Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DI AWAL KEMERDEKAAN

INDONESIA (MOHAMMAD HATTA DAN BUYA HAMKA)

Dosen Pengampu : Ichsan Abbas, Lc., M.E.I

Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Disusun Oleh :

Siti Umri Hayati (19044003)

Lisa Wahyuni (19040012)

Maudi Wulan Sari (190440048)

Elyza Umami (190440057)

Taufikillah (190440094)

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

T.A 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas “sejarah pemikiran

ekonomi islam” yaitu mengkaji tentang pemikiran ekonomi islam dimasa

awal kemerdekaan Indonesia. Pengumpulan data juga bertujuan untuk

menambah pengetahuan penulis dan diharapkan dapat juga bermanfaat bagi

pembaca nantinya dalam menambah pengetahuan terkait materi bahasan.

Indonesia bukanlah negara yang dari awal berdiri mengenal islam,

islam masuk ke Indonesia jauh sesudah agama hindu dan budha masuk dan

menjadi kepercayaan masyarakatnya, namun tak dapat di pungkiri sekarang

agama islamlah yang menjadi mayoritas kepercayaan bagi masyarakat

Indonesia, namun sangat disayangkan tak sejalan dengan prinsip

ekonominya, alih-alih menggunakan konsep ekonomi islam Indonesia lebih

banyak menerapkan sistem ekonomi konvensional.

Melihat fenomena yang terjadi seperti yang dipaparkan diatas

penulis berharap dengan disusunnya makalah mengenai perkembangan

ekonomi islam di awal kemerdekaan Indonesia ini dapat menjadi asbab para

pembaca dan penulis sendiri untuk lebih mengenal ekonomi islam dan

menerapkannya untuk diri sendiri serta menyampaikan kepada orang lain.

1
BAB II

ISI

Dalam sebuah buku ada pernyataan yang mengatakan

Kecenderungan kaum Muslim Indonesia untuk menjadi moderat secara

politis menarik diamati, khususnya bila kita membandingkan fakta ini

dengan kecenderungan di negara lain dalam suasana kebangkitan Islam di

tingkat global. Di negara-negara Muslim lain, kebangkitan Islam seringkali

ditandai dengan menguatnya puri-tanisme dan radikalisasi sikap-sikap

religius-politik. Seperti telah saya katakan, partai-partai politik Islam di

negeri-negeri Muslim seperti Yordania, Aljazair, dan Turki, semuanya

memperoleh kemenangan besar dalam Pemilu baru-baru ini. Begitu juga,

sentimen Islam di negara-negara itu mendapatkan perhatian publik yang

semakin besar. Keadaan ini sangat berbeda dengan fenomena kebangkitan

Islam di Indonesia. Jika kita menganggap Pemilu sebagai pengukur yang

sahih, kita melihat penurunan dramatis suara partai-partai Islam. Pada

pemilihan umum pertama yang diselenggarakan pada 1955, partai-partai

Islam mendapatkan jumlah suara cukup besar, yakni, 43%. Namun, pada

dua pemilihan umum setelah Reformasi, semua partai politik Islam

digabung hanya memperoleh tidak lebih dari 14% (pada 1999) dan 17%

(pada 2004). Yang terpenting, agenda-agenda Islam seperti Piagam Jakarta,

yang menyiratkan penerapan syariat di tingkat negara, ditolak mentah-

mentah. (Assyaukanie, 2011)

2
3

namun tak meutup kemungkinan seorang yang berkecimpung didalam dunia

politik diam-diam memasukkan sistem ekonomi islam kedalam

perekonomian negara,merupakan salah satu tokoh yang akan dibahas di

makalah ini.

Negara bisa dikatakan maju bila tingkat perekonomiannya kuat,

begitupun sebaliknya suatu negara kan mundur bila tingkat

perekonomiannya lemah. Permasalahan ekonomi ini merupakan polemik

yang sering di bicarakan dan merupakan suatu hal yang signifikan. (Rahmat,

2008) hingga mengundang banyak pemikir dalam mengatasi masalah

tersebut.

Keberlakuan ekonomi syariah di tengah kehidupan berbangsa dan

bernegara tidak lepas dari aspek politik, hukum dan politik hukum di

Indonesia. Terminologi politik, hukum dan politik hukum selalu menjadi

konsumsi keseharian masyarakat Indonesia dan masing-masing terminologi

memiliki distingsi dan ekselensi yang berbeda. (Dr.H.Mohammad Nur

Yasin, S.H., 2013)

Untuk itu berikut ini akan dipaparkan hal-hal mengenai pemikir ekonomi di

Indonesia terkait dengan pemikiran ekonomi islam diawal kemerdekaan

Indonesia yaitu Mohammad Hatta dan Buya Hamka.

1. Mohammad Hatta

1.1 biorgafi Mohammad Hatta

Bung Hatta merupakan salah satu pemimpin bangsa,pemikir dan

juga peletak dasar Indonesia. Bung Hatta dikenal sebagai ekonom Indonesia
4

yang banyak mencurahkan pemikirannya terhadap kemajuan bangsa pada

umumnya dan bidang ekonomi pada khususnya.

Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus

1902. Bukittinggi adalah sebuah kota kecil yang terletak ditengah-tengah

dataran tinggi Agam. Letaknya indah diujung kaki gunung Merapi dan

Gunung Singgalang dan disebelah utaranya kelihatan pula melingkung

cabang-cabang Bukit Barisan. (Anggaredho, 2008)

Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia

delapan bulan. Ia berasal dari Batu Hampar, kira-kira 16 km dari Bukittinggi

arah ke Payakumbuh. Ibunya bernama Saleha, dari ibunya, Hatta memiliki

enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.54 Orang

tua Mohammad Hatta mula-mula memberikan nama Mohammad Athar

kepadanya. Athar sendiri artinya ”harum”. Namun, karena orang-orang tua

dan di lingkungannya sulit menyebutkan nama Athar, maka sehari-hari, ia

dipanggil ”Atta” yang kemudian berkembang menjadi sebuah nama baru,

”Hatta”. Di masa kecil, Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia

kurang memiliki sahabat bermain karena para tetangga sekitarnya tidak

mempunyai anak seusianya dan di keluarganya, Hatta merupakan satu-

satunya anak laki-laki.

Sejak menjadi mahasiswa Hatta aktif di organisasi mahasiswa

Indonesia di negeri Belanda. Organisasi tersebut pada mulanya bersifat

sosial, kemudian berkembang menjadi organisasi politik bangsa Indonesia.

Hal ini bisa dilihat dari perubahan namanya yang semula. Indische
5

vereniging (perhimpunan Hindia) kemudian berubah menjadi indonesische

vereniging, kemudian berubah menjadi P.I (Perhimpunan Indonesia).

Kecenderungan Hatta terhadap perekonomian saat ini mulai nampak,

terlebih lagi ketika terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada

tanggal 17, Januari 1926. Pada pidato inagurasinya yang berjudul

“Economische wereldbow en machtstegenstellingen” (Bangunan ekonomi

dunia dan pertentangan-pertentangan kekuasaan). Pada pidato ini dijelaskan

tentang orientasi politik, orientasi ekonomi, dan drama bangsa-bangsa.

(Itang, 2016)

Dari latar belakang dan kehidupannya sehari-hari, ajaran-ajaran

agama islam sudah melekat kuat didalam diri Hatta. Hal ini menandakan

Hatta adalah orang yang berpegang teguh terhadap ajaran islam. Didalam

pergerakan keislaman memang Hatta tidak menampakkan diri, namun Hatta

memiliki prinsip tersendiri dalam perjuangan islam, bagaikan air tenang

yang menghanyutkan. Tanpa disadari oleh beberapa pihak Hatta membawa

nilai islam kedalam bagian konstitusional. (Efendi & Bakhri, 2018)

Adapun semua pemikiran-pemikiran Hatta dituangkan dalam bentuk

karya-karya tulis antara lain :

1. Demokrasi Kita, Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan

2. Beberapa Fasal Ekonomi Jilid I, Jalan Ekonomi dan Koperasi

3. Beberapa Fasal Ekonomi Jilid II, Jalan Ekonomi dan Bank

4. Kumpulan Karangan I, II dan III


6

5. Kumpulan Pidato I, II dan III

6. Alam Pikiran Yunani

7. Pengantar ke jalan Ekonomi Sosiologi

8. Pengantar ke jalan Ekonomi Perusahaan

9. Tanggung Jawab Moril Kaum Intelegensia

10. Sekitar Proklamasi

11. Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 1 Kebangsaan dan Kerakyatan

12. Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 2 Kemerdekaan dan Demokrasi

13. Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 3 Perdamaian Dunia dan Keadilan

Sosial

14. Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia

15. Bank dalam Masyarakat Indonesia

16. Ekonomi Terpimpin

17. Memoir (Ashari, 2020)

1.2 Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta dan Tinjauannya

dari Perspektif Ekonomi Islam

1.2.1 Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta

1. Demokrasi Ekonomi

Mengenai masalah demokrasi ini, Hatta sendiri juga sering mengistilahkan

demokrasi dengan kedaulatan rakyat. Istilah kedaulatan rakyat ini sendiri


7

diciptakan oleh Hatta. Sebelum Hatta mencetuskannya, belum dikenal

istilah kedaulatan rakyat, yang dalam bahasa Belanda disebut

Volkssouvereiniteit. Penggunaan istilah kedaulatan rakyat oleh Hatta ini,

bisa kita lihat dalam tulisannya :

“pada waktu yang akhir ini sering kali orang salah mengartikan “kedaulatan

rakyat”, sebab itu ada baiknya kalau saya disini berkata sepatah kata tentang

kedaulatan rakyat itu. Kedaulatan rakyat artinya kekuasaan yang dijalankan

oleh rakyat dengan secara mufakat. Kata mufakat mestilah ada, barulah

kedaulatan itu ada pada rakyat. Putusan yang diambil oleh seorang atau satu

golongan saja dengan tiada persetujuan rakyat, bukanlah kedaulatan rakyat.

Demikian juga kata mufakat yang dipaksakan kepada rakyat”

Kedaulatan rakyat atau istilah demokrasi yang dipahami Hatta

bukanlah demokrasi yang dipraktikkan negara-negara Barat. Di negara barat

diterapkan sistem persamaan dalam praktik ekonominya, sementara menurut

hatta dalam ekonomi tidak dapat disamakan dengan hak politik

kesamarataan namun ketidak samarataan. (Keifer & Effenberger, 1967)

2. Koperasi Menurut Hatta

Koperasi merupakan usaha bersamaberdasar atas

asasnkekeluargaan.Semangat kolektivisme Indonesia itu yang akan

dihidupkan kembali dengankoperasi, mengutamakan kerjasama dalam

suasana kekeluargaan antaramanusia pribadi, bebas dari penindasandan

paksaan (Hatta, 1967: 35 dan 37).


8

Disini tak ada pertentangan antara majikan dan buruh; antara pemimpin

dan pekerja. Segala yang bekerja adalah anggota daripada

koperasinya,sama- sama bertanggungjawab atas keselamatan rumah

tangganya. Demikian pula para anggota koperasi, sama-sama

bertanggungjawab atas koperasi mereka(Hatta, 1954: 203).

Koperasi tujuannya yang utama bukanlah mencari keuntungan, tetapi

mencapai keperluan hidup bersama.Keuntungan hanya terbawa dalam

melaksanakan usaha. Usaha yang terutama untuk memperkuat sendi

perusahaan ialah menyimpan. Uang yang disimpan itu, dijadikan pokok

tolong- menolong bagi koperasi kredit. Dengan pinjaman bergiliran,

masing-masing perusahaan koperasi dapat memperkuat modal usahanya

3. Politik Ekonomi Mohammad Hatta

a. Menaikkan Daya Beli dan Kebutuhan Dasar bagi Rakyat

Tujuan politik perekonomian dalam pandangan Hatta ialah menaikkan

tenaga beli rakyat secara berangsur-angsur.

b. Pembangunan Infrastruktur

Dalam memandang politik perekonomian, Hatta menaruh perhatian yang

sangat besar kepada masalah distribusi. Distribusi adalah sambungan

daripada produksi untuk menyampaikan yang dihasilkan kepada si pemakai

atau konsumen.

c. Politik Industrialisasi dan Transmigrasi


9

Hatta mengatakan politik perekonomian yang positif dalam menuju

kemakmuran rakyat ialah mengadakan secara besar-besaran transmigrasi

yang disertai pula dengan politik industrialisasi.

d. Penguasaan Cabang-Cabang Produksi oleh Negara yang

Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak

e. Pembangunan Bank untuk membangun Roda Perekonomian

Dalam pandangan Hatta Bank perlu diadakan untuk menyokong kemajuan

perekonomian Indonesia.

f. Masalah Bantuan Asing

Hatta berpendapat bahwa untuk melaksanakan pembangunan nasional maka

negeri harus memperhitungkan bantuan asing sebagai modal pembangunan.

1.3 Relevansi Pemikiran Ekonomi Koperasi Muhammad Hatta

dengan Etika Ekonomi Islam

1.3.1 Aspek Organisasi

Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berwatak

social.beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum koperasi, yang

merupakan tata susunan ekonomi sebagai usha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaan.

Dengan demikian, organisasi koperasi ini mempunyai kode etik yang

tinggi dan dianjurkan oleh Islam. Paling tidak ada 4 bentuk kepekaan sosial

yang dimiliki organisasi ini, yaitu:


10

a. Kemanusiaan (humanism)

b. Kesatuan (unitas)

c. Tolong menolong

d. Tanggung jawab

1.3.2 Aspek Mekanisme Kerja

a. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Demokratis merupakan pengelolaan koperasi yang dilakukan atas

kehendak dan keputusan anggota.

b. Modal

Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk

kemanfaatan anggota bukan untuk sekedar mencari keuntungan.

c. Sisa Hasil Usaha (SHU)

SHU setelah dikurangi dari cadangan, dibagikan kepada para

anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masin-

masing anggota dengan koperasi.

Hal-hal yang telah dipaparkanlah yang menjadikan Mohammad Hatta

sebagai salah satu pelopor ekonomi syariah diawal kemerdekaan Indonesia.

2. Buya Hamka

2.1 Biografi Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah putra DR. Syaikh Abdulkarim

Amrullah, tokoh pelopor dari Gerakan Islam “Kaum Muda” di

Minangkabau yang memulai gerakannya pada 1906 setelah kembali dari


11

Makkah. Syaikh Abdulkarim Amrullah yang terkenal dengan sebutan Haji

Rasul di waktu mudanya itu, mempelopori gerakan menentang ajaran

Rabithah, yakni sebuah gerakan yang menghadirkan guru dalam ingatan,

sebagai salah satu sistem/cara yang ditempuh oleh penganut-penganut

tarekat apabila mereka akan memulai mengerjakan suluk. Selain itu, dia

menyatakan pendapat-pendapat yang lain, berkenaan dengan masalah khilafi

yah.Di zaman hebat pertentangan kaum muda dan kaum tua (1908) atau

1325 Hijriah itulah, lahir putranya yang bernama Abdul Malik. Dan seketika

gerakan kaum muda itu menerbitkan majalah Al Munir pada April 1911.

Abdul Malik yang kemudian dikenal sebagai Hamka dan kerap disapa

sebagai Buya Hamka oleh anak-anaknya, maupun orang lain, saat itu baru

berusia 3 tahun. Karena lahir di era pergerakan tersebutlah, sejak kecil dia

sudah terbiasa mendengar perdebatan-perdebatan yang sengit antara kaum

muda dan kaum tua tentang paham-paham agama. (2005 ,‫)زين الدين‬

2.2 Hamka dan Pemikirannya

Adapun beberapa penelitian berkaitan dengan pemikiran Hamka terkait

dengan nilai-nilai ekonomi Islam dilakukan oleh beberapa peneliti berikut;

1. Abdul Hafiz bin Hj. Abdullah (2010)

mengemukakan tentang Islam dan Keadilan Sosial Menurut

Pandangan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar: Tumpuan Khusus

Kepada Kepentingan Zakat. Penelitian ini berusaha untuk

mengungkap dua hal, yaitu: pandangan Hamka terhadap kewajiban


12

dan kepentingan zakat terhadap golongan penerima zakat; terurama

golonngan muallaf, musafir dan fi sabilillah

2. Sudin (2011)

dalam Pemikiran Hamka tentang Moral, berusaha mengungkap

tentang konsep moral menurut Hamka. dinyatakan bahwa dalam

tulisan-tulisannya, Hamka tidak secara menggunakan istilah

“moral”, tapi lebih menggunakan istilah ilmu akhlak, ilmu budi

pekerti, etika, dan istilah-istilah yang sepadan dengannya. Akan

tetapi, menurut Sudin, Hamka menggunakan istilah yang tidak

konsisten, sehingga menimbulkan ragam interpretasi. Sebagaimana

dinyatakan, bahwa Hamka terkadang menyamaratakan antara ilmu

akhlak, budi pekerti, dan etika..

3. Muhammad Yusry Affandy bin Md Isa (2015)

dalam Penghayatan Fiqh Zakat dalam Membangunkan Ummah

Menurut Perspektif Hamka, menyatakan bahwa penghayatan

mendalam mengenai fiqh zakat akan menjurus ke arah perlaksanaan

zakat yang sangat perbengaruh kepada para pelakunya, sebagaimana

telah diwajibkan Allah Swt. Dinyatakan bahwa Hamka menekankan

seruan kewajiban ibadah termasuk zakat dalam karya-karyanya

terutama Tafsir al-Azhar. Kajian kualitatif ini berobjektif untuk

menerangkan dan menganalisis perspektif HAMKA berkenaan

penghayatan fiqh zakat yang berperanan membangunkan ummah

4. Zainuddin Arifin (2009)


13

dalam Konsep etika HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah):

Kontribusi bagi pendidikan Islam di Indonesia, tujuan penelitian ini

adalah menelusuri sekaligus merumuskan substansi etika yang

dikonstruksi oleh Hamka. Setidaknya terdapat dua faktor yang

melatarbelakangi terbentuknya konsepsi etika Hamka, yaitu: faktor

internal dan eksternal. Internal, merupakan pengaruh langsung dari

lingkungan keluarga, masyarakat, dan alam Minangkabau.

Sedangkan faktor eksternal, adalah pengaruh besar dari guru-

gurunya, figur tokoh intelektual muslim Indonesia dan reformis

muslim modern lainnya.

5. Novi Maria Ulfah & Dwi Istiyani, (2016)

Dalam Etika dalam Kehidupan Modern: Studi Pemikiran Sufistik

Hamka, menyatakan bahwa tasawuf bagi Hamka, dalam artian

modern, merupakan penerapan dari beberapa sifat, yaitu: qanaah,

ikhlas, siap fakir tetapi tetap semangat dalam bekerja.

2.3 Pemikiran Ekonomi Islam Hamka dalam Karya Keadilan

Sosial dalam Islam

A. Islam dan Aktivitas Ekonomi

Islam memandang ekonomi sebagai bagian dari kehidupan, bukan ekonomi

untuk kehidupan. Hal ini disebabkan, karena Islam memandang segala

sesuatu secara komprehensif (kulli) dan menyeluruh (syamil), maka dari itu

segala kebijakan (dalam level makro) dan tindakan (dalam level mikro)
14

harus mendasarkan kepada, apakah kebijakan atau tindakan tersebut

merugikan orang lain atau bahkan merugikan diri sendiri.

B. Posisi Harta dalam Islam

Islam memandang harta sebagai sesuatu yang penting, sebab

ketiadaannya menyebabkan sesoran muslim sulit untuk menyempurnakan

ibadah kepada Allah, baik ibadah mahdah maupun ibadah ghairu mahdah.

Dalam shalat misalnya, diperlukan pakaian, alas kaki, alas untuk bersujud,

sajadah, pembangunan masjid dan mushalla; keperluan ini tidak dapat

dipenuhi tanpa adanya harta. Begitupula dalam ibadah puasa, zakat dan haji,

semuanya memerlukan harta. Harta penting bagi agama, sebab dengannya

agama dapat ditegakkan. Keindahan sebuah masjid adalah sebab adanya

harta. Sebab Allah itu indah dan menyukai keindahan. Allah suka kepada

keindahan, begitupula kita sebagai manusia (Hamka, 2015: 2-3).

C. Pengakuan Hak Milik Individu dalam Islam

Menurut Hamka, kepemilikan harta yang sejati hanyalah milik Allah

swt. adapun manusia, baik sebagai undividu maupun kelompok

(masyarakat), hanyalah memiliki hak untuk menggunakannya dan

memelihara sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi, dan harta

hanyalah pinjaman.

D. Sumber-Sumber Mendapatkan Harta

sumber-sumber mendapatkan harta dalam Islam, menurut Hamka usaha

merupakan cara pertama yang dimiliki oleh manusia untuk memiliki


15

harta,dan ini dikuatkan dengan anjuran agama dalam berusaha (QS. An-

najm[53]: 39),

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”;

(QS. Al-Baqarah[2]: 202), “Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa

yang telah mereka kerjakan,”. Tentu dengan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan, dan sesuai kesepakatan umum.

E. Etika Membelanjakan Harta (Konsumsi)

Menurut Hamka Dalam membelanjakan harta yang telah di dapat dari

cara halal, seharusnya pembelanjaannya tidak dilakukan sesuai dengan

keinginannya sendiri, bebas tanpa batas.

2.4 Nilai-Nilai Ekonomi Islam Menurut Hamka

A. Nilai Keadilan

Menurut Hamka, pengakuan Islam terhadap hak milik individu

merupakan sebuah keberpihakan kepada sistem ekonomi yang melandaskan

kepada nilai keadilan. Hal ini disebabkan sudah menjadi hukum alam

(sunnatullah) bahwa harga dari usaha adalah balasan yang setimpal, dalam

adagium Islam dinyatakan, “al-kharaju bi dhaman” (resiko selalu

berbanding lurus dengan kompensasi yang akan di dapat), atau dalam

adagium lain dinyatakan, “no pain no gain” (tidak ada usaha, maka tidak

akan ada keuntungan).

B. Nilai Kebebasan
16

Hamka mengatakan dalam bbukunya Islam memberikan kesempatan

seluas-luasnya bagi setiap orang untuk berusaha, bekerja, dan membanting

tulang. Diberi kesempatan pula untuk mengambangkan harta bendanya

tetapi dengan aturan-aturan yang halal. Dalam nilai kebebasan, seluruh

manusia disediakan kesempatan yang luas untuk berusaha, bekerja, dan

membanting tulang.

C. Nilai Kemerdekaan

Terkait dengan nilai kemerdekaan, Hamka menyatakan bahwa setiap

orang bebas memilih dan menentukan dalam mengusahakan sesuatu, tanpa

ada tekanan atau paksaan dari pihak tertentu. Setiap orang merdeka untuk

melakukan aktivitas ekonomi masing-masing; baik melakukan usaha

pertanian, peternakan, ekspor-impor, maupun segala aktivitas ekonomi

dalam bidang jasa maupun produk, dengan administrasi yang modern dan

rapih. (Hakim, 2018)


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Selama proses mengumpulkan data dan penyusunan untuk makalah ini

penulis telah banyak mendapatkan informasi mengenai kedua tokoh pemikir

yang menjadi landasan dasar pemikiran ekonomi islam pada masa awal

kemerdekaan di Indonesia dan penulis menarik kesimpulan dari makalah

yang telah disusun sebagai berikut :

Mohammad Hatta merupakan tokoh pewaris koperasi yang

kolaborasinya terhadap islam tidak terlalu terlihat namun seperti air tenang

yang menghanyutkan, hal ini dibuktikan dengan tertuangnya konsep

koperasi kedalam batang tubuh UUD 1945 ia menuangkan sistem ekonomi

islam di Indonesia kedalam konsep koperasi yang ia bangun, konsep

ekonomi yang dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi islam ini

diduga terealisasi sebagai gambaran dari kepribadian Mohammad Hatta

sendiri yang sedari kecil memang hidup di lingkungan dan dari latar

belakang keluarga yang kental dengan ajaran-ajaran islam. Tak hanya

konsep sistem koperasinyapun terealisasi dan menjadi salah satu penggerak

sistem perekonomian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.

Sementara Buya Hamka bergerak di bidang pemikirang-pemikiran

hebatnya yang secara mutlak berbicara tentang perekonomian islam baik

nilai-nilai yang terkandung dalam ekonomi islam maupun pemikiran lain

17
18

yang berkenaan dengan ekonomi islam yang dijadikan pegangan bagi

peneliti-peneliti lain setelahnya.

Kedua tokoh ini merupakan orang-orang hebat yang menjadi pelopor

perekonomian islam pada masa awal kemerdekaan di Indonesia.

2. Saran

Saran penulis dari makalah ini adalah setelah membaca makalah ini kita

bersama mengetahui bagaimana kepedulian dua tokoh hebat ini terhadap

Indonesia sehingga sebisa dan sekuasa mereka memasukkan nilai-nilai

keislaman dalam ekonomi negara. Dalam hal ini penulis berharap para

pengguna makalah ini nantinya tak hanya menjadikan makalah ini sebagai

bahan ajar lalu saja namun diharapkan dapat di aplikasikan ke kehidupan

sehari-hari dan menjadi pemicu awal untuk para pemakai makalah mencari

dan menggali informasi lain lagi yang lebih luas dan menguatkan isi dari

yang dituangkan penulis kedalam makalah ini.


19

Daftar Pustaka

Anggaredho, P. P. (2008). Program Studi Muamalat 1429 H / 2008 M

Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta 1429 H / 2008 M.

Ashari, A. N. H. (2020). Pemikiran Mohammad Hatta Tentang Ekonomi

Kerakyatan Perspektif Ekonomi Islam Mohammad Abdul Mannan.

Assyaukanie, L. (2011). Ideologi Islam dan Utopia. In Freedom Istitute:

Vol. Cetakan Pe.

Dr.H.Mohammad Nur Yasin, S.H., M. A. (2013). 済無 No Title No Title. In

Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Efendi, R., & Bakhri, B. S. (2018). Konsep Koperasi Bung Hatta Dalam

Perspektif Ekonomi Syariah. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu

Pengetahuan, 15(1), 111–135.

https://doi.org/10.25299/jaip.2018.vol15(1).1594

Hakim, R. (2018). Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dan

Ekonomi Islam: Studi Pada Karya Keadilan Sosial dalam Islam.

FALAH: Jurnal Ekonomi Syariah, 3(2), 58–70.

https://doi.org/10.22219/jes.v3i2.7214

Itang. (2016). Pemikiran Ekonomi Koperasi Mohammad Hatta

Relevansinya dengan Etika Ekonomi Islam. In Journal of Chemical

Information and Modeling.

Keifer, G., & Effenberger, F. (1967). 済無 No Title No Title. Angewandte

Chemie International Edition, 6(11), 951–952.


20

Rahmat. (2008). GERPOLEK Gerilya - Politik - Ekonomi Tan Malaka

(1948). Risalah, 23(1948), 24.

)2005( .‫ ر‬,‫زين الدين‬. No Title ‫طرق وسترتيغى تعليم اللغة العربية‬.

Anda mungkin juga menyukai