Anda di halaman 1dari 9

GLIFOSAT

GLYPHOSATE

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan (4,6)
Asam fosfonik asiklat; Organofosfonat.
1.2. Sinonim/Nama Dagang (1,2,3,6)
N-(Phosphonomethyl)glycine
1.3. Nomor Identifikasi (2,3,5)
1.3.1. Nomor CAS : 1071-83-6
1.3.2. Nomor EC : 607-315-00-8
1.3.3. Nomor RTECS : MC1075000
1.3.4. Nomor UN : 3077

2. PENGGUNAAN (1,4)
Glifosat digunakan sebagai herbisida pada pertanian dan perkebunan. Glifosat
juga digunakan untuk mengendalikan tanaman yang berada di permukaan
lingkungan perairan, taman, dan di tepi jalan.

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran (6)
Sistem kardiovaskular, sistem saraf, saluran cerna, sistem pernapasan, hati,
ginjal.
3.2. Rute Paparan
(1,2,4,6)
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
Gejala awal keracunan: mual, muntah, diare, gejala seperti flu.
3.2.1.1. Terhirup
Menyebabkan gangguan ringan pada saluran pernapasan,
batuk, iritasi dan rasa tidak nyaman pada mulut, hidung dan
tenggorokan, serta munculnya sensasi rasa tidak enak.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
Menyebabkan kemerahan pada kulit. Kontak dengan
konsentrasi larutan yang siap disemprotkan dapat
menyebabkan eritema dan iritasi terutama pada kulit yang
terabrasi.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata
Menyebabkan konjungtivitis ringan dan luka pada bagian
luar kornea, kemerahan, dan nyeri pada mata.
3.2.1.4. Tertelan (1,6)
Menyebabkan mual, muntah, rasa terbakar pada
tenggorokan dan dada; luka korosif pada saluran cerna
bagian bawah dan infark usus halus. Pada pasien yang
mengalami kerusakan mukosa level 2 atau 3 dapat
berkembang menjadi perdarahan gastrointestinal dan
pneumonitis aspirasi juga terjadi melibatkan luka korosif
3.2.2. Paparan Jangka Panjang
Tidak tersedia informasi.

4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (4,5,6)
LD50 intraperitonial mencit dan tikus 134-170 mg/kg bb; LC50 inhalasi-
tikus 3180 mg/m3; LD50 oral-tikus >5000 mg/kg; LD 50 intraperitonial-
tikus 235 mg/kg; LD50 oral-tikus 5957 mg/kg; LD50 kulit-kelinci >5000
mg/kg.
4.1.2. Data pada Manusia (4)
Telah banyak dilaporkan bahwa kasus keracunan akut (umumnya
pada kasus percobaan bunuh diri) terjadi karena penggunaan
herbisida yang mengandung glifosat dan surfaktan. Perkiraan kasar
jumlah yang tertelan pada kasus yang mengakibatkan kematian
bervariasi antara 85-200 mL (kira-kira setara dengan 30-79 g asam
glifosat). Namun, terdapat juga kasus dimana pasien yang menelan
herbisida yang mengandung glifosat pada jumlah yang lebih besar
(hingga 500 mL) hanya mengalami gejala keracunan ringan hingga
sedang. Diduga korban/pasien yang berusia lebih dari 40 tahun
memiliki sensitivitas yang lebih tinggi pada keracunan glifosat. Selain
itu diduga efek toksik yang terjadi diakibatkan oleh surfaktan bukan
karena glifosat, walaupun bukti tidak mendukung. Data lain
menunjukkan sebagai berikut :

Volume konsentrat Efek


60-80 mL Syok hipovolemik pada pria 84 tahun
150 mL Syok kardiogenik pada pria 26 tahun
150 mL Fatal
>200 mL Prognosis buruk

(4)
4.2. Data Karsinogenik
Pada mencit, pemberian glifosat teknis sebanyak 30000 mg/kg
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan hipertrofi hepatosit atau
nekrosis. NOAEL 5000 mg/kg diet (setara dengan 814 mg/kg bb per hari).
Efek yang sama juga terlihat pada tikus pada pemberian glifosat sebanyak
20000 mg/kg dengan NOAEL sebesar 8000 mg/kg (setara dengan 410
mg/kg bb per hari).
4.3. Data Tumorigenik
Tidak tersedia informasi
(4)
4.4. Data Teratogenik
Glifosat teknis tidak bersifat teratogenik pada tikus dan kelinci pada dosis
yang menyebabkan keracunan pada induk yaitu berturut-turut 3500 dan 350
mg/kg bb per hari.
(6)
4.5. Data Mutagenik
Glifosat tidak bersifat genotoksik pada uji in vitro dan in vivo, kecuali pada uji
SCE dengan konsentrasi sangat tinggi pada limfosit manusia.

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup (2,5)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan
jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
5.2. Kontak dengan Kulit (2,5)
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
5.3. Kontak dengan Mata (2,5)
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan (2)
Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui mulut pada
korban yang tidak sadarkan diri. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi (6)
6.2.1. Dekontaminasi Mata
- Lepaskan lensa kontak jika menggunakannya.
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu
liter untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata.
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
- Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati, jangan sampai terhirup.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Pulmonal
Pindahkan korban dari tempat paparan ke tempat yang berudara
segar. Jika timbul gejala pernapasan, seperti napas pendek-pendek,
maka berikan oksigen dan pernapasan buatan jika diperlukan.
6.2.4. Dekontaminasi Gastrointestinal
- Manfaat pemberian arang aktif masih belum jelas.
- Hemoperfusi resin untuk mengeluarkan glifosat dari darah, tetapi
hemoperfusi arang aktif tidak dilakukan. Arang aktif tidak efektif
mengabsorbsi glifosat.
- Pra pengobatan pada hewan uji menggunakan arang aktif
sebelum diberi perlakuan satu dosis Roundup yang bersifat fatal,
mencegah atau mengurangi kematian yang menunjukkan
disebabkan oleh bahan toksik utama (kemungkinan surfaktan,
bukan glifosatPencegahan atau pengurangan risiko kematian
pada hewan percobaan yang mengalami keracunan Roundup
secara fatal adalah dengan mengabsorbsi zat racun yang utama
(kemungkinan surfaktannya dan bukan glifosat) menggunakan
arang aktif.
- Berikan karbon aktif dosis tunggal 30-60 menit setelah
tertelannya larutan glifosat, dengan dosis sebagai berikut :
Anak : 1-2 g/kg oral
Dewasa : 50-100 g oral
6.3. Antidotum (6)
Tidak ada antidotum khusus untuk keracunan glifosat.

7. SIFAT FISIKA KIMIA


7.1. Nama Bahan
Glifosat
7.2. Deskripsi (2,3,4)
Kristal tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau; Berat molekul 169,1;
Rumus molekul C3H8NO5P; Kerapatan 1,7 g/cm3; Titik leleh 185°C;
Terdekomposisi pada 187°C; Kelarutan dalam air 1,2 g/100 mL pada 25°C;
Praktis tidak larut dalam pelarut organik.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4)
Kesehatan 1 = Paparan dapat menyebabkan iritasi dengan
luka residu minor
Kebakaran 1 = Tidak mudah terbakar kecuali bila dipanaskan.
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
(2)
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)
Xi = Iritan
N = Berbahaya terhadap lingkungan
R 41 = Risiko kerusakan serius pada mata
R 51/53 = Beracun bagi organisme perairan, dapat
menyebabkan efek yang merugikan jangka
panjang di lingkungan perairan
S2 = Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S 26 = Jika kontak dengan mata, bilas segera dengan
air yang banyak dan hubungi dokter
S 39 = Kenakan pelindung mata / wajah yang cocok
S 61 = Hindari pembuangan ke lingkungan.
Rujuk pada lembar data keamanan / instruksi
khusus.
(5)
7.3.3. Klasifikasi GHS
Pernyataan bahaya
H 318 = Menyebabkan kerusakan mata serius
Pernyataan kehati-hatian

P 280 = Kenakan sarung tangan pelindung / pelindung


mata dan wajah yang sesuai
P305 + P351 + = Jika terkena mata: bilas mata selama beberapa
P338 menit. Lepaskan lensa kontak, apabila
menggunakannya, lanjutkan pembilasan.
P 310 = Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan
atau dokter.

8. STABILITAS DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas (4,7)
Stabil pada suhu di bawah 60°C.
8.2. Kondisi yang Harus Dihindari (7)
Wadah baja yang dilapisi seng atau yang tidak dilapisi sama sekali atau
tangki penyemprot yang dapat menghasilkan gas hidrogen yang mudah
terbakar apabila bercampur dengan glifosat.
8.3. Bahan Tak Tercampurkan (5)
Oksidator kuat, logam, basa.
8.4. Dekomposisi (2,4)
Produk dekomposisi adalah nitrogen oksida dan fosfor oksida.
8.5. Polimerisasi (7)
Tidak terpolimerisasi.
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
9.1. Ventilasi (7)
Ventilasi tempat penyimpanan harus baik. Pembuangan udara lokal
diperlukan untuk beberapa kondisi.
9.2. Perlindungan Mata (6)
Gunakan alat pelindung mata (kacamata pelindung) yang telah diuji dan
sesuai standar pemerintah yang berlaku.
9.3. Pakaian (6)
Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang lengkap. Pakaian yang
digunakan harus dipilih berdasarkan konsentrasi dan jumlah bahan di
tempat kerja.
9.4. Sarung Tangan (6)
Sarung tangan yang digunakan harus memenuhi standar yang berlaku
dan harus diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan. Penggunaan
sarung tangan harus dilakukan dengan cara yang benar untuk
menghindari kontak bahan dengan kulit (tanpa menyentuh permukaan
terluar sarung tangan). Cara pembuangan sarung tangan yang telah
dipakai harus sesuai dengan peraturan atau praktek laboratorium yang
baik (Good Laboratory Practices).
9.5. Respirator (6)
Apabila hasil pemeriksaan pada daerah yang terpapar mengharuskan
penggunaan respirator, gunakan respirator tipe N100 (US) atau P3 (EN
143) sebagai alat pelindung. Apabila respirator merupakan alat pelindung
satu-satunya, maka gunakan respirator yang menutupi seluruh wajah.
Gunakan respirator yang memenuhi standar pemerintah setempat.

10. DAFTAR PUSTAKA


1. Olson, Kent.R., 2012, Poisoning and Drug Overdose, 6 th ed.McGraw-Hill,
New York, 229-231.
2. http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0160.html (diunduh Juli 2013)
3. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0160.htm (diunduh Juli
2013)
4. http://www.inchem.org/documents/pds/pds/pest91_e.htm
5. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDSPage.do?country=
SG&language=en&productNumber=PS1051&brand=SUPELCO&PageToGo
ToURL=http%3A%2F%2Fwww.sigmaaldrich.com%2Fcatalog%2Fsearch%3
Finterface%3DAll%26term%3Dglyphosate%26lang%3Den%26region%3DS
G%26focus%3Dproduct%26N%3D0%2B220003048%2B219853236%2B21
9853286%26mode%3Dmatch%2520partialmax (diunduh Juli 2013)
6. http://toxinz.com/Spec/2121312 (diunduh Juli 2013)
7. http://www.cdms.net/ldat/mp4TN006.pdf (diunduh Agustus 2013)

Anda mungkin juga menyukai