Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

SIKLUS EKONOMI (KONJUNGTUR)


Dosen : Dra. Ni Putu Martini Dewi, M.Si

Oleh :
Kelompok 13
Anggota :
Ni Made Wuriti ( 1907531176 )

Ni Putu Sri Yuristianti ( 1907531186 )

Ni Made Febby Dwi Paramitha ( 1907531189 )

Ni Luh Intan Chintya Cahyani ( 1907531213 )

Putu Desya Srinadi Putri ( 1907531242 )

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Siklus Ekonomi (Konjungtur).” Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Dalam
makalah ini mengulas tentang pengertian konjungtur, tahap – tahap konjungtur,
teori terjadinya konjungtur, pengelolaan konjungtur, dan contoh terjadinya
konjungtur dalam kehidupan nyata.

Adapun makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami
berharap makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat menerapkannya dalam pembuatan tugas-tugas selanjutnya.Akhir kata kami
ucapkan terimakasih atas kesediaannya dalam membaca tulisan ini.

Jimbaran, 3 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konjungtur ................................................................................3
2.2 Tahap-Tahap Konjungtur ............................................................................3
2.3 Teori Terjadinya Konjungtur .......................................................................6
2.4 Pengelolaan Konjungtur ..............................................................................7
2.5 Contoh Kasus Konjungtur ...........................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian yang ideal yang sering diharapkan adalah perekonomian


yang terus menerus mengalami pertumbuhan tanpa satu tahun atau bahkan
satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai
stabilitas harga dan dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Neraca
perdagangan dan neraca pembayaran pun mengalami surplus yang baik.
Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran
dan kesejahteraan bagi masyarakat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Namun, perekonomian yang ideal hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia
nyata, perekonomian akan selalu mengalami gelombang pasang surut,
setidaknya jika dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga.
Gelombang naik turun tersebut relative teratur dan terjadi secara berulang –
ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Pasang surut perekonomian atau
kenaikan kemunduran dalam kegiatan ekonomi disebut dengan konjungtur.
Pada makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai konjungtur
serta hal – hal lain yang berkaitan dengan konjungtur.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian konjungtur?

1.2.2 Apa saja tahap – tahap konjungtur?

1.2.3 Bagaimana teori terjadinya konjungtur?

1.2.4 Bagaimana pengelolaan konjungtur dilakukan?

1.2.5 Bagaimana contoh kasus konjungtur?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian konjungtur

1.3.2 Untuk mengetahui tahap – tahap konjungtur

1.3.3 Untuk mengetahui teori terjadinya konjungtur

1.3.4 Untuk mengetahui pengelolaan konjungtur

1.3.5 Untuk mengetahui contoh kasus konjungtur

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konjungtur

Konjungtur adalah kenyataan yang berlaku dalam perekonomian yang


menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi
mengalami kenaikan atau kemunduran yang selalu berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Gambaran atau grafik mengenai konjungtur adalah suatu grafik yang
menunjukkan perubahan pendapatan nasional dan kegiatan ekonomi dari satu
waktu ke waktu yang lain.

Perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari satu period eke
periode lainnya. Ia selalu mengalami masa naik dan turun. Ada kalanya kegiatan
perekonomian berkembang dengan sangat pesat sehingga menimbulkan kenaikan
harga-harga. Pada periode lainnya perekonomian mengalami perlambatan dalam
perkembangan dan ada kalanya ia merosot dan berada di tingkat yang lebih
rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik turun kegiatan perusahaan-
perusahaan di dalam jangka Panjang dinamakan konjungtur atau siklus kegiatan
perusahaan.

2.2 Tahap-Tahap Konjungtur

Tahapan – tahapan konjungtur dapat dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Tahap Depresi ( Kemerosotan )


Tahap depresi terjadi saat kondisi ekonomi semakin merosot. Ciri ciri dari
tahap depresi ini adalah :
a) Jumlah produksi yang semakin berkurang
b) Banyak perusahaan tutup karena mengalami kerugian
c) Banyak terjadi pengangguran
d) Pendapatan masyarakat yang semakin berkurang dan jumlah permintaan
semakin menurun sehingga penjualan yang terjadi semakin sedikit
e) Harga barang mengalami kemerosotan

3
f) Sehingga para pengusaha akan menjadi pesimis akan kelangsungan
bisnisnya.
2. Tahap Ekspansi ( Prosperity )
Tahap ekspansi adalah tahapan saat kegiatan ekonomi saat mengalami
perkembangan atau pertumbuhan yang drastis hingga mencapai puncak
( sering disebut “boom” atau “hausse”. Namun, dalam beberapa saat , dalam
tahapan ini akan timbul hambatan – hambatan yang dapat menyebabkan
situasi berubah atau berbalik menjadi kemunduran. Ciri – ciri perekonomian
saat berada pada tahap ekspansi adalah :
a) Tingkat permintaan agregat kuat dan naik
b) Adanya peningkatan permintaan impor barang dan jasa
c) Meningkatnya investasi keuntungan dan perusahaan
d) Meningkatnya produktivitas para pelaku ekonomi
3. Tahap Resesi ( Kelesuan )
Tahap resesi terjadi saat semua hambatan yang timbul pada tahap
sebelumnya menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi terhenti ( stagnasi ).
Jika kelangsungan ini terjadi dalam jangka waktu yang Panjang, maka seluruh
sector ekonomi akan terkena dampaknya, sehingga akan terjadi kelesuan yang
nantinya dapat menyebabkan kemerosotan. Ciri – ciri perekonomian berada
pada tahap resesi adalah :
a) Turunnya daya beli masyarakat akibat inflasi yang tinggi
b) Turunnya tingkat investasi karena daya beli masyarakat menurun
c) Turunnya kesempatan kerja akibat investasi menurun.
4. Tahap Recovery ( Pemulihan )
Pada tahap recovery ini kondisi ekonomi mulai pulih dan normal lagi
sehingga kegiatan produksi hidup kembali. Perekonomian memasuki tahap
recovery apabila :
a) Kondisi indikator ekonomi semakin membaik
b) Inflasi berhasil dikendalikan dan nilai mata uang mulai stabil
c) Meningkatnya investasi
d) Adanya stimulus rangsangan ekonomi berupa subsidi dari pemerintah
e) Pelaku usaha mulai optimis dengan produksi mereka.

4
Berdasarkan hal tersebut, kondisi ekonomi dapat digambarkan sebagai
gelombang naik – turun aktivitas ekonomi yang terdiri dari empat elemen,
yaitu:

a. Gerakan Menaik ( Upturn atau Expansion )


Pemulihan ekonomi ditandai dengan Gerakan perekonomian yang
menaik ( upturn ). Bila Gerakan menaik ini terjadi selama minimal dua
triwulan berturut – turut, maka hal ini kadang disebut ekspansi
( expansion ).
b. Titik Puncak atau kulminasi ( Peak )
Ekspansi tidak akan terjadi selamanya, karena suatu saat gerakan
menaik ini akan mencapai titik puncaknya. Titik ini disebut titik puncak
atau kulmunasi. Setelah mencapai puncak, perekonomian akan
mengalami penurunan kembali.
c. Gerakan Menurun ( Downturn atau Recession )
Gerakan menurun ini ditandai dengan menurunnya output yang
dapat dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Apabila
penurunan ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut – turut, hal
ini kadang disebut resesi ( Recession ).

5
d. Titik Terendah ( Trough )
Gerakan menurun ini akan turun hingga mencapai titik
terendahnya, yang disebut titik nadir ( trough ). Hal ini tidak akan
terjadi secara terus menerus, perekonomian akan kembali pulih dengan
adanya Gerakan menaik.

2.3 Teori Terjadinya Konjungtur


Beberapa ahli telah menyimpulkan beberapa penyebab terjadinya
konjungtur diantaranya:

 Jevons dan Moore (1923): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena


adanya perubahan alam.
 Pigou (1927): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya
faktor psikologis parapelaku bisnis (harapan pesimistis atau optimistis).
 Malthus (1936): penyebab munculnya krisis ekonomi karena
adanya kekurangan konsumsi (under consumption). Alasan: sektor
industri manufaktur makin berkembangdan masyarakat lebih banyak
melakukan kegiatan ekonomi pada sektor tersebut.
 Mitchell (1951): Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari
sistem ekonomikapitalis-liberalis.
 Hawtrey (1928) dan Friedman (1957): Fluktuasi ekonomi
disebabkan oleh sistem moneter dan sistem kredit.
 Shcumpeter (1934) menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi
teknologi.
 Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997): Ekspektasi
masyarakat yangrasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi.
 Keynes: Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi merupakan
akibat. Penyebabutama adalah tidak stabilnya investasi.
 Siklus konjungtur kegiatan ekonomi menurut Ellis (1991) berbeda-beda:
- Kondratif: setiap 50 tahun sekali
- Juglar: 11 tahun sekali
- Kitchin: 4 tahun sekali

6
- Batra (1990): 60 tahun sekali
- Mubyarto: 7 tahun sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-
lungan)

Berikut kejadian-kejadian di negara indonesia yang disebabkan karena


kurva konjungtur : Kondisi Krisis Moneter 1997 dan Krisis Keuangan Global
2008. Dengan adanya penjelasaan diatas, kita harus menangani kurva konjungtur
agar tidak berdampak resesi atau jangan juga selalu meningkat tetapi tiba-tiba
merosot ke titik paling rendah.
Penanganan yang dilakukan yaitu dengan melakukan kebijakan fiskal dan
moneter yang dilakukan oleh pemerintah, mendorong konsumsi rumah tangga
dengan cara menetapkan UMR sewajarnya, serta mendorong agar mata uang
menguat terhadapmata uang asing dengan cara memperbaiki neraca pembayaran
hutang terhadap luar negeri.

2.4 Pengelolaan Konjungtur


Siklus ekonomi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah
mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin,
sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak
naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output
jangka panjang terus meningkat.

Sumbu vertikal dalam diagram adalah output riil sedangkan garis


horizontal adalah trend output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output
sangat besar, karena simpangan siklus selama periode sangat besar. Namun karena
pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil,
sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka panjangnya
karena output natural terus meningkat.

1. Kebijakan jangka pendek

Target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil
dengan output natural. Melalui kebijakan fiskal dan moneter yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek.

7
2. Kebijakan jangka panjang

Target utama kebijakan jangka panjang adalah memperkecil simpangan


tingkat pertumbuhan ekonomi dan pencapaian pertumbuhan yang tinggi.
Melalui kebijakan fiskal dan moneter yang menstimulasi penawaran seperti
bantuan kredit, peningkatan sumber daya manusia serta kesehatan.

2.5 Contoh Kasus Konjungtur

Hiperinflasi Indonesia 1963-1965 adalah sebuah hiperinflasi yang terjadi


di Indonesia pada akhir masa Orde Lama, tepatnya di era Demokrasi Terpimpin.
Dengan latar belakang ambisi proyek mercusuarnya, Presiden
Indonesia Sukarno mencetak Rupiah hingga inflasi pada saat itu mencapai 600%
sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan pemotongan
nilai rupiah (Sanering) dari 1000 Rupiah menjadi 1 Rupiah. Selama
masa kolonialisme Belanda, terdiri dari beberapa kekuatan politik
yakni militer, nasionalis, Islamis, dan komunis. Namun, mereka
mengkesampingkan perbedaan-perbedaan mereka untuk melawan satu musuh

8
bersama yakni pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia,
perpecahan kembali muncul. Melalui konsep Pancasila, Sukarno mencoba
menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda ini di dalam sebuah bangsa yang
baru. Setelah Revolusi Nasional Indonesia, negara tersebut mengalami kesulitan
untuk membangun pemerintahan dan kebangsaan melalui sistem
parlementer karena berbagai kelompok saling bersaing merebut kekuatan politik
dan ingin memaksakan pandangan mereka pada negara tersebut. Ketika kondisi
politik negara ditandai oleh ketidakjelasan dan ketidakstabilan yang besar, ini
menjadi masalah berat yang menghambat pertumbuhan ekonomi karena sektor
swasta ragu untuk berinvestasi. Sekalipun pada tahun-tahun awalnya setelah
kemerdekaan Indonesia mengalami sedikit perkembangan ekonomi,
perkembangan ini segera hilang karena ketidakstabilan situasi politik (terutama
setelah pemberontakan-pemberontakan wilayah dan nasionalisasi aset-aset
Belanda pada 1957-1958).

Pemerintahan Sukarno menerbitkan Rencana Delapan Tahun 1960 sebagai


usaha untuk membuat negara ini memiliki swasembada makanan (terutama beras),
pakaian dan kebutuhan-kebutuhan dasar dalam periode 3 tahun. Lima tahun
setelah itu direncanakan menjadi periode pertumbuhan mandiri. Pada tahun
1960an, ekonomi Indonesia dengan cepat hancur karena hutang dan inflasi,
sementara ekspor menurun. Pendapatan devisa dari sektor perkebunan jatuh dari
442 juta dolar Amerika Serikat pada tahun 1958 ke 330 juta dollar AS pada tahun
1966. Puncak inflasi berada di atas 100% (year-on-year) pada tahun 1962-1965
karena pemerintah dengan mudahnya mencetak uang untuk membayar hutang dan
mendanai proyek-proyek megah (seperti pembangunan Monas). Pendapatan per
kapita Indonesia menurun secara signifikan (terutama pada tahun 1962-1963).
Sementara itu, bantuan asing yang sangat dibutuhkan berhenti mengalir setelah
Sukarno menolak bantuan dari AS dan mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena masuknya Malaysia sebagai negara
anggota PBB (Indonesia menentang pendirian Malaysia pada tahun 1963).
Sebaliknya, Sukarno menjalin hubungan lebih erat dengan Republik Rakyat
Tiongkok dan Korea Utara. Namun, Rencana Delapan Tahun 1960 ditinggalkan
pada tahun 1964 karena ekonomi yang menurun dan target-target yang tidak bisa

9
tercapai. Faktanya, perekonomian jatuh bebas karena hiperinflasi, pengurangan
sumber pajak, dan juga larinya dari aset keuangan menjadi aset real. Politik
Konfrontasi yang mahal terhadap Malaysia juga menyerap porsi signifikan dari
pengeluaran pemerintah. Namun hiperinflasi tetap tidak dapat dihindari akibat
pencetakaan uang yang terus menerus, sehingga pada tanggal 13
Desember 1965 pemerintah melakukan pemotongan nilai uang dari 1000 rupiah
menjadi 1 rupiah. Kebijakan ini memberikan pukulan besar bagi perbankan
nasional, terutama yang telah menyetor modal tambahan karena tergerus drastis
dalam sekejab. Dana simpanan para nasabah perbankan juga menciut 1/1000.
Segala usaha pemotongan nilai uang ini ternyata tidak berhasil meredam inflasi,
dan harga tetap naik membumbung tinggi maka terjadilah hiperinflasi.

Campuran politik ciptaan Sukarno (mencakup komunis, agama, dan


militer) terbukti menjadi sebuah bom waktu. Kekacauan total terjadi setelah
kudeta misterius pada 30 September 1965 dan pihak militer menjadi pemenang di
tengah kekacauan. Perlahan, Jenderal Suharto berhasil mengambil alih kekuasaan
dari Sukarno pada periode 1965-1967 (pada tahun 1967, Suharto secara resmi
dilantik menjadi Presiden Kedua Indonesia). Salah satu prioritas utama Suharto
adalah meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia. Dia mengandalkan sebuah
tim ahli ekonomi yang dilatih di AS untuk memulai periode rehabilitasi dan
pemulihan ekonomi. Pada tahun 1966-1970, pemerintah berhasil mengontrol
inflasi, membangun kembali hubungan-hubungan internasional sehingga bantuan
asing yang sangat dibutuhkan bisa masuk ke Indonesia, memulai rehabilitasi
infrastruktur fisik, dan memperkenalkan peraturan baru yang menarik pihak asing
untuk berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 1966 indonesia mengalami
hiperinflasi hingga 635%, hingga saat memasuki orde baru inflasi berhasil ditekan
sampai 112%. Di tahun 1973-1974 indonesia mengalami inflasi 47% akibat
pengucutan kredit perbankan yang terlalu deras dan banyaknya jumlah uang
beredar. Inflasi berhasil turun menjadi 21% pada tahun 1974-1975. Di penghujung
era orde baru, inflasi kembali melejit menjadi 77,63% pada 1998. Hal ini
disebabkan karena ketidakstabilan politik di Indonesia yang berujung pada
goyahnya perekonomian.

10
Di era reformasi, setelah kondisi politik Indonesia mulai pulih dan
kebijakan-kebijakan ekonomi yang baru diberlakukan, berdasarkan data Reuters
sejak 1998, Indonesia berhasil mencapai inflasi terendahnya pada angka 2,13% di
tahun 2019. Hal ini terjadi karena pemerintah telah berbenah dengan menghindari
hal-hal yang dapat meningkatkan persentasi inflasi.

11
BAB III

PENUTUP

1.1 Simpulan

Konjungtur adalah kenyataan yang berlaku dalam perekonomian yang


menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi
mengalami kenaikan atau kemunduran yang selalu berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Tahapan – tahapan konjungtur dapat dibagi menjadi 4, yaitu tahap depresi,
tahap ekspansi, tahap resesi, tahap recovery. Kemudian pengelolaan konjungtur
dapat diatas dengan kebijakan jangka panjang dan kebijakan jangka pendek.
Contoh kasus konjungtur yang kami ambil adalah Hiperinflasi Indonesia 1963-
1965 yaitu sebuah hiperinflasi yang terjadi di Indonesia pada akhir masa Orde
Lama, tepatnya di era Demokrasi Terpimpin.

1.2 Saran

Saran dari penulis yaitu bagi pembaca khususnya mahasiswa diharapkan


mampu menguasai tentang pengertian, tahap – tahap, teori terjadinya,
pengelolaan, dan contoh kasus konjungtur agar kita dapat paham dan mengetahui
tentang teori konjungtur

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/irvandberutu/gelombang-konjungtur-ekonomi. Diakses
pada tanggal 3 April 2020.

https://kelasips.com/teori-siklus-ekonomi/. Diakses pada tanggal 3 April 2020.

https://www.academia.edu/38002452/ekonomi_makro-konjungtur. Diakses pada


tanggal 3 April 2020.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hiperinflasi_Indonesia_1963-1965. Diakses pada


tanggal 3 April 2020.

https://www.google.com/search?q=siklus+konjungtur&safe=strict&client=ms-
android-xiaomi-rev1&hl=en-US&source=android-
browser&sxsrf=ALeKk013wUrfz0WwhsEhvktrkz_OzrJDoA:1586095762
304&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiXoveTu9HoAhVC
6nMBHZ46BkUQ_AUoAXoECA4QAw&biw=1173&bih=2137&dpr=2.7
5#imgrc=3IrK3r5897tekM. Diakses pada tanggal 3 April 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai