Anda di halaman 1dari 43

TOKSIKOLOGI

INDUSTRI

Luhurul Amri
140100037
PENGANTAR TOKSIKOLOGI

Kemajuan teknologi meningkat


penggunaan bahan kimia dalam industri &
kehidupan sehari-hari semakin meningkat.
Disamping bermanfaat bahan kimia juga
berpengaruh negatif terhadap manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan maupun
lingkungan.
Aspek kuantitas atau jumlah/dosis sangat
menentukan dalam menilai toksisitas suatu
zat
PENGANTAR TOKSIKOLOGI

PENGERTIAN

Toksikologi : ilmu yg mempelajari pengaruh


merugikan suatu zat/bahan kimia pada
organisme hidup atau ilmu tentang racun.

Toksikologi industri membahas ttg bahan


beracun yg ada di tempat industri / tempat
kerja, bagaimana usaha pencegahannya,
shg bekerja dg selamat
PENGANTAR TOKSIKOLOGI
PENGERTIAN

Bahan toksik atau racun adalah


bahan kimia yg dlm jumlah relatif
sedikit, berbahaya bagi kesehatan
atau jiwa manusia.
Toksisitas atau derajat racun
merupakan kemampuan suatu
bahan toksik utk menimbulkan
kerusakan pd organisme hidup
 Bahan kimia merupakan
permasalahan besar bagi
keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja

 Toksikologi industri sbg cab dr ilmu


K3
Bahaya Bahan Kimia

 jangka pendek
 jangka panjang
 derajat bahaya bhn kimia tgt :
 sifat fisika
 toksisitas
 bagaimana penggunaan
 lingkungan
Tipe Keracunan

 Akut :
 waktu singkat
 dosis tinggi
 efek terasa langsung
 kronis :
 waktu kontak lama
 dosis rendah
 efek terasa pd waktu yg lama
Efek toxic pd tubuh

 Lokal (bhn korosif, iritatif) --- sistemik


 revesibel (efek hilang jk pajanan
dihentikan) ---- irreversibel
 efek langsung (segera tjd stlah pajanan)
--- efek yg tertunda
Tipe Bahan-bahan
Beracun

 Chemical toxicant : bhn kimia


 biological toxicant : m. h
 bacterial toxicant
 botanical toxicant
Dosis Respon
 Hubungan dosis respons :
o Lethal dose (LD)
o Effective dose (ED)
o Toxic Dose (TD)
 Tingkat racun : LD50
( dosis menyebabkan 50% hewan
percobaan mati) dlm mg/kg.BB
Bahan Beracun
 Tingkatan toxic ditentukan o/ LD50

tingkat LD50
 amat sangat beracun ≤ 1
 sangat beracun 1 - 50
 beracun 51 - 500
 agak beracun 501 - 5000
 praktis tdk beracun 5001 – 15.000
 relatif tdk berbahaya > 15.000
Contoh bhn kimia beracun
senyawa LD50 (mg/kg.bb)
 Gliserol 25.200
 Etanol 10.300
 ethilen glikol 8.500
 Asam akrilat 2.600
 hidroquinon 320
 nikotin 1
 dioxin 0,001
 botulinus toxin 0,00001
Faktor yg berpengaruh
 Sifat fisika – kimia bhn : jenis, komposisi,
wujud, sifat fisika, kemurnian, kestabilan &
reaktivitas bhn
 kondisi kontak badan : konsentrasi,
kuantitas, tipe kontak, lama kontak
 keadaan personil : gen, imun, nutrisi,
hormonal, umur, jns kelamin, kesehatan
 kondisi lingkungan : bgmn bhn kimia
terbawa, adanya bhn kimia lain, T & tek.
udara
PENGARUH BAHAN KIMIA
PADA MANUSIA
Faktor yg mempengaruhi toksisitas :
 Sifat fisik : gas, uap, debu,
 Sifat kimia : jenis senyawa, besar
molekul, konsentrasi, daya larut
 Port d’entrée (cara masuk dalam tubuh) :
inhalasi, oral, dermal
 Faktor individu : usia, jns kelamin, st.
Gizi, kesehatan
Mekanisme keracunan

Absorbsi distribusi

eliminasi toksik organ target

ekskresi
ORGAN TARGET

 Paru - paru
 liver
 ginjal
 SSP
 kulit
 darah
hematotoxicity
 pengaruh pd darah :
 hypoxia :
o CO – HbCO (200 kali HbO)
o nitrit, nitrat, amino aromatis
 cytotoxic hypoxia : interpensi pd
metabolisme
o CN- , HS-
 blood disorder
hepatotoxicity
 hepar : organ pertama penerima bhn
terabsorpsi
 sensitif thd bhn kimia terabsorpsi
 bbrp logam berat mrpkan racun bg hepar
Karbon tetraklorida Aflatoksin
Dimetil nitrosamin Vinilklorida
Etil alkohol Arsen
Trinitro toluen Toluen diamin
Nitrobenzen Trikloretilen
Tetrakloretilen PCB3
Trikloretan Selenium
Nephrotoxicity

 ginjal : sgb penyaring


 bhn toxic bg ginjal :
 logam berat : Cd, Hg, Pb, As, Cr
 solven organik : karbon
tetrachlorida, khloroform
Neurotoxicity
 bhn pengacau & perangsang sistem
syaraf :
 blocking agent : botulinum toxin
 depolarizing agent : DDT
 stimulan : kapein
 anoxia – sel syaraf rusak :
 kekurangan oksigen
 laju aliran darah menurun
 oksigen blocking : CN‾ , HS‾ ,
dinitrofenol
Dermatotoxicity
 bhn kimia pybb iritasi, alergi kulit
 pybab iritasi :
o bekerja dlm kondisi basah/berair
o bhn pencuci : sabun, solven, deterjen
o basa & asam
o minyak
o pengoksidasi
o bhn pereduksi
Pulmonotoxicity

 akibat bhn kimia & debu


 pneumoconiosis
o silikosis, asbestosis, akibat debu batu
bara
 reactive airway disease
o asma : debu kayu
 allergic alveolitis
Carcinogenic

 Bbrp bhn kimia mrpkan karsinogenik, spt


asbestos, benzene, krom, nikel, vinyl
klorida
 kelas :
A : bhn kimia pybb kanker
B : probably carcinogen
C : possibly carcinogen
D : tdk menyebabkan kanker
Mutagenic

 bhn kimia pybb perubahan genetik


 bbrp bhn kimia :
 logam berat
 pestisida dan halogen
 solven organik
PENGENALAN BAHAYA BAHAN
KIMIA
Survai Pendahuluan
mengenal/mengidentifikasi bahan kimia
yg terdpt di industri dan merencanakan
program evaluasi risiko bahaya serta tindak
lanjutnya.
S/ ceklis yg mencakup pendataan ttg :
nama bahan baku dan bahan sampingan,
identifikasi penggunaannya
 sampingannya
jenis bahan yg diperkirakan beracun
jumlah pekerja yg terpajan
 cara pengendaliannya , dsb.
PENGENALAN BAHAYA BAHAN KIMIA
Mengenal proses produksi
mempelajari alur proses mulai dr tahap awal
sd akhir, sumber bhn kimia dan keluhan
kesehatan oleh pekerja serta mengidentifikasi
lingkungan kerja,
Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet)
Lembar Data Bahan Kimia : s/ dokumen teknik
yg memberikan informasi ttg komposisi,
karakteristik, bahan fisik & potensi bahaya
kesehatan, cara penanganan dan penyimpanan
bahan yg aman, tindakan pertolongan pertama
& prosedur khusus lainnya, label pada kemasan
bahan kimia di tempat kerja.
KLASIFIKASI TOKSISITAS

Klasifikasi toksisitas sangat bervariasi, misalnya


berdasarkan sifat fisik, pengaruh terhadap tubuh,
lama terjadinya pemajanan atau pada tingkat efek
racunnya.
Menurut sifat fisiknya dikenal :

Gas : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada


suhu & tekanan normal, tidak terlihat,
tidak berbau pada konsentrasi rendah, dan
dapat berubah menjadi cair/padat dengan
perubahan suhu dan tekanan.
KALSIFIKASI TOKSISITAS
Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa
berujud cair atau padat, tidak kelihatan dan
berdifusi keseluruhan ruangan.
Debu : partikel zat padat yang terjadi oleh karena ke –
kuatan alami atau mekanis.
Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat
kondensasi bentuk uap atau dari tingkat peme-
cahan zat cair atau menjadi tingkat dispersi,
melalui cara tertentu.
Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi
bentuk gas, biasanya setelah penguapan benda
padat yang dipijarkan.
KALSIFIKASI TOKSISITAS

Asap : partikel zat karbon < 0,5 mikron,


sebagai akibat pembakaran tidak sempurna
bahan yang mengandung karbon.
Awan : partikel cair sebagai hasil
kondensasi fase gas ukuran partikelnya
antara 0,1 – 1 mikron.

Sifat - sifat fisik zat dapat pula


digolongkan menjadi padat (padat biasa,
fume, asap, debu), cair (cair biasa, awan,
kabut) dan gas (uap, gas).
KALSIFIKASI TOKSISITAS

bahan kimia di udara menurut sifatnya dibedakan:


Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut.
Bahan bersifat non partikel : gas, uap.

Terhadap tubuh bahan-bahan kimia tersebut


digolongkan dalam klasifikasi fisiologis sebagai
berikut :
Bahan partikel yang bersifat : perangsang (kapas,
sabun, bubuk beras), toksik (Pb, As, Mn),
fibrosis (Kwarts, asbes), allergen (tepung sari,
kapas), menimbulkan demam (Fume, Zn O),
inert (Alumunium, kapas).
KALSIFIKASI TOKSISITAS

Bahan non partikel yang bersifat :


asfiksian (metan, helium), perangsang
(amoniak, Hcl, H2S), racun anorganik,
organik (TEL, As, H3), mudah
menguap yang : berefek anesthesi
(Trichloroetilen), merusak alat dalam
(C C14), merusak darah (Benzene),
merusak saraf (Parathion).
PENILAIAN TOKSISITAS

Suatu zat beracun dengan LD50 lebih kecil


menunjukkan bahwa zat tersebut relatif
lebih beracun, demikian pula sebaliknya.

Penetapan Occupational Exposure Limit (OEL)


atau Batas Pemajanan Kerja , mengacu pd
prinsip dasar dlm toksikologi yg
mempertimbangkan faktor dosis dan lama
pemajanan serta keberadaan bahan kimia di
udara tempat kerja.
PENILAIAN TOKSISITAS
Oleh ACGIH (American Conference of Governmental
and Industrial Hygienist) dikembangkan konsep
TLV (Thershold Limit Value) atau Nilai Ambang
Batas (NAB) yang menunjukkan suatu kadar yang
manusia dapat menghadapinya secara fisiologik
tanpa terganggu kesehatannya.
Terdapat 3 (tiga) kategori NAB yang spesifik,
yakni :
NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV-TWA
(Threshold Limit Value-Time Weighted Average)
yakni kadar bahan kimia diudara tempat kerja selama
8 jam sehari atau 40 jam seminggu yg hampir semua
tenaga kerja dapat terpajan berulang kali sehari-hari
dalam melakukan pekerjaan tanpa terganggu
kesehatannya.
PENILAIAN TOKSISITAS

NAB batas pemajanan singkat atau TLV-STEL


(Threshold Limit Value-Short Term Exposure Limit) atau
PSD (Pemajanan Singkat yang Diperkenankan) yakni
kadar bahan kimia yg diperkenankan utk pemajanan
≤ 15 menit atau ≤ 4 kali pemajanan per hari. Interval
antara dua periode pemajanan tidak boleh < 60 menit.

NAB tertinggi atau TLV-C (Threshold Limit Ceiling)


yakni kadar tertinggi bahan kimia di udara tempat
kerja yang tidak boleh dilewati selama melakukan
pekerjaan. Sering di sebut juga sebagai KTD (Kadar
Tertinggi yang Diperkenankan).
Kegunaan NAB

 standar utk perbandingan


 pedoman perencanaan proses produksi
& perencanaan teknologi pengendalian
 substitusi bhn yg kurang berbahaya
 membantu menentukan ggn. Kesehatan,
timbulnya penyakit, hambatan efisiensi
kerja
PENILAIAN TOKSISITAS

Disamping itu dikenal :

“ BEI ( Biological Exposure Indices ) atau


Indeks Pemajanan Biologik”.

Yaitu standar pemajanan untuk menilai


dampak pada kesehatan pekerja.
PENGARUH BAHAN KIMIA PADA MANUSIA

HUBUNGAN DOSIS DAN RESPON

Toksisitas suatu zat dan respon tubuh yang


timbul tergantung pada kuantitas zat tersebut
yang terkumpul pada organ tubuh.

Selanjutnya konsentrasi dalam organ tubuh


tergantung juga pada lama pemajanan
sehingga dapat diketahui pula adanya
hubungan sebab akibat antara dosis dan
respon tubuh.
• interaksi bahan kimia
 An satu zat kimia dg zat kimia lain dpt
menimbulkan interaksi/saling
berpengaruh. Efek yang terjadi :
 efek aditif : saling memperkuat
 efek sinergis : pengaruh gabungan dari
dua zat kimia jauh lebih besar dari jumlah
masing-masing efek bahan kimia
 potensiasi
 efek antagonis
PRINSIP PENCEGAHAN/PENGENDALIAN BAHAYA
KIMIA
prinsip penerapnnya sesuai Higiene Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja berupa
“Hierarchi of Control”, yakni :
 Eliminasi,
 Substitusi,
 Pengendalian teknis,
 Pengendalian administratif dan
 Alat Pelindung Diri.
pada pekerja dilakukan

 pengujian/pemantauan kesehatan,
 higiene perorangan,
 pengujian /pemantauan biomedik
 disertai pelatihan tentang bahaya
bahan kimia.
PEMANTAUAN BIOMEDIK
untuk mendeteksi kelainan fungsi organ tubuh
atau penyakit akibat kerja.

Melalui pemeriksaan darah dan urin, dapat di


deteksi absorpsi bahan beracun, metabolit dan
aktivitas enzim yang mungkin dipengaruhi oleh
bahan beracun tersebut.

Memberi gambaran yang lebih dapat dipercaya


daripada pengukuran kadar bahan kimia di
udara.
PEMANTAUAN BIOMEDIK

Keuntungan lain dari aktivitas ini


adalah mampu memperhitungkan
absorpsi zat kimia melalui kulit dan
saluran cerna, pengaruh beban kerja
dan pemajanan di luar tempat kerja
serta mengidentifikasi pekerja yang
rentan.
Sekian …….

Anda mungkin juga menyukai