Anggaran Tradisional;
Banyak digunakan negara berkembang, tujuan
anggaran tradisional adalah pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Ada 2
pendekatan:
1. Incrementalism
Hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah
pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai
dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
2. Line-item
Berdasarkan sifat (nature) dari penerimaan dan
pengeluaran. Tidak mungkin menghilangkan item
penerimaan dan pengeluaran yang sudah ada dalam
struktur anggaran, meski secara riil item tertentu
sudah tidak relevan untuk periode sekarang.
Dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran
yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran.
Cth: pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan
dari pajak, pengeluaran untukgaji, pengeluaran untuk
belanja barang, dsb. Bukan berdasarkan tujuan yang
akan dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.
Anggaran Publik dengan pendekatan New Public
Management (NPM);
Berfokus pada kinerja organisasi bukan pada kebijakan.
NPM menimbulkan konsekuensi bagi pemerintah:
tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya
dan kompetisi tender.
Anggaran Kinerja;
Menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output.
Mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas
tujuan serta pendekatan yang sistematis dan rasional dalam
pengambilan keputusan.
Dominasi pemerintah dapat diawasi dan dikendalikan
melalui internal cost awareness, audit keuangan dan
audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal.
Pemerintah cost minded dan harus efisien.,
mencapai tujuan yang ditetapkan (ada program dan
tolak ukur sebagai standar kinerja).