Anda di halaman 1dari 8

Pendekatan Dalam Menyusun Anggaran

(Akuntansi Sektor Publik)

Oleh

Kelompok 7

Ni Putu Suciana Wijayanthi (1907531063)

Andrian Tedja (1907531092)

Ni Kadek Karisma Dewi (1907531130)

Ni Putu Jessica Anggi Wijaya Putri (1907531158)

Disampaikan kepada

Made Yeni Latrini, S.E.,M.Si.

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020
Pendekatan Penyusunan Anggaran

Di dalam pendekatan penyusunan anggaran, ada beberapa bentuk diantaranya yaitu:

1. Pendekatan Tradisional (Line Item Budgeting)


Dalam pendekatan tradisional terdapat dua ciri utama. Pertama, penyusunan anggaran
didasarkan pada dan dari mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana
tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran). Kedua, penggunaan konsep inkrementalisme,
yaitu jumlah anggran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan
tingkat kenaikan tertentu.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk melakukan kontrol keuangan, dan sangat
berorientasi pada input organisasi, penetapannya melalui pendekatan incremental (kenaikan
bertahap).
Pendekatan tradisional memilki beberapa karakteristik sebagai berikut:
a.       Menitikberatkan perhatian pada segi pelaksanaan dan pengawasan.
b.      Penekanan hanya pada segi administrasi.
Adapun beberapa kelebihan dan kelemahan dari pendekatan ini adalah:
 KELEBIHAN
1.      Sederhana, mudah dipersiapkan serta dimengerti oleh orang yang berkepentingan.
2.      Cocok dengan akuntansi pertanggungjawaban (responbility acounting).
3.      Hampir semua pengeluaran memiliki sifat yang tidak terhindarkan.
4.      Mudah dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.
 KELEMAHAN
1.      Tidak menyediakan dasar informasi yang memadai bagi pembuat keputusan.
2.      Terlalu berorientasi pengendalian dan kurang memerhatikan proses perencanaan dan
evaluasi.
3.      Memberikan perhatian lebih pada jangka pendek dibandingkan jangka panjang.
4.      Mendorong pengeluaran daripada penghematan.

2. NPM (New Public Manajement)

            Menurut Bovaird dan loffer (2013:17) New Public Management adalah sebuah
gerakan perampingan sektor publik dangan membuatnya lebih komparatif dan mencoba
untuk membuat administrasi publik yang lebih responsif terhadap kebutuhan warga dengan
menawarkan pengukuran ekonomi, efesiensi, efektifitas (value for money), fleksibilitas
pilihan, dan transparansi.

Implementasi konsep NPM dapat dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau reformasi
manajemen dan administrasi publik, depolitasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang yang
mendorong demokrasi. Beberapa pihak meyakini bahwa paradigma New Public Management
merupakan sebuah fenomena internasional sebagai bagian dari proses global. Konsep NPM
begitu cepat mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai negara sehingga
membentuk sebuah gerakan yang mendunia.

Menurut Hood (1991:4) konsep New Public Management memiliki tujuh komponen utama,
yaitu:

1. Manajemen profesional di sektor publik

2. Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja

3. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome

4. Pemecahan unit-unit di sektor publik

5. Menciptakan persaingan di sektor publik

6. Pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor publik

7. Penekanan pada disiplin dan penghematan lebih besar dalam menggunakan sumber daya.

 KELEBIHAN
1. Berbasis pada orientasi pasar, gambaran pola kinerja dengan berbasis pada oreintasi pasar
itu seperti menjadi sebuah publik sektor  yang lebih banyak menghasilkan dari pada
membelanjakan, yang mengutamakan efektivitas dan efesiensi, menjalankan mekanisme
pasar, berusaha mendapatkan keuntungan sebesarnya ketimbang mengeluarkan berbagai
dana.
2. Kemudian lebih jauh berbagai gambaran ini terwujud dalam sebuah pola dan prinsip
kepemimpinan yang disebut entrepreneurship atau berjiwa entrepreneurship bagi elemen-
elemen birokrasi dalam menjalankan tugas dan perannya.
 KELEMAHAN
1. Konsep mewirausahakan birokrasi yang diusung oleh new public management masih
terkesan buat dirinya sendiri. Karena logika yang dibangun oleh new public management 
adalah sebuah logika yang berorientasi pada pasar yang mengutamakan keuntungan bagi
dirinya dan bukan pada pelayanan publik.
2. Jika new public management ini diterapkan dalam konteks Indonesia maka kondisi yang
tercipta adalah sebuah konteks pelayanan dimana uang sebagai parameter utama
pelayanan. Kemudian dalam posisi ini hanya mereka yang mempunyai kekuatan
ekonomilah yang akan mampu dan dengan mudah mengakses dan menerima berbagai
pelayanan publik. Sedangkan di pihak lain yakni pihak-pihak yang tidak mempunyai
kekuatan modal akan kesulitan mendapatkan pelayanan dan dinomorduakan dalam proses
pemberian pelayanan.

3. Pendekatan Kinerja (Incremental Budgeting)


Merupakan sistem anggaran belanja dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama
tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran periode tahun yang akan
datang.
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adamya tolak ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan publik. Pendekatan ini menggeser penekanan penganggaran dari sebelumnya yang
sangat menekankan pos belanja kepada kinerja terukur dari aktivitas dan program kerja.
Karakteristik dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a.       Akun-akun dalam anggaran diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan aktivitas dan juga
berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
b.      Aktivitas diukur guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan
standar biaya.
c.       Anggaran untuk periode yang akan datang didasarkan atas biaya per unit standar
dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode
tersebut.
Pendekatan kinerja memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
 KELEBIHAN
1.      Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, dengan permintaan yang didukung oleh
estimasi biaya dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
2.      Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan juga input.
3.      Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
 KELEMAHAN
1.      Hanya sedikit staf anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk
mengidentifikasi unit pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
2.      Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detil lainnya tanpa adanya
pertimbangan memadai yang diberikan kepada perlu atau tidaknya aktivitas itu.

4. Pendekatan PBBS (Planning, Programming, Budgeting System)


Merupakan suatu proses perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran yang
terkait dalam suatu sistem sebagai kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah, dan
didalamnya terkandung identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin
timbul.
Ada beberapa karakteristik pendekatan PBBS yaitu:
a.       Berfokus pada identifikasi perencanaan strategis organisasi dan menghubungkan semua
aktivitas dengan perencanaan strategis tersebut.
b.      Implikasi di tahun-tahun mendatang telah diidentifikasi secara eksplisit.
c.       Semua biaya yang timbul telah dipertimbangkan.
d.      Analisis sistematis dari alternatif dilakukan (misalnya berupa analisis biaya-manfaat,
analisis sistem dan riset operasi).

5. Anggaran Berbasis Nol (Zero Based Budgeting)


Merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan, bukan pada apa
yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pendekatan pembuatan anggaran ini adalah bahwa
setiap aktivitas atau program yang telah diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak secara
otomatis dapat dilanjutkan.
Berikut beberapa kelebihan dan kelemahan zero based budgeting:
 KELEBIHAN
1.      Dapat membuat adanya review secara tahunan dari semua program, aktivitas,dan
pengeluaran.
2.      Memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat dari jasa yang diberikan.
3.      Meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat oleh eksekutif atau legislatif di
pemerintahan
4.      Mendorong pencarian cara baru untuk menyediakan jasa dan mencapai tujuan
organisasi.
 KELEMAHAN
1.      Memerlukan banyak sumber daya seperti dokumen-dokumen, menyita waktu dari staf
dan juga merepotkan.
2.      Sulit mendapatkan data yang diperlukan untuk menghitung biaya dari aktivitas
alternatif untuk mencapai tujuan organisasi.
3.      Ada faktor-faktor lain.

6. Penganggaran yang Berorientasi pada Kinerja (Performance Budgeting)


Merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan
sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi. Performance budgeting
mengalokasikan sumber daya pada program, bukan pada unit organisasi semata dan memakai
output measurment sebagai indikator kinerja organisasi.
Performance budgeting mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
a.       Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.
b.      Performance measurment (pengukuran hasil kerja).
c.       Program reporting (pelaporan program).
6.      Medium Term Budgeting Framework (MTBF)
Merupakan suatu rerangka strategi kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja
untuk departemen dan lembaga pemerintah non departemen. Tujuan dari BTMF adalah:
a.       Keseimbangan makro ekonomi dengan mengembangkan konsistensi dan rerangka kerja
sumber daya secara realistis.
b.      Alokasi penggunaan sumber daya untuk prioritas strategi antar sektor dan dalam sektor.
 KELEBIHAN
1. Penekanan pada dimasukannya deskripsi secara naratif dari setiap aktivitasdi setiap
anggaran yang diajukan .
2. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, dengan permintaan yangdidukung oleh estimasi
biaya dan pencapaian yang diukur secarakuantitatif .
3. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input .
4. Anggaran kinerja yang mensyaratkan adanya data-data kinerjaimemungkinkan legislatif
untuk menambah atau mengurangi dari jumlahyang diminta dalam fungsi dan aktivitas
tertentu. Hal tersebut tidak dapatdilakukan kalau data yang ada hanyalah data belanja
(object of expenditure). Setelah diputuskan oleh legislatif, eksekutif harus menurutdan
merevisi anggarannya .
5. Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadapan bawahannya. Kepala
eksekutif tidak hanya melihat berapa banyak yangdibelanjakan bawahannya, namun juga
menilai kinerja aktivitasmenggunakan standar satuan mata uang atau unit aktivitas.
6. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah
anggaran yang terpakai.
 KELEMAHAN
1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan yang memadai untuk mengidentifikasi unit
pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
2. Banyak jasa dan aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalamsatuan unit
output atau biaya per unit yang dapat dimengerti denganmudah.
3. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang
dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulandata untuk keperluan pengukuran
kinerja sangat sulit, bahkan kadang kalatidak memungkinkan.
4. Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dandilakukan pengukuran
secara detail lainnya tanpa adanya pertimbanganmemadai yang diberikan pada perlu atau
tidaknya aktivitas itu sendiri.Dengan kata lain, tidak ada pertimbangan untuk menentukan
apakahaktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai tujuanorganisasi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai