Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

Ekotoksikologi Perairan

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

DAFTAR
ISI KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. PEMBAHASAN

Pengertian dan Definisi

Ancaman Perairan

Prinsip Dasar Pengaruh Pencemar/Racun

Pengaruh Racun Dalam Makhluk Hidup

Pengaruh Lethal dan Sub-Lethal

Pengaruh Umum Pencemar/Racun

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

KATA
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat, taufik, dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Paper
Mata Kuliah Ekotokssikologi Perairan dengan Judul Pengaruh Racun Pada
Tingkat Populasi dan Komunitas sebagai salah satu syarat untuk lulus mata
kuliah ini.

Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah meluangkan waktunya untuk membantu kami dalam menyelesaikan Paper ini.
Serta terima kasih kepada teman-teman atas kerja samanya dalam penyusunan
Paper ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Paper ini, tentu masih terdapat
beberapa kesalahan dan masih jauh dari yang diharapkan. Maka dari itu, kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kedepannya dapat
mencapai kesempurnaan.

Akhir kata, semoga Paper ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kita
semua. Amin.

Ambon, Mei 2017

Penulis

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekotoksikologi merupakan ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisika


pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas serta ekosistem, termasuk
jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan. Pengaruh racun dapat
berupa letalitas (mortalitas) serta pengaruh subletal seperti gangguan pertumbuhan,
perkembangan, reproduksi, tanggapan farmakokinetik, patologi, biokimia, fisiologi,
dan tingkah laku (Butler, 1987).
Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan
dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme,
perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan
biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan waktu
respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan
respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance (Puspito, 2004).
Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan toksik di lingkungan baik di
udara, air, tanah maupun dalam tubuh organisme (merupakan bagian utama
penyususn ekosfer bumi) sangat dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia bahan tersebut.
Perilaku serta pengaruh bahan toksik di lingkungan berhubungan dengan dinamika
keempat bagian utama penyusun ekosfer tersebut. Bahan toksik yang ada di
lingkungan pada umumnya mengalami perpindahan dari satu bagian utama ekosfer
ke bagian utama ekosfer lainnya. Perpindahan atau transformasi bahan toksik di
lingkungan dapat berupa transformasi fisik, kimia dan biologis (Puspito,2004).
Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi
secara fisik antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik,
pengambilan biologis, penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan.
Transformasi kimia dapat melalui proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan reduksi,
sedangkan transformasi biologis berlangsung melalui proses biotransformasi.

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh


sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi,
pencucian dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik
dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan
konsentrasi bahan toksik (Connel dan Miller, 1995).
Dalam ekotosikologi diketahui bahan-bahan toksik yang berupa senyawa
kimia organik yang menimbulkan pengaruh merugikan lingkungan perairan antara
lain: protein, karbohidrat, lemak dan minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol,
deterjen dan pestisida organik. Pengaruh negatif senyawa kimia organik terhadap
organisme perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa
kimia, kualitas fisika-kimia air, jenis, stadia dan kondisi organisme air serta lama
organisme terpapar senyawa kimia tersebut (Aryani et al., 2004).
Ekotoksikologi pencemar dianggap sebagai suatu rentetan interaksi dan
pengaruh yang diatur oleh sifat-sifat kimia dan fisikanya. Pencemar yang dilepaskan
kelingkungan dapat mengalami hamburan fisik di atmosfer, air atau tanah dan
sedimen bergantung pada sifat-sifat fisika-kimianya. Pada waktu yang sama, dapat
termodifikasi secara kimia dan terdegradasi dengan proses abiotik atau lebih sering
oleh jasad renik yang ada dalam lingkungan. Seringkali hasil degradasi tidaklah
berbahaya, namun kadang-kadang mereka sendiri dapat memiliki dampak buruk
yang lebih besar dari pencemar aslinya. Dalam beberapa kasus, lingkungan dapat
dimodifikasi oleh proses degradasi daripada oleh pencemar itu sendiri. Sebagai
contoh, dalam air, degradasi bahan organik seperti karbohidrat menghasilkan
hilangnya oksigen terlarut dalam massa air karena bertambahnya kegiatan jasad
renik (Connel dan Miller, 1995).
Makhluk hidup memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat
kecil sampai ke subletal seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan,
pengaruh perilaku, atau kematian yang nyata. Ekosistem alamiah yang rumit pada
makhluk hidup merupakan suatu bagian integral, dapat bereaksi dalam berbagai
cara untuk mempengaruhi komponen makhluk hidup. Hubungan rantai makanan,
aliran energi, dan sebagainya, dapat berubah (Connel dan Miller, 1995).
Adanya polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem), dalam waktu singkat,
dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya
perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon
organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem.
Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan
waktu respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui
hubungan respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance.

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

BAB. II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Definisi

Ekotoksikologi berasal dari dua kata yaitu eko dan toksikologi. Eko artinya
lingkungan dan toksikologi (Toxicology) artinya ilmu yang mempelajari tentang
racun-racun yang ada di perairan. Toksikologi berasal dari kata toksik atau toksis
yang artinya racun, toksikan adalah bahan-bahan beracun itu sendiri. Ekologi
berasal dari dua kata yaitu oikos yang artinya rumah tangga dan logos yang artinya
ilmu. Jadi, Pengertian Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, sedangkan Pengertian Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan racun yang ada di dalam suatu
perairan atau bisa dikatakan juga ilmu yang mempelajari tentang racun-racun di
perairan. Racun dihasilkan dari (sumber-sumber racun yaitu) : (1) Dari industri
dalam suatu perusahaan, (2) Dari bahan pertanian, (3) Dari industiy rumah tangga.
Racun adalah bahan kimia yang dalam relatif sedikit sudah berbahaya kepada
makhluk hidup. Toksik atau tidaknya suatu zat ditentukan oleh kuantitas zat
tersebut, contoh Garam dapur (NaCl) dalam jumlah banyak akan menjadi toksik
bagi tubuh. Kuantitas juga sangat menentukan yaitu jika dalam jumlah sedikit akan
sangat berguna bagi tubuh manusia untuk melakukan metabolisme. Ada istilah yang
disebut dengan kontaminasi yaitu masuk atau dimasukkannya zat pencemar ke
dalam lingkungan yang masih berada di bawah nilai ambang batas dan tidak
membahayakan kepada peruntukkannya (kepada siapa). Ada juga istilah yang
disebut dengan Pencemaran atau keracunan yaitu masuk atau dimasukkannya
bahan atau zat pencemar ke dalam suatu perairan yang melebihi nilai ambang
batas. Chapman, L.H nomor 82 membagi kriteria nilai ambang batas bahan kimia
dalam suatu perairan (suatu zat kapan dikatakan sebagai pencemar dan dapat
mengganggu untuk peruntukannya). Contoh : Air bisa untuk makhluk hidup yang
ada di perairan begitu juga dengan manusia.

2.2 Ancaman Perairan

Ada beberapa faktor yang menjadi ancaman bagi suatu perairan yaitu :
a. Adanya nutrien atau nutrisi berlebihan (kandungan N,P dan K berlebihan)
yang dapat membahayakan bagi perairan.

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

b. Banyak senyawa organik sintetis yang ikut masuk ke dalam perairan dan juga
sampah (plastik juga termasuk ke dalamnya). Plastik dan Ban merupakan
bahan organik, plastik mengandung senyawa polyetilen. Senyawa organik
adalah senyawa ikatan karbon-karbon, contoh : C5H8 (Polysterine). Logam
juga termasuk ke dalamnya mulai dari logam ringan sampai logam berat.
Logam berat (heavy metal) adalah logam yang memiliki densitas lebih besar
atau sama dengan lima sedangkan logam ringan (light metal) adalah logam
yang memiliki densitas lebih kecil atau sama dengan lima. Densitas (Density)
adalah massa jenis suatu benda dibagi dengan berat atom. Contoh senyawa
organik lainnya adalah senyawa hidrokarbon, minyak, lemak. Hidrokarbon
yang utama adalah polysiklik hidromatik (hidrokarbon yang beracun).
Nutrien yang berlebihan bisa dipandang menguntungkan dan bisa juga
merugikan. Sebagai Contoh Jika hara yang berlebihan masuk ke perairan
akibatnya akan terjadi blooming dan menghancurkan plankton tertentu. Tetapi
untuk tumbuhan air, hara yang berlebihan dapat menyebabkan tumbuhan air
bertambah banyak. Tumbuhan air ini merupakan makanan primer atau
makanan pokok bagi ikan-ikan berukuran kecil. Akibatnya akumulasi iakn
semakin meningkat atau semakin tinggi, tangkapan nelayan juga akan
semakin meningkat dan kesejahteraan nelayan juga akan semakin meningkat
atau semakin tinggi (dipandang dari satu segi). Jika dipandang dari segi Tim
Pengelolaan Air, badan air digunakan sebagai sumber air minum dan ada
juga ganggang tertentu yang pertumbuhannya pesat atau cepat sehingga
mengganggu Tim Pengelolaan Air Minum dan juga dapat menganggu
pengelolaan air minum tersebut. Jadi tidak selalu pencemaran tersebut
merugikan, ada juga keuntungannya (profit). Yang dipelajari secara
menyeluruh adalah :

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

Perubahan yang terjadi tersebut bisa disebabkan oleh adanya peracunan


yang sumbernya berasal dari industry baik industry rumah tangga maupun industry
dalam suatu perusahaan. Sebagai contoh Industri Tepung Tapioka tidak
mengandung senyawa logam tetapi memiliki DO yang cukup tinggi yaitu sekitar
45.000 miligram per liter. DO yang tinggi ini juga akan mengancam biota atau
organisme. yang ada di perairan. BOD yang tinggi juga akan meningkatkan
pencemaran di suatu perairan. BOD minimal dalah 1000 sampai 2000 miligram per
liter. Perairan merupakan tumpuan dari pencemaran baik yang berasal dari udara
maupun dari darat. Oleh sebab itu, kita harus menjaga kelestarian wilayah perairan.

2.3 Prinsip Dasar Pengaruh Pencemar (Racun)

Jalur yang dilewati pengaruh dari bahan pencemar/Racun yaitu :

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

2.4 Pengaruh racun dalam makhluk hidup

Pengaruh racun dalam makhluk hidup merupakan studi hubungan antara


struktur kimia dan senyawa biologis yang memungkinkan terbentuknya mekanisme
yang menjelaskan interaksi struktur kimia tertentu dengan proses selular yang
spesifik. Dengan metode ini, memungkinkan bagi kita untuk memperoleh estimasi
(hubungan) antara struktur dan tindak peracunan. Konsep umum toksisitas
dinyatakan dalam kerangka dasar toksikologi yang mencakup suatu fase
penggantian dan pengambilan atau dikatakan juga absorpsi racun, tanggapan
fisiologis serta perilaku makhluk hidup yang terkena.
Pada fase dinamik, zat kimia racun dekat dengan target penerima (akan
mempengaruhi enzim, lemak, membran, asam nukleat dan sebagainya). Dalam
reaksi-reaksi berikutnya, akan bisa terdapat radikal-radikal bebas (pelepasan ion
yang reaktif misalnya ion peroksida atau hidroksil). Ada beberapa hipotesis yang
menjelaskan mekanisme toksisitas dengan senyawa asal (senyawa-senyawa yang
ada di dalam sel), atau dalam istilah asing disebut juga dengan pre-cursor. Setiap
hipotesis mengenai mekanisme toksisitas perlu mengenali kegiatan senyawa asal
dan metabolitnya. Mekanisme (A) : Senyawa asal zat racun merusak jaringan hati
dan bukan jaringan hati atau senyawa asal yang berada dalam darah. Metabolisme
yang berlangsung menjadikan senyawa asal zat beracun bergabung dengan
senyawa metabolik yang tidak aktif dan akan terjadi suatu akumulasi dalam
makhluk, aksi racun sangat spesifik dan non spesifik. Mekanisme (B) : Toksisitas
diinduksi oleh metabolit aktif dan tidak oleh senyawa asal. Metabolit aktif dapat
dilepaskan insitu dalam sel dan jaringan hepatitik dan non hepatitik (dalam jaringan
hati dan bukan jaringan hati). Ada dua jalur Mekanisme B yaitu Jalur B1 dan jalur
B2. Jalur B1 : Metabolisme racun dibentuk insitu dalam jaringan hati, Jalur B2 :
dibentuk dalam hati dan diedarkan ke jaringan bukan hati.
Pengaruh Biokimia dan Fisiologis Penting Zat Beracun :
Fungsi Tanggapan Toksik
1. Membran Sel Mengatur laju dan derajat Perusakan atau modifikasi
perpindahan zat ke dalam dan permeabilitas membran,
ke luar sel. Pengacauan sistem perpindahan
dan bercampurnya pembawa dan
produksi ATP.
2. Enzim Reaksi yang sangat spesifik, Akan terjadi hambatan dapat balik
tidak ikut dalam reaksi kimia (inhibisi) atau tidak dapat balik
tetapi melancarkan reaksi kimia. dalam sistem enzim itu sendiri

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan
(Pengaruh ko-enzim, substrat,
logam-logam pengaktif) oleh zat
kimia.
3. Metabolisme Penyusun dalam struktur Kekacauan metabolisme lemak
Lemak membran sel. yang dapat menyebabkan
kegagalan fungsi hati,
kemampuan lemak untuk
mensisntesis kolesterol bisa
gagal.
4. Biosintesis Protein Racun akan menggagalkan Terjadinya penekanan ribosom
proses transkripsi dan translasi yang ada di endoplasmik
yang akan membentuk protein. retikulum dalam pembentukan
Transkripsi adalah proses protein.
pembentukan DNA dengan
menggunakan cetakan.
5. Sistem Enzim Bagian-bagian mikrosom- Pergantian dalam fungsi enzim
Mikrosomal mikrosom yang ada dalam hati yang ada pada enzim
akan dipengaruhi oleh mikrosomal- rangsangan atau
metabolismenya dan akan hambatan (inhibition).
terjadi pengaruh yang
dinamakan biotransformasi.
6. Pengaturan dan Akan berubah metabolik dan Kegiatan enzim pengatur dapat
Pertumbuhan laju biosintesis dan katabolisme diubah oleh sintesis,
yang ada pada komponen sel penyimpanan, pelepasan,
diatur oleh hormon-hormon dan pengasingan juga dapat
sistem pengatur lainnya. digagalkan oleh zat beracun tadi.
7. Metabolisme Glikolisis yang terjadi di dalam Blokir terhadap peristiwa glikolisis
Karbohidrat sitoplasma sel, Siklus kreb yang karena adanya zat-zat kimia
terjadi di mitikondria dan rantai pengganggu dan kegagalan
respirasi yang terjadi di pembentukan karbohidrat.
mitokondria.
8. Pernapasan Peristiwa respirasi terjadi di Penghambatan atau penggagalan
(Respirasi) mitokondria yang dikenal pembentukan ATP karena
sebagai rantai pernapasan terhalangnya rantai
dalam pembentukan energi pengangkutan electron
ATP. (terputusnya rantai elektron).

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

2.5 Pengaruh Lethal dan Sub-Lethal

Pengaruh lethal merupakan respon yang terjadi atau tanggapan yang terjadi
pada saat zat-zat yang ditinjau dari segi fisika dan kimianya mengganggu proses
sub-seluler (organel-organel dalam sel) dan sel. Sub-seluler pada makhluk hidup
hanya sampai batas kematian langsung, sulit bernafas atau tidak bernafas, dan
tidak dapat lagi bergerak. Pengaruh sub-lethal merupakan pengaruh yang merusak
kegiatan fisiologis atau merusak perilaku tetapi tidak mematikan dan biasanya
ditandai dengan adanya gangguan proses makan, gangguan pertumbuhan,
gangguan perilaku (dari lincah menjadi tidak lincah), kurangnya kemampuan
mengkoloni atau sebab-sebab lain yang tidak langsung. Pengaruh lethal dan sub-
lethal dapat dialami oleh individu, populasi, komunitas, bahkan sampai tingkat
ekosistem. Beberapa pengaruh sub-lethal dikenal dari hal-hal sebagai berikut : (1)
terjadi stress akibat pencemaran pada suatu tingkatan organisasi; (2) dikenal
melalui kenampakan atas bentuk atau fungsi yang berubah pada tahapan
berikutnya dalam perkembangan, dan (3) kenyataan seluruhnya berbentuk potensi
ketahanan hidup yang rendah pada suatu tahapan lanjut dari perkembangan.
Respon sub-lethal pada makhluk hidup dapat dibagi menjadi sejumlah kategori yaitu
: (1) fisiologis, (2) struktur biokimia dari sel tersebut akan berubah, (3) perilakunya
berubah, (4) reproduksi atau perkembangbiakan dan banyak lagi yang
mempengaruhinya terutama reaksi-reaksi kimia. Pengkajian pengaruh sub-lethal
bergantung pada dua faktor penting yaitu : (1) pemilihan parameter fisiologis dan
perilaku yang menduga respons ekologis yang nyata; dan (2) pengukuran dengan
percobaan terhadap respons sublethal. Faktor-faktor ini harus mencakup
pengenalan pengaruh penting yang terjadi pada tahapan kehidupan yang berbeda.
Respon Populasi ada dua macam yaitu respon linier (hubungannya atau
korelasinya positif) dan respon non linier (hubungannya atau korelasinya negatif).
Respon terukur dan sub-lethal ada ambang batasnya (memiliki ambang batas). Baik
kurva liner dan kuadratik menggambarkan perubahan respons sub-lethal dan lethal.
Respon Makhluk Hidup yang diuji dapat dikategorikan sebagai berikut : (1)
Pengaruh Akut (Acute) yaitu respons makhluk hidup terhadap suatu keadaan yang
cukup parah sehingga menyebabkan suatu respons yang cepat, biasanya diukur
dalam waktu 96 jam. (2) Pengaruh Sub-Akut (Sub-Acute) yang merupakan respons
makhluk hidup terhadap suatu kondisi yang kurang parah dan terjadi dalam waktu
yang lebih lama (lebih dari 96 jam). (3) Pengaruh kronis merupakan respons
terhadap suatu kondisi yang berkesinambungan, diperkirakan hanya 10 % dari
waktu hidup makhluk tersebut (harapan hidup hanya 10 %).

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

2.6 Pengaruh umum pencemar (Racun)

Ada 5 macam pengaruh umum pencemar/racun yaitu : (1) terdapat


penurunan adaptasi, (2) dampak buruk pada spesies tertentu, (3) Perubahan pada
struktur komunitas dan pengurangan jumlah spesies, (4) berubahnya pola aliran
energi, misalnya dapat muncul (ditemukan) spesies kebetulan yang belum pernah
ditemukan selama ini yang siklus hidupnya pendek (kehidupannya tidak lama), dan
(5) terdapatnya fluktuasi populasi.

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

BAB. III

PENUTUP

Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan


polutan/racun dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme,
perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem.
Demikian paper ini dibuat agar dapat memberikan gambaran tentang
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas. Harapan kami kiranya
paper ini dapat digunakan untuk melengkapi informasi-informasi yang telah
disampaikan sebelumnya.

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

DAFTAR
PUSTAKA

https://aldofernandonasir.wordpress.com/category/toksikologi-lingkungan/

https://bushido02.wordpress.com/2007/11/08/ekotoksikologi-lingkungan/

http://pepenm87.blogspot.co.id/2013/06/riwayat-polutan-fate-of-pollutant.html

http://rizkaritong.blogspot.co.id/2013/04/toksikologi-lingkungan.html

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ekotoksikologi Perairan

Paper
Pengaruh Racun Pada Tingkat Populasi dan Komunitas

Anda mungkin juga menyukai