – orang (Association of persons).
2. Penggabungan orang – orang tersebut berdasar kesukarelaan (Voluntarily
joined
together).
3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic
end)
4. Koperasi yang dibentuk adalah satu organisasi bisnis (badan usaha) yang
diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of a democratically
controlled business organization)
5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making
equitable contribution to the capital required)
6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (Accepting a
fair share of the risk and benefits of the undertaking).

2.2 Definisi Kewirausahaan Koperasi


Secara definitif seorang wirausaha termasuk wirausaha koperasi adalah
orangyang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan darinya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses
(Meredith, et al,1984).

Para wirausaha koperasi adalah orang yang mempunyai sikap mental positif
yang berorientasi pada tindakan dan mempunyai motivasi tinggi dalam mengambil risiko
pada saat mengejar tujuannya. Tetapi mereka juga orang-orang yang cermat dan penuh
perhitungan dalam mengambil keputusan tentang sesuatu yang hendak dikerjakan,
Setiap mengambil keputusan tidak didasarkan pada metode coba-coba, melainkan
dipelajari setiap peluang bisnis dengan mengumpulkan informasi-informasi yang
berharga bagi keputusan yang hendak dibuat.

Sedangkan kewirakoperasian adalah suatu sikap mental positif dalam usaha


komperatif dengan mengambil prakasa inovatif serta keberanian mengambil resiko dan
berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan nyata,serta peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut
terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan.

1. Kewirausahan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara


komperatif. ini berarti kewirakopersian harus mempunyai keinginan untuk
memajukan organisasi koperasi.
2. Tugas utama kewirakoperasian adalah mengambil prakasa inovatif artinya
berusaha mencari ,menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi
kepentingan bersama.
3. Wirakoperasi harus mempunyai keberanian mengambil resiko karena dunia
penuh dengan kepastian. Oleh karena itu dalam menghadapi situasi semacam itu
diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil resiko.
4. Kegiatan wirakoperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi
yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
5. Tujuan utama setiap wirakoperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota
koperasi dan meningkatkan kesejahteran bersama.
Selanjutnya menurut Meredith (1984) para wirausaha (termasuk wirausaha
koperasi) mempunyai ciri dan watak yang berlainan dengan individu kebanyakan. Ciriciri
dan watak tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.

b. Berorientasi pada tugas dan hasil yang didorong oleh kehutuhan untuk
herprestasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan
ketabahan, mempunyni tekad kerja keras, dan mempunyai energi inisiatif.

c. Mempunyai kemampuan dalam mengambilrisiko dan mengambil keputusan-


keputusan secara cepat dan cermat.

d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi


saransaran dan kritik.

e. Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun.

f. Berorientasi ke masa depan.

Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha


secara koperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko
dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan nyata serta peni ngkatan kesejahteraan bersama (Hendar dan Kusnadi,
1999).
Dan definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan
seperti penjelasan di bawah ini. Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif
dalam berusaha secara koperatif. Ini berarti wirausaha koperasi (orang yang
melaksanakan kewirausahaan koperasi) harus mempunyai keinginan untuk memajukan
organisasi koperasi, baik itu usaha koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus
dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus
mementingkankebutuhan anggotanya.

Tugas utama wirausaha koperasi adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya


berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan
bersama (Drucker, 1988). Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi berada
dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat tumbuh dengan
cepat dan menghasilkan.

Kemudian pada saat usaha koperasi berjalan, agar koperasi paling tidak dapat
mempertahankan eksistensi usaha koperasi yang sudah berjalan dengan lancar. Perihal
yang lehih penting adalah tindakan inovatif pada saat usaha koperasi berada dalam
kemunduran (stagnasi). Pada saat itu wirausaha koperasi diperlukan agar koperasi
berada pada siklus hidup yang baru.Wirausaha koperasi harus mempunyai keberanian
mengambil risiko. Karena dunia penuh dengan ketidakpastian, sehingga hal-hal yang
diharapkan kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh
karena itu dalam menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang
mempunyai kemampuan mengambil risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini dilakukan
dengan perhitungan-perhitungan yang cermat.

Pada koperasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian sedikit


terkurangi oleh orientasi usahanya yang lebih banyak di pasar internal. Pasar internal
memungkinkan setiap usaha menjadi beban koperasi dan anggotanya karena koperasi
adalah milik anggota. Oleh karena itu secara nalar tidak mungkin anggota merugikan
koperasinya. Kalaupun terjadi kerugian dalam kegiatan perasional, maka risiko tersebut
akan ditanggung bersama-sama, sehingga risiko per-anggota menjadi relative kecil.
Tetapi bila orientasi usaha koperasi lebih banyak ke pasar eksternal seperti KUD, maka
risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian akan mempunyai bobot yang samadengan
risiko yang dihadapi oleh pesaingnya.

Dalam kondisi ini tugas wirausaha koperasi lebih berat dibanding dengan
wirausaha koperasi yang lehih banyak orientasinya di pasar internal. Kegiatan wirausaha
koperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu anggota sebagai
pemilik dan, sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota harus diutamakan agar
anggota mau berpartisi pasi aktif terhadap koperasi. Karena itu wirausaha koperasi
bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai kebutuhan
anggotanya. Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah memenuhi kebutuhan
nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama.
Tugas seorang wirausaha koperasi sebenamya cukup berat karena banyak pihak
yang berkepentingan di lingkungan koperasi, seperti anggota, perusahaan koperasi,
karyawan, masyarakat disekitarnya, dan lain-lain. Seorang wirausaha koperasi terkadang
dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing-masing pihak. Bila ia
lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus berorientasi di pasar eksternal
dan hal ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggota. Sebaliknya bila
orientasinya di pasar internal dengan mengutamakan kepentingan anggota, maka yang
menjadi korban adalah pertumbuhan koperasi.

Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer, birokrat


yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli
terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirausaha koperasi ini tentunya
mempunyai kebebasan bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang selanjutnya
menentukan tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.

2.3 Alasan Perlu diadakan Kewirausahaan Koperasi


Suatu bangsa yang memiliki wirausaha yang besar akan lebih mudah untuk maju
dan lebih tahan terhadap gangguan krisis. Soko Guru perekonomian Indonesia adalah
koperasi, maka kebutuhan akan wirausaha koperasi menjadi penting, antara lain :

a. Pembangunan koperasi diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi badan


usaha yang semakin efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan
berakar pada masyarakat.

b. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan


kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional

c. Pemberian kemampuan yang seluas – luasnya disegala sektor kegiatan ekonomi dan
penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh permodalan

d. Kerjasama antar koperasi, usaha negara dan usaha swasta sebagai mitra usaha
dikembangkan secara lebih nyata.

2.4 Klasifikasi Kewirausahaan dalam Koperasi


Secara umum, berdasar jenis usaha, koperasi terdiri atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP),
Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi.

a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

KSP adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan
anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan
mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi
penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha
koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”
b. Koperasi Serba Usaha (KSU)

KSU adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit


usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota
juga masyarakat, unit produksi, unit wartel.

c. Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan


kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan
makanan, pakaian, perabot rumah tangga.

d. Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang


(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini pada umumnya
sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal
dan pemasaran.Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

a. Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan.


Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk
itu, kegiatan yang dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat pemberantas
hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan teknis pertanian.

b. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini
bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan
kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup departemen
atau instansi.

c. Koperasi Sekolah

Koperasi Sekolah meiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan
siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga
sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi
sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media
pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan
kejujuran.

Selain tiga jenis koperasi tersebut, sesuai keanggotaannya masih banyak jenis
mlainnya. Misalnya koperasi yang anggotanya para pedagang di pasar dinamakan
Koperasi Pasar, koperasi yang anggotanya para nelayan dinamakan Koperasi Nelayan.
Sedangkan kewirakoperasian dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Kewirakoperasian anggota

Dalam kewirakoperasian anggota, anggota itu sendiri merupakan pemilik


koperasi. Tetapi tipe ini masih sangat lemah mengingat kebanyakan kemampuann
anggota dalam inovasi masih sangat rendah, karena dalam bertindak harus
memperhatikan anggota lainnya.

2. Kewirakoperasian manajer

Dalam kewirakoperasian manajer, manajer diangkat sebagai pelaksana dan penanggung


jawab kegiatan operasional. Tetap dalam tipe ini kendala yang dihadapi oleh manajer
adalah keterbatasan untuk bertindak.

3. Kewirakoperasian birokrat

Dalam kewirakoperasian birokrat melibatkan birokrat, birokrat adalah pihak yang secara
tidak langsung berhubungan dengan pengembangan gerakan koperasi.

4. Kewirakoperasian katalis

Dalam kewirakoperasian katalis, katalis diartikan sebagai pihak yang berkompeten


terhadap pengembangan koperasi kendatipun ia tidak mempunyai hubungan langsung
dengan organisasi koperasi. Para katalis mempunyai kemampuan yang tinggi dan
motivasi yang tinggi, ia juga mempunyai kebebasan bertindak karena berada diluar
organisasi koperasi dan tidak terikat oleh aturanaturankoperasi tersebut.

2.5 Kendala dalam Wirausaha Koperasi


Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut,seorang wirausaha kopersi dihadapi pada
kendala sebagai berikut:

1. Kemungkinan bertindak inovatif tidak selalu merupakan kemungkinan yang diizinkan


menurut hukum, jadi innovator tidak mempunyai hak untuk menerapkan tindakan
inovatif.

2. Kemungkinan inovatif yang diperoleh harus ditemukan dan dilaksanakan


penerapannya, untuk itu diperbolehkan kemampuan baik persenat maupun
organisatoris.

3. Kalaupun kemungkinan inovatif tertentu tidak terlarang dan masih dalam rangka
kesanggupan seorang atau kelompok, maka perseorangan atau kelompok perlu memiliki
motivasi untuk menerapkan inovasi itu.

2.6 Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan dalam Koperasi


Dalam peta perekonomian, koperasi merupakan entitas ekonomi dengan
unikum tersendiri. Dalam koperasi, pemilik dan pelanggan berada di satu genggaman.
Segenap sumberdaya difokuskan untuk melayani kepentingan anggota dan bukan untuk
pengurus atau manajer Anggotalah yang menjadi target utama dalam setiap keputusan
organisasi dan usaha koperasi. Kesejahteraan anggota terefleksikan melalui pelayanan
dan akses optimal terhadap segenap sumber daya organisasi dan ekonomi koperasi.
Untuk mempertahankan formasi itu, perlu dibangun sebuah system yang mampu
mendorong usaha koperasi berkembang.

Pertama, perlu terlebih dahulu disadari bahwa dalam koperasi, pengurus bukan
pengusaha. Kalaupun pengusaha, layaknya adalah di bidang yang tak terkait dengan
bidang yang ditangani koperasinya. Koperasi konsumen, koperasi produsen, atau
koperasi kredit, memiliki mekanisme usaha spesifik yang harus dikelola secara
profesional agar berkembang.

Pengembangan usaha harus diwadahi secara independen dimana unit-unit


usaha yang ditangani koperasi harus dikemas dan dikelola secara mandiri. Kondisi
demikian meniscayakan pengurus koperasi untuk tidak banyak campur tangan.
Pengalamanpengalaman di masa lalu harus dijadikan peringatan, bahwa banyak unit
usaha koperasi gagal justru akibat pengurus terlalu turut campur.

Independensi pengelolaan usaha dalam konteks relasi antara pengurus koperasi


dengan manajemen, merupakan refleksi kultur usaha koperasi yang fleksibel.
Fleksibilitas usaha mencerminkan kesiapan koperasi untuk menangkap peluang yang
ada, sekaligus merupakan keterbukaan untuk mengembangkan daya saing. Karena itu,
konsep dari-oleh dan untuk anggota akhirnya memang bukan dogma yang tertutup bagi
penafsiran kreatif. Bukan harga mati dan karenanya terbuka dan layak untuk dievisi
secara konstruktif sesuai kebutuhan. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
menumbuhakan jiwa kewirausahaan koperasi adalah dengan melakukan dan
menerapkan beberapa langkah dibawah ini yaitu:

2.6.1 Membangun Kultur Jejaring


Untuk berkembang dengan daya saing memadai, wawasan global dibutuhkan
oleh segenap elemen pembentuk koperasi. Trend pola usaha global yang terkoneksi
dengan system bisnis dan ekonomi yang lebih luas mengharuskan koperasi untuk
mengembangkan kerjasama, baik dengan sesame koperasi maupun nonkoperasi
sepanjang memiliki visi yang sesuai. Konsekuensinya, dibutuhkannya kemampuan dan
kultur manajemen jejaring yang akan menjadikan unit usaha koperasi menjadi fleksibel.
Semakin disadari bahwa perencanaan bisnis yang terpusat di puncak manajemen kian
menjadi tidak efektif. Sebagai gantinya, perencananan strategis yang mencakup
prosesproses yang melibatkan semua anggota yang memberi masukan pemikiran
sehingga merupakan perspektif bersama (shared) semakin diminati.

Melalui kebersamaan dalam kerjasama tim berjaringan kerja dapat digalang


daya juang dan daya saing yang dapat diandalkan. Jaringan kerja yang ditata dari bawah
membuat koperasi dapat memacu sumber dana yang berasal dari anggota-ang-gota
secara lebih baik. Tanpa adanya pengaturan sumber dana, terutama yang datang dari
para anggota, bangunan cooperative network cenderung rapuh. Karena itu ditekankan,
bahwa sumber dana dari yang berasal dari luar, hanya sebagai pelengkap dan jumlahnya
tak melebihi 30% dari seluruh dana-dana yang berasal dari para anggotanya.

Pemekaran jaringan koperasi diupayakan untuk membentuk sinergi untuk


secara kolektif mengantisipasipengaruh dari asosiasi pengusaha setempat yang biasanya
melindungi kepentingan pengusaha-pengusaha yang hanya bermotif mencari
keuntungan, di samping itu tersedianya jaringan koperasi yang memadai secara vertikal
maupun horizontal akan membantu meningkatkan bargain position koperasi terhadap
institusi dan lembaga keuangan swasta maupun pemerintah yang dapat menentukan
kebijakan yang berdampak bagi kelangsungan usaha koperasi.

Memacu perkembangan gerakan koperasi tanpa membangun jaringan koperasi


yang memadai, akan menyebabkan gerakan koperasi tetap tumbuh, tapi kerdil.
Memadainya jaringan koperasi merupakan permulaan bisnis yang efisien, agar
menghasilkan sinergi yang memadai dalam lingkup keterkaitan bisnis antara koperasi-
koperasi primer dan sekunder serta koperasi tingkat atas dalam jaringan koperasi.

Fleksibilitas diperlukan untuk menyambut tantangan bahwa tidak ada koperasi


primer, sekunder, dan tersiernya yang persis kongruen satu dengan yang lain. Ada
beragam faktor yang membedakan satu dengan yang lain. Hal ini dikarenakan fakta
keragaman dalam hal sumberdaya dan keahlian, pengalaman, daya dukung dan kondisi
eksternal, latar belakang kebiasaan dan kultur organisasi setempat, faktor geografis,
akses komunikasi dan transportasi,serta kapasitas permodalan. Karena itu melalui
simbiosis interdependen dalam interaksi organisasi dapat dicarikan harmoni. Harmoni
itu bisa diukur dalam beberapa hal, seperti penghematan biaya, pemanfaatan
sumberdaya modal dan tenaga kerja, serta kesempatan ber usaha yang lebih baik.
Melalui jaringan koperasi sangat dimungkinkan terjadinya transfer sumber daya, sumber
dana, pengalaman, serta keterampilan teknis terkait.

2.6.2 Kultur dan Struktur Kewirausahaan yang Kompatibel


Bahwa koperasi bukanlah organisasi sosial, melainkan merupakan wahana bagi
perjuangan ekonomi. Hasil dari perjuangan itulah yang pada gilirannya digunakan bagi
anggota perorangan,sehingga kesejahteraannya meningkat. Pengelolaan koperasi harus
profesionaldan megikuti kaidah-kaidah ekonomi. Jika koperasi bergerak di bidang
industri maka harus mengikuti kaidah industri, demikian pula jika bergerak di bidang
perbankan, harus dikelola dengan kaidah perbankan.

Sebagai contoh, keberadaaan koperasi di Skandinavia sangat mengesankan.


Ekonomi masyarakat Negara itu praktis dikuasai koperasi. Lihat juga bank-bank besar
yang jaringannya telah mendunia yang justru dimiliki oleh koperasi. Rabo Bank
(Raiffeisen Boerenleen Bank), misalnya, basisnya adalah milik koperasi petani yang
didirikan lebih dari 100 tahun silam. Bank terkuat dan paling likuid di dunia, khususnya di
Eropa, adalah Credit Agricole, yakni bank agraria di Perancis yang dimiliki oleh koperasi
para petani negeri itu. Para koperasiwan setempat berhasil mengartikulasikan koperasi
sebagai wahana perjuangan ekonomi secara mengagumkan.
Kesadaran bahwa perkembangan yang cepat dalam intensitas ketersediaan
informasi (informasi pasar, pesaing dan lingkungan berbisnis) merupakan stimulans bagi
koperasi untuk semakin profesional, berjiwa kewirausahaan, dan tidak statis dalam
proses kegiatan manajerial. Sumberdaya manusia sebagai pelaksana inti budaya dalam
organisasi, yakni manifestasi dan nilai-nilai dalam organisasi. Siap atau atak siap, bahwa
budaya berpengaruh dalam cara orang berhubungan dengan orang lain baik dalam
internal maupun keluar organisasi.

Secara sederhana budaya organisasi (organizational culture) adalah norma-


norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi dan lebih spesifik
sebagai suatu kerangka kerja yang meliputi sikap, nilai-nilai norma perilaku, dan
ekspektasi yang disumbangkan anggota organisasi secarakeseluruhan. Koperasi tak perlu
dibebani dengan misi-misi yang berada di luar jangkauannya.Kewirausahaan
dikembangkan melalui unit yang independen dengan manajemen yang khusus
difungsikan untuk itu dan dengan fokus tetap untuk kepentingan anggota.
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koperasi memiliki dua nilai, kekeluargaan dan kewirausahaan. Dalam praktiknya,
keduanya tak mudah untuk diharmonisasikan. Tanpa etos kekeluargaan yang
meniscayakan dimensi sosial, koperasi kehilangan spiritnya. Tanpa kultur wirausaha
yang kuat, koperasi lumpuh. Menempatkan usaha secara independen, merupakan salah
satu langkah yang perlu ditempuh agar koperasi fokus pada profesionalitas kinerja.
Untuk itu, diperlukan pemisahan antara kultur kekeluargaan dan kewirausahaan di
tangan yang berbeda, dengan tetap melayani sebuah visi yang sama dan sebangun yakni
melayani kepentingan anggota pada khususnya agart tercipta suatu peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara luas.

3.2 Saran
Demi terciptanya suatu organisasi yang mandiri dalam berbagai aspek maka
koperasi juga perlu menerapkan suatu konsep kewirausahaan. Konsep kewirausahaan
dalam koperasi yang terarah dan terorganisir dalam pelaksanaannya akan
memungkinkan terciptanya suatu ide dan inovasi yang dapat menjadikan koperasi lebih
bias bersaing dengan badan usaha lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji dan Widiyanti, Ninik. 1992. Dinamika Koperasi. Rineka Cipta: Jakarta.

Arief, Sritua. 1997. Koperasi Sebagai Organisasi Ekonomi Rakyat, dalam


Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan Rakyat dalam Arus
Globalisasi. CSPM dan Zaman: Jakarta.

Drucker, Peter F. 1988. Inovasi dan Kewiraswastaan, Praktek dan Dasar-Dasar. Erlangga.
Jakarta, dalam Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Entangsastra A. 1984. Pembangunan Koperasi (Teori dan Kenyataan). Alumni: Bandung.

Haeruman, H. 2000. ”Peningkatan Daya Saing Industri Kecil untuk Mendukung Program
PEL”. Makalah Seminar Peningkatan Daya Saing. Graha Sucofindo: Jakarta.

Hendrojogi. 2002. Koperasi (Asas-asas, Teori dan Praktek. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.

Koermen. 2002. Manajemen Koperasi Terapan. Prestasi Pustaka Publisher:Jakarta.

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga: Jakarta.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992. Tentang Perkoperasian Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai