Anda di halaman 1dari 25

JOURNAL READING

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Pembimbing:

dr. Marwan Indamirsah, M.Ked (OG), Sp. OG(K)

Disusun Oleh:

Muhammad Rizki Ananda (140100040)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas journal reading yang berjudul “Hipertensi
Gestasional” pada stase Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik. Terima kasih kepada dr. Marwan Indamirsah, M.Ked(OG), Sp. OG(K), selaku
pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Medan, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB IPENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
2.1. Definisi ....................................................................................... 2
2.2. Epidemiologi............................................................................... 2
2.3. Faktor Risiko .............................................................................. 2
2.4. Etiologi dan Patofisiologi ........................................................... 3
2.5. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan .................................... 7
2.6. Diagnosis dan Gejala Klinis Hipertensi Gestasional .................. 8
2.7. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 9
2.8. Penatalaksaan Hipertensi Dalam Kehamilan .............................. 11
2.9. Komplikasi .................................................................................. 18

BAB 3 KESIMPULAN ...................................................................... 19


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 21

iii
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah
satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga
banyak memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001,
menurut National Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada
150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan (2003) melaporkan
bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di Amerika
Serikat dari tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.1

Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade, hipertensi
yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum
terpecahkan.1 Secara umum, hipertensi gestasional adalah tekanan darah sistol minimal 140
mmHg dan/atau tekanan darah diastol paling rendah 90 mmHgpaling tidak pada dua kali
pengukuran dengan rentang waktu 4-6jam seteah usia kehamilan 20 minggu pada wanita
dengan tekanan darah yang normal sebelum kehamilan dan sebelum usia kehamilan 20
minggu.2

Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan


berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi
uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat. Kematian
janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau
vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara
berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam
kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan
kerusakan end organ lainnya.1,3,4,5
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi gestasional adalah tekanan darah sistol minimal 140 mmHg
dan/atau tekanan darah diastol paling rendah 90 mmHg paling tidak pada dua kali
pengukuran dengan rentang waktu 4-6jam seteah usia kehamilan 20 minggu pada
wanita dengan tekanan darah yang normal sebelum kehamilan dan sebelum usia
kehamilan 20 minggu.2

Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada


wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak disertai proteinuri. Gejala ini
akan menghilang dalam waktu < 12 minggu pascasalin.6

2.2 Epidemiologi
Studi epidemiogi di Amerika Serikat pada tahun 1995-2004 menunjukkan
bahwa hipertensi gestasional dan preeklamsia merupakan kondisi hipertensi yang
paling sering terdiagnosa.14
Sebuah penelitian yang dilakukan di India terhadap 1330 wanita hamil yang
mengunjungi departemen obstetri menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
hipertensi adalah sebanyak 7.8% dengan prevalensi hipertensi gestasional adalah
sebesar 1.5% dan prevalensi preeklamsi adalah 5.6%.15
Pada tahun 2001, menurut National Center for Health Statistics, hipertensi
gestasional telah diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan.1
Riset di Indonesia tahun 2007 didapati 8.341 wanita hamil dan yang hipertensi
sebanyak 1.062 orang (12,7%). Dari 1062 ditemukan sekitar 125 orang yang
hipertensi sebelum hamil (11,8%) dari hasil wawancara. Prevalensi hipertensi pada
ibu hamil tertinggi terdapat di Prov. Sumatera Selatan (18,0%) dan tidak ditemukan
ibu hamil di Provinsi Sulawesi Tengah. Diperoleh ada hubungan antara usia,
pendidikan serta wilayah tempat tinggal dengan peningkatan hipertensi pada ibu
hamil.
5

Selain itu, meskipun merokok selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai


hal yang merugikan, ironisnya merokok telah dihubungkan secara konsisten dengan
risiko hipertensi yang menurun selama kehamilan.1 Wanita yang merokok sebelum
kehamilan dan ketiga trimester memiliki risiko GH yang berkurang dibandingkan
dengan yang bukan perokok, sementara perokok yang melaporkan berhenti sebelum
kehamilan mengalami peningkatan risiko hipertensi gestasional.16

2.3 Faktor Risiko


Faktor risiko pada hipertensi gestasional antara lain17:
1. Riwayat hipertensi pada keluarga
2. Riwayat ibu menderita hipertensi gestasional
3. Multigravida
4. Primigravida
5. Riwayat diabetes gestasional
6. Riwayat preeklamsi sebelumnya
7. Obesitas
8. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes
mellitus,hisdrops fetalis, bayi besar

2.4 Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab Hipertensi Gestional, meskipun sebab utama dari hipertensi dalam
kehamilan belum jelas, tampaknya terjadi karena reaksi penolakan imunologik ibu
terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction
dimana “Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih
banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu
perubahan kimiawi total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat
menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil,” akibat Hipertensi
Gestasional.
Hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun
janin :
1. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak
sistem vaskularisasi darah,sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi
melalui plasenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas placental
dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.
6

2. Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada
janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
3. Hipertensi dapat menurunkan produksi jumlah urin janin sebelum lahir.
Padahal,urin janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion,sehingga
dapat terjadi oligohydromnion.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jeals.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
diantaranya yang banyak dianut adalah :

1. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel


Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan dimana salah
satu oksidan yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksik. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak
nucleus, dan protein sel endotel (Peroksida lemak sebagai oksidan pada
hipertensi dalam kehamilan). Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida
lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel.

2. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


Pada plasenta ibu hamil yang mengalami hipertensi, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G dimana erkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat
penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.

3. Teori adaptasi kardiovaskular genetik


Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor. Daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada
trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan
7

menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan


dua puluh minggu.18

4. Teori defisiensi gizi


Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang pernah dilakukan di
Inggris ialah kesulitan mendapat gizi yang cukup pada bumil menimbulkan
kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.Penelitian terakhir
membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati halibut
dapat mengurangi risiko preeclampsia.19

5. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta


Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga
lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.

Tidak terjadi invasi trofoblast pada lapisan otot a. spiralis dan jar. matriks sekitar

Lap.otot a.spiralis tetap kaku & keras

Lumen a. spiralis tidak distensi dan dilatasi

A. spiralis vasokontriksi

Kegagalan “Remodelling Arteri Spiralis”

↓ Aliran darah uteroplasenta

Hipoksia & iskemia plasenta

Bagan I. Patofisiologi Hipoksia dan Iskemik Plasenta


8

Bagan II. Mekanisme Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Kegagalan “Remodelling Arteri Spiralis”

Plasenta mengalami iskemi dan hipoksia

Menghasilkan oksidan (radikal bebas)

Oksidan berupa Radikal Hidroksil

RH merusak memb. sel yang mengandung banyak as. lemak tak jenuh

As.lemak tak jenuh  peroksida lemak


↓ Antioksidan
(Vit. E) pd ↑ Peroksida lemak
kehamilan

Merusak memb. sel endotel - Perubahan khas


pada sel endotel
kapilar glomerulus
Disfungsi endotel
- ↑ permebilitas
kapilar
Gang. Metabolisme Agregasi sel trombosit di
- ↑ produksi
PG daerah endotel yang
bahan vasopresor
rusak (endotelin)
↓ Prostasiklin ↑ Tromboksan (TXA2) 
(PGE2)  vasokonsttrikotor kuat - ↑ Faktor
koagulasi
vasodilator kuat

Vasokontriksi PD

↑ TD
9

2.5 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan


Istilah hipertensi gestasional digunakan sekarang ini untuk menjelaskan setiap
bentuk hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Istilah ini telah dipilih untuk
menekankan hubungan sebab dan akibat antara kehamilan dan hipertensi – preeklamsi
dan eklamsi.1

Wanita hamil dengan hipertensi secara luas dapat dibagi menjadi 3 kategori
yaitu hipertensi kronis, hipertensi non-proteinuri (kadang dikenal sebagai pregnancy-
induced hypertension), dan pre-eklamsi. Menurut The International Society for the
Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) klasifikasi hipertensi pada wanita hamil
dibagi menjadi :

1. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan, persalinan, atau pada


wanita hamil yang sebelumnya normotensi dan non-proteinuri.
- Hipertensi gestasional (tanpa proteinuria)
- Proteinuria gestasional (tanpa hipertensi)
- Hipertensi gestasional dengan proteinuria (pre-eklamsi)

2. Chronic hypertension (sebelum kehamilan 20 minggu) dan penyakit ginjal kronis


(proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu)
- Hipertensi kronis (without proteinuria)
- Penyakit ginjal kronis (proteinuria dengan atau tanpa hipertensi)
- Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsi (proteinuria)

3. Unclassified hypertensiondan/atau proteinuria

4. Eklampsia.7

Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the


NHBPEPdibagi menjadi 5 tipe, yaitu :

1. Hipertensi gestasional
2. Preeklamsi
3. Eklamsi
4. Preeklamsisuperimposed pada hipertensi kronis
5. Hipertensi kronis.1,3,8,9,10,11
10

2.6 Diagnosis dan Gejala Klinis Hipertensi Gestasional


Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan
mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya.12Tekanan darah sebaiknya diukur pada posisi
duduk dengan posisi cuff setinggi jantung. Adanya penekanan vena kava inferior oleh
uterus gravid pada posisi berbaring dapat mengganggu pengukuran sehingga terjadi
pengukuran yang lebih rendah. Sebelum pengukuran, wanita hamil dianjurkan untuk
duduk tenang 5-10 menit.1,9,10

Hipertensi didiagnosa apabila tekanan darah pada waktu beristirahat 140/90


mmHg atau lebih besar, fase ke V Korotkoff digunakan untuk menentukan tekanan
darah diastolik.. Pada masa lalu, telah dianjurkan agar peningkatan tambahan tekanan
diastolik 15 mmHg atau sistolik 30 mmHg digunakan sebagai kriteria diagnostik,
bahkan apabila tekanan darah saat diukur di bawah 140/90 mmHg. Kriteria tersebut
sekarang ini tidak lagi dianjurkan karena bukti menunjukkan bahwa wanita tersebut
tidak memiliki kecenderungan untuk mengalami efek samping merugikan saat
kehamilan. Sebagai tambahan, tekanan darah biasanya menurun pada trimester ke-II
kehamilan dan tekanan diastolik pada primigravida dengan kehamilan normotensi
kadang-kadang naik sebesar 15 mmHg. Oedem telah ditinggalkan sebagai kriteria
diagnostik karena hal tersebut juga banyak terjadi pada wanita hamil yang
normotensi.Oedem dianggap patologis bila menyeluruh dan meliputi tangan, muka,
dan tungkai. Sebagai catatan, oedem tidak selalu terdapat pada pasien preeklamsi
maupun eklamsi.1,9,10,11

Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan darah


mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya selama kehamilan
tetapi tidak terdapat proteinuria. Hipertensi gestasional disebut juga transient
hypertension jika preeklampsia tidak berkembang dan tekanan darah telah kembali
normal pada 12 minggu postpartum.Apabila tekanan darah naik cukup tinggi selama
setengah kehamilan terakhir, hal ini berbahaya terutama untuk janin, walaupun
proteinuria tidak pernah ditemukan. Seperti yang ditegaskan oleh Chesley, 10%
eklamsi berkembang sebelum proteinuria yang nyata diidentifikasi.12 Dengan
demikian, jelas bahwa apabila tekanan darah mulai naik, ibu dan janin menghadapi
risiko yang meningkat. Proteinuria adalah suatu tanda dari penyakit hipertensi yang
11

memburuk, terutama preeklampsia. Proteinuria yang nyata dan terus-menerus


meningkatkan risiko ibu dan janin.1,13

Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu :

- TD 140/90 mmHg yang timbul pertama kaliselama kehamilan.

- Tidak ada proteinuria.

- TD kembali normal < 12 minggu postpartum.

- Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum.

- Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri epigastrium
atau trombositopenia.1

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi

1. Volume plasma
Pada keadaan hipertensi dalam kehamilan terjadinya penurunan volume
plasma sesuai dengan beratnya penyakit. Terjadinya penurunan volume plasma
sebesar 30%-40% dari nilai normal, bahkan ada beberapa peneliti yang melaporkan
terjadinya penurunan volume plasma jauh sebelum munculnya manifestasi klinik
hipertensi. Volume plasma diukur dengan cara : penderita tidur posisi miring ke kiri
selama 30 menit, diambil 10 cc darah kemudian tambahkan dengan 3 ml Evans dye
blue selanjutnya dicampur dengan 10 ml NaCL. Setiap 10 menit diambil darah
untuk 3 sampel kemudian disentrifus untuk memisahkan serum. Sampel darah
kemudian dibandingkan dengan serum kontrol yang mempunyai ukuran 620 nm,
dengan mempergunakan spektofotometer Beckman Acta C III. Hasil yang didapat
dimasukkan ke dalam rumus:

Dye injected (ug)

Volume Plasma ( ml) = --------------------------------

Konsentrasi dye ( ug/ml )


12

2. Kadar hemoglobin dan hematokrit

Pengurangan volume plasma pada preeklampsia dan hipertensi gestasional


tampak pada kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit. Murphy dkk
menunjukkan bahwa pada wanita hamil terdapat korelasi yang tinggi antara
terjadinya preeklampsia dan kadar Hb. Mereka mendapatkan pada primigravida
frekuensi terjadinya hipertensi dalam kehamilan 7% bila kadar Hb < 10.5 gr%
sampai 42% bila kadar Hb > 14.5% gr%. Gerstner menyatakan adanya hubungan
langsung antara nilai Ht dengan indeks gestosis. Indeks gestosis > 7 selalu disertai
Ht > 37%, dan dikatakan ada korelasi antara hematokrit dan progesivitas
penyakit.20

3. Kadar trombosit dan fibronectin

Redman menyatakan bahwa hipertensi dalam kehamilan didahului oleh


menurunnya trombosit sebelum tekanan darah meningkat, dan trombositopeni
merupakan tanda awal hipertensi dalam kehamilan. Dikatakan trombositopenia
bila kadar trombosit < 150.000/mm3. Bukti adanya kelainan proses koagulasi dan
aktivasi platelet pertama kali didapatkan pada tahun 1893 dengan ditemukannya
deposit fibrin dan trombosit pada pembuluh darah berbagai organ tubuh wanita
yang meninggal karena eklampsia.20

Kelainan hemostatik yang paling sering ditemukan pada penderita


preeklampsia adalah kenaikan kadar faktor VIII dan penurunan kadar anti trombin
III. Pada penderita hipertensi dalam kehamilan didapatkan peningkatan kadar
fibronectin. Fibronectin merupakan glikoprotein pada permukaan sel dengan berat
molekul 450.000, disintesis oleh endotel dan histiosit. Kadar normalnya dalam
darah 250-420 ug/ml, biasanya berkonsentrasi pada permukaan pembuluh darah.
Fibronectin akan dilepaskan ke dalam sirkulasi bila terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah. Keadaan ini memperkuat hipotesis bahwa kerusakan pembuluh
darah merupakan dasar patogenesis terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Bellenger melaporkan peningkatan kadar fibronectin sebagai tanda awal
preeklampsia pada 31 dari 32 wanita dengan usia kehamilan antara 25-36 minggu.
Kadar fibronectin meningkat antara 3,6 – 1,9 minggu lebih awal dari kenaikan
tekanan darah atau proteinuria.20
13

Ultrasonografi

Dalam 2 dekade terakhir ultrasonografi semakin banyak dipakai alat


penunjang diagnostik dalam bidang obstetri. Bahkan dengan perkembangan teknik
Doppler dapat dilakukan pengukuran gelombang kecepatan aliran darah dan
volume aliran darah pada pembuluh darah besar seperti arteri uterina dan arteri
umbilikalis. Pada wanita penderita hipertensi dalam kehamilan sering ditemukan
kelainan gelombang arteri umbilikalis, dimana dapat terlihat gelombang diastolik
yang rendah, hilang atau terbalik.20

Penentuan letak plasenta ini dilakukan dengan pemeriksaan USG real time.
Dikatakan bahwa bila plasenta terletak unilateral maka arteri uterina yang terdekat
dengan plasenta mempunyai tahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan
yang lainnya, sedang pada plasenta letak sentral tahanan kedua arteri tersebut
sama besarnya. Pada tahanan yang lebih besar tersebut dapat menurunkan aliran
darah uteroplasenter yang merupakan salah satu kelainan dasar pada
preeklampsia. Terjadinya hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu
mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah uterus yang disebabkan
oleh iskemia.20

Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk pemeriksaan wanita hamil


dengan risiko tinggi sebab cara ini aman, mudah dilakukan, tidak invasif dan
dapat dilakukan pada kehamilan muda.20

2.8 Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan

1. Farmakologi
Kehamilan yang disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi sesuai
dengan tingkat keparahan, usia gestasi, dan ada atau tidaknya proteinuria.21
Pengobatan hipertensi gestasional dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu hipertensi ringan,
hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Tatalaksana hipertensi gestasional dimulai
saat antenatal care, intrapartum care, maupun postpartum care. Penurunan
hipertensi pada kehamilan tidak boleh lebih dari 15-25% karena akan membahayakan
perfusi dan oksigenasi pada janin. Target penurunan tekanan darah pada ibu hamil
yaitu sistolik 120-160 mmHg dan diastolik 80-105 mmHg.
14
15
16

Gambar 1. Algoritma penanganan pada hipertensi gestasional berdasarkan NICE.24


17

a. Hipertensi mild- moderate


Penegakkan diagnosis pada hipertensi mild-moderate jika tekanan sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 100 mmHg. Pada hipertesni ini memiliki target penurunan
tekanan sistolik < 140 mmHg dan diastolik <90 mmHg.22
1. Agen lini pertama
a) Metildopa
Metildopa merupakan lini pertama dalam mengobat hipertensi pada kehamilan.
Metildopa merupakan obat hipertensi yang memiliki tingkat keamanan pada ibu
hamil yang tinggi. Metildopa memiliki efek samping sedatif dan meningkatkan
enzim transaminase pada hepar (sebanyak 5%). Kontraindikasi metildopa yaitu
pada ibu hamil yang memiliki riwayat depresi karena dapat meningkatan resiko
depresi postnatal.23
2. Agen lini kedua
Penggunaan obat ini dapat dilakukan secara monoterapi dengan metildopa yang
tidak efektif atau ketika ibu hamil tidak dapat mentoleransi metildopa.23
a) Nifedipine
Nifedipin obat anti hipertensi yang aman digunakan pada seluruh usia
kehamilan. Penggunaan melalui sublingual dapat menyebabkan hipotensi yang
mendadak dan fetal distres akibat dari hipoperfusi plasenta.23Dosis nifedipin
yaitu 10 mg per oral dan dapat diulang dalam 30 menit jika dibutuhkan.21
b) Oral hydralazyn
Hidralazyn cukup aman digunakan pada khamilan. Hydralazyn merupakan
obat antihipertensi yang banyak digunakan di Amerika untuk mengobati
hipertensi gestasional berat. Targaet penurunan tekanan darah menggunakan
hidralazyn sebesar 90-100 mmHg dan tidak boleh melebihi batas tersebut
karena akan memperburuk perfusi darah plasenta. Hydralazyn terbukti sangat
efektif mencegah perdarahan pada otak. Onset kerja dari hydralazin adalah 10
menit.21 Efek samping dari hydralazyn yaitu maternal dan neonatal lupus-like
syndrome. Hydralazyn biasa digunakan untuk terapi hipertensi berat.23
3. Agen lini ketiga
a) α dan β andrenegik bloker
Penelitian terdahulu menemukan bahwa penggunaan β bloker pada kehamilan
dapat menyebabkan IUGR. Penggunaan β bloker masih tidak diperbolehkan
18

pada kehamilan trimester 1 dan trimester 2. Saat ini penggunaan β bloker


yang cukup aman jika digunakan dalam kehamilan yaitu labetalol dan
oxprenolol.23 Penggunaan labetolol kontraindikasi pada ibu hamil dengan
riwayat asma dan CHF (Chronic Heart Failure). Penggunaan labetolol untuk
saat ini masih cukup aman dengan memberikan efek samping yang minimal.22
b) Diuretil Thiazid
Thiazid merupakan obat yang jarang digunakan pada kehamilan. Penggunaan
obat ini tidak menimbulkan adanya efek teratogenik. Ibu hamil yang
mengalami hipertensi kronik dan pada masa sebelum kehamilannya merespon
baik terhadap penggunaan thiazid bisa menggunakan thiazid sebagi obat anti
hipertensi, hal ini terdapat pengecualian terhadap pasien dengan
preeklampsi.23 Thiazid dapat menimbulkan efek samping seperti takikardi dan
palpitasi pada ibu hamil serta menimbulkan bradikadi minimal pada
neonatus.22
Tabel 1 Daftar obat hipertensi pada ibu hamil.22

b. Hipertensi berat
Wanita dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 110 mmHg
dikategorikan sebagai hipertensi berat. Tekanan darah sistolik > 170 mmHg dengan
atau tanpa diastolik > 110 mmHg dianggap sebagai hipertensi dengan
kegawatdaruratan. Target penurunan tekanan darah pada hipertensi berat yaitu sistolik
130-150 mmHg dan diastolik 80-90 mmHg, penurunan ini harus dilakukan secara
bertahap .22 Akibat dari kontraksi pada sirkulasi plasma, ibu hamil akan sangat sensitif
19

terhadap obat obat hipertensi maupun diuretik dengan dosis kecil. Tindakan untuk
menghentikan tekanan darah yang tinggi pada ibu hamil dan menurunkan resiko
terjadinya komplikasi perdarahan serebral pada ibu hamil hanya bisa dilakukan
dengan terminasi kehamilan. Hydralazin, labetolol atau nifedipin dapat diberikan pada
ibu hamil dengan tekanan darah tinggi untuk memanajemen tekanan darahnya.23

Tabel 2. daftar obat yang dapat digunakan pada hipertensi berat.22

Tabel 3 daftar terapi hipertensi berat pada ibu hamil.24


20

c. Obat hipertensi yang dihindari pada kehamilan


Obat hipertensi ACE inhibitor dan ARB memiliki efek fetotoksik dan memiliki efek
teratogenik. Golongan ini harus dihindari pada kehamilan trimester pertama maupun
trimester ketiga.23 Efek yang ditimbulkan pada kedua golongan tersebut yaitu23. :
1. Oligohidramnion
2. IUGR (Intra uterine Growth Restriction)
3. Hipoplasia pulmohi
4. pocalvaria ( osifikasi tidak sempurna pada tempurung kepala fetal)
5. Displasia tubulus renal dan gagal ginjal pada neonatal.

2.9 Komplikasi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama dari mortalitas dan
morbiditas maternal maupun fetal. Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab paling
sering terjadinya kematian di India, China, Amerika maupun Eropa.25 Peluang terjadinya
komplikasi pada hipertensi kehamilan lebih besar jika onset pada awal kehamilan (kehamilan
< 32 minggu) dibandingkan dengan onset pada akhir kehamilan. Komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu dengan hipertensi gestasional yaitu terjadinya sindrom HELLP (Haemolysisi
Elevated Liver Enzym Low Platelete Count), struk hemoragik, eklampsia, enselofati hiertensi,
perdarahan cerebrovaskular, gagal jantung kongestif, edema pulmo, disfungsi sistem saraf
pusat , hepatocellular injury, trombositopenia, dan DIC (Acute Disseminated Intravascular
Coagulation). Komplikasi yang mungkin terjadi pada fetal dengan ibu hipertensi gestasional
yaitu IUGR (Intra Uterine Growth Restriction), Small of gestasional age (SGA), berat badan
bayi lahir rendah, dan kematian perinatal.26
BABIII

KESIMPULAN

Hipertensi gestasional adalah tekanan darah sistol minimal 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastol paling rendah 90 mmHg paling tidak pada dua kali pengukuran dengan
rentang waktu 4-6jam seteah usia kehamilan 20 minggu pada wanita dengan tekanan darah
yang normal sebelum kehamilan dan sebelum usia kehamilan 20 minggu.2

Studi epidemiogi di Amerika Serikat pada tahun 1995-2004 menunjukkan bahwa


hipertensi gestasional dan preeklamsia merupakan kondisi hipertensi yang paling sering
terdiagnosa.14Sebuah penelitian yang dilakukan di India terhadap 1330 wanita hamil yang
mengunjungi departemen obstetri menunjukkan bahwa prevalensi gangguan hipertensi
adalah sebanyak 7.8% dengan prevalensi hipertensi gestasional adalah sebesar 1.5% dan
prevalensi preeklamsi adalah 5.6%.15Pada tahun 2001, menurut National Center for Health
Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7%
kehamilan.1

Selain itu, meskipun merokok selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai hal
yang merugikan, ironisnya merokok telah dihubungkan secara konsisten dengan risiko
hipertensi yang menurun selama kehamilan.1 Wanita yang merokok sebelum kehamilan dan
ketiga trimester memiliki risiko GH yang berkurang dibandingkan dengan yang bukan
perokok, sementara perokok yang melaporkan berhenti sebelum kehamilan mengalami
peningkatan risiko hipertensi gestasional.16

Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the NHBPEdibagi


menjadi 5 tipe, yaitu hipertensi gestasional, preeklamsi, eklamsi, preeklamsi superimposed
pada hipertensi kronis, dan hipertensi kronis.

Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu TD 140/90 mmHg yang


timbul pertama kali selama kehamila, tidak ada proteinuria, TD kembali normal < 12 minggu
postpartum, diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum dan mungkin ada gejala
preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri epigastrium atau trombositopenia.1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hematologi dan USG.

19
Kehamilan yang disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi sesuai dengan
tingkat keparahan, usia gestasi, dan ada atau tidaknya proteinuria.21 Pengobatan hipertensi
gestasional dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat. Tatalaksana hipertensi gestasional dimulai saat antenatal care, intrapartum
care, maupun postpartum care. Penurunan hipertensi pada kehamilan tidak boleh lebih dari
15-25% karena akan membahayakan perfusi dan oksigenasi pada janin. Target penurunan
tekanan darah pada ibu hamil yaitu sistolik 120-160 mmHg dan diastolik 80-105 mmHg.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive


Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-
Hill, 2005 : 761-808
2. Sibai B. Diagnosis and Management of Gestational Hypertension and Preeclampsia.
Obstetrics & Gynecology. 2003;102(1):181-192.
3. Brooks M, Pregnancy&Preeclampsia, 5 Januari 2005, diakses tanggal 24 Oktober
2009, dari http : //www.emedicine.com
4. Gibson P, Carson M, Hypertension and Pregnancy, 30 Juli 2009, diakses tanggal 24
Oktober 2009, dari http : //emedicine.medscape.com/article/261435
5. Seely E, Maxwell C, Chronic Hypertension in Pregnancy. 2007, diakses tanggal 24
Oktober 2009, dari http : //circ.ahajournals.org/cgi/content/full/115
6. Krisnadi S, Mose J, Effendi J, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Pedoman
Diagnosis dan terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr.Hasan Sadikin, bagian pertama,
edisi ke-2, Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran RS dr.Hasan Sadikin, 2005 : 60-70
7. Shennan A, Hypertensive disorders, dalam Dewhurst’s textbook of Obstetrics &
Gynaecology, edisi ke-7, USA : Blackwell Publishing, 2007 : 227-234
8. August P, Management of Hypertension in Pregnancy, 2009, diakses tanggal 24
Oktober 2009, dari http : //www.uptodate.com/patients/content/topic
9. Gibson P, Carson M, Hypertension and Pregnancy, 30 Juli 2009, diakses tanggal 24
Oktober 2009, dari http : //emedicine.medscape.com/article/261435
10. Kelompok Kerja Penyusunan Hipertensi dalam Kehamilan-Himpunan Kedokteran
Fetomaternal POGI, Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia,
edisi ke-2, Angsar M, penyunting, 2005: 1-27
11. Scott J, Disaia P, Hammond C, Spellacy W, Gordon J, Danforth Buku Saku
Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan, dalam Obstetri dan Ginekologi, edisi ke-1,
Koesoema H, penyunting, Jakarta : Widya Medika, 2002: 202-213
12. Chesley LC. Hypertensive Disorders In Pregnancy. 1985: 30(2). Available at :
https://doi.org/10.1016/0091-2182(85)90116-8

21
13. August P, Management of Hypertension in Pregnancy, 2009, diakses tanggal 24
Oktober 2009, dari http : //www.uptodate.com/patients/content/topic
14. Kintiraki E, Papakatsika S, Kotronis G, Goulis D, Kotsis V. Pregnancy-Induced
hypertension. HORMONES. 2015;14(2):211-223.
15. Sajith M et al. Incidence of Pregnancy Induced Hypertension and Prescription Pattern
of Antihypertensive Drugs In Pregnancy. 2014: 5(4)
16. Wang X, Lee N, Burstyn I. Maternal smoking and gestational hypertension:
Heterogeneous effect by timing of the exposure. Pregnancy Hypertension.
2019;15:123-129.
17. Sultana N. Pregnancy Induced Hypertension and Associated Factors among Pregnant
Women. Journal of Gynecology and Womens Health. 2017;3(5).
18. Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam
kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu (Sujiyatini,
2009)
19. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.
20. Sibai B, Diagnosis, Prevention, and Management of Eclampsia, 18 November 2004,
diakses tanggal 24 Oktober 2009, dari http : //www.greenjournal.org
21. Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The McGrawHill
Companies, Inc.
22. Stoelting, R.K. dan Hillier, S.C., 2006. Nonbarbiturate intravenous anesthetic drugs.
In B. Brown & F. Murphy, (eds). Pharmacology and pfysiology in anesthetic practice.
4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Ch. 1. p. 276-88.
23. Piercy, N., dan James, P. 2014. Hypertension : Management of Hypertension before,
during and after pregnancy. Heart. 90:1499-1504.
24. National Collaborating centre for Women’s and Children Health.2011.NICE Clinical
Guide : Hypertension in Pregnancy the management of hypertensive disorder during
pregnancy.
25. World Health Organization, 2011 WHO Recommendations for prevention and
treatment of pre-eclampsia and eclampsia
26. Kintiraki, E., Papakatsika, S., Kotronis, G., Goulis, D., dan Kotsis. 2015. Unit of
reproductive endocrinology and human reproduction: Pregnancy Induced
Hypertension. HORMONES 14(2) : 211-223NI

22

Anda mungkin juga menyukai