LAPORAN MAGANG
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
KEGIATAN PEMASARAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DI BALAI
BENIH IKAN (BBI) GOHONG KECAMATAN KAHAYAN HILIR
KABUPATEN PULANG PISAU
Disetujui Oleh:
Mengetahui :
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul
“Kegiatan Pemasaran Benih Ikan Patin Di Balai Benih Ikan (BBI) Gohong
Kabupaten Pulang Pisau”. Dalam hal ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tua saya, Ayah Ramaudin Purba dan Ibu Albina Gultom serta seluruh
keluarga atas doa dan dukungan yang diberikan.
2. Ibu Ummi Suraya, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Tutwuri
Handayani, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
penulis dalam pelaksanan magang dan laporan ini.
3. Bapak Budhi Ardani, S. Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.
4. Bapak Dr. Noor Syarifuddin, S. Pi., M.Si selaku Ketua Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
5. Ibu Dr. Ir. Sosilawaty, M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Palangka Raya.
6. Bapak Achmad Husaidi Rachmi, S.Pi dan Ibu Cici Fransiska,S.Pi sebagai
Pembimbing Lapangan yang bersedia untuk membimbing dan mengarahkan
di lapangan.
7. Rekan-rekan dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan doa
untuk kelancaran penulisan laporan magang ini.
Penulis menyadari dalam pelaksanaan kegiatan magang dan penulisan
laporan magang ini masih terdapat kekurangan baik segi substansi maupun
penyajiannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
diharapkan untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................. 2
1.3. Manfaat.......................................................................................... 3
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan................................................................................................. 41
5.2. Saran........................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR
vii
LAMPIRA
viii
BAB 1
PENDAHULUA
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini adalah:
1. Untuk mengetahui tahap-tahap pemijahan ikan patin (Pangasius
hypophthalmus) yang baik.
2. Untuk mengetahui kegiatan pemasaran bemih ikan ikan patin (Pangasius
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang ini adalah:
1. Bagi mahasiswa magang mendapat pengetahuan mengenai kegiatan
pemasaran benih ikan patin dan prosedur pemijahan yang baik.
2. Bagi bidang akademis dapat menjadi referensi untuk kegiatan magang
selanjutnya mengenai kegiatan pemasaran benih ikan patin dalam bidang
perikanan.
BAB II
METODE PELAKSANAAN MAGANG
2.3.1 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawan cara
dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang di
wawancarai secara langsung kepada pegawai di Balai Benih Ikan (BBI) Gohong
Kabupaten Kabupaten Pulang Pisau.
2.3.3 Praktik
Mahasiswa melakukan praktik pemijahan dan pemasaran benih ikan patin
dengan bahan dan alat yang tersedia di Balai Benih Ikan (BBI) Gohong
Kabupaten Pulang Pisau.
3.1.2 Iklim
Kabupaten Pulang Pisau pada umumnya termasuk daerah beriklim tropis
dan lembab, dengan temperatur berkisar antara 21°C - 33°C dan maksimum
mencapai 36°C, yang intensitasnya cukup banyak, sehingga menyebabkan
tingginya penguapan yang menimbulkan awan aktif / total. Hujan terjadi hampir
sepanjang tahun dan curah hujan terbanyak jatuh pada bulan Oktober - Maret
yang berkisar antara 2.000-3.500 mm setiap tahun, sedangkan bulan kering jatuh
pada bulan Juni - September.
9
3.1.3 Topografi
Wilayah Kabupaten Pulang Pisau terbagi 2 kawasan yaitu :
a. Kawasan bagian utara merupakan non pasang surut (lahan kering) dan
perbukitan dengan ketinggian 50 100 M dpl dan tingkat kemiringan 8-15°
yang sesuai untuk tanaman hortikultura, palawija, perkebunan/tanaman
keras dan penyebaran ternak serta daerah ini banyak terdapat danau dan
rawa yang sangat cocok untuk perikanan.
b. Kawasan bagian selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-
50° M dpl yang dipengaruhi oleh pasang surut dan memiliki pantai
sepanjang 153,6 km serta cocok untuk tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, pertambakan dan industri pengolahan hasil.
potensial untuk pengembangan kelautan dan perikanan dengan luas wilayah yang
umumnya berupa laut 98.304 ha, sungai 59.689 ha, danau 15183 ha dan rawa
pasang surut 307.980 ha maupun pesisir dengan panjang pantai 153,6 km yang
semuanya memiliki potensi untuk daerah penangkapan dan perikanan budidaya.
Di daerah daratan yang masih terbuka luas sangat potensial untuk pengembangan
budidaya ikan dikolam, keramba maupun tambak.
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI BENIH IKAN (BBI) GOHONG
KOORDINATOR
MANAJER PENGENDALI
BENDAHARA MUTU
PETUGAS TEKNIK
PERKOLAMAN
Noprigen Agus R
Edy Suryanto
4.1.1 Klasifikasi
Yang disebut ikan patin, spesiesnya cukup banyak. Menurut Kottelat, et
al. (1993), ikan yang bernama ilmiah Pangasius di Indonesia terdiri dari
Pangasius pangasius atau Pangasius djambal, Pangasius humeralis, Pangasius
lithostoma, Pangasius macronema, Pangasius micronemus, Pangasius nasutus,
Pangasius niewenhuisii, dan Pangasius polyuranodon. Jenis-jenis tersebut
merupakan ikan atau spesies asli (indigenous species) yang berada di perairan
umum Indonesia. Jenis Pangasius sutchi dan Pangasius hypophthalmus yang
dikenal sebagai jambal siam, patin siam, atau lele bangkok merupakan ikan
introduksi dari Thailand. Secara taksonomik, ikan patin siam diklasifikasikan ke
dalam:
Filum : Chordata
Klas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Famili : Pangasidae
Genus :Pangasius
4.1.2 Morfologi
Menurut Kottelat, et al. (1993), dari segi ukuran, patin siam lebih besar
dibanding patin jambal. Patin mempunyai tubuh. yang memanjang, agak pipih,
dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm untuk patin jambal
(Pangasius djambal) dan 150 cm untuk patín siam (Pangasius hypophthalmus).
Warna tubuh patin bagian punggung keabu-abuan atau kebiru biruan dan bagian
perut putih keperak-perakan. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di
ujung agak ke bawah. Hal ini merupakan ciri golongan ikan catfish. Pada sudut
mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai
peraba. Saat masih kecil, berukuran 5-12 cm, patin dapat dipajang di akuarium
sebagai ikan hias. Tubuhnya terlihat seperti ikan lele berwarna perak mengilat
dengan gerakan lincah. Pada ukuran yang lebih besar, banyak pencinta ikan hias
menempatkannya pada kolam taman di halaman rumah. Gerakannya yang
perlahan ditambah postur tubuhnya yang besar tampak menyerupai ikan hiu
tampak berwibawa. Walaupun penampilannya ter kesan galak, patin tergolong
ikan yang cukup jinak dan mudah pemeliharaannya. Karena bentuknya yang unik,
mirip ikan hiu. tak mengherankan jika ikan ini juga dikenal dengan sebutan
Siamese Shark (Hiu Siam).
Sirip abu-abu gelap atau hitam; 6 jari sirip punggung bercabang; penyapu
insang biasanya berkembang; muda dengan garis hitam di sepanjang gurat sisi
dan garis hitam panjang kedua di bawah gurat sisi, dan dewasa besar berwarna
abu- abu seragam. Garis gelap di tengah sirip dubur; garis gelap di setiap lobus
ekor; penyapu insang kecil secara teratur diselingi dengan yang lebih besar
menurut Roberts, T.R. and C. Vidthayanon, 1991 dalam (www.fishbase.com).
Ikan patin Siam mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, berwarna
putih perak dengan punggung berwarna agak kebiruan, kepala ikan relative kecil
dengan mulut terletak di ujung kepala agak kebawah (Susanto, 2002). Ikan patin
tidak memiliki sisik, hal ini merupakan ciri khas golongan catfish, panjang
tubuhnya tidak mencapai 120 cm, sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis
pendek yang berfungsi sebagai peraba (Subagja, 1999). Pada permukaan
1
punggung terdapat sirip lemak dengan ukuran yang sangat kecil dan sirip ekornya
membentuk cagak dengan bentuk sintetis (Subagja, 1999).
Sirip punggung (dorsal) mempunyai jari-jari keras yang berubah menjadi
patil bergerigi di sebelah belakangnya. Jari-jari lunak sirip punggung berjumlah
enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak berukuran kecil
sekali yang disebut adipose fin. Sirip ekornya berbentuk cagak dan bentuknya
simetris. Sirip duburnya yang panjang terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sirip
perutnya memiliki 8-9 jari-jari lunak (Khairuman, 2007). Sirip dada memiliki 12-
13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang menjadi senjata dan dikenal
sebagai patil.
banjir atau meluapnya air sungai. Sebaliknya, patin sulit memijah secara alami di
kolam-kolam pemeliharaan. Patin hanya memijah setelah diberi rangsangan
(induced spawning). Telur patin berwarna putih jernih agak kekuning-kuningan.
Telur yang dibuahi akan menetas 18-24 jam kemudian pada suhu 29-30° C,
sedangkan pada suhu 26-28° C, telur menetas setelah 28 jam. Larva yang baru
menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur yang menggantung
di bawah permukaan perut. Cadangan makanan ini habis dalam waktu 3 -4 hari
dan pada saat itu larva mulai mengambil pakan dari luar. Larva dan benih patin
menyukai perairan dangkal yang subur menurut Kottelat, et al. (1993) dalam
kodri 2010.
Karena mampu bertahan pada lingkungan perairan yang jelek, patin dapat
dipelihara di kolam tadah hujan. Kolam tadah hujan adalah kolam yang
mengandalkan air hujan sebagai sumber air sehingga kuantitas dan kualitas air
menjadi penghambat bagi produksi ikan. Pilihannya adalah memelihara ikan-ikan
yang dapat hidup pada kondisi air jelek. Artinya, patin cocok di pelihara di kolam
terpal. Teknologi budi daya ikan di kolam terpal adalah salah satu alternatif bagi
pengembangan budi daya ikan di lahan kritis, sempit, dan sulit air. Khusus lahan
kritis seperti lahan bertanah porous dan sulit air, sebaiknya memilih ikan-ikan
yang dapat bertahan pada kondisi air jelek. seperti patin, lele (Clarias sp), gurami
(Osphronemus gouramy), nila (Oreochromis niloticus), tambakan (Helostoma
temmincki). sepat (Trichogaster sp), dan betok (Anabas testudineus).
Spesies yang bermigrasi, bergerak ke hulu sungai mekong dari daerah
pemeliharaan yang tidak diketahui untuk bertelur pada bulan mei-juli dan kembali
ke arus utama ketika air sungai turun mencari habitat pemeliharaan pada bulan
september-desember. Di selatan Air Terjun Khone, migrasi ke hulu terjadi dari
oktober hingga februari, dengan puncaknya pada november-desember. Migrasi ini
dipicu oleh surutnya air dan tampaknya merupakan migrasi penyebaran mengikuti
migrasi lateral dari daerah banjir kembali ke Mekong pada akhir musim banjir.
Migrasi hilir berlangsung dari mei hingga agustus dari Stung Treng ke Kandal di
Kamboja dan selanjutnya ke Delta Mekong di Vietnam. Kehadiran telur selama
bulan maret hingga agustus dari Stung Treng ke Kandal menunjukkan bahwa
migrasi ke hilir adalah pemijahan dan migrasi trofik yang akhirnya membawa
ikan ke daerah dataran banjir di Kamboja dan Vietnam selama musim banjir
menurut Roberts, T.R. and C. Vidthayanon, 1991 dalam (www.fishbase.com).
Ikan patin banyak dijumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa
perairan air tawar, yakni di waduk, sungai-sungai besar, dan muara-muara sungai.
Patin lebih banyak menetap di dasar perairan daripada di permukaan. Di
Indonesia, patin tersebar di perairan pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
Sementara di luar Indonesia, patin dan kerabatnya banyak tersebar di perairan
Thailand, Vietnam, Cina, Kamboja, Myanmar, Laos, Burma, India, Taiwan,
Malaysia, dan Semenanjung Indocina.
2
Habitat ikan patin adalah di tepi sungai – sungai besar dan di muara -
muara sungai serta danau. Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya
sedikit agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar
perairan. Ikan patin sangat terkenal dan digemari oleh masyarakat karena daging
ikan patin sangat gurih dan lezat untuk dikonsumsi (Susanto Heru dan Khairul
Amri, 1996).
Patin dikenal sebagai hewan yang bersifat nokturnal, yakni melakukan
aktivitas atau yang aktif pada malam hari. Ikan ini suka bersembunyi di liang -
liang tepi sungai. Benih patin di alam biasanya bergerombol dan sesekali muncul
di permukaan air untuk menghirup oksigen langsung dari udara pada menjelang
fajar. Untuk budidaya ikan patin, media atau lingkungan yang dibutuhkan
tidaklah rumit, karena patin termasuk golongan ikan yang mampu bertahan pada
lingkungan perairan yang jelek. Walaupun patin dikenal ikan yang mampu hidup
pada lingkungan perairan yang jelek, namun ikan ini lebih menyukai perairan
dengan kondisi perairan baik (Kordi, 2005).
dalam berbagai bentuk dan ukuran. Telur dan larva ikan sudah diminati banyak
kalangan pembudidaya ikan. Akan tetapi benih pun tidak kalah laku, larva yang
sudah berbentuk ikan ini banyak dicari oleh pembudidaya ikan. Pertimbangnya
adalah tahap telur dan larva masih rentan kematian jika pengetahuan tentang
pembenihan belum banyak. Benih banyak dijual dalam ukuran centimeter atau
inci (Usni dan Deni, 2013).
Kegiatan pembenihan Patin di BBI Gohong dilakukan secara intensif
(buatan) menggunakan teknik stripping. Kegiatan tersebut dilakukan untuk
menunjang produktivitas larva Patin karena ikan ini paling di minati oleh
masyarakat khususnya di Kabupaten Pulang Pisau. Dalam 1 kali pemijahan ikan
patin jika hasilnya bagus dapat menghasilkan 80.000 ekor benih ikan patin, dan
bila hasilnya kurang bagus hanya sampai 20.000 ekor.
Berikut kegiatan yang dilakukan pada pembenihan ikan Patin Siam
(Pangasius hypophthalmus). Di bawah ini merupakan alur proses pembenihan
ikan patin yang dilakukan di BBI Gohong.
PERSIAPAN BAK/TEMPAT
SELEKSI INDUK
PEMIJAHAN
PROSES PENETASAN
PEMINDAHAN LARVA
PEMBERIAN PAKAN
PANEN BENIH
2
untuk mendapatkan induk-induk yang siap pijah, dimana telur bisa dibuahi
danspermanya bisa membuahi. Kegiatan ini dilakukan setelah pematangan gonad
dansebelum pemijahan (Arie, 2009).
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan ikan.
Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan sehingga harus
dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
(Sunarma, 2007). Menurut Sularto et al., (2006), keberhasilan pemijahan induk
ditentukan oleh kejelian pemilihan induk yang matang gonad.
Induk betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah
dibedakan dengan induk ikan jantan atau induk ikan betina yang belum dewasa.
Postur tubuh induk ikan betina cenderung melebar dan pendek, perut lembek,
halus dan membesar ke arah anus. Alat kelamin (urogenital) membengkak dan
membuka serta berwarna merah tua, sedangkan postur tubuh induk jantan relatif
lebih langsing dan panjang. Urogenital membengkak dan berwarna merah
tua,apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan
putihkental (sperma) (Sunarma, 2007).
Induk yang telah diseleksi diberok selama 1 – 2 hari. Tujuan pemberokan
adalah untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur sehingga
pada saat pengeluaran telur dapat lancar karena saluran pengeluaran telur bebas
dari lemak. Induk ikan tidak diberi makan selama masa pemberokan (Perangin -
angin, 2003). Pernyataan tersebut didukung oleh Arie (2009) bahwa memberok
berarti menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk di
bak pemberokan. Kegiatan ini dilakukan semalam. Pemberokan bertujuan untuk
membuang kotoran. Kotoran dapat menggangu saat pengurutan telur dan bisa
mengotori telur. Pemberokan juga bertujuan untuk mengurangi kandungan lemak
dalam gonad. Kandungan lemak yang terlalu tinggi dapat menghambat proses
pemijahan atau streefing, sehingga telur susah keluar. Pemberokan juga bertujuan
untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena matang telur
dengan gendut karena makanan.
Pemeriksaan oosit (sel telur) dengan cara kanulasi dilakukan bila
pemeriksaan secara morfologi sulit untuk menentukan tingkat kematangan gonad.
2
4.2.3 Pemijahan
Pemijahan adalah pertemuan induk jantan dan induk betina yang bertujuan
untuk pembuahan telur (Perangin - angin, 2003). Pernyataan tersebut didukung
oleh Satyani (2006) bahwa pembuahan atau pemijahan merupakan bersatunya sel
telur dengan sperma. Pada pasangan ikan yang memijah secara alami induk betina
mengeluarkan telur kemudian jantan mengeluarkan sperma di atas telurnya.
Pembuahan akan terjadi di dalam air. Effendi, (1997) menyatakan bahwa
pemijahan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan ikan dalam upaya
mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. Hal-hal yang perlu dilakukan
pada proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yang meliputi karantina
dan perawatan induk. Hal itu bertujuan untuk memilih induk yang berkualitas
baik. Biasanya induk-induk yang berasal dari alam memiliki kualitas yang kurang
baik sehingga perlu dilakukan karantina dan perawatan untuk meningkatkan
kualitas induk.
2
pukul 03.00 atau 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. Dosis suntikan
kedua 2/3 bagian dosis total. Penyuntikan induk jantan dilakukan satu kali
bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Minimal dibutuhkan
dua orang untuk penyuntikan guna mencegah induk patin berontak.
4 Simpan atau masukkan induk-induk ikan patin yang telah disuntik ke
dalam bak atau hapa dengan air yang mengalir.
Selang waktu dari penyuntikan II sampai ovulasi antara 10-12 jam. Waktu
laten (latensi time) yaitu jarak antara penyuntikan kedu (akhir) sampai ovulasi
dan sangat dipengaruhi suhu air. Semakin tinggi suhu air makin pendek waktu
laten. Menurut Khairuman (2007), selain dosis, cara penyuntikan juga harus
tepat. Posisi jarum suntik harus membentuk sudut 30° hingga 40°. Penyuntikan
harus dilakukan secara intramuscular, yakni di dalam daging atau otot, tepatnya
di bagian kiri atau kanan belakang sirip punggung. Hal tersebut karena bagian
2
belakang sirip punggung memiliki otot yang cukup tebal, sehingga injeksi bisa
dilakukan cukup dalam. Dengan demikian, resiko keluarnya cairan hormon
melalui lubang injeksi bisa dihindari.
Pengecekan ovulasi dilakukan setelah 6 – 8 jam dari penyuntikan kedua.
Pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan.
Ikan siap ovulasi atau spermiasi akan memberikan tanda-tanda seperti diam di
pojok dengan mengibas-ngibaskan ekornya atau mulai saling mengejar antara
induk jantan dan betina. Pengeluaran telur bila dilakukan sebelum ovulasi (waktu
terlalu cepat), pengeluaran telur tidak akan lancar dan biasanya persentase
keberhasilan pembuahan akan kecil. Pengeluaran telur bila sebaliknya dilakukan
terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam
kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah tertutup.
Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian
dekat urogenital secara pelan dan hati-hati (Sunarma, 2007).
4.2.5 Stripping
Pengurutan induk betina dilakukan dengan perlahan di bagian perut ikan.
Proses awal mulai dari lubang urogenital diurut ke arah lubang tersebut. Bila
terasa ringan dan telur keluar dengan mudah dapat dilanjutkan dengan bagian
yang lebih ke atas dengan arah yang sama sampai telur habis. Bila pengurutan
terasa berat harus ditunggu lagi dalam beberapa jam sampai terasa ringan. Telur
yang siap diovulasikan akan mudah keluarnya dari lubang urogenital bila diurut.
Telur dikumpulkan dalam wadah dan diusahakan jangan sampai terkena air atau
tetap kering sebelum dibuahi. Pengurutan induk jantan sama dengan pengurutan
induk betina dan menghasilkan sperma (Satyani, 2006).
Cara pengumpulan sperma dapat dengan menyedotnya dalam spuit bila
jumlahnya sedikit atau langsung dalam mangkok kecil bila jumlahnya banyak.
Sperma dalam jumlah sedikit dapat langsung dilakukan pemijahan di atas
telurnya (Satyani, 2006). Proses pembuahan didahului dengan penyiapan sperma
yangdikeluarkan dari induk jantan. Sperma ditampung dalam wadah dan
diencerkan dengan larutan NaCl 0,9 % atau larutan Ringer dengan perbandingan
3
sekitar 1 :100. Sperma yang tercampur urine (air kencing ikan) sebaiknya tidak
digunakan (Sunarma, 2007).
Adapun hal yang di lakukan pada proses stripping terlebih dahulu yaitu
melakukan pengecekan induk untuk menentukan saat pengeluaran telur dalam
proses pembuahan setelah 8-12 jam penyuntikan. Bila pengeluaran telur
dilakukan sebelum ovulasi atau terlalu cepat waktu, maka pengeluaran telur tidak
akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan relatif kecil.
Sementara itu, bila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air
sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada
telur sudah tertutup. Berikut urutan pekerjaan pengurutan (stripping):
1. Penampungan induk dan akuarium atau corong untuk penetasan telur.
2. Sediakan wadah untuk menampung telur berupa baskom atau plastik yang
telah dibersihkan dan kering.
3. Pegang induk betina yang akan di stripping dengan kedua belah tangan.
Tangan kiri memegang pangkal ekor, sedangkan tangan kanan memegang
perut bagian bawah. Letakkan ujung kepala induk pada pangkal paha.
4. Urut perut induk secara perlahan-lahan dari bagian depan ke arah
belakang menggunakan jari tengah dan jempol.
5. Tampung telur ikan patin ke dalam baskom.
6. Tangkap induk jantan untuk diambil spermanya. Sperma ini akan
dicampurkan dengan telur-telur di dalam baskom.
7. Urut perut induk jantan seperti pada pengurutan induk betina. Sperma
yang keluar langsung disatukan dengan telur yang ditampung di dalam
baskom.
8. Campur telur dan sperma secara merata, kemudian aduk-aduk
menggunakan bulu ayam ± selama 30 detik. Aduk perlahan-lahan.
9. Tambahkan NaCl ke dalam campuran telur dan sperma untuk
meningkatkan pembuahan (fertilisasi). Penambahan dilakukan sambil
tetap mengaduk campuran dan tambahkan air sedikit demi sedikit.
Pengadukan dilakukan ± 2 menit.
3
10. Lakukan peggantian air bersih sebanyak 2-3 kali untuk membuang
kotoran berupa lendir.
11. Selanjutnya, telur-telur yang telah dibuahi akan mengalami
pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning.
Sementara itu, telur-telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih dan
mengendap dibawah. Telur-telur yang bersih siap ditetaskan.
4.2.6 Fertilisasi
Pembuahan atau fertilisasi ikan patin dilakukan dengan cara artificial atau
buatan yaitu mencampur telur dengan sperma. Pencampuran telur dan sperma
dalam wadah dapat dilakukan dengan mengaduk keduanya menggunakan bulu
ayam atau kuas halus. Pengadukan harus merata dengan dilakukan pemberian air
sedikit demi sedikit. Telur yang sudah terbuahi dapat dicuci dengan air bersih
beberapa kali untuk menghilangkan epitel yang terikut saat pemijahan dan cairan
sperma. Telur yang telah bersih dapat ditebarkan di tempat penetasan (Satyani,
2006). Tempat telur yang disiapkan berupa mangkok atau piring dari keramik
atau petridisk dari kaca. Tempat telur harus dalam keadaan licin pada bagian
permukaan agar tidak rusak karena gesekan. Tempat sperma dapat berupa tabung
kecil atau tabung suntik (spuit).
4.2.8 Pemeliharaan
Larva ikan patin siam mempunyai sifat kanibal sehingga untuk
menghindarinya perlu diperhatikan waktu untuk pemberian pakan. Menurut
Sunarma (2007), pakan pertama dapat diberikan sekitar 24 jam setelah menetas
pada kisaran suhu pemeliharaan 29 – 30 °C. Pakan yang diberikan berupa naupli
3
Artemia. Pemberian pakan selanjutnya dapat dilakukan 7 kali sehari pada kisaran
4 – 5 jam sekali. Pakan diberikan secara ad libitum atau secukupnya dengan
memperhatikan makan ikan. Pemeliharaan larva atau benih di akuarium dapat
dilakukan sampai minimal umur 10 – 14 hari sebelum dipindahkan ke dalam bak
pendederan. Pemberian pakan benih ikan patin dilakukan 2 kali sehari dengan
memberi pakan buatan (PF800) Pemindahan benih dilanjutkan dari bak ke kolam
biasanya dilakukan setelah pemeliharaan 3 – 4 minggu.
4.3 Pemasaran
2. Alur tidak langsung, dimana staf bagian pemasaran Balai Benih Ikan
(BBI) Gohong yang mengirimkan benih ikan patin melalui alat
transportasi berupa mobil bak terbuka dan sepeda motor.
Pengecekan Kondisi
Calon Tim
Benih Ikan
Dari skema diatas dapat dilihat dengan jelas bagaimana alur pemasaran
yang dilakukan di Balai Benih Ikan Gohong. Tim penjual sangat berperan penting
dan langsung turun tangan dalam setiap terjadi transaksi penjualan benih ikan
patin. Dimana disini calon pembeli harus memesan terlebih dahulu agar tim
penjual/staf bagian pemasaran mempuasakan benih ikan patin terlebih dahulu
untuk menghindari ikan mabuk saat dalam perjalanan. Tim penjual melakukan
pengecekan kondisi kualitas benih ikan patin terlebih dahulu.
Selanjutnya tim penjual melakukan penghitungan benih ikan patin secara
manual dan pengemasan (packing) dengan metode pengemasan tertutup. Jika
benih ikan patin sudah selesai pada tahap packing/pengemasan staf bagian
pemasaran/tim penjual akan mengkonfirmasi kepada pembeli segera mengambil
pesanan atau pesanan diantarkan ke lokasi pembeli. Tim penjual dan pembeli
harus bekerja sama dalam pengataran benih ikan patin untuk menghindari
terjadinya kematian benih ikan patin pada saat perjalanan dikarenakan benih ikan
patin hanya mampu bertahan 6 jam setelah benih ikan patin dikemas.
3
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Untuk meningkatkan kembali penjualan benih ikan patin di BBI Gohong
dapat dilakukan dengan meningkatkan seleksi calon induk untuk pembenihan.
Kemudian perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam
pemasaran sebaiknya lebih ditingkatkan terutama pada promosi dan kualitas
benih ikan yang akan didistribusikan agar senantiasa dapat meningkatkan jumlah
penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Patin (Buku 1). Direktorat Bina
Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta
Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.
Hadi, S. 2014. Pengertian dan Contoh Angket dan Kuesioner. Jawa Tengah.
Hernowo. 2001. Pembenihan Ikan Patin Skala Kecil dan Besar, Solusi
Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta. 66 halaman.
Mukti. 2005. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Perangi - angin, K., 2003. Benih Ikan Jambal Siam. Kanisius. Yogyakarta.
Roberts, T.R. & C. Vidthayanon, 1991. Systematic revision of the Asian catfish
family Pangasiidae, with biological observations and descriptions of three
new species. Proc. Acad. Nat. Sci. Philad. 143:97-144.
Rukmana, R. & Yudirachman, H. 2016. Sukses Budi Daya Ikan Patin Secara
Intensif. Lily Publisher. Yogyakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta.
Bandung.
Satyani, Darti. 2006. Pemijahan Buatan Ikan Air Tawar. Warta TAAT-MSTK
TMII.3 (1): 5.
Sularto. 2005. Peranan riset terhadap pengembangan budidaya ikan. Patin Temu
Bisnis Nasional Ikan Patin Jakarta. 25 Oktober 2005 hlm. 12
Susanto, H & Amri, K. 1996. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin.
https://dkpp.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/ikan-patin-
segalanya-kamu-harus-tahu-tentang-patin-73. Diakes Januari 2022.
Susanto. H., & Amri. K., 1997. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya, Depok.
Susanto. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 6 dan 37
Susanto, H. & K. Amri. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Usni & Deni. 2013. Panduan Lengkap Benih Ikan Konsumsi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
LAMPIRAN
Peta Lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Gohong. Sumber, Google Maps, 2022
4
NaCl Suntikan
Hiblow Selang
Ember Air
4
Striping induk betina ikan patin siam Striping induk jantan ikan patin siam
(Pangasius hypophthalmus) (Pangasius hypophthalmus)
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kultur artemia untuk pakan alami larva Pemberiaan pakan larva ikan patin
ikan patin
Pengukuran suhu air pada bak fiber Pengukuran pH meter air pada bak
larva ikan patin fiber larva ikan patin
Menghaluskan pakan untuk benih ikan Pemberian pakan benih ikan patin
patin
Mushola
Rmh Msn Pakan
KOLAM PEMIJAHAN KOLAM PEMANCINGAN
Uk. 30 m x 50 m Uk. 40 m x 140 m KOLAM PEMBESARAN
Uk. 20 mx 50 m
No. 21
Uk. 25 mx 110 m
SALURAN PEMASUKAN Uk. Panjang = 540 m , Lebar 2 m
KOLAM PEMBESARAN
Uk. 15 mx 40 m
KOLAM KOLAM PENDEDERAN
KOLAM PENDEDERAN
KOLAM KOLAM PEMBESARAN
PENDEDERAN Uk. 15 mx 20Uk.
m 15 mx 20 m PENDEDERAN KOLAM INDUK
Uk. 15 mx 20No.6
m No.4 KOLAM INDUKKOLAM INDUKUk. 20 mx 35 KOLAM
m Uk. 35 mx 90 m
KOLAM LARVA No.8 Uk. 15 mx 20Uk.
m No.10 Uk.
10 mx 17 m 10 mx 17 m KARANTINA
Uk. 24 mx 40 m
No. 12 No. 14 Uk. 35 mx 50 m
KOLAM LARVA
Uk. 30 mx 40 m No. 17
KOLAM PENDEDRAN
KOLAM PENDEDERAN
KOLAM PENDEDERAN No. 19
No. 2 KOLAM PENDEDERAN
Uk. 15 mx 20Uk.
m 15 mx 20Uk.
m 15 mx 20 m No.15
Uk. 15 mx 20 m
No.3 No.5 No.7 KOLAM INDUKKOLAM INDUK
No. 9 Uk.
Uk. 10 mx 17 m 10 mx 17 m No. 16
No,11 No. 13
No. 1
No. 18
Pos Jaga
2 Apa yang menjadi visi atau cita- Meningkatkan sumber daya manusia -
cita Ibu untuk membangun BBI Meningkatkan pengetahuan generasi dalam bidang
ini menjadi lebih baik? perikanan
Menghasilkan benih ikan yang lebih banyak
Menghasilkan tenaga teknisi di bidang pemijahan
Lampiran 8. (Lanjutan)
No Pertanyaan Jawaban
1 Senin, 15 November 2021 12.30 – 18.30 Survei lokasi dan perkenalan dengan tempat
5 Jum’at, 19 November 2021 08.00-14.00 Menyipon kotoran larva ikan lele dan benih ikan patin
7. Senin, 22 November 2021 08.00-14.00 Mengganti air larva ikan lele dan benih ikan patin
lele
13. Senin, 29 November 2021 08.00-14.00 Pengamatan larva ikan patin yang baru menetas
Mengikuti kegiatan kultur artemia untuk pakan alami larva ikan patin
15. Rabu, 1 Desember 2021 08.00-14.00 Menjaga suhu air larva ikan patin dengan bantuan lampu dan heater
akuarium/penghangat akuarium
16. Kamis, 2 Desember 2021 08.00-14.00 Menjaga suhu air larva ikan patin dengan bantuan lampu dan heater
akuarium/penghangat akuarium
17. Jum’at, 3 Desember 2021 08.00-14.00 Menjaga suhu air larva ikan patin dengan bantuan lampu dan heater
akuarium/penghangat akuarium
Pengukuran pH meter air dan suhu pada kolam larva ikan patin
19. Senin, 6 Desember 2021 08.00-14.00 Menjaga suhu air larva ikan patin dengan bantuan lampu dan heater
akuarium/penghangat akuarium
21. Rabu, 8 Desember 2021 08.00-14.00 Menjaga suhu air larva ikan patin dengan bantuan lampu dan heater
akuarium/penghangat akuarium
28. Kamis, 16 Desember 2021 08.00-14.00 Menyipon kotoran larva ikan lele dan larva ikan patin
29. Jum’at, 17 Desember 2021 08.00-14.00 Menyipon kotoran larva ikan lele dan larva ikan patin