Anda di halaman 1dari 33

BAB I.

Konsep Dasar Toksikologi Lingkungan Dan Industry

A. Pengertian dan Konsep Dasar Toksikologi Lingkungan


Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett
and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera
pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang
merugikan terhadap organisme. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang
mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000). Toksikologi lingkungan
merupakan bagian dari ilmu toksikologi yang membahas mengenai efek-efek
toksikan (racun) lingkungan terhadap kesehatan (makhluk hidup) dan lingkungan.
Studi toksikologi lingkungan terkait dengan pertanyaan bagaimana toksikan
lingkungan, melalui interaksinya dengan manusia, hewan, dan tanaman,
memengaruhi kesehatan dan keselamatan organisme hidup tersebut (Yu, 2005: 1).
Dapat dikatakan, toksikologi lingkungan adalah suatu cabang ilmu yang
mempelajari sifat, penyebaran dan perilaku zat racun (polutan) di dalam lingkungan,
serta efeknya terhadap flora, fauna dan manusia (Sudarjat & Siska Rasiska, 2006:
1). Ruang lingkup dan komponen primer yang dipelajari dalam ilmu toksikologi
lingkungan adalah menyangkut masalah: (1) sumber racun—termasuk jenis, jumlah
dan sifatnya; (2) distribusi di dalam media udara, tanah dan air; (3) dan efek
toksisitasnya terhadap flora, fauna (liar), tanaman, hewan ternak, dan manusia
(Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 8).

B. Pengertian Dan Konsep Dasar Toksikologi Industri


Toksikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu toxicos (racun) dan logos (ilmu),
sehingga apabila didefinisikan secara luas toksikologi industri merupakan:
1. Ilmu yang mempelajari tentang efek negatif bahan kimia yang terjadi pada
makhluk hidup;
2. Ilmu yang mempelajari tentang gejala, mekanisme, penanganan dan
pendeteksian bahan racun khususnya yang berhubungan dengan manusia.

1
Selain itu, toksikologi industri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bahan
beracun yang ada di industri/tempat kerja serta mengetahui upaya pencegahan
sehingga didapat lingkungan kerja yang aman. Bahan beracun yang dimaksud dan
terdapat di tempat kerja/industri umumnya berupa zat kimia yang digunakan selama
proses produksi maupun pemeliharaan. Pengertian lain dari toksikologi industri
yakni salah satu cabang ilmu toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh
pemajanan bahan-bahan yang dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, proses
produksi, hasil produksi beserta penanganannya terhadap tenaga kerja yang bekerja
di unit produksi tersebut

C. Sejarah Perkembangan Toksikologi Dan Hubungannya Dengan Ilmu Lain


Sejarah Perkembangan Toksikologi Perkembangan awal toksikologi Dimulai sejak
perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu telah mencoba
beragam bahan, baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui pengalamannya
ini ia mengenal makanan,yang aman dan berbahaya. Aman bermanfaat serta
diperlukan oleh tubuh agar dapat hidup atau menjalankan fungsinya. Sedangkan
kata racun merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan
mengambarkan berbagai bahan ”zat kimia” yang dengan jelas berbahaya bagi
badan. Hal ini membuktikan, bahwa efek berbahaya (toksik) yang ditimbulkan
oleh zat racun (tokson) telah dikenal oleh manusia sejak awal perkembangan
peradaban manusia. Kemajuan toksikologi terjadi dalam abad ke- 16 dan
sesudahnya. Paracelcius adalah nama samaran dari Philippus Aureolus
Theophratus Bombast von Hohenheim (1493-1541), toksikolog besar, yang
pertama kali meletakkan konsep dasar dasar dari toksikologi. Dalam postulatnya
menyatakan: “Semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang tidak beracun, hanya
dosis yang membuatnya menjadi tidak beracun”. Matthieu Joseph Bonaventura
Orfila (1787-1853) Pada awal karirnya belajar kimia, matematika dan belajar ilmu
kedokteran di Paris. Dalam tulisannya (1814-1815) mengembangkan hubungan
sistematik antara suatu informasi kimia dan biologi tentang racun. Dia adalah
orang pertama yang menjelaskan nilai pentingnya analisis kimia guna
membuktikan bahwa simtomatologi yang ada berkaitan dengan adanya zat kimia
tertentu di dalam tubuh. M.J.B. Orfila dikenal sebagai bapak toksikologi modern
karena minatnya terpusat pada efektokson, selain itu karena ia memperkenalkan

2
metodologi kuantitatif ke dalam studi aksi tokson pada hewan, pendekatan ini
melahirkan suatu bidang toksikologi modern, yaitu toksikologi forensik. Dalam
bukunya Traite des poison (1814) dia membagi racun menjadi enam kelompok,
yaitu: Corrosives, astringents, acrids, stupefying or narcotic, narcoticacid, dan
septica atau putreficants.
Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin ilmu, ia
dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna mempelajari
interaksi antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan (lihat gambar
1.1). Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi,
fisika, matematika. Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah tokson
yang melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat memberikan efek toksik.

3
Bidang ilmu biokimia diperlukan guna mengetahui informasi penyimpangan
reaksi kimia pada organisme yang diakibatkan oleh xenobiotika. Perubahan
biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat diungkap melalui bantuan ilmu
patologi, immonologi, dan fisiologi. Untuk mengetahui efek berbahaya dari suatu
zat kimia pada suatu sel, jaringan atau organisme memerlukan dukungan ilmu
patologi, yaitu dalam menunjukan wujud perubahan / penyimpangan kasar,
mikroskopi, atau penyimpangan submikroskopi dari normalnya. Perubahan biologi
akibat paparan tokson dapat termanisfestasi dalam bentuk perubahan sistem
kekebakan (immun) tubuh, untuk itu diperlukan bidang ilmu immunologi guna
lebih dalam mengungkap efek toksik pada sistem kekebalan organisme.

D. Aspek Umum Toksikologi Dalam Pendekatan Dampak Polutan Terhadap


Sistem Hidup
Masuknya polutan ke dalam lingkungan
1. Secara alami
a. Mengikuti daur biogeokimia
b. Pelapukan batuan
c. Aktivitas/letusan gunung berapi
2. Disebabkan aktivitas manusia
a. Pelepasan unintended (kecelakaan nuklir, penambangan, kecelakaan kapal)
b. Pembuangan berbagai jenis limbah ke lingkungan secara sengaja maupun
tidak sengaja
c. Aplikasi biocide dalam penanganan hama dan vektor
Adanya polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem), dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan
populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Toksik berupa dalam suatu
lingkungan terdapat di udara air tanah yang akan berdampak pada makhluk hidup di
lingkungan tersebut.
1. Toksik di Udara Senyawa toksik di udara atau polusi udara adalah bertambahnya
zat-zat berbahaya ke dalam atmosfer yang menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan kesehatan pada manusia dan penurunan kualitas hidup.
Zat-zat berbahaya tersebut tidak hanya berupa zat asing yang tidak seharusnya

4
terdapat di dalam udara, tetapi juga dapat berupa komponen- komponen udara
yang kadarnya melebihi Nilai Batas Ambang (NBA). Contoh zat-zat : Carbon
Monoksida (CO), Carbon Dioksida (CO2), Oksida Belerang (SO2), Oksida
Nitrogen, Partikulat, Hidro Karbon, dll. Next…
2. Toksik di Air Peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke
dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan
warna, bau dan rasa. Sumber dari pencemaran air : limbah industri, limbah
pertanian, Limbah rumah tangga. Dampak akibat pencemaran air oleh toksik :
 Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan
oksigen
 Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air
 Pendangkalan dasar perairan
 Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat
 Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama
dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna
terutama predator
 Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung
 Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia Next…
3. Toksik di Tanah Keadaan dimana bahan kimia atau toksik masuk dan merubah
lingkungan tanah alami. Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya. Sumber dari pencemaran tanah : Limbah domestik, limbah industri,
limbah pertanian. Dampak dari pencemaran tanah : Dampak pada pertanian
terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Pencemaran tanah juga dapat
memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal
dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan

5
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat
memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut.

6
BAB II. Klasifikasi Toksikologi

A. Klasifikasi Berdasarkan Jenisnya


1. Wujud : padat, gas, cair
2. Sifat kimia/fisik : korosif, radioaktif, evaporatif, explosif, reaktif
3. Terbentuknya : primer, sekunder, tersier
4. Efek kesehatan :
 Fibrosis : Pertumbuhan jaringan ikat dalam jumlah yang berlebihan (
silikosis, cobaltosis, baritosis, asbestosis, bagasosis dll)
 Granuloma : Benjolan akibat proses peradangan menahun (berilicosis)
 Demam : Meningkatnya temperatur tubuh (Mn,Zn,Sn, As, Cd)
 Asphyxia : keadaan dimana darah & jaringan keurangan O2
 Alergi : Reaksi berlebih terhadap materi tertentu (debu organik &
anorganik)
 Kanker : Pertumbuhan sel yang tidak terkendali ( benzidin& garam-
garam, Cr)
 Mutasi : Perubahan susunan & jumlah gen (radioaktif)
 Teratogen: Cacat (redioaktif, helium)
 Sistemik : Racun yang menyerang hambpir ke seluruh organ tubuh
(Pb,Hg,Cd,F,Va,Ti,Tel)
 Ekonomik : racun yang dibuat dan diperlukan untuk pembangunan (
pestisida, insektisida)
 Hidup/ biotis dan tidak hidup/ abiotis
 Kerusakan organ

B. Klasifikasi Berdasarkan Sumbernya


1. Sumber alamiah/buatan : klasifikasi ini membedakan racun asli yang berasalkan
fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun berasalkan
lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun ataupun buangan beracun
dan bahan sintetis beracun.

7
2. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya digunakan
untuk orang yang berminat dalam melakukan pengendalian. Tentunya sumber
titik lebih mudah dikendalikan daripada sumber area yang bergerak.
3. Sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat, dan
jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida, sisa obat, dll.

C. Klasifikasi Berdasarkan Daya Racunnya


1. R a c u n a k u t ( l e t h a l ) mematikan, biasanya racun syaraf ex : paration, CO,
H2S
2. Racun kronis (Sub lethal) ex : DDT, logamberat

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Toksik


 Cara Pemberian / Tempat Masuk
Zat toksik bentuk gas menimbulkan efek maksimal jika masuk tubuh secara
inhalasi
 Kondisi Tubuh
Anak-anak dan orang tua lebih peka terhadap zat toksik dibandingkan orang
dewasa (umur) Orang yang menderita penyakit ginjal/hati lebih mudah terkena
zat toksik daripada orang sehat (status kesehatan)
 ZatToksiknyaSendiri
–Dosis
 Besar kecilnya dosis menentukan berat ringannya efek yang ditimbulkan
–Konsentrasi
 Untuk zat-zat toksik yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misal : zat-zat korosif, konsentrasi lebih
penting dari dosis total. Berbeda dengan zat toksik yang bekerja secara sistemik, dosis yang berperan
menimbulkan berat ringannya efek yang ditimbulkan
 Bentuk dan kombinasi fisik
–Zat toksik yang berbentuk cair akan lebih cepat menimbulkan efek dibanding yang berbentuk
padat
 Susunan kimia zat toksik
–Hg organik (CH3Hg) lebih toksik dibanding Hg anorganik (Hg2++)
 Pb organik (Pb Tetra Etil) > toksik dari pada Pb2+

8
 Aditif
–Apabila efek gabungan yang ditimbulkan SAMA dengan jumlah efek bahan apabila
masing-masing diberikan tersendiri
–Ex : pengaruh kombinasi berbagai pestisida organofosfat pada aktivitas enzim kolinesterase
Sinergisme
–Apabila efek gabungan lebih besar daripada jumlah efek tiap bahan
–Ex : Efek Karbon tetra klorid (CCL4) dan Etanol pada hati
–Pb dan CCL4 kelumpuhan pada tangan
 Antagonisme
–Kerja atau efek yang ditimbulkan zat toksik yang diberikan secara bersamaan lebih
kecil dibandingkan efek yang ditimbulkan apabila kedua zat toksik masing-masing berdiri sendiri
atau kerja zat toksik yang satu dinetralisir oleh yang lain sehingga efek yang ditimbulkan menjadi
lemah

9
BAB III. Penetapan Kisaran Pemaparan

Pengukuran paparan dilakukan atas dasar waktu, tempat, dosis, dan konsentrasi,
karena akan menentukan intensitas dampak/ efek yang terjadi. Waktu paparan diartikan
sebagai lamanya setiap kali terjadi paparan, sering terjadi paparan, dan interval waktu
antara satu dengan lain paparan. Misalnya, seorang terpapar insektisida karena bekerja
sebagai penyemprot hama, maka berapa lama ia menyemprot, seringnya (setiap
hari/sekali, seminggu/sebulan sekali) akan menentukan parahnya paparan. Juga bila ia
pulihnya dalam waktu 24 jam, tetapi ia bekerja lagi sebelum 24 jam, maka ia praktis
terkena insektisida secara kontinyu, dan dampaknya tentu berbeda apabila ia hanya
bekerja seminggu sekali. Demikian pula dengan dosis atau konsentrasi, semakin pekat
konsentrasi, semakin besar dosis yang diterima/masuk ke dalam tubuh, semakin intensif
dampak yang akan terjadi.

A. Persiapan Kisaran Dosis


Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin besar
pula dosisnya. Di bidang kedokteran, istilah ini biasanya diperuntukkan bagi kadar
obat atau agen lain yang diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi, dosis
dapat merujuk kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen, mutagen,
ataupun teratogen), yang dipajankan kepada organisme.
Dosis terdiri atas :
1. Potensial dose ialah jumlah bahan kimia yang terpapar/kontak bisa karena
tertelan, terhirup, atau materi dioleskan ke kulit.
2. Applied dose ialah jumlah bahan kimia pada pelindung penyerapan (kulit, paru,
saluran pencernaan) yang tersedia untuk penyerapan.
3. Internal dose ialah jumlah bahan kimia yang telah diserap dan tersedia untuk
interaksi dengan reseptor biologis.
4. Delivered dose ialah jumlah bahan kimia yang diangkut ke organ atau jaringan,
dan jumlahnya mungkin hanya sebagian kecil dari dosis internal.
5. Biologys effective dose ialah jumlah yang benar-benar mencapai sel, situs, atau
membrane sel dimana efek samping terjadi, jumlahnya mungkin hanya
merupakan bagian dari delivered dose.

10
Dalam istilah kedokteran, toksikologi didefinisikan sebagai efek merugikan pada
manusia akibat paparan bermacam obat dan unsur kimia lain serta penjelasan
keamanan atau bahaya yang berkaitan dengan penggunaan obat dan bahan kimia
tersebut. Toksikologi sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena perbedaan
fundamental hanya terletak pada penggunaan dosis yang besar dalam eksperimen
toksikologi. Setiap zat kimia pada dasarnya adalah racun, dan terjadinya keracunan
ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Salah satu pernyataan Paracelsus
menyebutkan “semua substansi adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis
yang tepat membedakan racun dari obat”. Pada tahun 1564 Paracelsus telah
meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan, bahwa dosis
menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum).
Pernyataan Paracelcus tersebut sampai saat ini masih relevan. Sekarang dikenal
banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan faktor
utama yang paling penting.

B. Karakteristik Pemaparan
Jenis paparan dapat dilihati dari :
1. Sifat pemapar seperti zat kimiawi, fisis, biologis, atau campuran
2. Sifat agen
Sifat agen ini dibagi atas 2 yaitu :
 Agen sistemik
Agen yang apabila berhasil memasuki tubuh organisme, dapat beredar dan
menimbulkan efek di seluruh tubuh. Paparan oleh agen sistemik dibagi
menjadi :
1. Paparan eksternal, murni dinyatakan dalam konsentrasi media
2. Paparan eksternal, hanya yang memasuki tubuh
3. Paparan internal, hanya yang diabsorpsi tubuh
4. Paparan internal, pada organ target
 Agen lokal.
Agen yang hanya memberi dampak lokal pada organisme di bagian/organ
target tertentu saja, yakni bagian tubuh yang terpapar. Bagian tubuh
sedemikian antara lain adalah kulit, selaput lender, saluran pernapasan,
saluran pencernaan, mata, dll. Agent sedemikian antara lain adalah pencemar

11
udara seperti PAN (peroksi-asetil nitrat). Paparan disini merupakan fungsi
dari konsentrasi dalam media atau konsentrasi ambient, daya larut zat dalam
cairan tubuh, dan koefisien difusi zat tersebut. Apabila sifat fisis dari agent
dapat dianggap konstan, maka paparan hanya tergantung pada konsentrasi
paparan, durasi eksposur, frekuensi, dan luas area tubuh yang berkontak
dengan agent.
Ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan polutan menjadi 4 kategori,
yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis. Paparan akut apabila suatu
paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan masuknya dapat melalui
intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi apabila paparan
terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis bila
paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila
terulang lebih dari 3 bulan.

C. Dosis Respon
Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara bersama-sama akan membentuk suatu
hubungan yang lazim disebut sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan dosis-
respon tersebut merupakan konsep dasar dari toksikologi untuk mempelajari bahan
toksik. Penggunaan hubungan dosis-respon dalam toksikologi harus memperhatikan
beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar tersebut adalah:
1. Respon bergantung pada cara masuk bahan dan respon berhubungan dengan
dosis.
2. Adanya molekul atau reseptor pada tempat bersama bahan kimia berinteraksi
dan menghasilkan suatu respon.
3. Respon yang dihasilkan dan tingkat respon berhubungan dengan kadar agen
pada daerah yang reaktif.
4. Kadar pada tempat tersebut berhubungan dengan dosis yang masuk.
Dari asumsi tersebut dapat digambarkan suatu grafik atau kurva hubungan dosis-
respon yang memberikan asumsi, bahwa :
1. Respon merupakan fungsi kadar pada tempat tersebut.
2. Kadar pada tempat tersebut merupakan fungsi dari dosis.
3. Dosis dan respon merupakan hubungan kausal.

12
Pada kurva dosis-respon nampak informasi beberapa hubungan antara jumlah zat
kimia sebagai dosis, organisme yang mendapat perlakuan dan setiap efek yang
disebabkan oleh dosis tersebut. Toksikometrik merupakan istilah teknis untuk studi
dosis-respon, yang dimaksudkan untuk mengkuantifikasi dosis-respon sebagai dasar
ilmu toksikologi. Hasil akhir yang dihasilkan dari jenis studi ini adalah nilai Lethal
Dose50 (LD50) untuk zat kimia.

D. Konsep Statistik dan LD50


Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna
menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau
menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan coba setelah perlakuan. LD
50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan
kisaran dosis letal. Bila dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14 hari.
Contohnya, pada tricresyl phosphate, akan memberikan pengaruh secara neurogik
pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati pada 24 jam pertama tidak akan
menemukan hasil yang berarti. Dan apabila demikian maka penulisan hasil harus
disertai dengan durasi pengamatan. Pada umumnya, semakin kecil nilai LD50,
semakin toksik senyawa tersebut. Demikian juga sebaliknya, semakin besar nilai LD
50, semakin rendah toksisitasnya. Potensi ketoksikan akut senyawa pada hewan
coba dibagi menjadi beberapa kelas, adalah sebagai berikut:

13
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies,strain, jenis
kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan coba.
Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, yaitu meliputi waktu pemberian, suhu
lingkungan, kelembaban dan sirkulasi udara. Selain itu, kesalahan manusia juga
dapat mempengaruhi hasil ini. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian, kita
harus memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil ini.

E. Dosis dan Respon Letal dan Sub Letal


Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin besar
pula dosisnya. Di bidang kedokteran, istilah ini biasanya diperuntukkan bagi kadar
obat atau agen lain yang diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi, dosis
dapat merujuk kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen, mutagen,
ataupun teratogen), yang dipajankan kepada organisme.
Perilaku efek suatu bahan kimia digambarkan sebagai peningkatan dosis akan
meningkatkan efek sampai efek maksimal tercapai. Hubungan dosis-respon
biasanya berciri kuantitatif dan hal tersebut yang membedakan dengan paparan di
alam dimana kita hanya mendapatkan kemungkinan perkiraan dosis. Suatu respon
dari adanya paparan dapat berupa respon-respon yang mematikan (lethal response)
dan respon yang tidak mematikan (non-lethal response). Bahan kimia dengan
tingkat toksisitas rendah memerluikan dosis besar untuk menghasilkan efek
keracunan dan bahan kimia yang sangat toksik biasanya memerlukan dosis kecil
untuk menghasilkan efek keracunan.

14
BAB IV. Interaksi Zat

A. Interaksi Zat Dalam Fase Eksposisi


1. Kombinasi Zat yang membahayakan
Kombinasi zat yang membahayakan adalah kombinasi dari zat-zat yang hanya
berbahaya jika diberikan bersama-sama. Zat semacam ini harus disimpan secara
terpisah, harus dibungkus dan diangkut secara terpisah pula. Contohnya, jika
asam berkontak dengan sianida akan terbentuk gas asam sianida yang sangat
toksik (HCN). Berbagai peroksida dapat menimbulkan ledakan kalau berkontak
dengan logam atau senyawa logam tertentu. Logam alkali, aluminium dan
magnesium bubuk tidak boleh berkontak dengan halogen dan karbontetraklorida,
karena akan bereaksi dengan hebat (Ingat peristiwa bom di Bali). Untuk
meminimalkan bahaya, maka diperlukan penanganan dalam hal pengangkutan
dan penyimpanan zat yang berisiko menimbulkan bahaya. Risiko ledakan atau
kebakaran harus dinyatakan secara jelas dengan tanda khusus pada kemasan atau
ruang penyimpanan.
2. Bahaya kebakaran dan penanggulangannya
Penggunaan air pada penanggulangan kebakaran mempunyai masalah tersendiri.
Berbagai zat kimia, bila bereaksi dengan air membebaskan gas yang mudah
terbakar(misalnya logam alkali natrium dan kalium, kalsiumkarbida). Bila
terkena air akan terurai dan membentuk gas beracun serta kalor dalam jumlah
besar (misalnya aluminium klorida, fosfortriklorida, dan fosfida). Uap dan gas
beracun dapat pula terbentuk pada kebakaran atau pada penanggulangan
kebakaran. Jika pada pembuatan kerangka kapal digunakan pembakar asetilen,
serta kapal dicat dengan zat warna yang mengandung timbal atau senyawa timbal,
akan sangat berbahaya kalau pekerjaan tersebut dilakukan dalam ruang tertutup.
3. Pembentukan produk toksik dalam lingkungan
Pada reaksi kimia antara zat-zat yang mencemari lingkungan, terdapat bahaya
timbulnya produk toksik, bahkan tanpa perlakuan apapun oleh manusia.
Contohnya adalah kabut fotokimia. Kabut terdiri dari zat yang terbentuk karena
interaksi nitrogen oksida dan hidrokarbon tertentu dengan oksigen, dibawah
pengaruh sinar matahari. Ozon dan peroksida organik merangsang selaput lendir
dengan sangat kuat. Hasil pembakaran industri dan mobil dapat berubah menjadi

15
kabut fotokimia pada kondisi cuaca tertentu, misalnya pada penyinaran oleh sinar
matahari dan tak ada angin. Contoh lain adalah berubahnya senyawa raksa
anorganik menjadi senyawa raksa organik oleh mikroorganisme, terutama metil
dan dimetil raksa (II). Karena senyawa raksa organik bersifat lipofil, maka akan
tertimbun dalam ikan dan anjing laut. Hal yang sama terjadi pada DDT, yang
menyebabkan terjadinya pemekatan sepanjang rantai makanan, dan
hewan/organisme yang ada pada ujung rantai ini akan terkena bahayanya.
4. Adsorbensia dalam Filter
Penggunaan adsorbensia dalam filter (termasuk filter pada topeng gas) juga dapat
dilihat sebagai interaksi zat selama fase eksposisi. Karena terdapat begitu
banyaknya racun yang berbeda-beda, maka tidak dapat digunakan filter universal.
Tergantung pada jenis uap atau gas racun yang mungkin terjadi, maka digunakan
filter tertentu yang ditandai dengan nomor atau warna.
5. Pembentukan produk toksik oleh kerja sistem biologik
Pembentukan senyawa metil dan dimetil raksa (II) yang relatif toksik daripada
raksa anorganik oleh mikroorganisme, serta pembentukan HCN dari sianogen
(misalnya, dari amigdalin dengan bantuan ludah) merupakan contoh
pembentukan produk toksik karena kerja sistem biologi. Contoh lain adalah
pembentukan asam sulfida yang toksik selama proses pembusukan. Pembentukan
nitrosamin karsinogenik pada reaksi antara nitrit dengan sejumlah amin pada pH
rendah, misalnya dalam lambung. Nitrit terdapat dalam produk-produk daging
dan dapat juga terjadi dari nitrat yang terdapat dalam air tanah dan sayur yang
pada penanamannya menggunakan pupuk yang mengandung N dalam jumlah
besar.
6. Peningkatan absorpsi racun oleh ikan
Untuk perlindungan lingkungan perlu diketahui bahwa ikan yang berkontak jen,
akan menyebabkan absorpsi berbagai racun melalui insang ikan tersebut
diperbesar. Hal ini berarti bahwa pemeriksaan dengan zat tunggal untuk
menentukan batas toleransi akan dapat memberikan hasil yang salah, karena
toksisitas akan dapat sangat dipertinggi dengan adanya deterjen yang secara
praktis terdapat dalam semua air limbah.

16
B. Interaksi Zat Dalam Fase Toksikinetik
Interaksi semacam ini akan meyebabkan naik atau turunnya konsentrasi zat dalam
plasma atau menyebabkan bertambah lama atau bertambah singkatnya obat/zat ada
dalam organisme. Berbagai zat, mulai dari zat kimia biasa sampai obat-obatan
bahkan komponen makanan dapat ikut ambil bagian disini.
1. Interaksi antara senyawa yang menginhibisi biotransformasi zat asing dengan
zat toksik
Inhibisi enzim yang berperan pada biotransformasi dapat menaikkan kerja
biologik suatu zat dan dengan demikian akan memperkuat efek toksiknya. Karena
sejumlah besar senyawa kimia yang masuk ke dalam organisme, pada
metabolismenya diuraikan oleh beberapa enzim yang sama, maka seringkali
terjadi interaksi pada proses enzimatiknya. Induksi enzim, disamping dapat
timbul karena insektisida (DDT) atau obat-obatan tertentu, juga dapat disebabkan
oleh zat kimia yang digunakan di industri.
2. Interaksi akibat reaksi pendesakan
Pendesakan zat toksik dari berbagai tempat ikatan, dapat mengubah distribusi zat
tersebut dalam jaringan, dan kerja toksik akan meningkat atau pada keadaan
tertentu juga dapat turun. Yang paling berarti adalah interaksi pada ikatan protein
plasma. Karena pendesakan suatu tokson dari tempat ikatannya pada protein
plasma, maka konsentrasinya dalam jaringan akan naik.
3. Interaksi kimiawi langsung
Berbagai antidot bekerja dengan melakukan interaksi dengan zat toksik yang ada
dalam tubuh. Jika pada keracunan secara oral digunakan emetika atau laksansia
(misalnya magnesium atau natrium sulfat), maka interaksi terjadi pada peralihan
dari fase eksposisi ke fase farmakokinetik. Contoh lain dari interaksi kimiawi
langsung ialah perubahan asam sianida menjadi asam rodanida dengan pemberian
tiosulfat, atau menciptakan terjadinya methemoglobinemia secara sengaja dengan
nitrit pada keracunan HCN. Tidak seperti hemoglobin, methemoglobin mengikat
HCN dan dengan demikian mencegah inhibisi sistem redoks pada rantai
pernapasan di dalam sel.
4. Cara mempengaruhi laju ekskresi
Pada ekskresi juga dapat terjadi interaksi, dan interaksi ini akan menyebabkan
perubahan laju ekskresi. Zat pengasam atau pembasa yang mengubah pH urin

17
akan dapat mempengaruhi laju ekskresi asam atau basa lemah. Pengaruh pada
ekskresi ini terjadi pada transpor pasif, artinya pada absorpsi ulang zat
bersangkutan dari urin melalui epitel tubulus masuk ke dalam plasma. Interaksi
pada proses angkutan aktif, antara lain dalam ginjal, terjadi jika suatu zat
mengusir zat lain dari sistem pengemban (carrier) yang berperan pada transpor
aktif. Produk konjugasi, yang terbentuk sebagai produk akhir metabolisme zat
asing dalam tubuh, pada umumnya diekskresi melalui transpor aktif. Karena
sistem transpor untuk ekskresi sangat terbatas untuk sejumlah zat, maka interaksi
pada transpor aktif sering terjadi.

C. Interaksi Zat Dalam Fase Toksodinamik


Masuknya beberapa racun bersama-sama, yang cara kerjanya sangat berbeda satu
dari yang lainnya, seringkali mempertinggi risiko karena dengan kerja zat yang satu
tidak jarang kemampuan pertahanan tubuh berkurang hingga daya tahan tubuh
terhadap racun lainnya juga berkurang. Dalam hal ini terutama pada kerja
karsinogenik dan mutagenik, karena biasanya jika dua karsinogen atau dua mutagen
bekerja, akan terjadi sumasi (penjumlahan) dari kerja kedua zat tersebut. Juga
kontak sebelumnya dengan zat karsinogen atau mutagen patut diperhitungkan.
Sumasi kerja dapat pula terjadi pada kerusakan kronis yang terjadi sebelumnya.
Contohnya, perokok berat terutama rokok putih seringkali menderita bronkhitis
kronis, dan patut dipertanyakan apakah orang ini harus ditempatkan pada kedudukan
dimana terjadi rangsangan tambahan lagi bagi saluran napasnya. Pada umumnya
setiap orang yang bekerja pada suatu tempat yang mengharuskannya berkontak
dengan zat yang dengan cara apapun dapat menimbulkan kerusakan kronis,
sebaiknya waktu kerja dibatasi. Misalnya, setelah waktu eksposisi tertentu, diadakan
pertukaran atau mutasi kerja. Risiko keracunan di tempat pekerjaan akan lebih tinggi
pada orang yang selalu minum obat atau yang selalu merokok. Penggolongan
interaksi toksikodinamik dari zat aktif biologi dapat digunakan untuk mengenal dan
mengatasi persoalan yang timbul akibat pemakaian kombinasi beberapa zat. Pada
kombinasi dua zat dapat terjadi kemungkinan berikut: (1) kombinasi suatu zat aktif
A dengan zat B yang tak aktif akan tetapi dapat mengubah kerja zat A, dan (2)
kombinasi dua zat, yang keduanya aktif.

18
D. Efek Biologis Zat Toksik
1. Berdasarkan Tempat Terjadinya
a. Efek pada elemen sel
Efek pada elemen sel dapat terjadi mulai pada portal entri atau tempat kontak
seperti kulit, selaput lendir hidung, tenggorokan, trakera, bronkus, mulut,
esofagus, dan mata. Kontak sedemikian dapat langsung atau tidak langsung
menimbulkan efek yang sangat ringan seperti iritasi, kemudian sensitasi,
sampai pada kerusakan hebat seperti kematian sel serta jaringan. Salah satu
penyakit yang terjadi di paru-paru adalah pneumoconiosis. Proses yang terjadi
adalah karena terjadinya fagositosis debu (Cobalt) oleh makrofag, diikuti oleh
lisisnya makrofag serta keluarnya enzim. Secara klinis penderita akan sesak
napas, napas pendek, kapasitas kerja turun, tetapi tidak disertai demam.
b. Efek pada enzim
Enzim adalah zat yang bertindak sebagai pe-reaksi biokimia di dalam
organisme. Banyak racun yang mengganggu kerja enzim baik langsung
maupun tidak langsung. Contoh terganggunya enzim Asetilkolinesterase oleh
insektisida golongan organofosfat. Efek pada tanaman dapat terjadi oleh
herbisida yang mengganggu fotosintase. Ada racun yang menggagu klorofil
melakukan fotosintesa tahap I, yakni mengubah air menjadi hidrogen dan
oksigen.
c. Efek pada DNA, RNA
Sintase protein ini dapat terganggu apabila ada racun sewaktu terjadi proses
pembelahan atau sintase protein. Dalam sintesis protein terdapat dua fase
yakni transkripsi dan translasi. Kedua fase ini dapat terganggu oleh aktifitas
racun. Bila terjadi gangguan dalam transfer informasi genetik ini pada saat
terjadinya sintesis protein, maka akan terbentuk protein yang tidak sama
dengan induknya (cetakannya). Perubahan genetik seperti ini disebut mutasi.
Bila mutasi terjadi pada gentik, maka akan terjadi mutan. Bila terjadi pada sel
tubuh (somatik) maka ynag terjadi kanker, dan bila sel yang terganggu adalah
sel embrio (dalam perkembangan, maka akan terjadi teratogenesa atau cacat
bawaan pada embrio/janin. Dalam hal karsinogenesis, proses dasarnya adalah
mutasu pada sel badan (somatik). Sel ini secara genetik sudah berbeda dengan
induknya, oleh karena itu pertumbuhannya tidak dapat lagi dikendalikan oleh

19
badan. Dengan demikian terjadi pertumbuhan sel yang terus menurus dengan
memanfaatkan energi tubuh.

2. Berdasarkan Pemulihan
a. Efek ireversibel terjadi karena adanya ikatan kovalen antara xenobiotik atau
metabolitnya dengan substrat organisme yang bersifat kovalen, sehingga
terjadi perubahan sifat yang ireversibel. Contoh: enzim Asetilkolinesterase
oleh insektisida golongan organofosfat, oleh karna itu asetilkolin tidak dapat
dihidrolisis sehingga impuls saraf dari satu sel ke sel yang lain atau ke efektor
b. Efek reversibel dapat terjadi karena logam beratseperti air raksa, arsendan
timah hitam dimana terjadi ikatan kovalen antara logam tadi dengan gugus –
SH pada enzim, sehingga enzim tidak dapat berfungsi.

3. Efek Atas Dasar Organ Target


a. Hepatotoksisiti
Hepatoksisitas adalah keadaan di mana suatu zat mempunyai daya racun
terhadap hepar atau hati. Kelompok ini terdapat banyak zat racun, seperti
DDT, aflatoksin-B, Alilalkohol, acrolein. Hati atau hepar secara normal
terletak di bagian kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Darah yang
memasuki hepar 70% berasal dari vena portal, sednagkan 30% lagi datang dari
aorta sebagai arteri terbesar di dalam tubuh untuk veskularisasi hati.
b. Neorotoksisiti
Neurotoksin sangat beragam, sehingga efek yang timbul pada bagian bagian
tertentu saja atau pada sel-sel yang spesifik saja. Ada dua mekanisme racun
saraf, yakni, gangguan pada transmiter, dan gangguan pada keluar masuknya
ion Na dan K sepanjang akson saraf, sehingga impuls elektrik terganggu. Zat
yang dpat mengganggu transmisi implus pada saraf dikelompokkan ke dalam
banyak kategori sebagai berikut:
Agen yang menghentikan transmisi seperti, toksin botulinum yang
menghambat dikeluarkannya asetilkolin, sehingga transmisi sistem saraf pada
sambungan dan pada saraf parasimpatik tidak dapat berjalan. Tetradotoksin
dari ikan dan saksitoksin dari dinoflagelata yang memblokir masuknya ion Na
ke dalam sel, yang merupakan fase awal impuls transmisi.

20
c. Pneumotoksisiti
Zat yang pneumotoksik sudah banyak diketahui. Gas seperti gas klorin,
ammonia, hidrogensulfida, nitrogen oksida, sulfur oksida dapat menimbulkan
kerusakan jaringan secara langsung. Efek yang terjadi sangat berfariasi, mulai
dari yang ringan, iritasi sampai kematian. Uap Cd, Ni, Hg, Cr merusak
jaringan tergantung konsentrasi, ukuran partikel, lamanya paparan, dan sifat
kimia-fisika logam tadi. Efek lain yang sering didapat adalah kelainan paru
yang menyerupai radang disebabkan oleh debu Be, dan dapat beberapa fungi
sehingga terbentuk jaringan radang atau granuloma. Ada pula penyakit yang
disebabkan terbentuk allergen dari pencemar dan timbulnya allergi.
d. Nefrotoksisiti
Semua buangan yang berbentuk cairan atau larutan akan dikeluarkan dari
ginjal. Tetapi ginjal juga mempunyai tugas menjaga hemostasis tubuh.
Xenobiotik yang toksik bagi ginjal disebut nefrotoksik, misalnya logam seperti
As, Cd, Bi, Pb, Hg. Zat yang nefrotoksik dibagi menjadi dua golongan, yakni
nefrotoksik primer dan sekunder. Nefrotoksik primer masuk ginjal tanpa
terjadi bioaktivasi atau biotranformasi di dalam tubuh, misalnya garam
merkuri. Nefrotoksikan sekunder merusak ginjal setelah mengalami
biotransformasi sehingga menjadi spesies yang toksik, misalnya trikloroetilen.
Ginjal sangat peka terhadap logam, kerena membentuk kompleks atau khelat
dengan ligan organik. Misalnya, merkuri membentuk kompleks dengan grup
sulfhidral.
e. Dermatotoksisiti
Kulit merupakan membran semipermeabel dan mempunyai banyak fungsi
seperti memelihara homeostasis, regulasi termal, melindungi tubuh terhadap
berbagai zat kimia, mikroorganisme, jan juga zat fisis seperti sinar UV, IM.
Kelainan kulit tidak saja dipengaruhi oleh anatomi dan faalnya, tetapi juga
oleh beberapa faktor seperti ketebalan kulit, warna kulit, usia, jenis kelamin,
kulit basah/kering dan alergi. Beberapa penyakit kulit yang dapat terjadi akibat
kualitas lingkungan adalah:
1) Tumor akibat UV,
2) Dermatitis kontak, konntak dengan penyebab seperti air, pembersih seperti
sabun, basa, asam, oli, pelarut organik, oksidan, resuktan dan tanaman.

21
3) Luka/ulcer karena semen, kromium.
f. Teratogenesis
Teratogenesis atau toksisitas terhadap perkembangan janin diartikan sebagai
kelainan struktur maupun fungsi tubuh yang reversibel/ ireversibel disebabkan
oleh faktor lingkungan yang mengganggu perkembangan normal dan/atau
perilaku. Targetnya adalah ovum yang dibuahi, embryo sewaktu
organogenesis. Kelainan prnatal tampak seperti teratogenesis atau kelainan
pada kerangka maupun jaringan lunak, dan pada postnatal tampak pada
perilaku dan organ seksual. Beberapa zat penyebab teratogenesis adalah
alkohol, hormon androgen, trimetadion, siklofosfamida, dietilstilbestrol,
thailidomid, asam retinoic, tetrasiklis dan asam folat.
g. Reproduktiftoksisiti
Penyebab reproduktiftoksisiti adalah semua zat racun yang berpengaruh
terhadap fungsi alat reproduktif baik pada wanita maupun pada pria.
Penngaruh dapat terjadi sistem hormonal, sampai pada organ reproduksi
sendiri. Beberapa racun lingkungan yang dpat berpengaruh terhadap setiap
bagaian reproduksi laki-laki adalah metil klorida organ targetnya spermatid.
h. Hematotoksisiti
Sistem hematopoetik adalah sistem yang membentuk sel-sel darah dan
berfungsi dalam respirasi seluler. Racun dapat mengganggu pembentukan sel
maupun fungsi dari sistem ini. Penyebab hemototoksisitas dapat digolongkan
ke dalam dua golongan besar, yakni, kelainan yang didasarkan kualitas dan
kuantitas sel darah. Dilihat dari segi kualitas dan kuantitas sel darah,
penyakit/gejala keracunan dapat digolongkan atas dasar beberapa racun
lingkungan, seperti berkurangnya trombosit/thrombositopenia, hilangnya sel
darah putih yang polimorfonuklear/agranulocytosis, tidak dibentuknya sel-sel
darah merah/aplastik anemia dan pansitopenia, hemolitk, dan kanker darah.
Beberapa racun yang dapat menyebabkan penyakit tersebut adalah tilenol,
amonopirin, ampisislin, diazepam, salisilata dan sulfa.
i. Oftalmotoksisiti
Oftalmotoksisiti adalah toksisitas terhadap mata. Mata mempunyai fugsi untuk
melihat, dan terdiri atas benda optik (kornea dan lensa); fotoreseptor (sel-sel
cones dan rods yang ada di dalam retina,menjadi saraf mata);serta struktur

22
lainnya (kelopak mata, kelenjar air mata, sklera, jaringan ikat dan jaringan
faskular). Efek keracunan ditentukan oleh struktur yang terkena berserta
fungsinya. Efek racun dapat sangat ringan, seperti iritasi, korosi, dan yang
berat sampai kebutaan. Racun lensa mata dapat mengubah transparansi lensa,
seperti 2,4 dinotrofenol, suatu obat anti gemuk yang menyebabkan katarak
mata. Racun perusak retina adalah obat antimalaria, fenotiazin dan retinoids
yang sering digunakan sebagai pengobatan kulit.

4. Efek Berdasarkan Gejala


a. Fibrosis
Fibrosis adalah pertumbuhan jaringan ikat yang berlebihan dan pada tempat
yang tidak normal. Pada hakekatnya semua sel yang rusak akan digantikan
oleh jaringan ikat, apabila tidak dapat lagi terjadi regenerasi. Fibrosis yang
sering di temuka pada paru-paru disebut pneumokoniosis di akibatkan oleh
contohnya asber, CO, Co dan C.
b. Granuloma
Kelainan jaringan yang berbentuk jaringan radang kronis sehingga tampak
merah dan berenjol-benjol. Granuloma dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme dan zat kimia seperti: berylium, kloro difluoro metan, karbid,
Zn, Mn, bagasse, kapas, tricalcium fosfat, tungsten.
c. Demam
Demam merupakan gejala kenaikan suhu badan melebihi 38-390 C atau
disebut juga pyreksia. Demam seringakali dikaitkan dengan penyakit infeksi,
tetapi dari pengamalan di industri, terjadi demam akibat terhiruonya uap logam
berat seperti: Mn, Zn, As, Cd, Co, Cu, Fe, Pb, Hg dan Ni.
d. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana darah dan jaringan tubuh kekuranan oksigen
dan tidak dapa membuang karbondioksida yang menyebabkan kematian sel.
Konsekuensinya ialah banyak sel yang mati dan organ vital tidak dapat
berfungsi. Asfiksia di karenakan penyumbatan saluran pernapasan dan adanya
racun yang menyebabkan Hb tidak dapat berfungsi.contoh: CO2, hidrogen
sulfida dll. Penyakit yang sering disebut Blue Babies, menyerang bayi akibat

23
adanya nitrit dalam air minuman, sehingga terbentuk metHb dan bayi akan
kekurangan oksigen. Bayi tampak biru terutama sedang menangis.
e. Alergi
Alergi adalah kondisi badan yang bereaksi berlebihan pada material tertentu
yang di sebut allergen. Mekanisme terjadinya alergi seperti reaksi antara
antigen dan antibodi, namun pada kasus alergi akan terbentuk histamin dan
menimbulkan gejala alergi. Contoh: debu organik, gigitan serangga, zat kimia
dan cahaya matahari.
f. Mutan , kanker, teratoma
Ketiga proses ini terjadinya sama yaitu mutasi pada sel yang berbeda, namun
selnya berbeda. Apabila mutasi terjadi pada sel genetik disebut mutan, bila
mutasi pada sel somatik akan menyebabkan kanker, bila terjadi pada sel
embrio akan meneybabkan teratoma. Selain perbedaan sel, ketiga proses ini
mempunyai kesamaan yakni permulaan/onset yang tidak jelas, ireversibel, dan
perlu waktu inkubasi lama atau paparan kronis. Sel yang muda akan lebih peka
terhadap mutagen. Mutasi dapat menyebabkan kelaianan mayor dan minor.
Kelainan mayor adalah perubahan dalam (i) jumlah kromosom (lebih atau
kurang) dan (ii) perubahan dalam struktur kromosom (terpotong, putus,
tatanan yang berubah) atau bentuk kromosom yang berubah. Kelainam minor
adalah insersi, delesi satu pasang basa, sehingga terjadi shift dalam kodon,
perubahan pasang basa, sehingga jumlah tidak berubah tetapi urutannya
berubah. Penyabab mutasi atau zat yang mutagenik terdapat secara alamiah
dan antropogenik. Genotip akan berubah, tetapi fenotip sampai saat ini belum.
Efek dapat berupa kematian/aborsi, lahir mati, rendah berat badan, atau
pertumbuhan yang terbelakang. Contoh zat racun: radiasi pengion, benzen,
DDT, klordane.
g. Keracunan sistemik
Keracunan sistemik adalah keracunan yang mengenai seluruh badan, jadi tidak
hanya organ spesifik. Penyebabnya adalah Pb, Cd, Va, P,Bo, Ti,TEL. Dapat
dapat dipahami bahwa terjadinya keracunan sitemik adapt menyertai
keracunan organ spesifik, sehingga gejala umum akan sulit untuk didiagnosa.
Ada juga racun yang dibuat untuk meningkatkan ekonomi, yakni pestisida,
disebut racun ekonimik.

24
BAB V. Nasib Senyawa Pencemar di Lingkungan

A. Nasib Senyawa Pencemar di Lingkungan Abiotic


a. Pencemaran udara: pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan misalnya
gas CO2 hasil pembakaran SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok
b. Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energy, unsure, atau komponen
lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air
yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Pencemaran air
dapat berasal dari limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah industry, dan
penangkapan ikan menggunakan racun
c. Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga,
pasar, industry, kegiatan pertanian, dan peternakan

B. Nasib Senyawa Pencemar di Lingkungan Biotic


a. Individu: merupakan organism tunggal seperti seekor tikus, kucing, pohon, atau
manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah-
masalah hidup yang kritis serta adaptasinya terhadap lingkungannya yaitu
adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku
b. Populasi: kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu
tertentu disebut populasi. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu
c. Komunitas: ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain
d. Ekosistem: antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi.
Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem
adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari berbagai spesies makhluk hidup
yang berinteraksi dengan lingkungannya

25
BAB VI. Pencemaran Perairan

A. Pencemaran Perairan
Pencemaran air adalah masuknya komponen yang bercampur dengan air sehingga
menurunkan kualitas air. Komponen tersebut antara lain adalah unsur, energi, dan
zat lainnya.Pencemaran air antara lain adalah pencemaran air laut, pencemaran air
tanah, air sungai, dan air danau.
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1997 menyatakan bahwa pencemaran air adalah
menurunnya kualitas air akibat masuknya makhluk hidup, zat, energi ke dalam air
akibat aktifitas manusia. Penurunan kualitas air tersebut dapat disebabkan secara
sengaja oleh aktifitas manusia. Contohnya adalah membuang sampah di sungai dan
lain – lain.

B. Sumber Pencemaran Perairan


Sumber pencemaran air antara lain adalah sebagai berikut:
1. Limbah rumah tangga seperti air sabun dan sampah yang banyak orang
membuangnya secara sembarangan di sungai.
2. Limbah industri. Banyak sekali limbah pabrik yang langsung dibuang ke sungai.
Hal ini jika dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan pencemaran air di sungai.
3. Limbah Pertanian. Limbah ini berasal dari pupuk kimia dan pestisida yang
digunakan untuk memelihara tanaman. Hal ini dapat mencemari air yang terkandung
di dalam tanah.
4. Peternakan. Dalam peternakan sering memotong hewan baik itu ayam, bebek,
sapi maupun kambing. Darah dari penyembelihan hewan tersebut dapat mencemari
air jika dibuang ke sungai atau dibuang sembarangan.
5. Limbah kendaraan yang beroli juga dapat mencemari air.
6. Sampah yang dibuang sembarangan juga dapat mencemari air, terutama air
sungai. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang membuang sampah di sungai.
Selain dapat mencemari air, membuang sampah di sungai juga dapat menimbulkan
penyakit jika tidak diatasi dengan baik.
7. Penggundulan hutan juga dapat mencemari air. Hal ini dikarenakan tidak ada lagi
pohon yang mengikat air tanah sehingga jumlah air akan berkurang.

26
8. Di area pertambangan juga dapat memicu terjadinya pencemaran air dan
mengurangi jumlah air bersih.

C. Penilaian Kualitas Perairan Secara Fisik, Kimia, dan Biologi


Pencemaran air dapat dilihat berdasarkan indikator berikut ini:
1. Parameter Fisika
Paremeter ini digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air. Salah satu
indikator yang dapat diamati adalah warna air, bau, rasa, dan kekeruhan.
2. Parameter Kimia
Dalam hal ini parameter yang diamati adalah pH, zat organik dan jumlah logam
berat dalam air.
3. Parameter Bakteriologi
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kandungan bakteri dalam air. Parameter yang
diamati antara lain adalah jumlah coliform, puristik, dan patogenik yang ada di
air.

D. Bioindikator dan Biomonitoring


Biomonitoring adalah metode pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator
biologis (Bioindikator), saat ini metode ini telah banyak dikembangkan di beberapa
negara. Yang dimaksud dengan bioindikator adalah kelompok atau komunitas
organisme yang keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan
kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh
terhadap keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan
sebagai penunjuk kualitas lingkungan. Jenis ideal yang dapat digunakan sebagai
bioindikator adalah organisme akuatik yang tidak memiliki tulang belakang
(makroinvertebrata)

27
BAB VII. Pencemaran Udara

A. Berbagai Bentuk Pencemaran Udara dan Penyebarannya


Bentuk pencemaran udara dapat dikelompokkan atas dua bagian yaitu, pencemaran
dalam bentuk gas dan pencemaran dalam bentuk partikel.
a) Pencemaran Dalam Bentuk Gas
Kontaminasi dalam bentuk gas terjadi karena masuknya gas tertentu ke udara
melebihi kondisi normal yang jauh diatas ambang normal. Beberapa jenis gas
yang menyebabkan polusi meliputi:
1). Karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida sebenarnya dibutuhkan oleh
tanaman seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila jumlah di udara terlalu
besar, bisa mengganggu respirasi manusia. Dari mana sumber karbon dioksida
sampai jumlah di udara menjadi besar Karbon dioksida secara alami terjadi,
misalnya saat pembusukan bahan organik akan melepaskan karbon dioksida,
pengaruh magma di bumi yang kemudian keluar dalam bentuk gas dan gunung
berapi, dan sebagainya. Peningkatan terbesar karbon dioksida dihasilkan oleh
tindakan manusia sendiri. Karbon dioksida berasal dari manusia berasal dari
pembakaran, seperti pembakaran hutan, asap yang dihasilkan oleh mesin industri
yang menggunakan minyak bumi atau batubara sebagai bahan bakar, limbah
pembakaran, dan lain-lain.
2). Karbon monoksida (CO). Penambahan gas ini di udara terjadi akibat
pembakaran, namun sumber utama yang terbesar berasal dari knalpot kendaraan
dan mesin yang dikeluarkan berupa asap. Oleh karena itu, kendaraan jalan raya
yang ramai dan bengkel motor mengalami polusi karbon monoksida. Bagaimana
perasaan Anda saat mengendarai sepeda motor dengan berada di belakang mobil
yang banyak merokok? Atau jika Anda tinggal di kota-kota besar, terjebak
macet sehingga Anda menghirup udara yang penuh dengan asap kendaraan?
Bagi anda yang tinggal di pedesaan pengalaman ini tentunya tidak
berpengalaman, anda selalu menghirup udara bersih yang masih jauh dan polusi.
3). Gas belerang Pernahkah kamu melihat belerang? Belerang ini
diperdagangkan di pasaran dalam bentuk sting padat, kuning, dan berbau.
Namun, belerang yang masuk ke udara dalam bentuk gas, terutama terdiri dari
Sulfur dioxide (SO2) dan Hydrogen Sulfide (H2S). Gas ini banyak dilepas dan

28
gunung berapi. Gas belerang selain yang berasal dari gunung berapi juga berasal
dari pabrik yang menggunakan bahan baku belerang seperti pabrik ban dan
beberapa pabrik lainnya. Pembakaran batu bara dan minyak bumi di industri
juga menghasilkan sulfur karena kedua bahan bakar mengandung belerang.
Akibat polusi udara yang mengandung belerang, jika terhirup oleh manusia bisa
menyebabkan kerusakan paru-paru.
4). Hydrogen Flouride Gas (HF). Gas ini bukan elemen udara, tapi memasuki
udara melalui produk pembakaran dari industri tertentu, seperti industri
aluminium. Gas ini memiliki efek buruk pada tanaman dan juga mudah merusak
barang.

b) Pencemaran Udara dalam Bentuk Partikel


Polusi udara berupa partikel ada dalam bentuk cairan dan ada pula yang dalam
bentuk padat. Partikel atau benda mungil ini terbang dan mengambang di udara
karena warnanya ringan. Partikel padat ada dalam bentuk debu sehingga angin
bertiup ke udara dan ada juga yang turunan dan sisa-sisa asap yang terbakar
yang terbang ke udara. Partikel cair di udara terdiri dari titik air yang terjadi
akibat kondensasi untuk membentuk awan. Tetesan air yang membentuk awan
sering juga dicampur dengan gas polutan lainnya sehingga bisa membahayakan
kesehatan. Di kota-kota industri, asap industri kemudian menyatu dengan
partikel cair di udara, selanjutnya membentuk kabut hitam yang disebut "kabut
asap". Kabut seperti mi sening juga disebut "industrial mist".

B. Sumber Dan Penyebaran Gas CO


Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai
perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta
disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar
solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio
kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar
mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang
terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu
strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di
berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan

29
jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar
karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan
bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida
dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan
bermotor.

C. Sumber Dan Penyebaran Hidrokarbon Dan Oksidan Kimia


Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk
ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak
dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-
paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

D. Sumber Dan Penyebaran Gas SOX


Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur
bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida
(SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx
terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau
lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2
ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap
orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular.

E. Sumber Dan Penyebaran Polusi Dan Partikel


Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara
yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan
ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak
berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan
bagian atas dan menyebabkan iritasi.

30
BAB VIII. PENUTUP

A. Kesimpulan
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu
semua subtansi yang digunakan dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk
sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan
pengaruh negatif bagi manusia. Toksikologi merupakan pemahaman mengenai
pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari
definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur yang
saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada
sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut.
Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari
minat dan tujuan pengelompokannya. Sebagai contoh pengklasifikasikan
berdasarkan: 1. Organ targetnya: hati, ginjal, sistem hematopotik, dan lain-lain; 2.
Penggunaanya: peptisida, pelarut, aditif makanan, dan lain-lain; 3. Sumbernya:
toksik tumbuhan dan binatang 4. Efeknya: kanker, mutasi, kerusakan hati, dan
sebagainya; 5. Fisiknya: gas, debu, cair; 6. Sifatnya: mudah meledak; 7. Kandungan
kimianya: amina aromatik, hidrokarbon halogen, dan lain-lain. Untuk dapat
mengetahui karakteristik lengkap bahaya potensial dan toksisitas dari suatu bahan
kimia tertentu perlu di ketahui tidak hanya tipe efek tersebut, tetapi juga informasi
mengenai sifat bahan kimianya sendiri, pemaparannya, dan subjek. Faktor utama
yang memperngaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan. Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh
manusia adalah melalui saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti,
paru-paru (inhalasi), kulit (topikal), dan jalur palentar lainnya (selain saluran
usus/intestinal). Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang biasanya di bagi
dalam 4 (empat) kategori yaitu: akut, subakut, subkronik, dan kronik.

31
Daftar Pustaka

 https://dokumen.tips/documents/toksikologi-lingkungann.html
 https://www.slideshare.net/NurAngraini/toksikologi-43614039
 https://www.scribd.com/doc/27116301/Toksikologi-Umum
 http://sidfirman82.blogspot.com/2017/07/sejarah-dan-definisi-toksikologi.html
 http://www.academia.edu/6509942/MAKALAH_TOKSIKOLOGI
 http://www.academia.edu/9998954/BAB_II_Toksikologi
 http://wahedlabstechnologies.blogspot.com/2012/06/klasifikasi-toksikan.html
 https://www.scribd.com/doc/214845149/KLASIFIKASI-TOKSIKAN-2013
 https://dokumen.tips/documents/makalah-jenis-toksik.html
 https://www.slideshare.net/fiddyprasetiya/xenobiotik
 https://aldofernandonasir.wordpress.com/category/toksikologi-lingkungan/
 https://aldofernandonasir.wordpress.com/2015/03/13/resume-prinsip-prinsip-dasar-
toksikologi-lingkungan/
 https://www.scribd.com/presentation/51277276/KLASIFIKASI-TOKSIKAN-08
 https://www.scribd.com/presentation/349266154/Jenis-Dan-Sifat-Toksikologi
 https://www.slideshare.net/zamiati/toksikologi-
 https://uchanyuslan.wordpress.com/2012/01/19/toksikologi-industri/
 http://gogresik1804.blogspot.com/2017/02/toksikologi.html
 https://core.ac.uk/download/pdf/11708608.pdf
 https://fadhilhayat.wordpress.com/2010/11/03/interaksi-zat-kimia/
 http://paktanikosorganik.blogspot.com/2017/04/efek-biologis-matakuliah-
toksikologi.html
 https://www.scribd.com/doc/190363443/PENCEMARAN-LINGKUNGAN-
ABIOTIK-DAN-BIOTIK
 https://thegorbalsla.com/pencemaran-air/
 https://www.awalilmu.com/2017/08/pengertian-pencemaran-air-penyebab-akibat-
sumber-jenis-komponen.html
 https://e-the-l.blogspot.com/2017/09/bentuk-pencemaran-udara-dan-faktor.html
 https://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-udara.html

32
33

Anda mungkin juga menyukai