MODUL -5
TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL
Kode : IKK.365
Materi Belajar 7, dan 8
Pendidikan S1
Pemintan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri
Program Studi Imu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
Disusun oleh,
Ir . LATAR MUHAMMAD ARIF, MSc
Halaman 5-1
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
I. PENDAHULUAN
1. Pengantar
Dalam study ini mahasiswa akan diberikan pengetahuan mengenai , Pemilihan Perancangan
Sistem Ventilasi industri Khususnya Sistim Ventilasi Lokal disertai dengan pertimbangan
Desain, Persyaratan Pemilihan dan Prosedur Perancangan, pada setiap komponen Sistim
Ventilasi Lokal
5.1. PENGENALN
Halaman 5-2
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Diharapan mahasiswa dapat memahami prinsip perancangan sistim ventilasi industri adalah
menggunakan metode desain perhitungan kecepatan tekanan atau Velocity Pressure Method
Calculation Shee, dan dari hasil perhitungan untuk mengetahui distribusi debit aliran udara atau
volume flow rate, kecepatan aliran dalam duct, kecepatan aliran dalam slot, tekanan ststis solt SPs,
tekanan statis hood SPh, tekanan statis duct SPd, dan qumulatif tekanan ststis
Halaman 5-3
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Halaman
5.1. PENGENALN .......................................5-5
.......................................5-5
5.2. PEMELIHAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI
INDUSTRI
5.2.1. Pertimbangan Desain .......................................5-5
.......................................5-6
5.2.2. Persyaratan Pemelihan
.......................................5-6
5.2.3 Prosedur Perancangan
5.4. KOMPONEN SISTIM VENTILASI LOKAL .......................................5-10
5.4. HOOD .......................................5-10
.......................................5-11
5.4.1. Perancangan `Hood
.......................................5-12
5.4.2. Perancangan `Slot
5.5. DUCT SISTEM .......................................5-15
5.5.1. Prinsip Umum .......................................5-15
5.5.2. Perencanaan Jaringan Duct .......................................5-16
5.5.3. Dimensi Duct .......................................5-16
5.5.4. Kehilangan Tekanan pada Duct .......................................5-17
5.5.4.1. Faktor Friksi (gesekan) .......................................5-17
5.5.4.2. Kecepatan Aliran Udara .......................................5-17
5.5.4.3. Turbulensi Aliran .......................................5-18
5.5.4.4. Kehilangan tekan akibat orifice .......................................5-18
5.5.4.5. Titik Percabangan Duct .......................................5-18
5.5.4.6. Kehilangan tekan pada pipa lurus1 .......................................5-19
5.5.4.7. Pembesaran dan penyempitan duct .......................................5-20
5.5.4.8. Belokan Duct .......................................5-21
5.5.5. Saluran Pipa/Duct .......................................5-24
5.7. FAN DAN BLOWER .......................................5-25
5.7.1. Jenis- Jenis Fan .......................................5-26
5.7.1.1. Fan aksial .......................................5-26
5.7.1.2. Fans Sentrifugal .......................................5-27
5.7.2. Jenis- Jenis Blower .......................................5-30
5.7.3. Mengevaluasi Kinerja Fan dan Blower .......................................5-31
.......................................5-31
5.7.4. Pemelihan Fan
Halaman 5-4
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Modul 5
TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL
5.1. PENGENALAN
Pemilihan sistem ventilasi industri khususnya sistim ventlasi loakal dan proses perancangan terdiri dari
tiga tahap, yaitu pemilihan (seleksi), perancangan sistim, dan perancangan proses.
Metode yang sering digunakan dalam perancangan sistim ventilasi industri, yaitu :
Langkah pendahuluan ; Melakukan pengamatan langsung pada ruang kerja dan lingkungan pabrik, dan
juga melakukan pemetaan pabrik dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Data yang
diambil adalah penentuan posisi 2D, yaitu pengambilan koordinat X dan Y pada titik yang telah ditentukan
sebelumnya, koordinat tersebut di plot menjadi sebuah peta garis yang mengambarkan area pabrik.
Langkah kedua, yaitu data tentang kosentrasi, partikulat, gas, asap, atau uap untuk melihat batas
pemaparan. Untuk perlu diadakan usaha- usaha mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi faktor-
faktor lingkungan yang timbul di/dari tempat kerja. Di Indonesia perihal batas pemaparan dituangkan
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai
Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Istilah nilai ambang batas sama dengan
Threshold Limit Values (TLV)
Langkah ketiga, Perancangan, hood, duct, air cleaning devis, dan fan. Sebelum merancang perlu
diketahui informasi mengenai karakteristik partikulat, gas, asap, atau uap, posisi ergonomi pekerja dan
leteratur yang mendukung untuk mendesian lokal exhaust ventilasi, sehingga mereka bekerja secara
sistimatik untuk mengisap kontaminan dari sumbernya.
Halaman 5-5
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Langkah keempat, adalah pemilihan sistim distribusi kecepatan pada setiap hood, dan mempertahankan
kecepatan yang diinginkan di setiap cabang, sambungan dan jalur utama menggunukan sistim
keseimbangan tekanan statis (SP).
Untuk mempertimbangkan apakah suatu tipe sistim ventilasi lokal akan diproduksi maka ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan, yaitu :
Apakah perancangan sistim ventilasi industri tersebut diperlukan, untuk memenimalkan
kontaminan di lingkungan tempat kerja
Dapatkah perancangan sistim ventilasi industri tersebut menguntungkan secara ekonomis,
diperusahaan
Efek yang akan ditimbulkan oleh fasilitas pada fasilitas lain
Apakah perancangan sistim ventilasi industri tersebut akan mampu meningkatkan image
perusahaan dalam melaksanan program-program keselamatan dan kesehatan kerja
Faktor yang berperan dalam perancangan sistim ventilasi industri, yang komponennya terdiri dari ;
hood, duct, air cleaning devis, fan, dan stack dengan mempertimbangan seberapa besar debet aliran
udara yang diperlukan untuk menangkap kontaminan dari sumbernya sehingga dapat menentukan hasil
perancangan sistim ventilasi industri.
Acuan
Halaman 5-6
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Ada dua pedoman dalam mengatur persyaratan perancangan sistim ventilasi industri, yaitu :
(2) American Society of Heating, Refrigerating, dan Air Conditioning Engineers (ASHRAE), memiliki
lebih dari 175 standar .
Dalam perancangan sistim ventilasi industri adalah menggunakan metode desain perhitungan
kecepatan tekanan atau Velocity Pressure Method Calculation Shee, dan dari hasil perhitungan untuk
mengetahui distribusi debit aliran uadara atau volume flow rate, kecepatan aliran dalam duct, kecepatan
aliran dalam slot, tekanan ststis solt SPs, tekanan statis hood SPh, tekanan statis duct SPd, dan qumulatif
tekanan ststis, Fan SP dan Fan TP. Untuk mendapatkan data rancangan dilakukan pengamatan langsung
pada ruang kerja dan lingkungan pabrik, atau contoh data-data yang tersedia ;
Langkah pertama ; Aliran udara/ Volumetric Flowrate ;Pada persamaan (3.3), dalam cfm (kaki kubik per
menit),
Q = V*A
Dari data diatas untuk menghitung besarnya aliran udara/flow rate di gunakan rumus :
Halaman 5-7
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Faktor K = 2
Maka, Volumetric flow rate, ------ Q = 19.600 cfm
Langkah ketiga ; adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain= A , ft2
A = 1/4 (dc/12)2
= 3,14/4 (26/12)2
= 3,6870 sq.ft
Dimana,
dc = 26 in dikonversikan ke feet----dc =26/12 ft
Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 3,6870 ft2 .
2
V
VPd = ( 4005 ) = 1,7618 in WG
Dimana,
V = 5.316 fpm
Maka, Kecepatan tekanan ductVPd = 1.7618 in WG (dihitung)
Langkah keenam; adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity Vs
kecepatan Slot----- misalnya diketahui Vs = 400 fpm
Langkah ketujuh; Mengitung Tekanan kecepatan Slot VP s ,dalam inWG, dengan menggunkan rumus
persamaan (3.5)
VPs = (Vs/4005)2
Halaman 5-8
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
VPs = (400/4005)2
= 0,0100 in WG
Dimana Vs = 400 fpm
Maka tekanan kecepatan -------- VPs = 0,0100 in WG
Langkah kesembilan; adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot
loss per VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam
perancangan sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1
Slot loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus ,
Langkah kesepuluh ; Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SP s dalam in WG,
digunakan rumus sebagai berikut :
Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor
Langkah ketiga belas; adalah menghitung kehilangan di duct atau Duct Entry Loss,
Duct Entry Loss, dihitung dengan menggunakan rumus
Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP
Halaman 5-9
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Langkah keempat belas; adalah menghitung tekan statis hood atau Hood Static Pressure, SP h
Maka untuk menghitung tekanan statis hood (SP h) adalah diambil dari
persamaan (6.12)
Langkah ke limah belas; Menentukan panjang lurus duct atau Straight Duct Length, dalam ft
Diketahui panjang lurus duct = 7 ft
V 0.533
Hf = 0,0307 0.612
Q
Hf =0,0307{(5.3160,533/19.6000,612)
=0,0070
Dimana,
kecepatan duct actual,---- V= 5.316 fpm
Aliran udara -------------------Q=19.600 cfm
Langkah ke delapan belas; Menghitung Elbow Loss per VP, dengan rumus
Elbow Loss per VP = No.of 900 Elbow * loss Factor
= 1* 0,24
= 0,2400
Halaman 5-10
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Sistim ventilasi lokal/Lokal exhaust ventilasi/ventilasi pengeluaran setempat, berfungsi untuk menangkap
semua kontaminan pada sumber termasuk debu , gas ,uap dan asap logam
Halaman 5-11
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
5.4. HOOD
Hood merupakan komponen paling penting, karena efesiensi penangkapan merupakan kunci utama yang
menentukan kinerja dari sistim ventilasi lokal.
Komponen kedua adalah fan yang merupakan alat penggerak udara yang menyediakan energi untuk
menarik udara dari kontaminan kedalam sistim exhaust dengan mendistribusikan tekanan negative atau
hisapan didalam saluran menuju hood.
Hood memiliki tiga jenis yaitu ; enclosure, canopy hoods, dan capturing hoods, penjelasan
tentang ketiga jenis hood pada bagian 6.
Perancangan hood yang baik dapat melindungi zona pernafasan pekerja, sehingga pajanan yang
diterima ketika mereka sedang bekerja berada dibawah standar yang dijinkan (Nilai Ambang batas).
Sebelum merancang hood hal yang perlu diketahui tetang informasi mengenai sifat dan karakteristik
partikulat, posisi ergonomic pekerja dan leteratur yang mendukung desain hood. Dalam penentuan
demensi hood perlu diperhatukan bahwa besarnya hood harus lebih besar 12 ft dari ukuran sumber,
fungsinya agar hood dapat menjangkau seluruh kontaminan yang dihasikan sumber.
Kecepatan aliran udara bergerak pada jarak X dari mulut hood adalah berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dari luas bukaan hood. Debit atau aliran udara yang dibutuhkan pada hood tergantung dari
luas permukaan dan jarak antar sumbuh tengah sumber dengan mulut hood, dengan rumus persamaan
adalah sebagai berikut:
Halaman 5-12
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Dimana :
X = jarak axis (ft),---Catatan : persamaan hanya dapat digunakan untuk jarak X yang terbatas,
yaitu dengan jarak X max = 1,5 D
(a) (b)
Keterangan gambar ;
Pada gambar 5.2.a, bentuk kanopi hood yang direkomendasikan, dan untuk gambar 5.2.b bentuk kanopi
hood yang tidak direkomendasikan.
Untuk gambar.5.2.a
Tinggi, D = 1.20 m (4 ft) (jarak dari sumber ke konopi)
Sisi, x = 0,4 D
Kecepatan tangkap, v1 - = 0.15 - 0.20 m/s atau (30 - 40 ft/min)
Aliran udara, Q = 1,4 PDV (P= lingkaran tanki)
Untuk mengitung kecepatan tangkap (jarak X dari mulut hood) pada permukaan mulut hood, dan
besarnya debit hisapan pada mulut hood digunakan rumus, seperti dijelaskan pada tabel. 5.1, berikut ini.
Tabel 5.1
Halaman 5-13
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Pada baris 1, kolom 1, peletakan hood secara bebas sehingga sumber kontaminan tersuspensi dan
ditangkap ke mulut hood,
Pada baris 2 kolom 1, hood dengan flance yang luas (luas falance A ),
Pada baris 3, kolom 1, hood di letakan diatas bangku atau lantai
Tipe hood
Q = debit hisapan hood (cfm)
Q = V(10X2 + Af)
Q = V(5X2 + Af)
Sumber : American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) 1988, Figure 3-9
Flow Capture/Velocity Industrial Ventilation : A Manual of Recommended Practice, 23rd Edition.
Copyright 1988
Slot dalah bagian dari komponen hood, seperti terlihat dalam gambar 5.3
Halaman 5-14
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Untuk menghitung kecepatan tangkap (V) dan besarnya debit hisap (Q) berdasarkan jenis dan tipe hood,
tabel. 5.2.
<0,2 Q = 2,8 L V X
Halaman 5-15
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
5. Buka Booth
Sebagaimana Q = V Af = V L W
disyaratkan
6. Canopy Hood
Sebagaimana Q = 1,4 P D V
disyaratkan
Dimana : W = lebar dari slot, L = panjang dari slot , X = jarak axis, P = perimeter tank,
D = jarak kanopi di atas pekerjaan.
Halaman 5-16
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Duct merupakan salah satu instrumen yang penting dalam proses pengendalian pencemaran udara. Duct
berfungsi untuk mengalirkan udara yang telah terkontaminasi dari hood menuju alat pengendali, dan
kemudian udara tersebut akan dialirkan dari alat kontrol menuju fan.
Ada empat tipe dasar duct yaitu duct yang didinginkan oleh air, duct yang dibiaskan, duct stainless-steel,
dan duct carbon steel. Duct yang didinginkan oleh air dan duct yang dibiaskan biasanya dimanfaatkan
untuk membawa gas yang memiliki temperatur 1500 0F, duct stainless steel cukup ekonomis untuk gas
yang memiliki temperatur antara 1150 1500 0F , dan duct yang terbuat dari karbon steel baik untuk
digunakan pada gas yang bersifat non-korosif dengan suhu dibawah 1150F . Apabila gas yang dialirkan
bersifat korosif, stainless steel cocok untuk diaplikasikan dalam sistem tersebut dengan pertimbangan
gas yang dialirkan memiliki temperatur yang rendah. Apabila pipa digunakan untuk membawa gas yang
memiliki aliran, ducting dapat berperan sebagai penukar panas untuk mendinginkan gas yang panas.
Pada saat fluida mengalir melalui saluran tertutup, timbul gesekan antara fluida dan dinding saluran yang
menyebabkan terjadinya kehilangan tekan. Untuk udara perbedaan ketinggian tidak diperhitungkan.
Sehingga, persamaan Bernoulli, kesetimbangan energi mekanik untuk aliran yang inkompresibel (yang
diterapkan pada udara yang memiliki kehilangan tekan yang rendah) dapat dituliskan sebagai berikut;
Halaman 5-17
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Dimana
P = tekanan statis ,lbf/ft2
= densitas fluida,lbm/ft3
v = rerata kecepatan linear fluida, ft/sec
gc = konstanta gravitasi 32.2lbm-ft/lbf sec2
= efisiensi fan
w = fan power, ft-lbf/lbm
hf = kehilangan tekan akibat gesekan, ft-lbf/lbm
Pada penggunaan kecepatan tekanan terkadang dibutuhkan konversi dari kecepatan tekanan menjadi
kecepatan potensial. Untuk udara dalam keadaan standar (dalam pembuatan ventilasi, udara standar
ditentukan pada suhu 70 0F, tekanan 1 atm, dan kelembaban 50%, dengan densitas 0.075lb m/ft), berikut
rumus perubahan kecepatan tekanan menjadi kecepatan potensial
Perencanaan duct dilakukan berdasarkan pertimbangan kecepatan minimum transpor partikulat untuk
aliran udara kecepatan udara pada duct harus cukup tinggi hal ini berdasarkan pertimbangan agar dalam
membawa kontaminan tidak jatuh dalam ruang duct. Pemilihan kecepatan yang lebih tinggi daripada
kecepatan minimum transpor dapat menyebabkan kehilangan tekanan yang tinggi sehingga pengaruh
abrasi terhadap duct akan meningkat dan hal ini mengakibatkan kapasitas fan juga harus ditingkatkan
sehingga biaya pemeliharaan dan investasi akan menjadi lebih tinggi persamaan 5.5.
dc = 4Q
Va -------------------- (5.5)
Dimana:
dc = diameter duct (ft)
Q = debit udara (ft3/menit)
Va = kecepatan transpor (ft/menit)
Halaman 5-18
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas perencanaan dan kecepatan minimum
transpor. Besar kecepatan transpor untuk berbagai industri dapat dilihat di Tabel 5.3
Dalam perancangan duct, duct sirkular lebih sering digunakan daripada duct rektangular, untuk itu perlu
diketahui diameter duct yang tersedia di pasaran agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap diameter
yang diperlukan.
Apabila dipergunakan duct rektangular, perlu dilakukan konversi menjadi duct sirkular terlebih dahulu
untuk kemudahan dalam perancangan karena data-data yang tersedia sebagian besar dibuat
berdasarkan diameter duct. Untuk melakukan konversi, dapat dilakukan menggunakan, Gambar.5.4
Gambar.5.4 Grafik Ekivalensi aliran udara pada duct sirkular dan rektangular
Kehilangan tekanan pada duct dapat terjadi akibat beberapa faktor sebagai berikut:
Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan kehilangan tekan adalah dengan menggunakan rumus
dibawah ini.
Halaman 5-19
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Vb
.Hf = a Qc --------------- (5.6)
Dimana
Hf = Kehilangan tekanan akibat gesekan (in WG)
V = Kecepatan aliran dalam duct (fpm)
Q = debit udara (cfm)
a,b,c = konstanta
Tabel 5.4 Nilai Koefisien a,b dan c untuk berbagai material duct
Material duct a b c
Galvanized 0,0307 0,533 0,612
Black iron,Alumunium, PVC, stainless steel 0,0425 0,465 0,602
(Sumber : Cooper,Alley 1992)
Kecepatan aliran udara pada duct seperti telah dibahas sebelumnya merupakan penyebab kehilangan
tekan terbesar. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus ini:
vg 2
VP= ---------------------- (5.7)
4005
Dimana:
VP = Tekanan kecepatan (in WG)
vg = Kecepatan gas (fpm)
Turbulensi aliran udara dalam pipa disebabkan oleh asesoris duct seperti pada belokan duct, titik cabang
duct, pembesaran, dan penyempitan pada duct. Kehilangan tekanan yang terjadi merupakan perkalian
dari harga fraksi k dengan VP sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:
2
vg
H f =kVP=k ---------------------- (5.8)
4005
dimana :
Hf = kehilangan tekanan (in WG)
VP = velocity pressure (in WG)
K = fraksi VP
vg = Kecepatan gas (fpm)
4005 = konstanta konversi kehilangan tekan menjadi kecepatan udara (ft/min)/(in.H2O)0.5
Nilai fraksi setiap asesoris duct memiliki nilai yang berbeda-beda yang disesuaikan pada beberapa hal,
seperti sudut belokan duct, ataupun bentuk dari duct itu sendiri. Nilai fraksi kehilangan tekan pada
asesoris duct dapat dilihat pada tabel.5.5, berikut ini.
Tabel.5.5 Faktor kehilangan tekan pada asesoris duct dan Equivalen duct lengt
Halaman 5-20
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Kehilangan tekan pada bukaan hood atau duct beragam dan bergatung pada ukuran dari bukaan
tersebut. Penyebab utama kehilangan tekan adalah adanya vena contracta pada hood. Biasanya hal ini
dinyatakan sebagai bagian dari tekanan kecepatan yang berhubungan dengan kecepatan yang terdapat
pada bukaan di hood.
Faktor kehilangan tekanan percabangan sangat tergantung dari sudut yang terbentuk antara cabang duct
dengan duct.. Benuk dari percabangan duct dapat dilihat pada Gambar 5.5
Gambar.5.5 Bentuk percabangan pada duct sumber, ACGIH fig.5.17 date 1-88
Beberapa grafik telah dikembangkan untuk mendapatkan nilai kehilangan tekan pada duct yang lurus.
Kebanyakan grafik ini berdasarkan penggunaan duct yang baru dan bersih. Kehilangan tekan pada duct
lurus dapat dinyatakan berdasarkan Gambar Grafik 5.6
Halaman 5-21
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Pada pembesaran dan penyempitan duct akan terjadi perubahan kecepatan yang mengakibatkan
kehilangan tekanan udara dalam duct, karena besarnya kehilangan tekanan sangat bergantung pada
kecepatan dalam duct. Maka faktor kehilangan tekanan pada penyempitan atau pembesaran duct yang
bergantung pada perbandingan diameter inlet dan outlet.
Halaman 5-22
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Tekanan ststis pembesaran duct SPd (expansions), dan kehilangan gesekan kecepatan tekanan duct VP d,
perbandinagan diameter duct inlet dan outlet, lihat tabel.5.6
Loss factor pada elbow sangat bergantung pada bentuk struktur belokan apakah memiliki sudut 90, 30 -
60 Gambar.5.9, gambar 5.10, dan gambar 5.11 berikut ini.
Halaman 5-23
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Gambar.5. 10 Desain bentuk belokan duct yang dihindari diterimah dan direkomendasikan untuk proses
aliran udara
Perencanaan bentuk belokan duct dilakukan berdasarkan pertimbangan pada gambar 5.10, dimana
hindari bentuk belokan, gambar 5.10 a, gunakan gambar 5.10.b dan gambar 5.10.c
Pada table 5.7 digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan untuk melihat bentuk kontruksi belokan
duct yang direkomendasika oleh ACGIH, dalam mendesain sistim ventilasi lokal
Halaman 5-24
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Halaman 5-25
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Halaman 5-26
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Fan , blower dan kompresor dibedahkan oleh metode yang digunakan untuk menggerkan udara, dan oleh
tekanan sistim operasinya. ASME (The American Society of Mechanical Engineers) menggunkan rasio
spefik, yaitu tekanan pengeluaran terhadap tekanan hisap, untuk mendefenisikan fan, blower dan
kompresor (lihat tabel.5.9)
Halaman 5-27
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Terdapat dua jenis fans, yaitu ; (i) Fans aksial, menggerakkan aliran udara sepanjang sumbuh fans
(terpasang pada poros berputar) (ii) Fans sentrifugal, menggunakan impeler berputer untuk menggerakan
aliran udara,
Untuk melihat karakteristik kelebihan dan kelemahan fan aksil, diringkas pada table 5.10
1. Fan propeller Menghasilkan laju aliran udara yang tinggi Efisiensi energy
pada tekanan rendah relative rendah
Halaman 5-28
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
2. Fan pipa aksial, Tekanan lebih tinggi dan efisiensi Relatif mahal
prinsinya dimana fan operasinya lebih baik dari pada fan
propoler ditemapatkan propoler Tingkai kebisingan
dibagian dalam dan aliran udara
selinder. Cocok untuk tekanan menengah, sedang
penggunaan laju aliran udara yang tinggi
Efesiensi energy
Dapat dpercepat sampai sampai ke nilai relative lebih rendah
kecepatan tertentu(karena putaran (65 %)
massanya rendah) dan menghasikan
aliran pada arah berlawanan, yang
berguna dalam berbagai penggunaan
ventilasi
3. Fan dengan baling- Cocok untuk tekanan sedang sampai Relative mahal
baling dengan tekanan tinggi(sampai 500 mm dibandingkan fan
WC) pada buangan boiler-induced draft impeller
Halaman 5-29
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.6, berputar pada poros yang melewati rumah fans (housing). Gas
masuk dari sisi roda kipas, ternyata 90 derajat dan mempercepat saat melewati bilah kipas. Istilah,
sentrifugal, mengacu pada lintasan aliran gas saat lewat keluar dari rumah fans (housing)
Pada Fan centrifugal udara masuk pada mata rotor, berputar pada sudut tertentu, dan berakselarasi dan
ditekan oleh tekanan sentrifugal. Centrifugal fan terdiri atas lima klasifikasi umum yaitu:
Halaman 5-30
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Halaman 5-31
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Untuk melihat Karakteristik kelebihan dan kelemahan fan sentrifugall, diringkas pada tabel.5.11
Halaman 5-32
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Fan radial dengan Cocok untuk tekanan statis tinggi Hanya cocok untuk laju
blades datar (sampai 1400 mm WC) dan suhu aliran udara rendah
tinggi. sampai sedang
Efisiensi mencapai 75 %
Fan yang melengkung Dapat mengerakan volume udara Hanya cocok untuk
kedepan, dengan blade yang besar terhadap tekanan yang layanan yang bersih, untuk
yang melengkung relative rendah layanan kasar, dan
kedepan bertekanan tingggi
Ukurannya relative kecil
Keluaran fan sulit untuk
Tingkat kebisingan rendah diatur secara tepat
(diakibatkan rendahnya kecepatan)
dan sangat cocok untuk pemanasan Penggerak harus dipilih
perumahan, ventilasi dan penyejuk secara hati-hati untuk
udara menghindarkan beban
motor lebih, sebab kuva
daya meningkat sejalan
dengan aliran udara
Halaman 5-33
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Backward inclined fan, Dapat beroperasi dengan perubahan Tidak cocok untuk aliran
dengan blades yang tekanan statis (asalkan bebannya udara yang kotor (karena
miring jauh darai arah tidak berlebih ke motor) fan mendukung terjadinya
perputaran ; datar, penumpukan debu)
lengkung, dan airfoil Cocok untuk sisitim yang tidak
menentu pada aliran udara yang Fan dengan blades air foil
tinggi kurang stabil karena
mengandalkan
Cocock untuk layanan forced draft padapenangkatan yang
dihasilkan oleh setiap
Fan dengan balade datar lebih kuat blade
Blower dapat mencapai tekanan yang lebih tinggi dari fan, sampai 1,20 kg/cm 2., dan dapat digunakan
untuk menghasilkan tekanan negative untuk sistim vakum industri. Ada dua jenis Blower, yaitu (i) blower
sentrifugal, dan (ii) blower positive displament
Blower sentrifugal
Blower sentrifugal terlihat seperti pompa sentrifugal dari pada fan. Impellernya digerakan oleh gir yang
berputar 1.500 rpm. Pada blower multi tahap, udara dipercepat setiap melewati impeller. Pada blower
tahap tunggal, udara tidak mengalami banyak belokan, sehingga lebih efisien
Halaman 5-34
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Blower sentrifugal beroperasi melawan tekanan 0,35 sampai 0,70 kg/cm 2, namun dapat mencapai
tekanan yang lebih tinggi, dan salah satu karakteristiknya adalah bahwa aliran udara yang cenderung
turun secara derastis begitu tekanan sistim meningkat, yang dapat merupakan kerugian pada sistim
pengangkutan bahan yang tergantung pada volume udara yang mantap. Oleh karena itu alat ini sering
digunkan untuk penerapan sistim yang cenderubg tidak terjadi penyumbatan.
Efisiensi fan adalah perbandingan antara daya yang dipindahkan ke aliran udara dengan daya yang
dikirim oleh motor ke fan.
Daya aliran udara adalah hasil dari tekanan dan aliran, dikoreksi untuk konsistensi unit .
Istilah lain yang untuk efisiensi yang sering digunakan pada fan adalah efisiensi statis, yang
menggunakan tekanan statis dari tekanan total dalam memperkiahkan efisiensi.
Ketika mengevaluasi kinerja fan, penting untuk mengetahui istilah dan defenisi apa yang digunakan.
Sedangkan efisiensi fan tergantung pada jenis fan dan impellernya. Dengan meningkatkan laju alairan
udara,efisiensi meningkat ke ketinggian tertentu (efisiensi puncak) dan kemudian turun dengan
kenaikan laju alir. Kisaran efisiensi puncak untuk berbagai jenis fan sentrifugal dan aksial, lihat table 5.12.
Halaman 5-35
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Forward curved 60 65
Fan Aksial
Vanaxil 78 85
Tubeaxial 67 72
Propoller 45 50
Sumber, BEE India, 2004 pedoman efisiensi energy untuk industry di Asia,UNEP
Dalam memilih fan yang sesuai pada setiap aplikasinya, terdapat tiga informasi mendasar, yaitu
dibutuhkan data aliran udara volumetrik, peningkatan tekanan statis fan yang harus disediakan, dan
densitas gas pada fan. Faktor lain yang umumnya dibutuhkan untuk memilih fan yang tepat adalah tipe
dan konsentrasi kontaminan (debu, liquid atau gas hasil dari pembakaran) yang akan dialirkan, area yang
dibutuhkan untuk instalasi alat, dan kebisingan yang ditimbulkan merupakan hal-hal yang perlu
diperhatikan.
Dalam penentuan tipe fan terdapat hal mendasar yang menetukan yaitu tipe gas yang akan dialirkan.
Selanjutnya adalah pemillihan ukuran fan dilakukan dengan menggunakan tabel. Biasanya fan yang
berada diantara rating tabel adalah mendekati efisiensi puncaknya.
Apabila titik operasi desain mendekati bagian atas atau bawah tabel , maka sebaiknya dipilih fan yang
lebih kecil atau lebih besar, secara berurutan. Apabila titik desain mendekati batas kiri atau kanan tabel,
maka perlu dipertimbangkan versi tipe fan yang telah dimodifikasi.
Fan biasanya didesain pada tingkat udara standar yaitu pada 70 F, 1 atm, 50% kelembaban relatif. Pada
kondisi ini densitas udaranya adalah 0.075lbm/ft 3. Apabila fan biasa untuk digunakan pada kondisi yang
berbeda dari nilai standar ini (dimana kebanyakan terjadi), maka koreksi harus dilakukan pada densitas
udaranya.
Aircleaning /dust collector gambar 5.25, merupkan asoseris/perangkat pada sistim ventilasi lokal , yang
berfungsinya memebersikan kontaminan di tangkap di hood, umum pembersih udara ditemukan dalam
industri.
Halaman 5-36
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Salah satu jenis yang paling banyak digunakan pada sistim ventilasi lokal adalah kolektor debu atau Dust
Collector (digunakan untuk menghisap debu yang ditimbulkan pada saat pengisian ). Pada gambar 5.25
di dalam tabung Dust Collector,terdapat komponen ; air cleaning dan bags
Untuk menanggulangi kontaminan sangat berbahaya bagi pernapasan operator karena mengandung zat
beracun sangat dan berbahaya bagi tubuh operator dan tenaga kerja di lingkungan tempat kerja dari
berbagai macam kegiatan di industri , maka berbagai jenis penyaring debu, gas, uap, antara lain sebagai
berikut :
Biasanya tipe unit seperti ini dipergunakan untuk menanggulangi berbagai macam tipe asap pengelasan
dan debu kawat las sisa dari proses pengelasan, asap las sangat berbahaya bagi pernapasan operator
karena mengandung zat beracun sangat dan berbahaya bagi tubuh operator dan orang orang di ruangan
tepat pengelasan.
Halaman 5-37
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Dust Filtering :
Dust Collector yang dipergunakan untuk aplikasi ini mempunyai range produk yang sangat luas karena
terkait dengan volume dan jenis debu yang sangat bervariasi, selain itu pemakaian filter yang digunakan
harus benar benar disesuaikan dengan jenis debu yang dihisap dengan tujuan untuk menghindari
kesalahan dan kerusakan media filternya.
Oil Mist
Dust Collector untuk aplikasi uap oli biasanya dipergunakan untuk menghisap uap oli yang keluar dari
mesin mesin mekanik seperti mesin CNC, turbin, kompresor dan mesin lainnya. Pada proses pengikisan
logam dengan mesin bubut CNC, biasanya terjadi pencampuran uap oli dengan uap coolant yang
biasanya mengeluarkan bau tidak sedap dan pada akhirnya mengganggu udara di sekitarnya.
Painting :
Dust Collector untuk aplikasi painting dibuat dalam bentuk Spray booth yang fungsinya adalah untuk
menghisap dan menyaring sisa partikel debu cat,
Woodworking :
Woodworking untuk industri furniture sebagai salah satu industri yang menyerap unit unit Dust Collector.
Industri furniture atau pengolahan kayu lainnya sudah dapat dipastikan terdapat aktifitas pemotongan,
penghalusan, pengukiran atau penyerutan kayu. Selain itu unit unit seperti ini banyak juga dipakai di
industri Tekstil, Tekstile, Garment, Pakan Ternak atau bahkan pabrik kertas sekalipun.
Electronic :
Halaman 5-38
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Unit Dust Collector untuk kategori ini tentu saja banyak di pakai di pabrik Elektronik, fungsinya adalah
untuk menghisap asap solder yang sangat berbahaya bagi paru paru operator, namun demikian unit
seperti ini bisa juga dipergunakan untuk menghisap asap spot welding yang volumenya relatif tidak
banyak.
Automotive :
Dust Collector untuk kategori automotive digunakan untuk menghisap asap sisa pembakaran kendaraan
bermotor, seperti kita ketahui bersama bahwa gas sisa pembakaran kendaraan bermotor mengandung
karbon monoksida (CO) yang mengandung racun, sehingga untuk bengkel bengkel kendaraan resmi
biasanya sudah memakai peralatan Dust Collector untuk menghindari masuknya gas berbahaya ke
dalam saluran pernapasan teknisi bengkel itu sendiri.
Dust Colector adalah sistim yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dari udara atau gas buang dari
proses di industry dengan cara menyaring debu yang ada serta material kotor yang ada di udara /gas
buang tersebut. Sistem Dust collector terdiri dari blower, dust filter, filter cleaning system serta system
pembuangan debu (dust). Terdapat 4 (empat) sistem dust collector, yaitu : (i) inertial separators, (ii) Fabric
filters, (iii) Wet scrubbers, dan (iv) Electrostatic precipitators
Inertial separators memisahkan debu dari aliran gas dengan menggunakan gaya, seperti
sentrifugal, gravitasi serta inersia. Gaya ini memindahkan debu ke area dimana tekanan dari aliran gas
rendah.Debu yang telah dipisahkan akan masuk ke dalam hopper untuk penyimpanan sementara.
Terdapat tiga tipe utama inertial separator, yaitu : (i) Settling chambers, (ii) Baffle chambers, dan (iii)
Centrifugal collectors
Baik settling chamber atau baffle chamber biasanya jarang digunakan dalam proses industry karena
desainnnya tidak sinkron dengan desain dari dust collector yang lebih efisien.
1. Settling Chamber
Settling chamber terdiri dari kotak besar yang terdapat pada saluran pipa udara atau gas. Dengan ukuran
kotak yang lebih besar dari pipa akan membuat kecepatan dari aliran gas yang berdebu menurun dan
membuat partikel debu yang berat keluar.
Halaman 5-39
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
2. Baffle Chamber
Dengan menggunakan plate baffle yang akan menyebabkan aliran gas akan berubah arah. Maka partikel
yang besar tidak akan terbawa aliran gas tapi akan jatuh ke bawah. Baffle Chamber digunakan untuk
permbersihan gas awal
3. Centrifugal Collector
Centrifugal collector menggunakan aliran cyclone untuk memisahkan partikel debu dari aliran gas. Aliran
gas berdebu akan masuk dengan sudut tertentu kemudian berputar dengan cepat. Gaya sentrifugal yang
dihasilkan dari aliran yang berputar akan membuat partikel debu akan terbuang ke dinding. Setelah itu
debu akan jatuh ke hopper yang lokasinya di bawah.
Single-cyclone separators
Membuat dua pusaran untuk memisahkan debu kasar dan halus. Pusaran utama akan membawa
debu kasar ke bawah. Pusaran kedua dihasilkan di dekat bawah pusaran utama yang membawa
debu halus ke atas.
Multiple-cyclone separators
Multiple-cyclone separators terdiri dari beberapa cyclone kecil yang bekerja secara parallel dan
mempunyai saluran gas masuk dan keluar.
Halaman 5-40
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Multiple-cyclone separators memiliki prinsip yang sama dengan single cyclone separators.
Multiple-cyclone separators lebih efisien karena dia lebih panjang serta memiliki diameter yang
kecil. Panjangnya cyclone mempengaruhi waktu proses lebih lama dan diameter kecil
menghasilkan gaya sentrifugal yang besar, hal ini membuat pemisahan debu lebih efisien.
Penurunan tekanan dari multiple-cyclone separators lebih besar daripada single-cyclone
separators.
Tipe ini banyak digunakan di industry seperti pabrik kertas, pabrik semen, pabrik baja, pabrik
petroleum coke dll.
Umumnya dikenal sebagai baghouses, fabric collector menggunakan saringan untuk memisahkan debu
dari gas. Merupakan system yang efektif dari beberapa tipe dust collector dan dapat menyaring lebih dari
99% debu halus. Gas kotor masuk kedalam dan melewati fabric bags yang berguna sebagai penyaring.
Types of bag Cleaning
Baghouse dibedakan dari metode pembersihannya;
Shaking
Sebuah balok digunakan untuk menghasilkan getaran pada baghouse yang akan mengubah
cake menjadi partikel.
Reverse Air
Memberikan tekanan udara dari arah berlawanan yang akan mebuat dust cake remuk dan jatuh
ke hopper.
Pulse Jet
Memberikan aliran gas bertekanan tinggi untuk memindahkan debu didalam baghouse.
Sonic
Membersihkan debu didalam baghouse menggunakan metode getaran sonic. Generator suara
memproduksi suara berfrekuensi rendah yang akan menyebabkan baghouse bergetar. Metode
Sonic biasanya dikombinasikan dengan metode lain.
Halaman 5-41
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Dust collector yang menggunakan cairan dikenal dengan nama wet scrubbers. Dalam system ini cairan
scrubbing (biasanya air) dikontakkan langsung dengan gas yang mengandung debu. Kontak antara gas
berdebu dengan cairan ini menghasilkan efisiensi dari dust removal.
Banyak sekali jenis dari wet scrubbers, namun semuanya memiliki satu dari 3 (tiga) konfigurasi:
1. Gas humidification, gas humdification ini menggumpalkan debu halus yang ada pada aliran gas,
2. Gas liquid contact, merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi efisiensi. Kontak
antara partikel dan tetesan air terjadi dengan 4 (empat) mekanisme:
a. Inertial impaction, ketika aliran gas yang melewati tetesan air, aliran tersebut memecah
dan mengalir melewatinya (tetesan air), dan ketikan ada partikel debu yang menabrak
tetesan tersebut maka debu tersebut akan terbawa tetesan
b. Interception, partikel debu yang lebih halus yang ada dalam aliran gas tidak menabrak
tetesan air secara langsung tapi hanya menyentuh dan akan menempel pada tetesan air
tersebut
c. Diffusion, Ketika tetesan cair yang tersebar di antara partikel debu,partikel debu akan
diendapkan pada permukaan tetesan Ini adalah mekanisme utama dalam
pengumpulan submikro partikel debu
d. Condensation nucleation, If a gas passing through a scrubber is cooled below the
dewpoint, condensation of moisture occurs on the dust particles. This increase in particle
size makes collection easier
3. Gas-liquid separation, Terlepas dari mekanisme kontak, cairan dan debu harus
dihilangkan. Setelah terjadi kontak antara debu dan tetesan air, partikulat debu dan tetesan
air bergabung membentuk aglomerat. Ketika aglomerat tersebut makin banyak maka akan
terkumpul dikolektor .
Gas yang telah bersih tadi akan melaju terus melewati mist eliminator untuk menghilangkan
partikel air yang ada dalam aliran gas. Air kotor yang berasal dari scrubber system akan didaur
ulang dan dibersihkan untuk digunakan untuk scrubber. Kotoran debu yang ada didalam air
dihilangkan menggunakan drag chain tank. Sistemnya dalah dengan cara mengendapkan
partikel dan nantinya endapan tersebut (sludge) akan dibuang ke penampungan.
Tipe scrubbers
Spray-tower scrubber dipisahkan berdasarkan tekanan:
Low-energy scrubbers (0.5 to 2.5 inches water gauge - 124.4 to 621.9 Pa)
Low- to medium-energy scrubbers (2.5 to 6 inches water gauge - 0.622 to 1.493 kPa)
Medium- to high-energy scrubbers (6 to 15 inches water gauge - 1.493 to 3.731 kPa)
High-energy scrubbers (greater than 15 inches water gauge - greater than 3.731 kPa)
Halaman 5-42
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
ESP menggunakan gaya elektrostatik untuk memisahkan debu dari gas buangan, gas kotor akan
mengalir melewati elektroda dan debu yang ada dalam aliran gas tersebut akan menempel .Material yang
menempel pada elektroda dapat dihilangkan dengan cara digetarkan secara kontinyu. Pembersihan pada
precipitator dapat dilakukan tanpa harus mengganggu aliran udara. Ada 4 (empat) komponen utama
dalan ESP
a. PSU, untuk mensuplai tegangan DC
b. Bagian ionasi
c. System untuk membersihkan partikulat debu yang telah dikumpulkan
d. Cover atau ESP
Tipe dari precipitator, terdiri dari ; (i) Plate precipitator, (ii) Tubular precipitator
Plate precipitator
Kebanyakan tipe ESP yang banyak digunakan adalah tipe plat. Pertikel yang dapat menempel pada
permukaan adalah 8 12 inch (20-30 cm.). Gas yang terkontaminasi melewati celah antara plat,
kemudian partikel debu akan menempel pada permukaan plat. Debu yang menempel pada plat akan
dihilangkan dengan cara memukul plat kemudian disimpan ke dalam hopper di bawah precipitator
Tubular precipitator
Tubular precipitator terdiri dari silinder elektroda, dengan discharge elektroda pada sumbu silinder.
Aliran gas yang terkontaminasi akan mengalir disekitar area discharge elektrode dan naik melalui bagian
dalam dari silinder. Kemudian partikel debu akan menempel pada dinding dasar silinder, kemudian
nantinya akan dibersihkan.Tubular precipitator sering digunakan untuk kabut atau asap, atau radio aktif
serta toxic material.
DAFTAR PUSTAKA,
ACGIH.1995
Halaman 5-43
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Industrial Ventilation, a Manual of Recommended Practice . 1995. Industri Ventilasi, Manual Praktek Fitur.
22th edition
ACGIH.1998
Industrial Ventilation, a Manual of Recommended Practice . 1998. Industri Ventilasi, Manual Praktek Fitur.
23th edition
ACGIH.2006
Industrial Ventilation: A Manual of Recommended Practice for Operation and Maintenance, Signature
publications Amer Conf of Governmental Berilustrasi p.200
ACGIH. 2007
Industrial Ventilation: A Manual of Recommended Practice for Design, 26 th Edition, AMERICAN
CONFERENCE OF GOVERNMENTAL INDUSTRIAL HYGIENISTS COMMITTEE ON INDUSTRIAL
VENTILATION//INDUSTRIAL VENTILATION Amer Conf of Governmental- p.680
AIHA. 2006
ASHRAE, 1997.
HANDBOOK : FUNDAMENTALS, ASHRAE,Inc
ASHRAE, 1999
Aplications Handbook (SI), Capter 29 Industrial local exhaust system
CCOHS. 2010
Copyright 1997-2010 Canadian Centre for Occupational Health & Safety
IAPA. 2006
Halaman 5-44
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
UNEP, 2006
Practical Exhaust and Blow Piping: A Treatise on the Planning and Installation of Fan-
piping in All Its Branches, 159 halaman
Media Website
http://www.nvmineraleducation.org/ihsampling/documents/Chapter%2012%20Industrial%20Ventilation.pdf
http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_iii/otm_iii_3.html
Halaman 5-45
VENTILASI INDUSTRI Modul-5,
TAHAPAN PERANCANGAN SISTEM VENTILASI INDUSTRI
Halaman 5-46