Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang

Ekotoksikologi adalah studi tentang efek bahan kimia beracun pada organisme
biologis , terutama pada tingkat populasi , komunitas , ekosistem , dan biosfer .
Ekotoksikologi adalah bidang multidisiplin, yang mengintegrasikan toksikologi dan ekologi .

Manusia dan makhluk hidup lainnya seringkali terpapar banyak jenis bahan alami
maupun buatan manusia. Jenis bahan tersebut ada yang bersifat racun ataupun aman.
Keracunan berarti keadaan dimana tubuh seseorang sedang mengalami gangguan diakibatkan
suatu zat atau bahan kimia yang tentunya bersifat racun.

Bahan atau zat yang beracun disebut toksik, sedangkan ilmu yang mempelajari batas
aman dari bahan kimia adalah toksikologi (Casarett and Doulls, 1996).
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang rentan terhadap ancaman pencemaran.
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang kompleks dan sangat beranekaragam
ekosistem perairan terdiri dari aliran air/sungai kecil (fresh water/ tawar), danau, sungai,
estuaria, laut, air payau, laut dalam. Komponen biotik dan abiotiknya sangat berbeda dan
mempunyai sifat yang unik.
Air merupakan sumberdaya alam penting yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk
hidup demi keberlangsungan hidupnya. Bagi manusia air memiliki banyak manfaat
diantaranya digunakan untuk mencuci, minum, memasak, mandi dan kegiatan lainnya.
Pemanfaatan inilah yang mengharuskan manusia untuk tetap menjaga dan melindungi air dari
hal-hal yang dapat merusak kualitasnya agar dapat digunakan secara berkelanjutan sesuai
dengan tingkat mutu air yang dikehendaki. Pengelolaan kuaitas air dilakukan dengan upaya
pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu.
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat.
Karena air telah tercemar oleh limbah-limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga
untuk memperoleh air yang baik sesuai dengan standar tertentu diperlukan biaya yang cukup
mahal. Secara kualitas, sumber daya air telah mengalami penurunan. Akibat penurunan
kualitas air sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia secara kuantitas ditambah
kebutuhan manusia semakin meningkat seiring bertambahnya populasi manusia.
Di Indonesia, pencemaran air telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya kesadaran warga sekitar serta lemahnya pengawasan pemerintah
dan keengganan untuk melakukan penegakan hukum sehingga menjadikan kondisi perairan
semakin parah.
Beberapa badan air sudah mulai tercemar oleh sampah-sampah domestic dan pertanian
yang di buang penduduk tanpa melalui proses pengolahan. Sampah-sampah domestic
misalkan saja limbah deterjen dari industri rumah tangga berupa loundry, sampah non-
organik berupa plastic dan botol-botol minuman kemasan, bahkan perabotan rumah tangga
yang tidak dipakai (butut). Sampah-sampah tersebut menghambat aliran sungai, bahkan
sungai yang dekat dengan pemukiman warga ketika hujan lebat air sempat meluap sehingga
mengalir melalui jalan raya dan sebagian menggenangi halaman rumah penduduk. Selain itu,
air buangan dari pertanian yang tercampur oleh pupuk, pestisida dll. Membuat warna air
menjadi kecoklatan dan mengganggu kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Akibat terparah

1
yang terjadi antara lain kandungan toksik (racun) yang timbul dikarenakan adanya bakteri
pathogen yang dihasilkan dari sampah dan limbah buangan manusia.
Berdasarkan pernyataan diatas, makalah dengan judul “Ekotoksikologi Perairan” ini
dibuat agar dapat menjadi referensi bagi masyarakat untuk dapat lebih memahami pentingnya
menjaga kualitas air.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa penertian ekotoksikologi ?

2.Apa sejarah ekotoksikologi ?

3.Apa efek ekotoksikologi bagi perairan?

1.3 Tujuan masalah

Agar mahasiswa lebih memahami tentang pengetian,sejarah ,dan efek apa saja yang
yang terkait pada ekotoksikologi perairan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekotoksikologi

Ekotoksikologi pada dasarnya merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang


dampak senyawa xenobiotik terhadap lingkungan biotik maupun abiotik. bermaksud untuk
membantu para pembaca dalam memahami berbagai pengetahuan dan pengembangan ilmu
ekotoksikologi pada lingkungan perairan.

Ekotoksikologi adalah interaksi, transformasi, fate, dan efek dari senyawa kimia
alamiah maupun sintetis di dalam biosfer termasuk organisma individual, populasi dan
seluruh ekosistem. Semua zat beracun ataupun metabolitnya akan kembali memasuki
lingkungan, sehinggakualitas lingkungan akan bertambah buruk dengan terdapatnya
berbagai racun. Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti
tentang sumber, sifat, serta pengaruh bahan toksis terhadap biota perairan.Setelah
mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa akan mengerti tentang proses absorpsi
(masuknya racun tersebut), disribusi, ekskresi, biotransformasi, metabolisme,
transformasi fisika dan kimia termasuk juga di dalamnya respon terhadap bahan-bahan
beracun atau toksikan

Ilmu yang mempelajari tentang pengujian zat toxic serta efek dan kontaminasinya
terhadap ekosistem. Mata kuliah ini berorientasi ekologi yaitu mempelajari mengenai
kontaminasi toksikan terhadap lingkungan. Mata kuliah ini mempelajari toksikan dan
efeknya dari mulai level organisme hingga level ekosistem. Toksikologi mempelajari
toksikan dan efeknya pada level molekuler,seluler, dan level organime, sedangkan
ekotoksikologi mempelajari toksikan dan efeknya pada semua level organisasi biologi

2.2 Sejarah Ekotoksikologi

Istilah ekotoksikologi dikenalkan oleh Prof. Truhaut pada tahun 1969 dan diturunkan
dari kata “ekologi” dan “toksikologi”. Pengenalan istilah ini merefreksikan tumbuhnya
perhatian tentang efek bahan kimia lingkungan terhadap spesies selain manusia.
Pengetahuan tentang racun sesungguhnya sudah ada sejak zaman dahulu tetapi belum
tersusun secara sistematis menjadi suatu ilmu. Baru pada awal abad ke-16 seorang ahli racun
terkenal yang hidup pada tahun 1493-1541, Phillipus Aureolus Theophrastus Bombastus von
Hohenhiem Paracelcus (PATBH Paracelcus) memperkenalkan istilah toxicon (toxic agent)
untuk zat (substansi) yang dalam jumlah kecil dapat mengganggu fungsi tubuh. Ia adalah
orang pertama yang meletakkan dasar ilmu dalam mempelajari racun dan mengenalkan dalil
sebagai berikut :
1.      Percobaan pada hewan merupakan cara yang paling baik dalam mempelajari respon
tubuh terhadap racun.
2.      Efek suatu zat (kimia atau fisik) pada tubuh dapat merupakan efek terapi (bermanfaat)
dan efek toksik (merugikan).
Selanjutnya, toksikologi modern diperkaya oleh Mattieu Joseph Orfilla (1787-1853). Ia
merupakan orang pertama yang melakukan penelitian secara sistematis tentang respon
biologic anjing pada zat kimia tertentu. Ia memperkenalkan toksikologi sebagai ilmu yang

3
mempelajari racun, ia mengembangkan analisis terhadap racun misalnya As (Arsen) dan
meletakkan dasar toksikologi forensik.
Toksikologi juga dikembangkan oleh ahli lain seperti Francios Magendie (1783-1855)
yang meneliti striknin dan emetin.

Meskipun penelitian dasar dalam ekotoksikologi dimulai di banyak negara pada tahun 1800-
an, baru sekitar tahun 1930-an penggunaan pengujian ektoksisitas akut, terutama pada ikan,
ditetapkan. Selama dua dekade berikutnya, efek bahan kimia dan limbah pada spesies non-
manusia menjadi lebih dari masalah publik dan era bioassay botol acar dimulai ketika upaya
meningkat untuk menstandarisasi teknik pengujian ekotoksisitas.

Di Amerika Serikat, berlakunya Undang-Undang Pengendalian Pencemaran Air Federal


tahun 1947 menandai undang-undang komprehensif pertama untuk pengendalian pencemaran
air dan diikuti oleh Undang-Undang Pengendalian Pencemaran Air Federal pada tahun 1956.
Pada tahun 1962, kepentingan publik dan pemerintah diperbarui, sebagian besar karena
penerbitan Silent Spring Rachel Carson , dan tiga tahun kemudian Undang-Undang
Kualitas Air tahun 1965 disahkan, yang mengarahkan negara-negara bagian untuk
mengembangkan standar kualitas air. Kesadaran publik, serta kepedulian ilmiah dan
pemerintah, terus tumbuh sepanjang tahun 1970-an dan pada akhir dekade penelitian telah
diperluas untuk mencakup evaluasi bahaya dan analisis risiko . Dalam dekade-dekade
berikutnya, toksikologi akuatik terus berkembang dan menginternasionalkan sehingga
sekarang ada aplikasi pengujian toksisitas yang kuat untuk perlindungan lingkungan

2.3 Efek Ekotoksikologi Bagi Perairan

Ekotoksisitas dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu toksisitas langsung dan
tidak langsung. Hasil toksisitas langsung dari toksikan yang bekerja di tempat kerja di atau
pada organisme. Toksisitas tidak langsung terjadi dengan perubahan lingkungan fisik, kimia,
atau biologis.

Lethality adalah efek paling umum yang digunakan dalam toksikologi dan digunakan
sebagai titik akhir untuk uji toksisitas akut. Saat melakukan uji toksisitas kronis, efek subletal
adalah titik akhir yang harus diperhatikan. Titik akhir ini meliputi perubahan perilaku,
fisiologis, biokimia, dan histologis.

Ada sejumlah efek yang terjadi ketika suatu organisme secara bersamaan terpapar dua
atau lebih racun. Efek ini termasuk efek aditif, efek sinergis , efek potensiasi , dan efek
antagonis . Efek aditif terjadi jika efek gabungan sama dengan kombinasi atau jumlah efek
individual. Efek sinergis terjadi ketika kombinasi efek jauh lebih besar daripada dua efek
individu yang dijumlahkan. Potensiasi adalah efek yang terjadi ketika bahan kimia individu
tidak memiliki efek yang ditambahkan ke toksikan dan kombinasi tersebut memiliki efek
yang lebih besar daripada sekadar toksikan saja. Akhirnya, efek antagonis terjadi ketika
kombinasi bahan kimia memiliki efek yang lebih sedikit daripada jumlah efek individualnya.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekotoksikologi studi tentang efek bahan kimia beracun pada organisme biologis , terutama
pada tingkat populasi , komunitas , ekosistem , dan biosfer . Ekotoksikologi adalah bidang
multidisiplin, yang mengintegrasikan toksikologi dan ekologi

Ekotoksikologi adalah interaksi, transformasi, fate, dan efek dari senyawa kimia
alamiah maupun sintetis di dalam biosfer termasuk organisma individual, populasi dan
seluruh ekosistem. Semua zat beracun ataupun metabolitnya akan kembali memasuki
lingkungan, sehinggakualitas lingkungan akan bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai
racun. Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengerti tentang sumber,
sifat, serta pengaruh bahan toksis terhadap biota perairan.Setelah mempelajari mata kuliah
ini, mahasiswa akan mengerti tentang proses absorpsi (masuknya racun tersebut), disribusi,
ekskresi, biotransformasi, metabolisme, transformasi fisika dan kimia termasuk juga di
dalamnya respon terhadap bahan-bahan beracun atau toksikan

5
DAFTAR ISI

https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Aquatic_toxicology&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=
search

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/88392/1/Buku%20Ekotoksikologi
%20Perairan.pdf

https://slideplayer.info/slide/13572091/

https://id.scribd.com/doc/287475062/Ekotoksikologi-Perairan

Anda mungkin juga menyukai