Bidang Pertanian
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Evaluasi Lahan Kelas G
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya, hingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Prinsip Dasar Toksikologi Lingkungan dan Kaitannya dalam Bidang Pertanian.
Dengan tersusunnya makalah ini besar harapan kami agar makalah ini menjadi
sumber ilmu baru bagi para pembaca yang dapat menambah pengetahuan dan
pengalamannya. Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
Pendahuluan...............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
Isi................................................................................................................................................2
2.1 Definisi Umum Zat Toksik..........................................................................................2
2.2 Klasifikasi Zat Toksik.................................................................................................2
2.3 Istilah yang Berhubungan dengan Zat Toksik.............................................................3
2.4 Nasib dan Proses Zat Toksik di Lingkungan...............................................................3
2.5 Karakteristik Zat Toksik..............................................................................................7
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Dampak Zat Toksik di Lingkungan...............................8
2.7 Proses Fisik Zat Toksik di Lingkungan.......................................................................9
2.8 Perilaku Zat Toksik di Lingkungan...........................................................................10
2.9 Efek Zat Toksik di Lingkungan.................................................................................11
2.10 Konsep Dosis-Respon...............................................................................................11
2.11 Tingkat Pencemaran Lingkungan..............................................................................12
2.12 Jenis Pencemaran Lingkungan..................................................................................12
2.11.1 Pencemaran Tanah.............................................................................................13
2.11.2 Pencemaran Udara.............................................................................................14
2.11.3 Pencemaran Air..................................................................................................15
Penutup.....................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
Hasil Diskusi............................................................................................................................19
Daftar Pustaka..........................................................................................................................21
Pendahuluan
Ruang lingkup dan komponen primer yang dipelajari dalam ilmu toksikologi
lingkungan adalah menyangkut masalah: (1) sumber racun—termasuk jenis, jumlah dan
sifatnya; (2) distribusi di dalam media udara, tanah dan air; (3) dan efek toksisitasnya
terhadap flora, fauna (liar), tanaman, hewan ternak, dan manusia (Sudarjat & Siska Rasiska,
2006: 8).
Polutan = zat yang terdapat di lingkungan (baik alami maupun hasil aktivitas
manusia) yang dalam jumlah tertentu dapat mencemari lingkungan dan
mengganggu organisme.
Toksin = zat yang dihasilkan organisme dan tercampur dalam fungsi fisiologis
normal.
Fase Eksposur
Fase Kinetik
Fase Dinamik
Sebuah racun dalam fase dinamis akan berinteraksi dengan sel, jaringan, atau
organ dalam tubuh sehingga menyebabkan beberapa respon beracun. Tahap dinamis
dibagi menjadi tiga bagian besar yakni reaksi primer dengan reseptor atau target
organ, respon biokimia dan efek diamati. Sebuah respon beracun dapat disebabkan
oleh reaksi dari racun atau aktif metabolit dengan reseptor. Contoh reaksi reversibel
yang dapat menghasilkan respon beracun diilustrasikan pada hemoglobin yang
mengikat karbon monoksida dan oksigen pada transportasi hemoglobin, O2Hb dalam
darah. Hemoglobin akan kehilangan kemampuan untuk mentransfer oksigen yang
dapat dapat dituliskan dalam reaksi berikut ini:
O2Hb + CO COHb + O2 ...........................................(1)
Jenis efek biokimia yang terjadi ketika racun terikat dengan reseptor adalah
sebagai berikut:
1. Dengan mengikat enzim, koenzim, logam aktivator enzim, atau substrat
enzim, fungsi enzim akan terganggu.
2. Membran atau operator di membran sel akan mengalami perubahan.
3. Metabolisme karbohidrat terpengaruh.
4. Metabolisme lipid adalah terpengaruh sehingga mengakibatkan akumulasi
lipid berlebih (fatty liver).
5. Interferensi dengan respirasi, proses keseluruhan dimana elektron ditransfer ke
molekul oksigen dalam oksidasi biologis energi menghasilkan substrat.
6. Biosintesis protein akan diganggu atau dihentikan oleh aksi racun pada DNA.
7. Proses regulasi dimediasi oleh hormon atau enzim yang terpengaruh.
Bersifat Persisten. Persisten ialah kondisi dimana zat toksik berada dalam bentuk
senyawa yang dapat mengganggu dan tetap tinggal di lingkungan dalam periode
waktu yang lama.
Dapat berubah secara kimiawi seperti sinergis atau antagonis atau potensiasi.
Pada umumnya, jumlah zat toksik yang berasal dari alam lebih sedikit ketimbang
buatan manusia.
Penyebaran dan efek yang ditimbulkan dari sumber zat toksik yang berasal dari
alam bersifat global, sedangkan toksik buatan manusia bersifat local.
Penyebaran zat toksik dipengaruhi oleh media penyebarannya, seperti air, tanah,
dan udara.
Karakteristik penting lainnya dari zat toksik: (1) biokonsentrasi, (2) bioakumulasi,
(3) biomagnifikasi, (4) biotransformasi.
Proses zat toksik di lingkungan dapt terjadi baik secara fisik, kimiawi, maupun
biologi. Secara umum, zat toksik di lingkungan mengalami proses fisik, seperti
leaching, hidrolisis, fotolisis, volatilisasi, dan sedimentasi. Kelima proses diatas
tidaklah murni proses fisik, namun juga terdapat proses kimiawi zat toksik.
1. Leaching (pencucian) merupakan suatu peristiwa infiltrasi air dari permukaan
tanah yang mengandung zat-zat kimia terlarut (proses kimiawi). Dalam proses
leaching, terjadi transportasi senyawa-senyawa terlarut secara lateral. Interaksi
antara zat racun /zat toksik dengan lingkungan (biotik dan abiotik) berkaitan
dengan kemampuan alam untuk mendegradasi zat racun tersebut. Hal tersebut
juga bergantung pada integritas struktur kimia di lingkungan.
2. Hidrolisis merupakan proses evaporasi kimia organik dari tanah ke air permukaan,
dimana hal tersebut terjadi karena air berkombinasi dengan energi cahaya/ panas
sehingga dapat memecah ikatan kimia. Laju hidrolisis dari zat kimia dipengaruhi
oleh suhu dan pH media air, dimana laju hidrolisis akan meningkat dengan
kenaikan pH dan suhu.
3. Fotolisis ialah proses pencucian kimia organik di atmosfer. Dalam prosesnya
cahaya merupakan faktor utama, dimana didalamnya mengandung ultraiolet yang
berpotensi memecah ikatan kimia dan mendegradasi beberapa zat kimia. Fotoliis
tidak hanya terjadi di atmosfer, namun dapat juga terjadi di permukaan air yang
terkena intensitas cahaya terbesar. Proses fotolisis bergantung dari intensitas
cahaya dan kapasitas molekul polutan untuk menyerap cahaya.
4. Volatilisasi ialah proses deposisi kering dari atmosfer yang merupakan
perpindahan bahan tanaman dalam bentuk gas atau partikel dari atmosfer ke
permukaan sebagai konsekuensi dari gaya gravitasi dalam keaadaan presipitasi
(jatuh ke bawah) aktif.
5. Sedimentasi kimia organik terjadi akibat dari terbentuknya sedimen atau
pengendapan partikel tanah / partiel padat / lumpur di sistem perairan. Hasil
endapan tersebut mengandung zat-zat non gas yang terdiri dari unsur nutrisi,
seperti fosfat, kalsium, dan magnesium.
Zat toksik yang masuk ke dalam lingkungan akan memberikan efek yang
merugikan, baik kepada organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia) maupun kepada
lingkungan itu sendiri. Efek yang dihasilkan oleh zat toksik dapat berupa efek lokal
maupun global, bergantung pada jenis zat toksik yang masuk ke lingkungan. Zat
toksik berdampak pada tumbuhan, oleh karena itu menyebarnya zat toksik di
lingkungan memberikan dampak negatif di bidang pertanian. Salah satu contoh kasus
dari kerugian di bidang pertanian akibat zat toksik ialah peristiwa kabut asap
fotokimia di Kalifornia. Kabut asap tersebut mengganggu pertumbuhan sebagian
besar tanaman organ target daun yang tumbuh hingga radius 100km² dari sumber
pencemaran. Walaupun zat toksik yang menyebar tidak berbahaya bagi tanaman,
namun dapat menghambat pertumbuhan, sehingga akan berdampak serius pada jangka
panjang.
Selain berdampak pada tumbuhan, zat toksik juga berdampak pada kesehatan
manusia dan hewan. Pencemaran udara yang terjadi dapat menyebabkan gangguan
pernapasan dan iritasi mata. Salah satu contoh kasus yang terjadi ialah peristiwa kabut
asap di London yang mengakibatkan kematian 4000 orang.
Limbah yang biasa mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik dan
elektronik, logam dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi dan cat
serta bahan pewarna. Limbah padat pemukiman juga mengandung logam berat (Yong,
et al, 1992). Pestisida juga memberikan masukan logam berat ke dalam tanah.
Serapan pestisida oleh tanaman tergantung pada dosis pemberian pestisida, jenis
tanah, dan kemampuan tanaman dalam menyerap pestisida (Charlena, 2004).
Selain itu sampah manusia juga dapat berupa sampah konsumsi. Sampah
konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang,
dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori
ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri.
Penutup
3.1 Kesimpulan
Toksikologi lingkungan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang zat
toksik atau racun sebagai senyawa kimia yang berada di lingkungan dan dapat
mengakibatkan bahaya bagi makhluk hidup yang ada. Keberadaan zat toksik di lingkungan
bergantung pada karakteristik zat toksik, proses zat toksik di alam, respon organisme
terhadap zat toksik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaannya, sehingga
keberadaan suatu zat toksik di lingkungan tidak selalu sama. Beberapa zat toksik/racun yang
berada di lingkungan memiliki pengaruh yang besar bagi tumbuhan, sehingga kaitannya
dengan bidang pertanian sangat besar dan berdampak merugikan. Oleh karena itu, perlu
adanya kegiatan preventif ataupun cara menanggulangi keberadaan zat toksik di lingkungan
yang akan berdampak merugikan baik bagi tumbuhan, hewan, ataupun manusia.
Hasil Diskusi
1. Bagaimana faktor volume media penyebaran zat toksik dapat mempengaruhi dampak
zat toksik di lingkungan? (Ana Maulidya R - 150510150057)
2. Penjelasan singkat mengenai tiga tahapan zat toksik di lingkungan. Bagaimana jika
seekor lebah mengeluarkan racun langsung kepada organisme lain? Apakah masih
terjadi 3 tahapan yang sudah disebutkan? (Refiona Sekar Sari - 150510150046)
3. Contoh kasus, minyak yang di bawa kapal dalam jumlah besar tumpah di laut.
Bagaimana dampak bagi ekosistem laut? Apakah proses fisik zat toksik seperti
hidrolisis berpengaruh? (Yasmina Siti Kamila – 150510150041)
4. Zat toksik akan terakumulasi oleh organisme. Organisme yang seperti apa? (Anggun
Nadia – 150510150108)
5. Berdasarkan sumbernya, zat racun alami dan buatan memiliki efek lingkungan
berbeda. Bagaimana acuan untuk menetralkannya? (M. Imam Al Ghazali –
150510150035)
6. Bagaimana bisa pengaplikasian pestisida hidrokarbon organoklorin berdampak bagi
ekosistem sungai? Apakah bisa pemberian suatu zat digunakan untuk menanggulangi
agar tidak terjadi pencemaran? (Rismalia Rahayu – 150510150091)
Jawab
1. Karena jika volume media penyebaran besar, maka dampak yang diberikan zat toksi
akan lebih rendah jika dibandingkan dengan zat toksik yang volume media
penyebarannya rendah (dengan syarat, jenis, volume zat toksik, dan media
penyebaran yang sama).
2. - Fase eksposur merupakan fase dimana zat toksik mulai masuk ke lingkungan
melalui media penyebarannya. Fase kinetik terjadi ketika zat toksik menyebar dan
berinteraksi dengan kondisi abiotik sehingga terjadi perubahan kimia zat toksik.
Sedangkan fase dinamik terjadi ketika zat toksik berinteraksi dengan kondisi biotik,
sehingga terjadi proses-proses seperti bioakumulasi, biomagnifikasi, dan
biotransformasi.
-Pada kasus seekor lebah yang menyengat dan mengeluarkan zat toksik tidak terdapat
ketiga tahap yang sudah disebutkan, karena ketiga tahap tersebut merupakan tahapan
penyebaran zat toksik di lingkungan. Sedangkan kasus yang disebutkan terjadi tanpa
adanya perantara lingkungan.
3. Minyak tersebut akan sangat berdampak bagi organisme laut terutama bila minyak
yang tumpah dalam jumlah yang besar. Keberadaan minyak yang terapung di
permukaan laut akan menyebar secara cepat dengan bantuan angin dan kemudian
berdampak secara luas bagis ekosistem dilaut. Terapungnya minyak di laut akan
menutupi masuknya cahaya matahari ke dalam laut dan akan sangat berbahaya bagi
organisme-organisme laut yang hidup pada kedalaman laut yang rendah. Untuk
hidrolisis mungkin terjadi bergantung pada ikatan kimia yang zat toksik yang
tercemar.
4. Organisme seperti manusia, hewan, dan tumbuhan yang memang berada pada
lingkungan yang sama dengan zat toksik yang tersebar.
5. Menetralkan atau menghilangkan zat toksik yang sudah tersebar di lingkungan
bergantung pada jenis, konsentrasi, media penyebaran, dan struktur kimia dari zat
toksik itu sendiri, sehingga proses penanggulangan yang dilakukan akan berbeda-
beda. Namun, menurut kelompok kami proses menghilangkan zat racun yang sudah
tersebar di alam akan sangat sulit, terutama zat racun yang sudah bercampur dengan
medianya. Oleh karena itu, untuk menghilangkan zat toksik di lingkungan dapat
dilakukan melalui kegiatan preventif, yaitu dengan pengolahan (terutama pada
buangan industri) sebelum dikeluarkan ke lingkungan, ataupun dengan
menghentikan/mengurangi aktivitas yang dapat menimbulkan zat racun/ zat toksik
yang merugikan bagi organisme lain di lingkungan.
6. Pestisida hidrokarbon organoklorin (DDT) berdampak pada ekosistem laut karena
hujan yang turun setelah penyemprotan pestisida organoklorin akan membawa
pestisida organoklorin ini mengalir ke permukaan air sungai maupun laut, dan
membawa dampak terhadap organisme non target di lokasi penyemprotan maupun
daerah sekitarnya. Pemberian zat untuk mengurangi dampak pestisida DDT hingga
saat ini belum ditemukan.
Daftar Pustaka