Anda di halaman 1dari 306

Kebijakan PPLH dan PSDA

Terkait dengan AMDAL

Teguh Irawan

Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan


Ditjen Planologi Kehutanan & Tata Lingkungan
Direktorat PDL-UK
Topik Bahasan Kebijakan PPLH dan PSDA
Terkait AMDAL

1
1. Pendahuluan

2. Pengantar Keterkaitan antara AMDAL UKL-UPL dengan


2 sistem perizinan dan Instrumen PPLH Lainnya

33. Tata Ruang, Amdal dan Kawasan Lindung


44. Ketentuan-ketentuan dalam PUU bidang PPLH terkait
dengan AMDAL, UKL UPL, Izin lingkungan dan izin
PPLH

55. PUU sektor yang berkaitan dengan AMDAL, UKL-UPL,


Izin lingkungan

6 Penegakan Hukum untuk Usaha dan/atau Kegiatan sudah Memiliki


Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan
1
Pendahuluan
Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Ekonomi
Menguntungkan
Sosial secara ekonomi
Diterima (economically
secara viable)
sosial Pembangunan
Berkelanjutan
(socially
acceptable)

Ramah lingkungan
(environmentally
Lingkungan sound)
“Pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
(WCED – Our Common Future)
“THE EGG OF SUSTAIABILITY”: ANALOGI PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN Kualitas LH Kualitas
(Ecosystem Manusia OUTCOME
Well-Being) (Human
Well-Being)
TIDAK
BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN
HIDUP TIDAK
BERKELANJUTAN

TIDAK
BERKELANJUTAN

BERKELANJUTAN

MANUSIA
KETERANGAN:

MENINGKAT MENURUN
Dua Pilar Pembangunan Berkelanjutan
(The Twin Pillars of Sustainable Development)

2 Peningkatan Kualitas 1 Peningkatan


(Kelestarian Fungsi) Kesejahteraan/
Lingkungan Hidup Kualitas Hidup
Manusia

2a Konservasi Sistem
Penyangga Kehidupan
2b Konservasi
Keanekaragaman Hayati

2c Pastikan pemanfaatan SDA


yang dapat diperbaharui
berlangsung secara
berkelanjutan i.e. tanah, Kesehatan, pendidikan,
TSL, hutan etc. akses terhadap SDA
yang dibutuhan bagia
2d Cegah deplesi SDA yang tidak 2e Pastikan pemanfaatan SDA kehidupan yang layak,
dapat diperbaharui i.e. tetap berada di dalam batas income per kapita
mineral, minyak, gas dan daya dukung LH (Carrying
batubara Capacity)

Sumber: IUCN/WWF/UNEP, 1991


Izin Lingkungan: Safeguard untuk mewujudkan Amanah UUD 1945 & Sustainable Growth wit Equty

UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1): KLHS Instrumen


ekonomi LH
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Tata ruang
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
PUU
lingkungan hidup yang baik dan BML berbasis LH
sehat ...” KBKL Anggaran
berbasis LH
Kualitas Lingkungan Hidup AMDAL
Sustainable ARLH
Growth with UKL-UPL
Equity Perizinan Audit LH
Instrumen lain sesuai kebutuhan
Kegiatan Ekonomi
Sosial Instrument PPLH
Pasal 33 ayat 4 UUD 1945: “Perekonomian nasional [i.e. Perkebunan,
Pertambangan, MIGAS dll ] diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Rio Declaration on Environment and
Development

Prinsip ke-17 dari Deklarasi Rio

Environmental Impact Assessment (EIA)


sebagai instrument nasional, yang harus
dilakukan untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan yang menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan dan menjadi subyek
pengambilan keputusan dari pihak yang
berwenanang
Agenda 21 Pembangunan Berkelanjutan
Agenda 21 menyatakan bahwa pemerintah harus:

• Mendorong pengembangan berbagai metodologi yang tepat untuk


mengintegrasikan pengambilan keputusan terkait dengan energi,
lingkungan dan sosial untuk pembangunan berkelanjutan melalui
Environmental Impact Assessment (EIA);
• Mengembangkan, meningkatkan dan menerapkan Environmental Impact
Assessment to mendorong pembangunan industri yang berkelanjutan;
• Melaksanakan analisis investasi dan studi kelayakan, yang mencakup
Environmental Impact Assessment untuk membangun perusahan
pemroses yang berbasis hasil hutan;
• Menerapkan prosedur Environmental Impact Assessment yang tepat
untuk rencana proyek yang menimbulkan dampak penting terhadap
kehati, menyediakan informasi yang tepat untuk mendorong
peninagkatan peran serta masyarakat, dan mendorong kajian dampak
lingkungan dari kebijakan dan program yang relevan terhadap kehati
1999 2010 2012 PP Nomor 27 tahun 2012:
Perbaikan
Integrasi Izin Lingkungan
(PP Nomor 27 revitalisasi dalam Proses Amdal &
tahun 1999)
UKL-UPL & Streamlining
1993
Pengembangan
(PP Nomor 51 tahun 1993

1986 UU Lingkungan
tonggak awal Hidup
(PP Nomor 29
tahun 1986)
Peraturan
Pemerintah
tentang AMDAL
2009
UU 32/2009

Inovasi Kebijakan:
1997
PP No 27/2012 UU 23/1997
Merupakan PP
Generasi Ke-4 (empat) 1982
yang mengatur tentang
UU 4/1982 10
Amdal di Indonesia
Semangat PP NO. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
1. Menghindari terjadinya birokrasi baru. Dalam PP ini,
Izin lingkungan diintegrasikan ke dalam proses Amdal
dan UKL-UPL;
2. Pelaksanaan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
harus lebih streamlining dan bermutu, serta menuntut
profesionalisme, akuntabilitas dan integritas semua
pihak;
3. Kaidah Amdal sebagai Kajian Ilmiah;
4. Penegakan hukum atas pelanggar Amdal-UK-UPL dan
Izin Lingkungan;
5. Memperkuat Akses Partisipasi Masyarakat;
6. Mengubah Mindset Seluruh Pemangku Kepentingan;
7. Izin Lingkungan = Filter Investasi Hijau 
Pro-Lingkungan dan Pro-Investasi Hijau
Evolusi Pengaturan tentang AMDAL di Beberapa UU
Lingkungan Hidup di Indonesia (1982, 1997 dan 2009)
UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009

Hanya ada dua pasal Ada tiga pasal yang mengatur Ada 23 Pasal yang mengatur atau menyebutkan Amdal,
yang mengatur atau atau menyebutkan tentang yaitu:
menyebutkan tentang Amdal, yaitu: 1. Pasal 1 angka 11 dan angka 35: Pengertian Amdal dan
AMDAL, yaitu: keterkaitan amdal dan izin lingkungan;
1. Pasal 1 angka 20: Pengertian 2. Pasal 22: Dampak penting dan Amdal
1. Pasal 1 angka 10 tentang Amdal; 3. Pasal 23: Usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal;
terkait dengan 2. Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2): 4. Pasal 24: Dokumen Amdal dan SKKL
Pengertian AMDAL; • Kewajiban Amdal bagi 5. Pasal 25: Dokumen Amdal
2. Pasal 16: Kewajiban Setiap rencana yang 6. Pasal 26: Pelibatan masyarakat dalam penyusunan
Amdal bagi Setiap diperkirakan mempunyai dokumen Amdal
rencana yang dampak penting terhadap 7. Pasal 27: Pihak lain dalam penyusunan dokumen
diperkirakan lingkungan Amdal;
mempunyai dampak • Amanah untuk menyusun 8. Pasal 28: Sertifikasi penyusunan Amdal;
penting terhadap PP terkait dengan 9. Pasal 29: Penilaian Amdal oleh Komisi Penilai Amdal;
lingkungan penentuan rencana usaha 10. Pasal 30: Anggota KPA, Tim Teknis dan Sekretariat
dan/atua kegiatan yang KPA;
berdampak besar dan 11. Pasal 31: Hasil penilaian Amdal dan penetapan SKKL;
penting terhadap LH, 12. Pasal 32: Amdal untuk golongan ekonomi lemah;
penyusunan dan penilaian 13. Pasal 36: Keterkaitan amdal , SKKL dan izin lingkungan
AMDAL 14. Pasal 37: keterkaitan permohonan izin lingkungan
3. Pasal 18: Keterkaitan Amdal dengan Amdal;
dengan penerbitan izin usaha
dan/atau kegiatan
Lanjutan - Evolusi Pengaturan tentang AMDAL di
Beberapa UU Lingkungan Hidup di Indonesia
UU No. 4 Tahun 1982 UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009

Ada 23 Pasal yang mengatur atau menyebutkan Amdal,


yaitu:

15. Pasal 40: Keterkaitan izin lingkungan dengan izin


usaha dan/atau kegiatan;
16. Pasal 63: Tugas dan wewenangan pemerintah,
pemprov dan pemkab/kota dalam penetapan dan
pelaksanaan kebijakan Amdal;
17. Pasal 65: hak masyarakat untuk mengajukan usul
dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak
penting;
18. Pasal 69: larangan menyusun Amdal tanpa sertifikat
kompetensi;
19. Pasal 93: gugartan adminsitrasi penerbitan izin
lingkungan tanpa Amdal
20. Pasal 110: tindakan pidana terhadap penyusun Amdal
tanpa sertifikat kompetensi;
21. Pasal 111: tindakan pidana Penerbitan izin lingkungan
tanpa Amdal
22. Pasal 121: ketentuan peralihan terkait dengan Usaha
dan/atau kegiatan tanpa dokumen Amdal;
23. Pasal 122: ketentuan peralihan penerapan sertifikasi
kompetensi penyusun Amdal
Evolusi Pengaturan tentang Amdal di Indonesia sesuai dengan
PP 29/1986, PP 51/1993, PP27/1999 dan PP 27/2012
No Komponen AMDAL 1.0 AMDAL 2.0 AMDAL 3.0 AMDAL 4.0

1. Dasar Hukum UU 4/1982 UU 4/1982 UU 23/1997 UU 32/2009


PP 29/1986 PP 51/1993 PP 27/1999 PP 27/2012

2. Definisi Hasil studi Hasil studi Kajian mengenai Kajian mengenai


Amdal mengenai dampak mengenai dampak dampak besar dan dampak prnting suatu
suatu kegiatan penting suatu prnting suatu usaha usaha dan/atau
yang direncanakan usaha dan/atau dan/atau kegiatan kegiatan yang
terhadap kegiatan yang yang direncanakan direncanakan pada
lingkungan, hidup direncanakan pada lingkungan lingkungan hidup, yang
yang diperlukan terhadap hidup, yang diperlukan bagi proses
bagi proses lingkungan, hidup diperlukan bagi pengambilan
pengambilan yang diperlukan proses pengambilan keputusan tentang
keputusan bagi proses keputusan tentang penyelenggaraan
pengambilan penyelenggaraan usaha dan/atau
keputusan usaha dan/atau kegiatan
kegiatan
3. Penapisan Dua tahap: 1) Satu tahap: dengan Satu tahap: dengan Satu tahap: dengan
berdasarkan uraian daftar kegiatan daftar kegiatan wajib daftar kegiatan wajib
kegiatan, 2) wajib Amdal Amdal Amdal
berdasarkan PIL

4. Dokumen PIL, KA-ANDAL, KA-ANDAL, ANDAL, KA-ANDAL, ANDAL, KA, ANDAL, RKL-RPL
Amdal ANDAL, RKL, RPL RKL, RPL RKL, RPL dan RE
Lanjutan Beberapa Perbedaan Mendasar antar Berbagai PP yang mengatur tentang Amdal di Indonesia

No Komponen AMDAL 1.0 AMDAL 2.0 AMDAL 3.0 AMDAL 4.0


PP 29/2986 PP 51/1993 PP 27/1999 PP 27/2012
5. Sertifikasi Tanpa persyaratan Tanpa persyaratan persyaratan sertifikasi persyaratan sertifikasi
Kompetensi sertifikasi sertifikasi kompetensi (2008) kompetensi
Penyusun kompetensi kompetensi
Amdal
6. Komisi Penilai • Komisi Pusat: • Komisi Pusat: • Komisi Penilai • Komisi Penilai Amdal
AMDAL (KPA) Departemen atau Departemen Amdal Pusat: Pusat: KLH
LPND Sektoral atau LPND BPEDAL/KLH • Komisi Penilai Amdal
• Komisi Daerah: Sektoral • Komisi Penilai Provinsi: Instansi LH
Daerah Tingkat I • Komisi Daerah: Amdal Provinsi: Provinsi
Provinsi Daerah Tingkat I Instansi LH Provinsi • Komisi Penilai Amdal
Provinsi Kabupaten/Kota:
• Komisi Penilai Sejak Tahun 2000: Instansi LH Kab/Kota
Amdal Terpadu/ Komisi Penilai Amdal
Multisektoral : Kabupaten/Kota
BAPEDAL

6. Lisensi Komisi Tanpa lisensi KPA Tanpa lisensi KPA Lisensi KPA Kab/kota • Lisensi KPA Pusat &
Penilai Amdal sejak 2008 Lisensi KPA Provinsi
(2010) dan
• KPA Kab/Kota (2008)
7. Proses 1) PIL = 30 hari 1) KA-ANDAL = 12 1) KA-ANDAL = 75 hari 1. KA = 30 hari
Penilaian & 2) KA-ANDAL = 30 hari 2) ANDAL & RKL-RPL = 2. ANDAL & RKL-RPL =
waktu hari 2) ANDAL & RKL- 75 hari 75 hari
3) ANDAL = 90 hari RPL = 45 hari
4) RKL-RPL = 30 hari
Lanjutan Beberapa Perbedaan Mendasar antar Berbagai PP yang mengatur tentang Amdal di Indonesia

No Komponen AMDAL 1.0 AMDAL 2.0 AMDAL 3.0 AMDAL 4.0


PP 29/2986 PP 51/1993 PP 27/1999 PP 27/2012
8. Alternatif SEMDAL (PEL, UKL-UPL untuk UKL-UPL untuk UKL-UPL untuk rencana
AMDAL SEL, RKL-RPL) rencana kegiatan rencana kegiatan kegiatan yang tidak berdampak
untuk kegiatan yang tidak yang tidak penting
sudah berjalan berdampak berdampak penting
penting
9. Keterbukaan Pengumuman Pengumuman Pengumuman dan Pengumuman dan akses
Informasi dan akses dan akses akses dokumen dokumen
dokumen dokumen
10. Keterlibatan Saran dan Saran dan Saran, pendapat Saran, pendapat dan
Masyarakat masukan lisan masukan lisan dan tanggapan tanggapan sejak awal,
atau tertulis atau tertulis sejak awal, konsultasi masyarakat (KA) dan
sebelum sebelum konsultasi keterwakilan dalam KPA, saran,
pemberian izin keputusan masyarakat (KA- pendapat dan tanggapan
persetujuan ANDAL) dan masyarakat terkait izin
Amdal keterwakilan dalam lingkungan (ANDAL & RKL-RPL
KPA serta Keputusan Izin
Lingkungan

11. Keputusan Persetujuan Persetujuan Keputusan • Keputusan Kelayakan


AMDAL Amdal Kelayakan Lingkungan
Lingkungan • Izin Lingkungan
12. Mekanisme Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada
Banding
2
Pengantar Keterkaitan Amdal,
UKL-UPL dan Sistem Perizinan serta
Instrumen PPLH Lainnya
Tata Kelola Izin Lingkungan di Indonesia
Usaha/ Kegiatan Tahap Perencanaan Usaha/ Kegiatan Tahap Pra- Usaha/ Kegiatan
Konstruksi, Konstruksi & Operasi Tahap Pasca
Operasi

Izin PPLH
1
izin Usaha
Izin
Lingkungan
dan/atau Pelaksanaan usaha Penutupan
Usaha dan/atau
kegiatan
dan/atau kegiatan Kegiatan

Proses
Amdal atau
Izin Pinjam
Pakai 2
UKL-UPL Kawasan Implementasi
Hutan Izin Tata Kelola:
(IPKH) Lingkungan & Audit 1. Proses
Rencana atau Izin PPLH Lingkungan Permohonan &
serta
Usaha Pelepasan Hidup Penerbitan Izin
dan/atau Kawasan Continuous Lingkungan;
kegiatan HPK Improvement 2. Proses
pelaksanaan izin

Pengawasan
3 lingkungan dan
pelaporan
Tata Ruang • IPPKH: Rencana Usaha
Pelaksanaan Izin
dan/atau kegiatan berada di Lingkungan Hidup
dalam Kawasan Hutan Produksi Lingkungan;
atau Kawasan Hutan Lindung; Penaatan 3. Proses
LH BML KBKL pengawasan dan
• Izin Pelepasan kawasan: di
Hutan Produksi yang dapat penegakan
Penegakan Hukum
RTRW/RDTR dikonversi (HPK) hukum terhadap
Lingkungan Hidup izin lingkungan
PERIZINAN LINGKUNGAN

• Izin lingkungan:
• Izin perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
Usaha dan/atau (PPLH)
Kegiatan
Pengertian dan Konsep Dasar Izin Lingkungan
Instrumen tata
Izin Lingkungan
Usaha dan/atau
usaha negara Kegiatan
untuk
pengendalian 1. Izin yang diberikan
pencemaran kepada setiap orang
dan/atau 2. yang melakukan usaha
kerusakan dan/atau kegiatan wajib
lingkungan Amdal atau UKL-UPL
3. dalam rangka
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. sebagai prasyarat untuk
Kualitas memperoleh izin usaha
Lingkungan dan/atau kegiatan
Izin Lingkungan: Jantungnya Sistem Perizinan di Indonesia
Diterbitkan oleh Diterbitkan oleh Dilakukan oleh Pengawasan
• Proses Penilaian Amdal oleh KPA; Lingkungan Hidup &
MENLH, Gubernur, MENLH, MENLH,
• Proses Pemeriksaan UKL-UPL Penegakan Hukum
atau Gubernur, atau Gubernur, atau
oleh Instansi LH Lingkungan
Bupati/Walikota Bupati/Walikota Bupati/ Walikota

Pemrakarsa Izin PPLH • Pelaksanaan


Usaha dan/atau
Rencana Usaha Proses Izin Usaha Kegiatan
Izin
dan/atau Amdal atau Lingkungan
dan/atau • Pelaksanaan Izin
Kegiatan Lingkungan & Izin
UKL-UPL Kegiatan
PPLH

Proses Penyusunan Amdal atau UKL-UPL Diterbitkan oleh Menteri terkait,


oleh Pemrakarsa Gubernur, atau Bupati/Walikota
Penaatan terhadap
• IZIN LINGKUNGAN merupakan ‘Jantung-nya’ Sistem Perizinan di BML & KBKL
Indonesia. Secara legal, sesuai PUU PSDA dan PPLH izin usaha
dan/atau kegiatan tidak dapat diterbitkan tanpa adanya izin
lingkungan.
• Izin Lingkungan merupakan hasil dari Proses Amdal atau UKL-
UPL (Sistem KDL) yang disusun oleh Pemrakarsa dan dinilai oleh
KPA atau diperiksa oleh Instansi LH; Penurunan Beban
Pencemaran dan Laju
• Izin lingkungan instrumen utama penurunan Beban Pencemaran Kerusakan LH
Lingkungan dan Laju Kerusakan Lingkungan & Pengawasan LH
Izin Lingkungan: Produk Proses Amdal atau UKL-UPL
Izin lingkungan = diterbitkan pada
Proses penyusunan tarap perencanaan & persyaratan
Usaha dan/atau dan Penilaian Amdal untuk memperoleh izin usaha
Kegiatan Wajib dan/atau kegiatan
AMDAL
IZIN Usaha
IZIN
Wajib Memiliki dan/atau
LINGKUNGAN
Kegiatan
Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib
Izin
UKL/UPL
Proses penyusunan
dan Pemeriksaan
PPLH Izin PPLH, antara
lain:
UKL-UPL a. Izin pembuangan air
limbah ke sungai;
Catatan: Usaha dan/atau b. Izin pemanatan air
Kegiatan wajib SPPL tidak 1. Izin PPLH diterbitkan pada tahap limbah untuk aplikasi
wajib memiliki izin lingkungan operasional. ke tanah
c. Izin pembuangan air
2. Izin PPLH diterbitkan berdasarkan limbah ke laut
persyaratan dan kewajiban izin d. Izin injeksi air limbah
lingkungan yang harus ditaati oleh e. Izin PLB3
perusahaan
PUU terkait dengan Proses Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan pada
Tahap Perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan

izin Usaha Pelaksanaan


Rencana Usaha dan/atau usaha dan/atau
dan/atau Kegiatan kegiatan
kegiatan

RTRW
Amdal atau Izin
UKL-UPL Lingkungan Izin PPLH

• PP No 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan


• PerMenLH No. 05/2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan
KLHS yang wajib dilengkapi dengan Amdal ;
• PerMenLH No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dok.LH
• PerMenLH No. 17/2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Amdal dan
Izin Lingkungan
PerMenLH No. • PerMenLH 13/2010 tentang UKL-UPL dan SPPL;
• PerMenLH No. 07/2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen
09/2011 tentang
Amdal dan Persyaratan LPJP Dokumen Amdal;
Pedoman Umum • PerMenLH No. 15/2010 tentang Persyaratan dan tatacara lisensi Komisi Penilai
Kajian Lingkungan Amdal;
Hidup Strategis • PerMenLH No. 08 Tahun 2013 Tentang Tata Laksana Penilaian Amdal
(KLHS); Pemeriksaan UKL-UPL dan Pnerbitan Izin Lingkungan
• PerMenLH No. 25/2009 tentang Binwas Komisi Penilai Amdal Daerah
NSPK & Instrumen PPLH pada Tahap Pelaksanaan Usaha
dan/atau Kegiatan
Izin LH & Izin PPLH Penaatan
Dampak terhadap Baku
Mutu
Penting & Lingkungan
Dampak LH (BML) & Kriteria
Baku Kerusakan
Pelaksanaan Usaha dan/atau
lainnya Lingkungan
(KBKL)
Kegiatan
• KepMenLH No. 45 Tahun 2005
Implementasi tentang Pedoman Penyusunan
Audit LH Persyaratan & Laporan Pelaksanaan RKL-RPL
Kewajiban dalam Izin
(LAPORAN PELAKSANAAN IZIN
LINGKUNGAN)
Lingkungan & Izin PPLH
Peraturan MENLH No. 03 Tahun serta Continuous • KepMenLH No.07 Th 2001 tentang PPLH

Improvement
dan PPLHD
2013 tentang Audit Lingkungan • KepMenLH No.56 Th 2002 tentang
Hidup sebagai revisi dari: Pedoman Umum Pengawasan LH
• KepMenLH No. 42 Tahun 1994 • KepMenLH No.57 Th 2002 tentang Tata
• KepMenLH No. 30 Tahun 2001 Kerja PPLH
• PerMenLH No. 17 Tahun 2010 Pengawasan • KepMenLH No.58 Th 2002 tentang Tata
Kerja PPLHD;
Lingkungan Hidup • Peraturan MENLH No. 2 Tahun 2013:
Penerapan Sanksi Administrasi
3
Tata Ruang, Kawasan Lindung dan AMDAL
Isu Strategis: Keterkaitan antara Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup
TATA RUANG LINGKUNGAN

Perlindungan dan Pengelolaan


Penataan Ruang
Lingkungan Hidup
(UU No. 26 Tahun 2007) (UU No. 32 Tahun 2009)

TOOL

Ruang, Lingkungan
AMDAL & Izin Yang aman, nyaman,
TOOL Lingkungan produktif
(PP No. 27 Tahun 2012) dan berkelanjutan

1. Dalam perlindungan & pengelolaan lingkungan, penataan ruang


merupakan ujung tombak sebab proses perubahan lingkungan diawali dengan
proses perubahan ruang.
26
2. Dalam penataan ruang: perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup menjadi
kunci untuk menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
Pelaksanaan Penataan Ruang
pelaksanaan rencana tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfatn ruang

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian Pemanfaatan


Tata Ruang Ruang Ruang
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWN
Penyusunan
Nasional

Perumusan program sektoral Nasional


RTRWN
Pelaksanaan pembangunan
Rencana Penyusunan & penetapan SPM
Rinci
Penetapan standar kualitas lingkungan
Peraturan Zonasi
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWP
Penyusunan
Perumusan program sektoral provinsi
RTRWP
Provinsi

Pelaksanaan pembangunan
Perizinan
Rencana Penetapan pedoman pelaksanaan SPM
Rinci
Perumusan pedoman pelaksanaan standar kualitas lingk.

Penyusunan
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWK
Perangkat Insetif
Kabupaten

dan Disinsentif
Perumusan program sektoral kabupaten
RTRWKab
Pelaksanaan pembangunan
Rencana Pelaksanaan SPM
Rinci
Pelaksanaan standar kualitas lingkungan

Penyusunan Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWK Sanksi


RTRWKot Perumusan program sektoral Kota
Kota

Pelaksanaan pembangunan
Rencana Pelaksanaan SPM
Rinci
Pelaksanaan standar kualitas lingkungan 27
Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang
RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI TATA RUANG
Kajian Daya
RTR PULAU / KEPULAUAN Dukung & Daya
RTRW NASIONAL
RTR KWS STRA. NASIONAL Tampung LH
WILAYAH

serta KLHS
RTRW PROVINSI RTR KWS STRA. PROVINSI

RTRW KABUPATEN RTR KWS STRA KABUPATEN


Pasal 13 ayat (1)
Huruf a PP
RDTR WIL KABUPATEN

RTR KWS METROPOLITAN


27/2012:
Pengecualian
PERKOTAAN

RTR KWS PERKOTAAN DLM AMDAL di RDTR


WIL KABUPATEN dan/atau RTR
RTRW KOTA
RTR BAGIAN WIL KOTA Kawasan
Strategis
RTR KWS STRA KOTA
Kab/Kota
RDTR WIL KOTA

Tata Ruang: Syarat Utama Proses Penyusunan & Penilaian Amdal serta
Penentuan Kelayakan Lingkungan
Amdal dan Tata Ruang
Tahap Perencanaan
1 2 3 4 5
Rencana Studi Disain Pra Kontruksi Operasi
Umum Kelayakan Rinci dan Konstruksi

Amdal disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu usaha


dan/atau kegiatan Tidak sesuai
dengan
rencana tata
KA 1 ruang,
ANDAL 2 dokumen
Lokasi rencana usaha Amdal tidak
RKL-RPL 3 dan/atau kegiatan dapat dinilai
Dokumen AMDAL wajib sesuai dengan dan wajib
rencana tata ruang dikembalikan
kepada
pemrakarsa
Sumber: Pasal 4-5 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Penyusunan UKL-UPL
Tahap Perencanaan
1 2 3 4 5
Rencana Studi Disain Pra Kontruksi Operasi
Umum Kelayakan Rinci /Konstruksi

UKL-UPL disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan


suatu usaha dan/atau kegiatan
11. Identitas pemrakarsa;
22. Rencana usaha dan/atau
kegiatan;
33. Dampak lingkungan yang
akan terjadi; dan
44. Program pengelolaan dan
1.Lokasi sesuai dengan
rencana tata ruang.
Formulir UKL-UPL pemantauan lingkungan
2.Tidak sesuai: tidak dapat
hidup.
dinilai dan dikembalikan
Sumber: Pasal 14-15 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Pengecualian Jenis Usaha/Kegiatan Wajib Amdal
Usaha dan/atau Kegiatan Dalam PP 27/1999: Amdal Kawasan  RKL-RPL Rinci
(pasal 4), Ketentuan Amdal dan RDTR belum diatur

Dampak Penting

Lingkungan Hidup
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
LH dikecualikan dari kewajiban memiliki Amdal apabila:
lokasi rencana 1 lokasi rencana usaha dan/atau 2 usaha dan/atau
3
usaha dan/atau kegiatannya berada pada kegiatannya
kegiatannya berada kabupaten/kota yang telah dilakukan dalam
di kawasan yang memiliki rencana detail tata rangka tanggap
telah memiliki Amdal ruang kabupaten/kota dan darurat bencana
kawasan rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota

UKL/UPL Sumber: Pasal 13 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Pengecualian Penyusunan Dokumen AMDAL terhadap Lokasi
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada pada
kabupaten/kota yang telah memiliki Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan/atau Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (RTRKS)
kabupaten Kota belum dapat diberlakukan sesuai dengan Surat
MENLH Nomor B-14160/MENLH /PDAL/12/2013 tanggal 27
Desember 2013.

Pengecualian Penyusunan Dokumen AMDAL terhadap Lokasi


Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada pada
kabupaten/kota yang telah memiliki Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan/atau Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (RTRKS)
kabupaten Kota hanya dapat diterapkan APABILA:
1. RDTR dan RTRKS tersebut disusun berdasarkan kajian ilmiah
yang komprehensif dan rinci berdasarkan antara lain:

a. kajian daya dukung;


b. kajian daya tampun;dan
c. kajian lingkungan hidup strategis (KLHS).

2. Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR dan RTRKS yang


disusunnya sudah sudah memperhitungkan atau mengkaji
dampak suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup, termasuk
proyeksi, prediksi dan pengendalian dampak secara detail; dan

3. Ketentuan pengecualian penyusunan dokumen amdal terhadap


lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang berada pada
kabupaten/kota yang telah memilki rencana rencana detil tata
ruang (RDTR) dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis
(RTRKS) kabupaten/kota akan diatur dan ditetapkan dalam
bentuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
 RTRWN menjadi pedoman utk penetapan lokasi dan fungsi
ruang utk investasi (Pasal 20 ayat (2) huruf e)

 RTRW Provinsi menjadi pedoman utk penetapan lokasi


dan fungsi ruang utk investasi (Pasal 23 ayat (2) huruf e)

 RTRW Kabupaten menjadi pedoman utk penetapan lokasi


dan fungsi ruang utk investasi (Pasal 26 ayat (2) huruf e)
Proses Penapisan (Screening)

Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
(Project)

Proses Penapisan
(Screening)
Wajib
Wajib Amdal
Kriteria: UKL-UPL
1. Skala dan Besaran;
2. Lokasi
Proses Rencana usaha Proses
Amdal dan dan/atau Kegiatan UKL-UPL dan
Izin Lingkungan Izin Lingkungan
PUU terkait dengan Proses Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
PUU terkait dengan BAKU MUTU PUU terkait dengan
PUU terkait dengan
PENAATAN Lingkungan
LINGKUNGAN (BML), KRITERIA BAKU 6 PERSYARATAN 7 Hidup (Pengawasan dan
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP (KBKL) PERIZINAN SEKTOR
Penegakan Hukum LH)
3
2
PUU terkait dengan
PERSYARATAN
Izin PPLH
LOKASI KEGIATAN
(RUANG) atau Proses izin Usaha
larangan untuk dan/atau Pelaksanaan usaha
Amdal atau dan/atau kegiatan serta
melakukan aktivitas kegiatan
tertentu di dalam UKL-UPL Izin Lingkungan & Audit LH
lokasi tertentu Izin
Lingkungan IPKH) atau

1
Izin
Pelepasan
Kawasan • Usaha dan/atau Kegiatan
PUU terkait dengan HPK (Jika Ramah Lingkungan;
tata laksana Amdal, berlokasi di • Kualitas LH yang baik dan
Rencana
UKL-UPL dan Izin Usaha
dalam
Sehat
Lingkungan serta dan/atau
kawasan
HP atau
Audit LH
Tata Kelola Izin Lingkungan
kegiatan HL)

4 PUU terkait dengan


PUU terkait dengan kewajiban PENYEDIANAN SARANA dan Prosedur Sampling
PRASARANA, serta PELAKSANAAN TINDAKAN perlindungan dan 5 Kualitas LH termasuk
pengelolaan lingkungan hidup Pemetaannya
6 Langkah Proses Penapisan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
a. Delineasi batas proyek; a. Formulir isian informasi awal
b. Analisis spasial batas Melengkapi Ringkasan
1 disiapkan;
Informasi Awal
proyek dengan rencana b. Bahan informasi untuk
tata ruang; pengisian formulir
c. Analisis spasial batas c. Formulir dilengkapi
Memastikan kesesuian lokasi
proyek dengan peta-peta 2 rencana usaha dan/atau
fungsi ruang lainnya kegiatan dengan PUU a. Setiap jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan dianalisis
untuk mentukan kegiatan
a. Lingkup rencana usaha Menentukan Rencana Usaha wajib memiliki amdal;
dan/atau kegiatan dengan dan/atau Kegiatan yang Wajib
3 b. Hasil analisis kegiatan wajib
kriteria pendekatan studi Memiliki Amdal
amdal ditetapkan
amdal dianalisis;
b. Pendekatan studi amdal 4 Menentukan Pendekan Studi
ditentukan Amdal yang akan Digunakan a. Hasil penentuan pendekatan
studi amdal, jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan
Mengidentifikasi Kewenangan
(strategis dan non strategis)
a. Hasil penapisan disusun; KPA 5
dibandingkan dengan daftar
b. Hasil penapisan
pembangian kewenangan;
dikomunikasikan kepada
b. Informasi bukti lisensi dan
instansi LH;
Mendokumentasikan Kegiatan
validitasnya;
c. Hasil penapisan
Penapisan c. Kewenangan penilaian Amdal
didokumentasikan 6
ditentukan
6 Langkah Proses Penapisan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Melengkapi Ringkasan
PUU PPLH dan SDA i.e. UU 1 a. Lampiran V Peraturan
Informasi Awal
41/1999, PP 24/2010 atau MENLH No. 5 Tahun 2013
PP 61/2012, PP 10/2010, PP
26/2008 Memastikan kesesuian lokasi
2 rencana usaha dan/atau
kegiatan dengan PUU Peraturan MENLH No. 5 Tahun
2012: Pasal 2 dan Pasa 3 serta
Menentukan Rencana Usaha Bagan Alir Penapisan di
dan/atau Kegiatan yang Wajib
3 Lampiran II, Lampiran I dan
Memiliki Amdal Lampiran III
Pasal 8 PP No. 27 Tahun
2012 4 Menentukan Pendekan Studi
Amdal yang akan Digunakan
• Pasal 54 dan 55, serta
Mengidentifikasi Kewenangan pasal 47 PP No. 27 Tahun
KPA 5 2012;
• Pasal 10, Pasal 11 dan
Pasal 14 serta Lampiran II-
Mendokumentasikan Kegiatan V Peraturan MENLH No. 8
6 Penapisan Tahun 2013
LAMPIRAN V PERMENLH NO. 05/2012
Proses Penapisan Usaha/Kegiatan Wajib Amdal (Screening)
(Pasal 2 & Lampiran II Peraturan MENLH No. 05/2012)
Deskripsi jenis rencana usaha
Uji informasi Awal dan/atau kegiatan utama &
Pemrakarsa mengisi
pendukung harus diuraikan secara
dengan daftar jenis ringkasan informasi awal jelas . Periksa dan bandingkan
rencana usaha Rencana Usaha dan/atau seluruh jenis usaha dan/atau
dan/atau kegiatan kegiatan dengan Permen 05/2012
Kegiatan yang diusulkan
wajib Amdal (Kegiatan Utama & • Kawasan lindung wajib
ditetapkan;
(Lampiran I) Pendukung) (lampiran V) • Tidak semua jenis kawasan
lindung dalam PP 26/2008 dan
Keppres 32/1990 dimasukan
dalam daftar kawasan lindung
Periksa apakah lokasinya • Ada jenis usaha dan/atau
Tidak berada di dalam dan/atau
?
kegiatan yang dikecualikan
berbatasan langsung dengan
kawasan lindung Tidak
(Lampiran III)
Ya
Uji ringkasan awal dengan
kriteria pengecualian
(Pasal 3 ayat 4)

Wajib Memiliki Tidak Ya Wajib UKL-UPL


Amdal
? atau SPPL
Rencana Usaha/Kegiatan di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
Lindung Wajib Memiliki AMDAL (Pasal 3 Peraturan MENLH No. 05/2012)
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
lokasinya berada di dalam kawasan lindung 
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
yang berada di dalam dan/atau berbatasan
diizinkan sesuai peraturan perundang-undangan, langsung dengan kawasan lindung yang
misal: tambang di hutan lindung, wisata alam di dikecualikan dari kewajiban menyusun
kawasan lindung Amdal adalah rencana usaha dan/atau
kegiatan:

Batas proyek
1 1. Eksplorasi pertambangan, migas dan
panas bumi;
2. Penelitian dan pengembangan di bidang
terluar yang Kawasan Lindung
ilmu pengetahuan;
bersinggungan Yang tercantum dalam
Lampiran Permen LH & 3. Yang menunjang pelestarian kawasan
dengan batas
terluar dari telah ditetapkan sesuai lindung;
dengan PUU 4. Yang terkait dengan kepentingan

2
kawasan
lindung pertahanan dan keamanan negara yang
tidak berdampak penting terhadap
Dampak
lingkungan;
potensial
5. Budidaya yang secara nyata tidak

3
Dampak potensial dari
rencana usaha dan/atau
berdampak penting bagi lingkungan
kegiatan yang akan hidup;
dilaksanakan tersebut 6. budidaya yang diizinkan bagi penduduk
secara nyata asli dengan luasan tetap dan tidak
mempengaruhi kawasan Keterangan: mengurangi fungsi lindung kawasan dan
lindung terdekat = Rencana Usaha di bawah pengawasan ketat.
dan/atau kegiatan
Daftar Kawasan Lindung dalam Peraturan MENLH No. 05 Tahun 2012

Catatan
Kawasan lindung yang dimaksud dalam Peraturan Menteri
ini: :
1. Kawasan hutan lindung • Tidak semua kawasan
2. Kawasan bergambut lindung yang tercantum
3. Kawasan Resapan Air
dalam PP No. 26/2008 dan
4. Sempadan Pantai
5. Sempadan Sungai Keppres 32/1990
6. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk dicantumkan dalam daftar
7. Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut kawasan lindung di
8. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Peraturan MENLH Ini;
9. Kawasan Pantai Berhutan Bakau • Kawasan lindungan =
10. Taman Nasional dan Taman Nasional Laut kawasan yang telah
11. Taman Hutan Raya DITETAPKAN sebagai
12. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
kawasan lindung
13. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
14. Kawasan Cagar Alam Geologi • Usaha dan/atau kegiatan di
15. Kawasan Imbuhan Air Tanah kawasan lindung adalah
16. Sempadan Mata Air usaha dan/atau kegiatan
17. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah yang diizinkan sesuai
18. Kawasan Pengungsian Satwa dengan ketentuan PUU
19. Terumbu Karang
20. Kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa dan Biota Laut yang Dilindungi
Kawasan lindung  wilayah yang DITETAPKAN dengan fungsi utama untuk melindungi
kelestarian lingkungan hidup mencakup SDA dan Sumber Daya Buatan. Penetapan
kawasan lindung tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan PUU
Keterkaitan Tata Ruang, dan PIPIB dengan Proses Amdal,
UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Rencana Usaha • Proses Amdal dan Izin Lingkungan,
dan/atau Kegiatan atau
• Proses UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Tidak
Apakah Lokasinya ya
• Sesuai dengan
Rencana Tata Apakah lokasinya berada
Ruang, dan/atau di dalam ya Apakah termasuk usaha
Sesuai
Kawasan Hutan Primer & dan/atau Kegiatan yang
• Sesuai dengan Lahan Gambut dalam Peta DIKECUALIKAN?
Ketentuan PUU Indikatif Penundaan Izin
PPLH & SDA Baru (PIPIB) ?
Tidak
Tidak Sesuai
Ditolak Inpress 06/2013 penganti Inpres 10/211 Ditolak

Usaha dan/atau kegiatan yang dikecualikan dalam Inpres 10/2011 (Inpres 06/2013)
• Permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri Kehutanan;
• Pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu: geothermal, migas,
ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu
• Pemanfaatan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan yang telah ada sepanjang izin
di bidang usahanya masih berlaku
Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) – Inpres 10/2011 (2011-2013)
Lokasi PIPIB
Lokasi yang Hutan Alam Primer (Moratorium) –
masih boleh Lahan Gambut di dalam dan di luar
Tidak Boleh Ada
ada izin baru kawasan Hutan
Izin Baru
Analisis Spasial Tapak Proyek dan Peta Rencana Tata
Ruang dan Peta-Peta Fungsi Ruang Lainnya
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Pelabuhan, Waduk
dan pembangkit listrik, jalan dll.

Jika sesui Tata


Ruang & PUU,
maka :
Ya • Amdal dan
Izin
Lingkungan,
atau
• UKL-UPL dan
Tidak
Izin
• Struktur dan Lingkungan
Pola Ruang • Kawasan Dapat diproses
• Pola Ruang: Lindung
lebih lanjut
 Kawasan
Lindung; Jika tidak sesuai Tata
dan Ruang & PUU maka Amdal
 Kawasan atau UKL-UPL dan Izin
Budidaya Lingkungan, tidak dapat
Proses
Lampiran 1: Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
Peraturan MENLH No. 11/2006 Peraturan MENLH No. 05/2012
No Bidang Jumlah No Bidang Jumlah
Jenis Jenis
Kegiatan Kegiatan
1. Pertahanan 3 1. Multisektor 5
2. Pertanian 2 2. Pertahanan 3
3. Perikanan 1 3. Pertanian 3
4. Kehutanan 1 4. Perikanan dan Kelautan 1
5. Perhubungan 10 5. Kehutanan 1
6. Teknologi Satelit 1 6. Perhubungan 5
7. Perindustrian 7 7. Teknologi Satelit 5
8. Pekerjaan Umum 16 8. Perindustrian 8
9. Sumber Daya Energi 10 9. Pekerjaan Umum 12
Mineral
10. Perumahan dan Kaw. Permukiman 1
10. Pariwisata 2
11. Energi dan Sumber Daya Mineral 18
11. Pengembangan Nuklir 2
12. Pariwisata 2
12. Pengelolaan LB3 1
13. Ketenaganukliran 4
13. Rekayasa Genetika 2
13 Bidang 58 Jenis Kegiatan 14. Pengelolaan LB3 4
14 Bidang 72 Jenis Kegiatan
Lampiran 1: Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan (Utama dan
Pendukung) dan Wajib Amdal
Penegasan di Peraturan MENLH No. 05/2012: Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam lampiran I Peraturan Menteri ini dapat menjadi jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan amdal apabila di dalam usaha dan/atau kegiatan dimaksud terdapat salah satu jenis
usaha dan/atau kegiatan pendukung yang termasuk dalam jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan amdal sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini

Contoh:

Rencana
Pembangunan
Bangunan
Gedung Menjadi Usaha
dan/atau kegiatan
Pengambilan Jenis Rencana Wajib Amdal
Air Tanah Usaha dan
Kegiatan Utama di
luar Lampiran 1
Penting !
Jenis Usaha dan Dalam Proses Penapisan, uraikan
Kegiatan (UKL-UPL)
Misal: Pembangunan deskripsi jenis rencana usaha
Pendukungnya Wajib
Amdal. Misal Bangunan Gedung dan/atau kegiatan utama &
Pengambilan air tanah kurang dari 10.000 pendukung secara jelas . Periksa
lebih dari 50 liter/detik m2 atau luas lahan dan bandingkan seluruh jenis usaha
dari 1-5 sumur dalam kurang dari 5 Hektar dan/atau kegiatan dengan Lampiran
satu area < 10 hektar I Permen 05/2012
Tools Penapisan dan Penentuan Kewenangan
No Esensi dasar penapisan (screening) dan Tools yang digunakan
penentuan kewenangan
1. Apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan PUU PPLH dan SDA i.e. UU 41/1999,
dapat dilakukan di suatu lokasi yang telah PP 24/2010, PP 10/2010, PP 26/2008
direncanakan
2. Apakah rencana usaha dan/atau kegiatan Peraturan MENLH No. 5 Tahun 2012:
tersebut termasuk wajib memiliki Amdal atau Bagan Alir Penapisan di Lampiran II,
UKL-UPL ; Lampiran I dan Lampiran III

3. Jika wajib Amdal, pendekatan studi Amdal yang Pasal 8 PP No. 27 Tahun 2012
akan dilakukan:
a. Tungal;
b. Terpadu; atau
c. Kawasan.
4. KPA yang berwenang untuk melakukan Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013
penilaian Amdal atau Instansi LH yang  Pasal 10 dan Pasal 11 serta
berwenang menilai UKL-UPL Lampiran II-Lampiran IV;
 Pasal 23
Rencana Tata Ruang, Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
serta Rencana Kegiatan Migas dan Panas Bumi

Rencana Tata Ruang


UU No 26/2007, UU 27/2007, UU 41/1999 & PP No. 26/2008, PP 24/2010

Kawasan Budi
Kawasan Lindung
Daya

Rencana Kegiatan Migas


dan Panas Bumi sesuai Rencana Kegiatan Migas dan
dengan Rencana Tata Panas Bumi diizinkan oleh PUU
PSDA dan PPLH
Ruang
Contoh: Kawasan Karst dalam RTRW

Kawasan Karst

Ditetapkan Sebagai Kawasan


Lindung antara lain: Ditetapkan Sebagai Kawasan
• Taman Nasional: i.e. sebagian Karst Maros Budidaya
Pangkep dan Lorent;
• Hutan Lindung: i.e. Sebagian karst maros
pangkep;
Cagar Alam Geologi
Rencana Usaha dan/atau

• Cagar Budaya
Kegiatan Industri Seman
beserta Penambangan Batu
Sesuai dengan Ketentuan PUU PPLH & PSDA: Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Semen beserta
Gamping dan Tanah Liat
Penambangan Batu Gamping dan Tanah Liat tidak dapat dilakukan jika sesuai
dapat dilakukan di kawasan Lindung dengan Rencana Tata Ruang
Pasal 4: Penambahan Daftar Jenis Rencana Usaha
dan/atau kegiatan wajib Amdal
Dasar Penetapan
Rencana Usaha
dan/atau
MENLH
1) Pertimbangan Ilmiah: Daya
dukung dan Daya Tampung
Lingkungan;
Kegiatan Wajib
2) Tipologi ekosistem setempat Memiliki Amdal
diperkiran berdampak penting
terhadap lingkungan hidup Usulan
Tertulis
Tidak Wajib Amdal
Rencana Usaha dan/atau Jenis rencana usaha
Kegiatan: Skala/besaran < • K/L; dan/atau kegiatan
Lampiran 1 • Gubernur; diajukan setalah
• Bupati/ dilakukan telaahan
Rencana Usaha dan/atau Walikota; sesuai dengan kriteria
Kegiatan: tidak tercantum dalam dan/atau sebagaimana
lampiran 1 tetapi mempunyai • Masyarakat. tercantum dalam
dampak penting terhadap LH Lampiran IV
Pasal 5: “Delisting” Daftar Jenis Rencana Usaha
dan/atau kegiatan wajib Amdal
Rencana Usaha • K/L;
• Gubernur;
dan/atau Kegiatan • Bupati/
Wajib Memiliki Amdal Walikota;
dan/atau
• Masyarakat.
Dasar Penetapan
Usulan
1) Dampak dari rencana Tertulis
usaha dan/atau kegiatan
dapat ditanggulangi
berdasarkan Rencana Usaha
dan/atau
MENLH
perkembangan iptek;
2) Berdasarkan Kegiatan Wajib
pertimbangan ilmiah, tidak Memiliki UKL-UPL
menimbulkan dampak
penting terhadap atau SPPL
lingkungan hidup
Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai dengan
Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional Sesuai
Dalam Peraturan dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
MENLH No. 05 Tahun
2012
1. Kawasan Hutan a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;
Lindung b. kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
2. Kawasan bergambut a. wisata alam tanpa merubah bentang alam
3. Kawasan Resapan a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki
Air kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada

4. Sempadan Pantai a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;


b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi;
c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan rekreasi pantai;
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan
Dalam Peraturan Lindung Nasional Sesuai dengan Ketentuan
MENLH No. 05 Tahun Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
2012
5. Sempadan Sungai a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka
6. Kawasan sekitar hijau;
danau/waduk b. bangunan untuk pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi;

7. Suaka margasatwa dan a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;


suaka margasatwa laut b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
8. Cagar alam dan cagar menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud
alam laut pada huruf a;

9. Kawasan pantai a. kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata


berhutan bakau alam
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional
Dalam Peraturan Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun
MENLH No. 05 2008
Tahun 2012
10. Taman Nasional a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;
atau taman b. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya
nasional laut hanya diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat

11. Taman hutan raya a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;


b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

12. Taman Wisata a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;


Alam dan Taman b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
Wisata Alam Laut kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Lindung Dalam Nasional Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106
Peraturan PP No. 26 Tahun 2008
MENLH No. 05
Tahun 2012
13. Kawasan cagar a. penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
budaya dan b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang
ilmu tidak sesuai dengan fungsi kawasan
pengetahuan
14. Kawasan cagar a. pariwisata tanpa mengubah bentang alam
alam geologi b. kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk penelitian
arkeologi dan geologi
c. pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka
dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.
d. pelindungan kawasan yang memiki ciri langka berupa
proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan/atau pariwisata.
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Dalam Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional
Peraturan MENLH No. 05 Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun
Tahun 2012 2008

15. Kawasan imbuhan air a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki
tanah kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada
lahan terbangun yang sudah ada

16. Sempadan mata air a. ruang terbuka hijau


17. Kawasan perlindungan a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
plasma nutfah b. pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan
18. Kawasan pengungsian a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
satwa b. pelestarian flora dan fauna endemik kawasan;
19. Terumbu Karang a. pariwisata bahari
20. Kawasan koridor bagi
jenis satwa atau biota
laut yang dilindungi
Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan
KPA sesuai dengan PP 28/2011
No Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA Kawasan Suaka Kawasam Pelestarian Alam
Alam (KSA) (KPA)
Cagar Suaka Taman Taman Taman
Alam (CA) Marga- Nasion Wisata Hutan
satwa al (TN) Alam Raya
(SM) (TWA) (Tahura)
1. penelitian dan pengembangan ilmu     
pengetahuan
2. pendidikan dan peningkatan     
kesadartahuan konservasi alam
koleksi kekayaan keanekaragaman
hayati
3. penyerapan dan/atau penyimpanan     
karbon
4. pemanfaatan air serta energi air,    
panas, dan angin serta wisata alam
terbatas
5. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar  
Sumber: Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan
KPA sesuai dengan PP 28/2011
No Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA Kawasan Suaka Kawasam Pelestarian Alam
Alam (KSA) (KPA)
Cagar Suaka Taman Taman Taman
Alam Marga- Nasion Wisata Hutan
(CA) satwa al (TN) Alam Raya
(SM) (TWA) (Tahura)
6. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk     
penunjang budidaya
7. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat   
setempat.
6. pembinaan populasi melalui penangkaran 
dalam rangka pengembangbiakan satwa
atau
perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.
7. pembinaan populasi dalam rangka 
penetasan telur dan/atau pembesaran
anakan yang diambil dari Alam
Sumber: Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Pasal 38 UU 41/1999 tentang Kehutanan

Pasal 38
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan
produksi dan kawasan hutan lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.
(3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan
melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian lingkungan.
(4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan
pola pertambangan terbuka.
(5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan
oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2010
TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Pasal 3

(1) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


hanya dapat dilakukan di dalam:
a. kawasan hutan produksi; dan/atau
b. kawasan hutan lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian lingkungan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan luas dan jangka waktu
tertentu serta kelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan peraturan Menteri.
Pertambangan di Kawasan Hutan Lindung (PP 24/2010)

Pasal 5
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b dilakukan dengan ketentuan:
a. dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan:
1. penambangan dengan pola pertambangan terbuka; dan
2. penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah;
b. dalam kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan
dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang
mengakibatkan:
1. turunnya permukaan tanah;
2. berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan
3. terjadinya kerusakan akuiver air tanah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambangan bawah tanah pada hutan
lindung diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 6
(1) Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan
hutan.
Usaha dan/atau Kegiatan di Hutan Lindung yang
Diiziinkan/Diperbolehkan oleh PP 24/2010 & PP 61/2012
Penggunaan kawasan hutan (Hutan Produksi dan Hutan Lindung) untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan
yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, meliputi kegiatan:
a. religi;
b. pertambangan;
c. instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi
baru dan terbarukan;
d. pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun
relay televisi;
e. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
f. sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi
umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;
g. sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air,
dan saluran air bersih dan/atau air limbah;
h. fasilitas umum; Pasal 4 ayat (2) PP 61/2012:
i. industri terkait kehutanan; Tambahan Kegiatan:
m. pertanian tertentu dalam
j. pertahanan dan keamanan; rangka ketahanan pangan dan
k. prasarana penunjang keselamatan umum; atau ketahanan energi
l. penampungan sementara korban bencana alam.
Sumber: Pasal 4 PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan dan PP 61/2012
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
diperbolehkan dilakukan di HPK
• Pasal 2 ayat (1): Pelepasan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan pada HPK ;
• Pasal 3: Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), termasuk sarana penunjang, antara lain:

1. penempatan korban bencana alam; 11. pelabuhan;


2. waduk dan bendungan; 12. bandar udara;
3. fasilitas pemakaman; 13. stasiun kereta api;
4. fasilitas pendidikan; 14. terminal;
5. fasilitas keselamatan umum; 15. pasar umum;
6. rumah sakit umum dan pusat 16. pengembangan/pemekaran wilayah;
kesehatan masyarakat; 17. pertanian tanaman pangan;
7. kantor Pemerintah dan/atau 18. budidaya pertanian;
pemerintah daerah; 19. perkebunan;
8. permukiman dan/atau perumahan; 20. perikanan;
9. transmigrasi; 21. peternakan; atau
10. bangunan industri; 22. sarana olah raga.
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan P. 33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Penataan Ruang, Reklamasi dan Perizinan Reklamas:
Kasus Teluk Jakarta
1. Pasal 34 UU No. 27 Tahun 2007 1. Pasal 97UU No. 17 Tahun 2008 tentang
tentang PWP-PPK ; Pelayaran
2. Pasal 103-107 PP No. 5 Tahun 2010 tentag
2. Pasal 2 ayat (2)Peraturan Presiden No. Kenavigasian;
122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di 3. Peraturan MENHUB No. PM 52 Tahun 2011
Wilayah Pesisir dan Pualau-Pulai Kecil tentang Pengerukan dan Reklamasi

Reklamasi di LUAR Reklamasi di DALAM


DLKr dan DLKp Pelabuhan Utama DLKr dan DLKp Pelabuhan Utama dan
dan Pelabuhan Pengumpul Pelabuhan Pengumpul

Perizinan
Perizinan
1. Izin Lokasi Reklamasi
1. Amdal atau UKL-UPL dan Izin
2. Amdal atau UKL-UPL dan Izin
Lingkungan;
Lingkungan;
2. Izin Reklamasi
3. Izin Pelaksanaan Reklamasi

Karena itu, Untuk kepastian hukum pelaksanaan reklamasi perlu kejelasan demarkasi/batas
areal DLKr dan DLKp Pelabutan Utama dan Pengumpul di Kawasan Pantura Jakarta. Hal ini
terkait dengan acuan regulasi yang digunakan dan perizinan yang akan diterbitkan.
Ruang/Lokasi Kegiatan Reklamasi
lokasi sumber Kawasan Lokasi Rencana
Kawasan Budi Lindung Pengambilan
material
Daya Material
reklamasi
Reklamasi
diizinkan oleh
PUU PSDA & LH
Lokasi Rencana
Pengambilan Material
Reklamasi sesuai dengan Pasal 2
Rencana Tata Ruang
Perpres
Rencana Kegiatan Reklamasi & Rencana Usaha 122/2012:
dan/atau Kegiatan Lainnyy di Lahan Reklamasi Reklamasi
tidak dapat
dilakukan pada
Pasal 2 Perpres 122/2012: Kawasan Budi kawasan
Reklamasi tidak dapat Kawasan Lindung konservasi
Daya
dilakukan pada alur laut

Rencana Kegiatan reklamasi sesuai dengan Rencana Kegiatan reklamasi


Rencana Tata Ruang dilarang di kawasan lindung
Ruang/Lokasi Sumber Material Reklamasi
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri KKP No. 17 Tahun 2013: Lokasi pengambilan
sumber material reklamasi tidak dapat dilakukan di:
a. Pulau-pulau kecil terluar (PPKT);
b. Kawasan konservasi perairan dan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. Pulau kecil dengan luas kurang dari 100 (seratus) hektar; dan
d. kawasan terumbu karang, mangrove, dan padang lamun;

Pengambilan sumber material reklamasi tidak lokasi sumber


boleh: material
a. merusak kelestarian ekosistem di wilayah
reklamasi
pesisir dan pulau-pulau kecil;
b. mengakibatkan terjadinya erosi pantai; dan
c. menganggu keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat.

Pengambilan sumber material reklamasi di pulau


kecil paling banyak 10% (sepuluh persen) dari luas Lokasi Reklamasi
pulau tersebut.

Sumber: Pasal 4 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Menteri Rencana Kegiatan Reklamasi & Rencana Usaha
KKP No. 17/2013 dan/atau Kegiatan Lainnyy di Lahan Reklamasi
PUU terkait dengan PERSYARATAN LOKASI KEGIATAN atau larangan untuk
melakukan aktivitas tertentu di dalam lokasi tertentu
Peraturan Menteri Perhubungan PM No. 52 Tahun 2011 tentang
Pengerukan dan Reklamasi (PM 74/2014). Pasal 5 ayat (4) menyebutkan
bahwa Lokasi pembuangan hasil keruk (dumping area) tidak
diperbolehkan di:
1. alur-pelayaran;
2. kawasan lindung;
3. kawasan suaka alam;
4. taman nasional;
5. taman wisata alam;
6. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
7. sempadan pantai;
8. kawasan terumbu karang;
9. kawasan mangrove;
10. kawasan perikanan dan budidaya;
11. kawasan pemukiman; dan
12. daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
Kawasan Lindung Sempadan Pantai Mangrove
PP 26/2008 Pasal 57 ayat (5), Keppres Keppres 32/1990 Pasal
32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan 26: Perlindungan
terhadap kawasan
Lindung, Pasal 27 dan Kepmen LH No. 201 pantai berhutan bakau
Tahun 2004 dilakukan untuk
melestarikan hutan
bakau sebagai
pembentuk ekosistem
hutan bakau dan
tempat
berkembangbiaknya
berbagai biota laut
disamping sebagai
KAWASAN LINDUNG Sempadan pantai pelindung pantai dan
hutan mangrove = 130 x nilai rata-rata pengisian air laut serta
perbedaan air pasang tertinggi dan perlindungan usaha
budidaya di
terendah tahunan, DIUKUR dari garis belakangnya
air surut teredah

Pasal 101 ayat 3 PP 26/2008: Kawasan pantai berhutan bakau 


pemanfaatan utk keg. Pendidikan, penelitan & wisata alam,
pelarangan pemanfaatan kayu bakau, pengurangan luas dan
pencemaran ekosistem bakau
Kriteria Kawasan Lindung Sempadan Pantai
Zonasi untuk sempadan pantai: Pemanfaatan untuk RTH, Pengembangan struktur
alami dan struktur buatan untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai, Pelarangan
pendirian bangunan, Pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,
nilai ekologis, dan estetika kawasan (Pasal 100 ayat (1) PP 26 Tahun 2008 tentang
RTRWN)

Kawasan Lindung
Sempadan Pantai = 100
meter
Garis batas sempadan pantai

Berdasarkan PP 26/2008 Pasal 56 ayat (2), Keppres 32/1990 Pasal 14:


Sempadan pantai diukur 100 meter dari garis pasang tertinggi
WILAYAH PERENCANAAN RZWP-3-K

Mengikuti RTRW

Dr. Ir. Subandono Diposaptono, M.Eng (Direktur Perencanaan Ruang Laut)


Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Perlindungan Ekosistem
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan Kawasan Lindung
(Pasal 52 ayat (6) PP 26/2008 tentang RTRWN)

Zonasi Terumbu Karang


• Pemanfaatan untuk wisata bahari
• Pelarangan kegiatan penangkapan ikan dan
pengambilan terumbu karang
• Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan
pencemaran air
(Pasal 103 ayat (6) PP 26/2008 tentang RTRWN)
Larangan
penambangan terumbu karang yg menimbulkan
kerusakan, pengambilan terumbu karang di kawasan
konservasi, penggunaan peralatan, cara tau metode lain
yg merusak ekosistem terumbu karang

(Pasal 35 UU 27/2007 tentang PWP & PPK)


Kawasan Lindung Sempadan Sungai
S. Bone di Kab. Bolmong, Prop. Sulut PP 82/2001
Pengelolaan
Kualitas Air &
Pengendalian
PP 26 Tahun 2008 tentang Tata Pencemaran Air
Ruang Nasional &
Keppres 32/1990 tentang
Kawasan Lindung
Zonasi sempadan sungai
• Pemanfaatan Ruang utk
RTH;
• Pelarangan mendirikan
bangunan
Pasal 100 ayat 2 PP 26/2008
Sungai
 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi (Pasal 35)

 Izin pemanfaatan ruang yg tidak sesuai dgn RTRW dibatalkan oleh


Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya (Pasal
37 ayat (2))

 Izin pemanfaatan ruang yg dikeluarkan dan/atau diperoleh dgn tidak


melalui prosedur yg benar, batal demi hukum (Pasal
37 ayat (3))

 Izin pemanfaatan ruang yg diperoleh melalui prosedur yg benar


tetapi kemudian terbukti tidak sesuai RTRW, dibatalkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
(Pasal 37 ayat (4))
 Dlm pemanfaatan ruang, setiap orang wajib menaati rencana tata ruang yg
telah ditetapkan (Pasal 61 huruf a).

 Setiap orang yg tidak menaati rencana tata ruang yg telah ditetapkan


sebagaimana dimaksud dlm Pasal 61 huruf a yg mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, dipidana dgn pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) (Pasal 69
ayat (1)).

 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan


kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
dgn pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) (Pasal 69 ayat (2)).

 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan


kematian orang, pelaku dipidana dgn pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
(Pasal 69 ayat (3)).
 Pasal 74 ayat (1)
Dlm hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dlm Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu
korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yg dpt dijatuhkan terhadap korporasi
berupa pidana denda dgn pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dlm Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.
 Pasal 74 ayat (2)
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dpt dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
 Pasal 37 ayat (7)
Setiap pejabat pemerintah yg berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yg tidak
sesuai dgn rencana tata ruang.
 Pasal 73 ayat (1)
Setiap pejabat pemerintah yg berwenang yg menerbitkan
izin tidak sesuai dgn rencana tata ruang, dipidana dgn
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
 Pasal 73 ayat (2)
Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pelaku dpt dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian
secara tidak dgn hormat dari jabatannya.
Keterkaitan RPPLH dengan RPJP dan RPJM, Pemanfaatan
Sumber Daya Alam serta Amdal

RPPLH
1 Pasal 10 Ayat (5) UU No. 32/2009:
RPPLH menjadi dasar penyusunan

RPJP
dan dimuat dalam rencana
pembangunan jangka panjang dan
rencana pembangunan jangka
menengah

RPJMN
Pasal 12 ayat (1) Salah satu Instrumen PPLH
UU No. 32/2009: Pemanfaatan sumber
pada tahap rencana Proyek
Pemanfaatan daya alam i.e.
Pemanfaatan SDA adalah
sumber daya Pertambangan,
alam dilakukan
berdasarkan 2 Migas, Kehutanan AMDAL
RPPLH
Peran Inventarisasi
INVENTARISASI SDA
SDA: Basis RPPLH

INVENTARISASI
RENCANA PPLH
SUMBERDAYA EKOREGION
ALAM: Nasional, EKOREGION
Pulau/Kepulauan EKOREGION
(1)
PEMANFAATAN SDA
DAYA DUKUNG &
DAYA TAMPUNG
INVENTARISASI
SUMBERDAYA PENCADANGAN SDA
ALAM: Ekoregion
(2)
KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP PENATAAN RUANG
STRATEGIS

Sesuai UU No 32/2009, tujuan INVENTARISASI SDA untuk:


a/. PENETAPAN EKOREGION, b/. PENETAPAN DD dan DT, c/.
PEMANFAATAN DAN PENCADANGAN SDA, d/. INPUT RPPLH
RPPLH & Inventarisasi Lingkungan Hidup: Basis Data Sistem Informasi
Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Inventarisasi POTENSI DAN
KETERSEDIAAN
Lingkungan Hidup
BENTUK
KERUSAKAN
Data & Informasi

JENIS YANG
DIMANFAATKAN
Sumber Daya Alam (SDA)
BENTUK
Hayati Terbarukan PENGUASAAN

Non- Tidak PENGETAHUAN


Hayati Terbaharukan PENGELOLAAN
KONFLIK DAN
• RPPLH disusun berdasarkan hasil inventarisasi LH; PENYEBAB KONFLIK
• RPPLH besarta data dan informasi LH merupakan basis data PENGELOLAAN
yang sangat berharga untuk mendukung distem informasi
(DSS) Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan dalam kaitannya
dengan penentuaan kelayakan Lingkungan Hidup;
Muatan RPPLH
Neraca SDA (Pasal 10 ayat 4,5) UU32/2010)
Valuasi Ekonopmi
SDA Kerentanan

Rencana
Rencana RPPLH
Rencana pengendalian, Rencana
pemeliharaan menjadi
pemanfaatan pemantauan, adaptasi dan
dan serta dasar
dan/atau mitigasi
perlindungan pendayagunaan penyusunan
terhadap
pencadangan kualitas dan pelestarian dan dimuat
perubahan
SDA dan/atau SDA dalam RPJP
iklim.
fungsi LH & RPJM

Nilai tambah
Daya Inventarisasi
pemanfaatan
Dukung/Daya GRK
SDA
Tampung
Pola Konsumsi
Produksi
Berkelanjutan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Pasal 15 ayat (1) UU 32/2009: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun KLHS....”

Daerah:
’Maju,
Makmur
& Hijau’

RTRW, RPJP, RPJM dan KRP Pembangunan Berkelanjutan

Apa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau SEA?


“Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
(Pasal 1 angka 10 UU 32/2009 PPLH)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) & AMDAL
KLHS = Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau KRP (Pasal 1 angka 10 UU 32/2009 PPLH)

Kebijakan Rencana Program Proyek Tujuan Utama

Sustainable
KAJIAN ANALISIS LINGKUNGAN Growth with
Equity

Kajian Lingkungan Hidup Strategik (KLHS) AMDAL KLHS dapat


atau mengisi ruang
KLHS Kebijakan UKL-UPL yang tidak dapat
diselesaikan
KLHS Tata Ruang KLHS Sektor oleh Amdal,
Catatan: Kebijakan:
termasuk
UKL-UPL dan
penyusunan PUU Izin Lingkungan
KLHS Regional / Program
(pasal 44 UUPLH)
Partidario (2000, 2003)
Muatan KLHS
KLHS memuat KAJIAN antara lain:
Efisiensi Pemanfaatan Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung
Sumberdaya Alam d a Lingkungan Hidup untuk Pembangunan

Perkiraan Mengenai Dampak dan


Tingkat Kerentanan dan
Kapasitas Adaptasi
e b RiSIKO LINGKUNGAN
HIDUP
terhadap Perubahan Iklim

Tingkat Ketahanan dan


Potensi Keanekaragaman f c
Kinerja layanan/jasa ekosistem
hayati

KLHS
Sumber: Pasal 16 UU 32 Tahun 2009
4
Ketentuan-Ketentuan PUU Bidang
PPLH yang terkait dengan AMDAL
Pembagian Jenis usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan
Dokumen Lingkungan di Indonesia (UU No. 32/2009)
Kegiatan berdampak
USAHA DAN/ATAU penting terhadap LH
KEGIATAN
WAJIB AMDAL
Pasal 22-33 UU 32/2009 Peraturan MENLH No 05/2012
Batas AMDAL

USAHA DAN/ATAU Kegiatan tidak


KEGIATAN berdampak penting
WAJIB UKL/UPL terhadap LH

Peraturan Gub. atau


Pasal 34 UU 32/2009
Batas dokumen UKL-UPL Bupati/Walikota

Kegiatan tidak wajib UKL/UPL &


SPPL
tidak berdampak penting serta
Pasal 35 UU 32/2009 Kegiatan usaha mikro dan kecil
Esensi Dasar Amdal & UKL-UPL dalam PP 27/2012
Amdal dan UKL:-UPL: Dokumen LH yang menyediakan
informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan
keputusan terkait dengan Penerbitan Izin Lingkungan.
Pengambil Keputusan

Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan

AMDAL atau UKL-UPL =


Menyediakan Informasi Izin Lingkungan

Informasi yang disajikan dalam Amdal atau UKL-UPL:


• Dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan, dan
• Langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi,sosial dan
institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa
DEFINISI AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

1.
Kata Kunci
kajian;
AMDAL
2. dampak Kajian mengenai dampak penting
penting; suatu usaha dan/atau kegiatan
3. Rencana usaha yang direncanakan pada lingkungan hidup
dan/atau yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
kegiatan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
4. Proses
pengambilan
keputusan UU No. 32 / 2009 - Pasal 1 angka 11

• Amdal pada dasarnya sebuah kajian ilmiah yang dilakukan oleh pemrakarsa untuk membuktikan bahwa
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan tersebut aman bagi lingkungan hidup (ramah
lingkungan). Kajian tersebut dilakukan melalui proses pelibatan masyarakat.
• Sebagai sebuah kajian ilmiah, Amda berisi atau memuat informasi mengenai identifikasi, prediksi
(prakiraan), evaluasi serta mitigasi berbagai dampak lingkungan yang akan terjadi di masa depan
(biogefisik kimia, social-ekonomi, social budaya dan kesehatan masyarakat) dari rencana usaha dan/atau
kegiatan (proyek) yang akan dilakukan saat ini.
Definisi UKL-UPL & SPPL
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
1 terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
UKL – UPL kegiatan

PERNYATAAN KESANGGUPAN dari


2 SPPL
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/atau
kegiatannya
UU 32/2009, Ps. 1
90
Pemrakarsa dan Penyusunan Dokumen Amdal
Pemrakarsa 1 Penyusun dari
Pemrakarsa
sendiri

Menyusun Dokumen
Amdal

Pihak Lain:
DILARANG ! •2 Penyusun
Persyaratan Penting !
Penyusunan dokumen
PNS di Instansi Lingkungan Perorangan
Amdal wajib memiliki
Hidup (Pusat, Provinsi
•3 Penyusun yang sertifikat kompetensi
dan Kabupaten/Kota),
tergabung penyusun Amdal
Kecuali bertindak sebagai
dalam LPJP
pemrakarsa
Sumber: Pasal 10-12 PP 27/2012 Izin Lingkungan 11. Pendidikan dan pelatihan
penyusunan Amdal; dan
Dokumen Amdal merupakan dokumen Pemrakarsa.
Pemrakarsa dalam menyusun dokumen Amdal dapat 22. Uji kompetensi
dilakukan sendiri atau meminta bantuan pihak lain Ketentuan lebih lanjut  Peraturan MENLH
Standar Kompetensi (SKKNI) Penyusun Amdal
TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA FUNGSI DASAR

Merencanaan
2 (dua) Fungsi
Penyusunan
Dasar: No 1-2
Amdal
Menyusun Amdal
berkualitas Baik
7 (Tujuh) Fungsi
yang dapat Menyusun KA
Dasar: No 3-9
digunakan bagi
proses Melaksanakan
Menyusun 5 (Lima) Fungsi
pengambilan Penyusunan
ANDAL Dasar: No 10-14
keputusan Amdal
tentang
penyelanggaraan Menyusun RKL- 3 (Tiga) Fungsi
usaha dan/atau RPL Dasar: No 15-17
kegiatan

Sumber: Melakukan
Keputusan Menteri Pengendalian 2 (dua) Fungsi
Ketenagakerjaan No. Penyusunan Dasar: No 18-19
122 Tahun 2016: SKKNI
Penyusun Amdal
Amdal
19 Unit Kompetensi Penyusun Amdal
1 3 Menyusun Deskripsi
Melakukan 10 Menyusun 15 18
Melakukan
Penapisan Rencana Usaha Ringkasan Hasil Menyusun
Pengendalian
Rencana dan/atau Kegiatan Pelingkupan RPL Proses
Usaha 4 Menyusun Deskripsi Penyusunan
dan/atau 11 Menyusun Amdal
Rona LH Awal 16
Kegiatan Deskripsi Rinci Rona
LH Awal
Menyusun
5 RPL 19
Melibatkan Meng-
2 Masyarakat dalam 12 Melakukan
Menyusun komunikasi-
Rencana Proses Amdal Prakiraan Dampak 17 kan
Kerja 6
Penting Menyusun Penyusunan
Menentukan DPH 13 Dokumen Amdal
Melakukan
Evaluasi Secara RKL-RPL
7 Menentukan Batas
Holistik terhadap
Wilaya Studi dan Dampak Lingkungan
Batas Waktu Kajian 19 Kompetensi Amdal tersebut pada
dasarnya dapat dikelompokkan
14 Menyusun menjadi 3 Kompetensi Utama :
8 Menentukan Metode
Dokumen ANDAL 1. Kompetensi Yuridis;
Studi Amdal
2. Kompetensi Teknis/Scientifik;
9 Menyusun 3. Kompetensi Manajemen;
Dokumen KA Sumber: Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 122 Tahun 2016:
SKKNI Penyusun Amdal
Kompetensi Utama Proses Amdal dan Izin Lingkungan
19 Unit Kompetensi Amdal tersebut dapat
diklompokkkan ke dalam Tiga Kompetensi Utama
Proses Amdal:
1. Kompetensi Yuridis i.e. PUU dan keterkaitan serta
SKKNI: integrasinya antara PUU;
2. Kompetensi Teknis/Scientifik, i.e.
SKKNI Penyusun Amdal
(Kepmenaker No. 122 a. Teknik konsultasi publik;
Tahun 2016) b. Informasi geospasial
c. Penggunaan berbagai metodologi
pelingkupan, prakiraan dan evaluasi dampak;
19 Unit d. Pengelolaan dan pemantauan LH
Kompetensi 3. Kompetensi Manajemen: i.e.
a. Pengorganisian Tim Penyusun & Tenaga Ahli
Amdal serta Sumberdaya,
b. Sistem kendali mutu,
c. Koordinasi & komunikasi dengan berbagai
pihak terkait,
d. Adminitrasi proses Amdal dan IL
3 (TIGA) Pendekatan Amdal
Kriteria Amdal Amdal Terpadu Amdal Kawasan
Tunggal
jenis usaha 1 (satu) lebih dari 1 (satu) jenis lebih dari 1 (satu)
dan/atau usaha dan/atau kegiatan usaha dan/atau
kegiatan kegiatan
Kewenangan 1 (satu) lebih dari 1 (satu) K/LPNK
pembinaan K/LPNK atau atau SKPD
dan/atau SKPD
pengawasannya
Keterkaitan antar perencanaan dan perencanaan dan
Usaha dan/atau pengelolaannya saling pengelolaannya
Kegiatan terkait saling terkait

Ruang/Lokasi Satu hamparan Satu kesatuan zona


ekosistem rencana
pengembangan
kawasan
Pengelola Ada Pengelola
Kawasan Kawasan

Sumber: Pasal 8 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Ketentuan-Ketentuan Izin Lingkungan dalam UU No. 32 Tahun 2009
• Usaha dan/kegiatan wajib memiliki izin lingkungan;
• Izin Lingkungan dan SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL;
• Pihak yang berwenamg menerbitkan Izin Lingkungan: Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota
• Porohonan Izin lingkungan ditolak tanpa dilengkapai dengan Amdal atau UKL-UPL

• Pembatan Izin Lingkungan oleh Menteri, Guburnur, atau


Bupati/walikota;
• Pembatan Izin Lingkungan oleh PTUN

Permohonan Pembatalan
dan Penerbitan Izin Pengumuan • Pengumuman permohonan
Izin Lingkungan
Izin Lingkungan Lingkungan Izin • Pengumuman keputusan
Lingkungan Izin Lingkungan
2 3
1 • Izin
Izin Lingkungan
4
Lingkungan

Izin dan Izin Usaha persyaratan


Izin Usaha
Lingkungan dan/atau

5
Kegiatan
Perubahan • Izin lingkungan
Izin Lingkungan dicabut, izin
usaha
dibatalkan;

• Usaha dan/kegiatan berubah wajib


UU 32/2009 memperbaharui izin lingkungan
Ketentuan-Ketentuan Amdal dalam UU No. 32 Tahun 2009
• Kriteria Dampak • Kajian dampak LH; • Disusun oleh pemrakarsa;
Penting • Evaluasi kegiatan disekitar; • Keterlibatan masyarakat;
• Kriteria usaha • SPT Masyarakat • Bantuan pihak lain (penyusun
dan/atau kegiatan • Prakiraan besaran & sifat penting dampak perorangan dan LPJP)
berdampak penting • RKP-RPL • Sertifikasi penyusun amdal

Usaha Muatan Penyusunan • Komisi Penilai


dan/atau Dokumen Dokumen Amdal (KPA);
kegiatan Amdal Amdal
• Lisensi KPA;
Wajib Amdal 2
• Keanggotaan KPA

1 3 • Tim Teknis dan


Penilaian Sekretariat KPA;

4 Dokumen
• Keputusan
Kelayakan atau
Amdal
Amdal
Ketidaklayakan LH

5
Penyusunan
Dokumen Amdal
bagi Golongan
Ekonomi Lemah
UU 32/2009 Sumber: Pasal 22-23 UU 32 Tahun 2009
Ketentuan-Ketentuan Izin Lingkungan dalam UU No. 32 Tahun 2009
• Usaha dan/kegiatan wajib memiliki izin lingkungan;
• Izin Lingkungan dan SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL;
• Pihak yang berwenamg menerbitkan Izin Lingkungan: Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota
• Porohonan Izin lingkungan ditolak tanpa dilengkapai dengan Amdal atau UKL-UPL

• Pembatan Izin Lingkungan oleh Menteri, Guburnur, atau


Bupati/walikota;
• Pembatan Izin Lingkungan oleh PTUN

Permohonan Pembatalan
dan Penerbitan Izin Pengumuan • Pengumuman permohonan
Izin Lingkungan
Izin Lingkungan Lingkungan Izin • Pengumuman keputusan
Lingkungan Izin Lingkungan
2 3
1 • Izin
Izin Lingkungan
4
Lingkungan

Izin dan Izin Usaha persyaratan


Izin Usaha
Lingkungan dan/atau

5
Kegiatan
Perubahan • Izin lingkungan
Izin Lingkungan dicabut, izin
usaha
dibatalkan;

• Usaha dan/kegiatan berubah wajib


UU 32/2009 memperbaharui izin lingkungan
Pengembangan Kebijakan Sistem Kajian Dampak Lingkungan
Sesuai Mandat UU 32 tahun 2009
No Mandat PP atau Peraturan MENLH terkait PP atau Peraturan MENLH yang sedang/sudah
Kajian Dampak Lingkungan Disusun
dalam UU 32 Tahun 2009

1 Pasal 33: Ketentuan lebih lanjut tentang Telah diterbitkan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Amdal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Lingkungan
Pemerintah
Pasal 41 Ketentuan lebih lanjut mengenai izin
lingkungan diatur dalam peraturan pemerintah

2 Pasal 22 ayat (2): Jenis usaha dan/atau Telah terbit Peraturan MENLH No. 05 Tahun 2012
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
ditetapkan dengan peraturan Menteri yang Wajib Memiliki Amdal

3 Pasal 28 ayat (4): Ketentuan lebih lanjut Peraturan MENLH No. 07 Tahun 2010 tentang
mengenai sertifikasi dan kriteria kompetensi Sertifikasi Kompetensi Penyusun Analisis Mengenai
penyusunan Amdal daitur dengan peraturan Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan
Menteri Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Akan
direvisi)

4 Pasal 29 ayat (3): Persyaratan dan tatacara Peraturan MENLH No. 15 Tahun 2010 tentang
lisensi diatur dengan peraturan Menteri Persyaratan dan Tata Cara Lisensi Komisi Penilai
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 99
Lanjutan Pengembangan Kebijakan Sistem KDL
No Mandat PP atau Peraturan MENLH PP atau Peraturan MENLH yang sedang/sudah Disusun
terkait Kajian Dampak Lingkungan
dalam UU 32 Tahun 2009

5 Pasal 33: Ketentuan lebih lanjut mengenai Telah diterbitkan Peraturan MENLH No. 16 Tahun 2012
UKL-UPL dan SPPL diatur dengan tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
peraturan Menteri Sebagai revisi Peraturan MENLH No. 13 Tahun 2010 tentang
UKL-UPL dan SPPL
6 Pasal 121: Usaha dan/atau kegiatan yang Peraturan MENLH No. 14 tahun 2010 tentang Dokumen
telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah
tetapi belum memiliki dokumen amdal atau Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki
UKL-UPL Dokumen Lingkungan Hidup

7 Pasal 47 ayat (3): Ketentuan lebih lanjut Telah tersusun Draft awal RPP Analisis Resiko Lingkungan
mengenai analisis resiko lingkungan hidup Hidup (ARLH)
diatur dalam Peraturan pemerintah
8 Pasal 52: ketentuan lebih lanjut mengenai Peraturan MENLH No. 03 Tahun 2013 tentang Audit
audit lingkungan hidup diatur dengan lingkungan hidup yang akan mengantikan Keputusan MENLH
Peraturan Menteri No. 42 tahun 1994, Keputusan MENLH No. 30 Tahun 2001 dan
Peraturan MENLH No. 17 Tahun 2010
Struktur PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin LIngkungan

Bab V
Bab II Bab III Komisi
Penyusunan Penilaian Penilai
Amdal Amdal Amdal
Bab VI
Penyusunan Pemeriksaan Pembinaan
UKL-UPL UKL-UPL dan Evaluasi
Instansi LH Kinerja
Pemeriksa
UKL-UPL
Bab I
Ketentuan Umum BAB VII
Sanksi
Catatan: Permohonan Penerbitan Adminsitratif
1. Permohonan izin lingkungan
bersamaan dengan pengajuan Izin Izin
penilan Andal & RKL-RP atau Lingkungan Lingkungan
pengajuan Pemeriksaan UKL-UPL; Bab IX
2. Penerbitan izin lingkungan
Bab IV Ketentuan
bersamaam dengan penerbitan
SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL Penutup

Bab VII Pendanaan


Peraturan MENLH yang Diamanatkan oleh PP No. 27 Tahun 2012
No Peraturan MENLH yang Group Peraturan MENLH Status Peraturan MENLH
diamanatkan oleh PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
1 Tata cara penyusunan dokumen 1. Pedoman Penyusunan Dokumen Telah diterbitkan Peraturan MENLH No. 16
Amdal (Pasal 6); Lingkungan (Amdal, UKL-UPL dan Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
SPPL) Dokumen Lingkungan Hidup, sebagai Revisi
2 Tata cara penyusunan UKL-UPL
Peraturan MENLH No. 8/2006 dan Peraturan
(Pasal 16);
Keterangan: Revisi Peraturan MENLH MENLH No. 13 Tahun 2010
No. 08/2006 dan Peraturan MENLH No.
13/2010
3 Tata cara pengikutsertaan 2. Pedoman Keterlibatan Masyarakat Telah diterbittkan Peraturan MENLH No. 17
masyarakat dalam Amdal (Pasal 9 dalam proses Amdal dan Izin Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
ayat (6)); Lingkungan Masyarakay dalam proses Amdal dan Izin
Lingkungan, Revisi Kepdal 08/2000
Keterangan: Revisi Kepdal 08/2000
4 Tata cara penilaian kerangka acuan 3. Tata Laksana Penilaian dan Telah terbit Rancangan Peraturan MENLH
(Pasal 26); Pemeriksaan Dokumen Lingkungan No.08/2013 tentang Tata Laksana Penilaian
serta Penerbitan Izin Lingkungan dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan
5 Tata cara penilaian Andal dan RKL-
serta Penerbitan Izin Lingkungan
RPL (Pasal 35)
Keterangan: Revisi Peraturan MENLH
6 Pemeriksanaan UKL-UPL (Pasal No. 05/2008, Peraturan MENLH No. 24
41); Tahun 2009 dan Peraturan MENLH No.
7 Tata cara penerbitan izin lingkungan 13/2010,
(Pasal 52);
8 Tata kerja komisi penilai Amdal
(Pasal 63);
Peraturan MENLH yang Diamanatkan oleh PP No. 27 Tahun 2012 - Lanjutan

No Peraturan MENLH yang Group Peraturan MENLH Status Peraturan MENLH


diamanatkan oleh PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
9. Kriteria perubahan usaha 4. Pedoman Perubahan Izin Telah tersusun Rancangan Peraturan
dan/atau kegiatan dan tata Lingkungan MENLH tentang Pedoman Perubahan Izin
cara perubahan keputusan Lingkungan
kelayakan lingkungan,
perubahan rekomendasi UKL- Keterangan: Rancangan Peraturan MENLH
UPL dan penerbitan perubahan sudah disampaikan oleh Deputi I MENLH
izin lingkungan (Pasal 50 ayat kepada Biro Hukum dan Humas KLH untuk
(8)); dilakukan pembahasan, finalisasi dan
penetapan (Desember 2012)
10 Tata Cara dan persyaratan 5. Standar dan Sertifikasi Telah tersusun Rencangan Peraturan
untuk mendirikan LPJP Kompetensi Penyusun MENLH tentang Standar dan Sertitikasi
Dokumen Amdal (Pasal 10 Dokumen Amdal Kompetensi Penyusun Dokumen Amdal
ayat (3); sebagai revisi Peratyran MENLH No. 7
11 Sertifikasi kompetensi Tahun 2010
penyusun Amdal,
penyelenggaran pendidikan Keterangan: Rancangan Peraturan MENLH
dan pelatihan penyusun Amdal, sudah disampaikan oleh Deputi VII MENLH
lembaga sertifikasi penyusun kepada Biro Hukum dan Humas KLH untuk
Amdal (Pasal 11 ayat (6)); dilakukan pembahasan, finalisasi dan
penetapan (Desember 2012)
Peraturan MENLH yang Diamanatkan oleh PP No. 27 Tahun 2012 - Lanjutan
No Peraturan MENLH yang Group Peraturan MENLH Status Peraturan MENLH
diamanatkan oleh PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
12 Persyaratan dan Tata Cara 6. Persyaratan dan Tata Peraturan MENLH No. 15 Tahun 2009;
Lisensi (Pasal 58 ayat (2) Cara Lisensi Rencana akan direvisi pada tahun 2013

13 Tata cara pembinaan dan 7. Tata cara pembinaan dan Peraturan MENLH No. 25 Tahun 2009,
evaluasi kinerja (Pasal 67) evaluasi kinerja KPA dan rencana akan direvisi 2013 menjadi
Pemeriksa UKL-UPL di Rancangan Peraturan MENLH tentang Tata
Daerah Cara Pembinaan dan Evaluasi Kinerja KPA
dan Pemeriksa UKL-UPL di daerah

14 Pengecualian untuk usaha 8. Pengecualian untuk usaha Rancangan Peraturan MENLH tentang
dan/atau kegiatan lokasinya dan/atau kegiatan Pengecualian untuk usaha dan/atau
berada dalam kabupaten/kota lokasinya berada dalam kegiatan lokasinya berada dalam
yang telah memiliki RDTR kabupaten/kota yang telah kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR
(Pasal 13 ayat (3)); memiliki RDTR akan disusun pada tahun 2014 – Syarat
Sistem KLHS yang mendukung
Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta Penerbitan SKKL & Izin Lingkungan
Pemrakarsa Sekretariat KPA, Tim Teknis dan Komisi Menteri, gubernur, atau
Penilai Amdal bupati/walikota
1
Pengumuman Jasa Penilaian Amdal dibebankan Biaya Adm Penerbitan SKKL dan
SPT dari kepada Pemrakarsa – sesuai SBU/PNBP Izin Lingkungan dibebankan
dan Pengumuman kepada Pemrakarsa sesuai PNBP
Konsultasi = 10 hari Kerja
Publik Penilaian Kerangka Acuan Paling lambat 5 hari kerja
30 hari kerja setelah diterbitkan
3 4 5 6
2
Pengajuan Penilaian Penerbitan Pengumuman Izin
Penyusunan Penilaian 15
Penilaian KA oleh Persetujuan Lingkungan
Kerangka KA oleh
Kerangka Sekretariat KA oleh Ketua
Acuan (KA) Tim Teknis
Acuan KPA KPA 14a
Penerbitan:
1. Keputusan
Biaya Penyusunan 7 Kelayakan
Penyusunan
Amdal oleh
ANDAL dan Lingkungan; dan
Pemrakarsa RKL-RPL 2. izin Lingkungan
Penilaian ANDAL dan RKL-RPL
Pengajuan Permohonan Izin 8 75 hari kerja, termasuk 10 hari kerja SPT Pengumuman Layak 10 hari
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan Lingkungan kerja
9 11 12
RKL-RPL Penilaian Penilaian Penilaian
ANDAL & 14b
Satu surat ANDAL & ANDAL & Keputusan
RKL-RPL RKL oleh RKL-RPL Ketidaklayakan LH
permohonan
Sekretariat Tim Teknis oleh KPA
KPA
Tidak Layak
Integrasi Izin Lingkungan Lingkungan
dalam Proses AMDAL Pengumuman Permohonan Rekomendasi
10
Izin Lingkungan KPA 13
Bagan Alir Penilaian KA, Andal dan RKL-RPL (Lampiran VI Peraturan MENLH No. 8/2013)
Tugas Pokok Sekretariat, Tim Teknis dan Komisi Penilai Amdal
Uji Administrasi
Sekretariat Dokumen KA (QA/QC)
Uji Administrasi Dokumen ANDAL &
RKL-RPL (QA/QC)
KPA

QA/QC Dok. KA Mencakup:


Tim Teknis Uji Kualitas Dokumen (QA/QC
Uji Tahap Proyek Dok. Andal & RKL-RPL)
• Kesesuaian RTRW • Uji konsistensi
Catatan: • Kesesuian PUU • Uji keharusan
• Penilaian dokumen • Tahapan Kegiatan
Amdal dan hasil
• Uji relevansi
perbaikannya Uji Kualitas Dokumen • Uji Kedalaman
dilakukan oleh Tim • Uji konsistensi
Teknis. • Uji keharusan Telaahaan atas
• KPA fokus pada • Uji relevansi kelayakan/ketidaklayakan LH
penilaian kelayakan • Uji Kedalaman
lingkungan

• Penilaian atas kelayakan/


Komisi Penilai Surat Persetujuan KA ketidaklayakan LH
Surat Rekomendasi
Amdal oleh Ketua KPA •
Kelayalan/Ketidaklayakan LH oleh
Ketua KPA
Komisi Penilai Amdal
MENTERI GUBERNUR Bupati/Walikota
Komisi Penilai Amdal Komisi Penilai Amdal Komisi Penilai Amdal
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota

a. bersifat strategis nasional; a. bersifat strategis provinsi; a. bersifat strategis


dan/atau dan/atau kabupaten/kota dan
b. berlokasi: b. berlokasi: tidak strategis; dan/atau
1. Di lebih dari 1 (satu) 1. Di lebih dari 1 (satu) b. di wilayah laut paling
wilayah provinsi; wilayah kabupaten/kota jauh 1/3 (satupertiga)
2. Di wilayah NKRI yang dalam satu provinsi dari wilayah laut
sedang dalam 2. Di lintas wilayah
kewenangan provinsi
sengkete dengan kabupaten/kota;
negara lain dan/atau
3. di wilayah laut lebih 3. di wilayah laut paling
dari 12 (dua belas) mil jauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis laut dari garis pantai ke
pantai ke arah laut arah laut lepas
lepas; dan/atau dan/atau ke arah
4. di lintas batas NKRI perairan kepulauan.
dengan Negara Lain

Sumber: Pasal 54 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Susunan Komisi Penilai Amdal
Komisi Penilai Amdal Komisi Penilai Amdal Komisi Penilai Amdal
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota

1 Ketua 1 Ketua 1 Ketua


2 Sekretaris 2 Sekretaris 2 Sekretaris
Ketua dan sekretaris Ketua dan sekretaris Ketua dan sekretaris
berasal dari instansi berasal dari instansi berasal dari instansi
lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
Pusat untuk komisi Provinsi untuk komisi Kab/Kota untuk komisi
penilai Amdal Pusat penilai Amdal Provinsi penilai Amdal Kab/Kota

3 Anggota: 3 Anggota: 3 Anggota:


18 Unsur 15 Unsur 12 Unsur

Sumber: Pasal 56 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Rencana Usaha dan/atau Kegiatan serta Kewenangan Penilaian
Dokumen Amdal (1)
Strategis nasional Strategis Provinsi
(Lampiran II) (Lampiran III)

KPA
Strategis Provinsi Pusat Strategis Kab/Kota
(Lampiran III) (Lampiran IV)

Tidak bersifat
Strategis Kab/Kota Strategis (Lampiran
(Lampiran IV) KPA V)
Provinsi 1. Lebih dari 1 wilayah
Tidak bersifat
kab/kota atau lintas
Strategis (Lampiran
kab/kota;
V) 2. Wilayah laut paling jauh 12
1. Lebih dari 1 wilayah KPA mil
provinsi’ Kab/Kota
2. Wilayah NKRI dalam
sengketa dgn negara lain; 1. Satu wilayah
3. Wilayah laut > 12 mil Strategis Kab/Kota kab/kota
4. Lintas batas NKRI dengan (Lampiran IV) 2. Kab/kota tidak memiliki lagi
negara lain kewenangan Wilayah laut
paling jauh 1/3 wilayah laut
Tidak bersifat kewenangan provinsi dengan
Strategis (Lampiran adanya UU No.23/2014

V)
Contoh 1: Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Migas dan
Kewenangan Penilaian/Pemeriksaan Dokumen LH-nya

1. Lebih dari 1 wilayah


Explorasi UKL-UPL provinsi’
2. Wilayah NKRI dalam
sengketa dgn negara Instansi
wajib UKL-UPL
lain;
3. Wilayah laut > 12 mil
LH Pusat
4. Lintas batas NKRI dengan
negara lain

wajib Amdal 1. Lebih dari 1 wilayah


Produksi kab/kota atau lintas Instansi
kab/kota; LH
2. Wilayah laut paling jauh
12 mil Provinsi

1. Satu wilayah kab/kota Instansi


2. Wilayah laut paling jauh
1/3 wilayah laut LH
kewenangan provinsi Kab/Kota
Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
Minyak & Gas Bumi
AMDAL KPA Pusat
Contoh 2: Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Panas Bumi dan
Kewenangan Penilaian/Pemeriksaan Dokumen LH-nya
1. Lebih dari 1 wilayah
Explorasi UKL-UPL provinsi’
2. Wilayah NKRI dalam
sengketa dgn negara Instansi
wajib UKL-UPL
lain;
3. Wilayah laut > 12 mil
LH Pusat
4. Lintas batas NKRI dengan
negara lain

wajib Amdal 1. Lebih dari 1 wilayah


Eksploitasi kab/kota atau lintas Instansi
kab/kota; LH
2. Wilayah laut paling jauh
12 mil Provinsi

1. Satu wilayah kab/kota Instansi


2. Wilayah laut paling jauh
1/3 wilayah laut LH
kewenangan provinsi Kab/Kota
Di dalam kawasan
hutan lindung KPA Pusat
Rencana Usaha
AMDAL
dan/atau Kegiatan
Panas Bumi Di luar kawasan
KPA Kab/Kota
hutan lindung
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan serta Kewenangan Penilaian
Dokumen Amdal (2)
1. Lebih dari 1 wilayah
provinsi’

1
2. Wilayah NKRI dalam
sengketa dgn negara KPA
lain;
3. Wilayah laut > 12 mil
Pusat
Kawasan Lindung
4. Lintas batas NKRI dengan
Yang tercantum dalam
negara lain
Lampiran Permen LH &
telah ditetapkan sesuai
dengan PUU 1. Lebih dari 1 wilayah

2 KPA
kab/kota atau lintas
kab/kota;
Dampak 2. Wilayah laut paling jauh Provinsi
potensial 12 mil

3 1. Satu wilayah kab/kota


2. Wilayah laut paling jauh KPA
1/3 wilayah laut
kewenangan provinsi
Kab/Kota
Rencana Usaha dan/tau Kegiatan
Keterangan:
Rencana Usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal karena:
a. lokasinya berada di dalam dan/atau berbatasan
langusng dengan kawasan lindung dan
b. di luar Lampiran II-IV
Penilaian Amdal Terpadu atau Kawasan oleh Komisi Penilai Amdal
Komisi Penilai Amdal Pusat Komisi Penilai Amdal Provinsi

1 + 2 + 3 2 + 3
atau Studi AMDAL dengan Pendekatan
TERPADU atau KAWASAN
1 + 2 Komisi penilai Amdal provinsi menilai
atau dokumen Amdal yang disusun dengan
menggunakan pendekatan terpadu atau
1 + 3 kawasan apabila terdapat usaha
dan/atau kegiatan (2) dan (3)
Studi AMDAL dengan Pendekatan
TERPADU atau KAWASAN Keterangan
1
1. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat
Komisi penilai Amdal pusat
menilai dokumen Amdal yang 2
2. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi
disusun dengan menggunakan
pendekatan terpadu atau kawasan 3
3. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal
apabila terdapat usaha dan/atau Kabupaten/Kota
kegiatan (1), (2) dan/atau (3)

Sumber: Pasal 55 PP No. 27 Tahun 2012 Izin Lingkungan dan Pasal 11 Peraturan MENLH No. 8/2013
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan serta Kewenangan Penilaian
Dokumen Amdal (2)
1. Lebih dari 1 wilayah
provinsi’

1
2. Wilayah NKRI dalam
sengketa dgn negara KPA
lain;
3. Wilayah laut > 12 mil
Pusat
Kawasan Lindung
4. Lintas batas NKRI dengan
Yang tercantum dalam
negara lain
Lampiran Permen LH &
telah ditetapkan sesuai
dengan PUU 1. Lebih dari 1 wilayah

2 KPA
kab/kota atau lintas
kab/kota;
Dampak 2. Wilayah laut paling jauh Provinsi
potensial 12 mil

3 1. Satu wilayah kab/kota


2. Wilayah laut paling jauh KPA
1/3 wilayah laut
kewenangan provinsi
Kab/Kota
Rencana Usaha dan/tau Kegiatan
Keterangan:
Rencana Usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal karena:
a. lokasinya berada di dalam dan/atau berbatasan
langusng dengan kawasan lindung dan
b. di luar Lampiran II-V
Penilaian Amdal dan Penerbitan Izin Lingkungan untuk Jenis Usaha
dan/atau Kegiatan Strategis di Bidang Perhubungan Yang menjadi
Kewenangan Menteri LHK/KPA Pusat
Pelabuhan, Telsus dan TUKS serta Kewenangan Penilaian Amdal
Lampiran III Peraturan MENLH No 8/2013: Jenis Lampiran IV Peraturan MENLH No 8/2013: Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Bersifat Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Bersifat
Strategis yang Merupakan Kewenangan Gubernur Strategis yang Merupakan Kewenangan
yang Penilaian Amdalnya Dilakukan oleh KPA Bupati/Walikota yang Penilaian Amdalnya
Provinsi Dilakukan oleh KPA Kabupaten/Kota

1. Pembangunan pelabuhan: 1. Pembangunan pelabuhan:


a. pengumpan regional; atau 1. pengumpan lokal;
b. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri 2. terminal khusus; atau
(TUKS) yang berada dalam Daerah 3. terminal Untuk Kepentingan
Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Sendiri (TUKS) yang berada dalam
Lingkungan Kepentingan (DLKp) Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan
pelabuhan utama, pelabuhan Daerah Lingkungan Kepentingan
pengumpul, atau pelabuhan (DLKp) pelabuhan pengumpan
pengumpan regional; yang dilengkapi lokal; dengan dilengkapi salah satu
salah satu fasilitas berikut: fasilitas berikut:
a. dermaga dengan bentuk konstruksi 1. dermaga dengan bentuk konstruksi
sheet pile atau open pile; sheet pile atau open pile;
b. dermaga dengan konstruksi masif; 2. dermaga dengan konstruksi masif;
3. penahan gelombang (talud) dan/atau
c. penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah gelombang (break water);
pemecah gelombang (break water); atau
atau 4. fasilitas Terapung (Floating Facility).
d. fasilitas terapung (floating facility).
Keputusan Menteri Perhubungan No. 414/2013 : Penetapan Rencana
Induk Pelabuhan Nasional
Keputusan Menteri Perhubungan No. 414/2013 : Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Keputusan Menteri Perhubungan No. 414/2013 : Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Studi Kasus Penapisan & Penentuan Kewenangan Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Mineral
• Apakah
Kawasan rencana usaha
Hutan Tambang dan/atau
Lindung kegiatan
Mineral (PIT) tersebut dapat
Wilayah Dalam Satu 1 dilakukan?
Kabupaten/Kota
3 • Jika Ya, Apa
Dokumen LH?
Smelter • Pendekatan
2 Jalan studi apa yang
akan
Pelabuhan (Terminal dilakukan?
4 Untuk Kepentingan
Sendiri/Terminal • KPA yang
Khusus) berwenang?

Batas Tapak Catatan: Pelabuhan ini


Laut
Transhipment Proyek berada di dalam wilayah
DLKp dan DLKr
Pelabuhan Utama
Jawaban Studi Kasus
No Rencana Usaha dan/atau Skla/Besaran Amdal atau UKL- Kewenangan
Kegiatan UPL (Peraturan (Peraturan
MENLH No. 05 MENLH No. 8
Tahun 2013 Tahun 2013)
1. pertambangan mineral logam Skala/Besaran wajib Amdal, karena Pusat
Amdal sebagian areal
berada di dalam
hutan lindung
2. Jalan tambang 3 kilometer dengan UKL-UPL Kabupaten
luas pengadan tanah
seluas 30 hektar
3. Smelter Semua besaran Provinsi
wajib amdal
4. Pelabuhan (TUKS/Telsus) Semua besarn Provinsi
konstruksi masif dan pelabuhan wajib Amdal
terdekatnyanya adalah
Pelabuhan Utama (Bagian dari
Rencana usaha dan/atau kegiatan Kegiatan tersebut:
DLKp dan DLKr Pelabuhan • diizinkan oleh PUU;
Utama) • Wajib Amdal dengan pendekatan studi Amdal Terpadu
• Kewenangan KPA Pusat
Satu UKL-UPL untuk Beberapa Kegiatan yang Saling terkait

Satu Pemrakarsa

1 3 Beberapa
usaha/kegiatan
2 saling terkait

Satu hamparan 1 (Satu) UKL-UPL


Ekosistem
Pemrakarsa hanya menyusun 1 (satu) UKL-UPL dalam
hal:
Keterangan 1. Usaha dan atau kegiatan yang direncanakan lebih dari 1
1
1. Usaha dan/atau Kegiatan A , (satu) usaha atau/kegiatan dan perencanaan serta
kewenangan K/LPNK atau SKPD X pengelolaan usaha dan/atau kegiatan saling terkait dan
2
2. Usaha dan/atau Kegiatan B,
Kewenangan K/LPNK atau SKPD Y
berlokasi dalam satu kesatuan hamparan ekosistem;
dan/atau
3
3. Usaha dan/atau Kegiatan C, 2. Pembinaan terhadap usaha dan/atau kegiatan dilakukan
Kewenangan K/LPNK atau SKPD Z
oleh lebih dari 1 (satu) K/LPNK atau SKPD.

Sumber: Pasal 18 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Tata Cara Pengajuan dan Penilaian Dokumen AMDAL Bagi
Komisi Penilai Amdal (KPA) Provinsi Yang Tidak Memiliki Lisensi

Pengajuan penilaian Amdal


sesuai kewenangannya ke KPA provinsi yang tidak
KPA provinsi memiliki lisensi atau
lisensinya dicabut

Disampaikan kepada
Penilaian wajib dilakukan KPA pusat untuk dinilai
dengan melibatkan wakil
dari instansi lingkungan
hidup dan instansi lain yang
terkait dengan rencana Dilakukan penilaian
usaha dan/atau kegiatan Amdal oleh KPA pusat
yang diajukan dokumen
Amdalnya dari pemerintah
provinsi yang bersangkutan
Rekomendasi penilaian
dari KPA pusat

Gubernur menertibkan:

a. SK kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.

b Izin Lingkungan atau tidak menerbitkan Izin Lingkungan.


Berdasarkan rekomendasi penilaian dari KPA pusat
Tata Cara Pengajuan dan Penilaian Dokumen AMDAL Bagi Komisi
Penilai Amdal (KPA) Kabupaten /Kota Yang Tidak Memiliki Lisensi

Pengajuan penilaian Amdal


sesuai kewenangannya ke KPA kabupaten/kota yang
KPA kabupaten/kota tidak memiliki lisensi atau
lisensinya dicabut

Penilaian wajib dilakukan Disampaikan kepada


dengan melibatkan wakil KPA provinsi untuk
dari instansi lingkungan dinilai
hidup dan instansi lain yang
terkait dengan rencana
usaha dan/atau kegiatan Dilakukan penilaian
yang diajukan dokumen Amdal oleh KPA provinsi
Amdalnya dari pemerintah
provinsi yang bersangkutan

Rekomendasi penilaian
dari KPA provinsi

Bupati/walikota menertibkan:

a. SK kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.

b Izin Lingkungan atau tidak menerbitkan Izin


Lingkungan.
Berdasarkan rekomendasi penilaian dari KPA provinsi
10 Kriteria Kelayakan Lingkungan (1)
1. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
3. Kepentingan pertahanan keamanan;
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak
dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan;
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang
bersifat negatif;
6. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung
jawab dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan
ditimbulkan dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan;
10 Kriteria Kelayakan Lingkungan (2)
7. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai
sosial atau pandangan masyarakat (emic view);
8. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
• entitas dan/atau spesies kunci (key species);
• memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
• memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
• memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
9. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah ada di sekitar
rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan;
10. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud; dan
1 Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

• UU 26/2007
• PP 26/2008
• KEPPRES 04/2009
• PERMENPU 16/2009
• PERMENPU 20/2011
• DLL

2 Kebijakan di bidang (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan


perundang-undangan
• PP 24 tahun 2010 penggunaaan kawasan
hutan  ada 12 kegiatan yang dibolehkan di
kawasan hutan lindung saja
• Di kawasan • PP 36 Tahun 2010 tentang Wisata Alam di
lindung Kawasan Lindung kegiatan wisata alam
• Ada area yang ada yang dibolehkan di kawasan lindung
Keppres 32 Tahun 1990
memotong •
• PP 38/2011 tentang Sungai
sungai
3 Kepentingan Pertahanan Keamanan
4 Hasil evaluasi secara holistik

5 Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab


dalam menanggulanggi dampak penting negatif
6 Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view)
7 Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis

8 Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap


usaha dan/atau kegiatan yang telah ada di sekitar rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan
9 Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud;
Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau Ketidaklayakan Lingkungan Hidup

MENTERI Jangka waktu penetapan

GUBERNUR 10 Hari Kerja Keputusan Kelayakan


Bupati/Walikota Lingkungan atau
Ketidaklayakan

Muatan Keputusan Kelayakan Lingkungan


Rekomendasi Hasil 1 Dasar pertimbangan dikeluarkannya
1.
penetapan; dan
Penilai an Andal & RKL-
2 Pernyataan kelayakan lingkungan usaha
2.
RPL dari Komisi Penilai dan/atau kegiatan;
Amdal 3 Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai
3.
dengan yang tercantum dalam RKL-RPL.
Sumber: Pasal 32-33 PP 27/2012
Izin Lingkungan
4 Kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak
4.
terkait
Dalam PP 27/1999: tidak datur sedetil atau
serinci ini. SKKL sudah termasuk 75 hari 5 jumlah dan jenis izin PPLH yang
1.
penilaian Andal dan RKL-RPL. Muatan SKKL diwajibkan (Jika wajib memiliki izin
juga belum/tidak diatur PPLH)
Penerbitan Izin Lingkungan Hidup Untuk Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal

AMDAL
SK Kelayakan LH dari Menteri Izin lingkungan dari Menteri
SK Kelayakan LH dari gubernur Izin lingkungan dari gubernur
SK Kelayakan LH dari bupati/ Izin lingkungan dari bupati/
walikota walikota

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota


bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup

Sumber: Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan Dalam PP 27/1999: Ketentuan terkait hal
ini tidak diatur/tidak ada
Muatan Keputusan kelayakan
lingkungan hidup
1. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
2. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
3. rencana pengelolaan dan pemantauan dampak
yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dan pihak
lain;
4. pernyataan penetapan kelayakan lingkungan;
5. dasar pertimbangan kelayakan lingkungan;
6. jumlah dan jenis izin PPLH yang diperlukan; dan
7. tanggal penetapan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup
Sumber: Pasal 16 Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan
Izin lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
1. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL;
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota; dan
3. Berakhirnya izin lingkungan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pemrakarsa wajib memiliki izin PPLH, izin lingkungan tersebut
mencantumkan jumlah dan jenis izin PPLH.

Izin lingkungan hidup berakhir bersamaan dengan berakhirnya


izin usaha dan/atau kegiatan maksudnya adalah: Izin
Lingkungan berlaku selama usaha dan/atau kegiatan tetap
berlangsung sepanjang tidak ada perubahan dan tidak
dicabut;
Sumber: Pasal 48 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Amdal

1. Dasar diterbitkannya izin lingkungan berupa surat keputusan kelayakan


lingkungan;
2. identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris, meliputi:
a. nama perusahaan;
b. jenis usaha dan/atau kegiatan;
c. nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan jabatan;
d. alamat kantor; dan
e. lokasi kegiatan;
3. deskripsi lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
4. persyaratan pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
a. persyaratan sebagaimana tercantum dalam RKL-RPL; dan
b. memperoleh Izin PPLH yang diperlukan;
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

Sumber: Pasal 17 Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Lanjutan

5. kewajiban pemegang izin lingkungan antara lain:


a. memenuhi persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. menyampaikan laporan pelaksanaan persyaratan dan
kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan selama 6 (enam)
bulan sekali;
c. mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan apabila
direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap lingkup
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatannya; dan
d. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

Sumber: Pasal 17 Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Amdal - Lanjutan

6. hal-hal lain, antara lain:


a. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang Izin Lingkungan dapat dikenakan
sanksi administratif apabila ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum
dalam Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
b. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin Lingkungan ini dapat dibatalkan apabila
di kemudian hari ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum dalam Pasal
37 ayat (2) Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang izin lingkungan wajib
memberikan akses kepada pejabat pengawas lingkungan hidup untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 74
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. masa berlaku Izin Lingkungan, yang menjelaskan bahwa izin lingkungan ini berlaku
selama usaha dan/atau kegiatan berlangsung sepanjang tidak ada perubahan atas
usaha dan/atau kegiatan dimaksud; dan
8. penetapan mulai berlakunya Izin Lingkungan
Sumber: Pasal 17 Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbitan SKKL & Izin Lingkungan

Pemrakarsa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

Pemeriksaan UKL-
Penyusunan Permohonan Izin Lingkungan UPL dan Penerbitan
dan Pemeriksaan UKL/UPL Rekomendasi UKL-
UKL-UPL UPL dapat dilakukan
oleh:
Biaya Pemeriksaan Administrasi a. Pejabat yang
Penyusunan ditunjuk oleh
UKL-UPL oleh
Pemrakarsa Menteri;
Pengumuman Permohonan Izin b. Kepala Instansi LH
Lingkungan Provinsi; atau
c. Kepala Instansi LH
Pemrakarsa Kab/Kota.
Pemeriksaan Substansi UKL/UPL Pasal 40 PP 27/2012
Catatan: Jangka waktu
Pemeriksaan Teknis UKL- Jasa Pemeriksaan
UPL: 14 Hari Kerja, Penerbitan Rekomendasi UKL-UPL dibebankan

termasuk pengumuman Persetujuan UKL-UPL & kepada Pemrakarsa


– sesuai SBU/PNBP
permohonan izin lingkungan Izin Lingkungan Biaya Adm Penerbitan
DAN Rekomendasi UKL-UPL dan
tidak termasuk perbaikan/ Izin Lingkungan dibebankan
penyempurnaan Pengumuman Izin Lingkungan kepada Pemrakarsa (PNBP)
Penerbitan Rekomendasi UKL-UPL
MENTERI
GUBERNUR Menerbitkan
Bupati/Walikota Rekomendasi
UKL-UPL

Pemeriksaan Muatan Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL

Teknis 1 persetujuan UKL-UPL;


1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya

UKL-UPL 2 Peryataan persetujuan UKL-UPL


2.
Sumber: Pasal 38 PP 27/2012 3
3. persyaratan dan kewajiban pemrakarsa
Izin Lingkungan sesuai dengan yang tercantum dalam RKL-
RPL.
4 jumlah dan jenis izin PPLH yang
1.
Dalam PP 27/1999: Ketentuan terkait hal diwajibkan (Jika wajib memiliki izin
ini tidak diatur/tidak ada PPLH)
Kriteria Persetujuan /Penolakan UKL-UPL terhadap Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib UKL-UPL
1. Rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Rencana tata ruang yang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;

2. Rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup serta sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;

3. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu Kepentingan pertahanan keamanan;

4. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan

5. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat
(emic view);

6. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis yang merupakan: (a) entitas dan/atau spesies kunci (key species); (b) memiliki nilai penting
secara ekologis (ecological importance); (c) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance); dan/atau (d) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).

7. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang telah ada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan;

8. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud; dan

Sumber: Pasal 27 ayat (1) Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta
Penerbitan Izin Lingkungan
Penerbitan Izin Lingkungan Hidup Untuk Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib UKL-UPL

UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri Izin lingkungan dari Menteri
Rekomendasi dari gubernur Izin lingkungan dari gubernur
Rekomendasi dari bupati/ Izin lingkungan dari bupati/
walikota walikota

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota


bersamaan dengan diterbitkannya rekomendasi persetujuan UKL-UPL

Sumber: Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan Dalam PP 27/1999: Ketentuan terkait hal
ini tidak diatur/tidak ada
Muatan Rekomendasi Persetujuan
UKL-UPL
1. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
2. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
3. upaya pengelolaan dan pemantauan dampak
yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dan pihak
lain;
4. pernyataan persetujuan UKL-UPL;
5. dasar pertimbangan persetujuan persetujuan
UKL-UPL;
6. jumlah dan jenis izin PPLH yang diperlukan; dan
7. tanggal penetapan rekomendasi UKL-UPL.
Sumber: Pasal 27 ayat (3) Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan Untuk Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib UKL-UPL
Izin lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
1. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam rekomendasi
persetujuan UKL-UPL
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota; dan
3. Berakhirnya izin lingkungan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pemrakarsa wajib memiliki izin PPLH, izin lingkungan tersebut
mencantumkan jumlah dan jenis izin PPLH.

Izin lingkungan hidup berakhir bersamaan dengan berakhirnya


izin usaha dan/atau kegiatan maksudnya adalah: Izin
Lingkungan berlaku selama usaha dan/atau kegiatan tetap
berlangsung sepanjang tidak ada perubahan dan tidak
dicabut;
Sumber: Pasal 48 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan YANG Wajib Memiliki UKL-UPL

1. Dasar diterbitkannya izin lingkungan berupa rekomendasi persetujuan UKL-


UPL;
2. identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris, meliputi:
a. nama perusahaan;
b. jenis usaha dan/atau kegiatan;
c. nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan jabatan;
d. alamat kantor; dan
e. lokasi kegiatan;
3. deskripsi lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
4. persyaratan pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
a. persyaratan sebagaimana tercantum dalam UKL-UPL; dan
b. memperoleh Izin PPLH yang diperlukan;
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

Sumber: Pasal 28 Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki UKL-UPL- Lanjutan

5. kewajiban pemegang izin lingkungan antara lain:


a. memenuhi persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. menyampaikan laporan pelaksanaan persyaratan dan
kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan selama 6 (enam)
bulan sekali;
c. mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan apabila
direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap lingkup
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatannya; dan
d. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

Sumber: Pasal 28 Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki UKL-UPL - Lanjutan

6. hal-hal lain, antara lain:


a. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang Izin Lingkungan dapat dikenakan
sanksi administratif apabila ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum
dalam Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
b. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin Lingkungan ini dapat dibatalkan apabila
di kemudian hari ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum dalam Pasal
37 ayat (2) Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang izin lingkungan wajib
memberikan akses kepada pejabat pengawas lingkungan hidup untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 74
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. masa berlaku Izin Lingkungan, yang menjelaskan bahwa izin lingkungan ini berlaku
selama usaha dan/atau kegiatan berlangsung sepanjang tidak ada perubahan atas
usaha dan/atau kegiatan dimaksud; dan
8. penetapan mulai berlakunya Izin Lingkungan
Sumber: Pasal 28 Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Pelimpahan Kewenangan Penerbitan Rekomendasi
UKL-UPL dan Izin Lingkungan
1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 40 huruf c ayat PP No. 27 Tahun 2012, penerbitan
rekomendasi UKL-UPL pada dasarnya dapat dilimpahkan dari Bupati/Walikota kepada
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
2. Pelimbahan kewenangan penerbitan rekomendasi UKL-UPL dari Bupati/Walikota
kepada Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota juga harus disertai juga
dengan pelimpahan kewenangan penerbitan izin lingkungan dari Bupati/Walikota
kepada Kepala Instansi Lingkungan Hidup, hal ini disebabkan karena:
a. PP No. 27 Tahun 2012 mengintegrasikan proses izin lingkungan ke dalam proses
AMDAL dan UKL-UPL.
b. Dengan integrasi proses izin lingkungan ke dalam proses UKL-UPL untuk rencana
usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki UKL-UPL, proses UKL-UPL sesuai dengan
ketentuan PP No. 27 Tahun 2012 akan menghasilkan dua keputusan jika rencana
usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki UKL-UPL dinyatakan disetujui:
i. Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL
ii. Izin Lingkungan
c. Sesuai dengan ketentuan Pasal 47 PP No. 27 tahun 2012, izin lingkungan wajib
diterbitkan bersamaan dengan penerbitan rekomendasi UKL-UPL;
3. Pelimpahan kewenangan penerbitan Rekomendasi UKL-UPL dan Izin lingkungan 
melalui keputusan atau surat resmi sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-
udangan terkait dengan tata naskah dinas administrasi pemerintahan
Penting untuk Diperhatikan!!!
SKKL Proses yang Benar
Penyusunan Penilaian
Amdal Amdal Izin
Lingkungan Izin lingkungan wajib
diterbitkan bersamaan
Rekomendasi dengan SKKL atau
Penyusunan Pemeriksaan UKL_UPL Rekomendasi UKL-UPL
UKL-UPL UKL-UPL Izin sejak PP 27/2013
Lingkungan diberlakukan (23 Feb 2012)

Penyusunan Penilaian Proses yang SALAH


Amdal Amdal SKKL Izin lingkungan TIDAK
DITERBITKAN, walaupun
SKKL atau Rekomendasi
Penyusunan Pemeriksaan Rekomendasi UKL-UPL sudah diterbitkan
UKL-UPL UKL-UPL UKL-UPL
1. Tidak ada alasan untuk tidak menerbitkan Izin Lingkungan setelah Potensi Pelanggaran Pasal
berlakunya PP 27/2012. 109 dan 111 ayat (2)
2. PP 27/2012 telah menjelaskan proses penerbitan izin lingkungan yang UU 32/2009
diintegrasikan dengan proses Amdal atau UKL-UPL.
MEKANISME PROSES PENILAIAN AMDAL ATAU
PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN PENERBITAN IZIN
LINGKUNGAN DILAKUKAN DI PTSP DAN BLHD

• Pasal 350 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada
dasarnya menyebutkan bahwa Kepala daerah wajib
memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan melalui
pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan
Ketentuan Pasal 350 UU No. 23 Tahun 2014 ini, maka
proses Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan harus
dilakukan melalui PTSP;
• Proses di PTSP: permohonan penilaian dokumen KA,
permohonan Izin Lingkungan dan Penilaian Andal dan RKL-RPL,
serta permohonan izin lingkungan dan pemeriksaan UKL-UPL
disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui unit
PTSP Provinsi /Kab/Kota sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat
(3) Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup dan
Penerbitan Izin Lingkungan. Pejabat atau staf teknis BLHD
Provinsi/Kab/Kota yang ditunjuk sebagai Liaison Officer (LO) di
PTSP menerima permohonan dan melakukan penelaahan
kelengkapan persyaratan administrasi perizinan dan non
perizinan yang diajukan oleh pemohon, memberikan pernyataan
kelengkapan adminsitrasi. Disamping itu juga fungsi LO tersebut
adalah memberikan informasi dan konsultasi kepada pemohon
perizinan dan non perizinan bidang lingkungan hidup dan
melakukan koordinasi dengan Kepala BLHD Provinsi /Kab/Kota.
• Proses di Instansi Lingkungan Hidup: Proses penilaian
dokumen Amdal (KA, Andal dan RKL-RPL) secara teknis
dilakukan oleh Tim Teknis dan KPA Provinsi/Kab/Kota, dan
proses pemeriksaan UKL-UPL secara teknis dilakukan oleh
BLHD Provinsi/Kab/Kota melalui koordinasi dengan SKPD
terkait, penyiapkan konsep keputusan (SKKL atau
Rekomendasi UKL-UPL dan Izin Lingkungan) dilakukan oleh
BLHD Provinsi/Kab/Kota;
Penerbitan Keputusan, dapat dilakukan dengan
2 (dua) alternatif:
Alternatif pertama: Keputusan SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL dan
Izin Lingkungan diterbitkan dan ditandatangani oleh Gubernur
/Bupati/Walikota sesuai dengan ketentuan Pasal 31, Pasal 36 ayat (4)
UU No 32 Tahun 2009 tentang PPLH dan Pasal 32 ayat (1), Pasal 37 dan
Pasal 47 ayat (1) huruf b PP No. 27 Tahun 2009 tentang Izin
Lingkungan.

Alternatif kedua: Keputusan SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL dan Izin


Lingkungan diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala PTSP Provinsi
/Kab/Kota selaku Administrator Unit PTSP Provinsi /Kab/Kota
berdasarkan surat pendelegasian kewenangan penerbitan perizinan
dan non perizinan di bidang Lingkungan Hidup dari Gubernur/Kab/Kota
kepada Kepala PTSP Provinsi /Kab/Kota.
Penerbitan Izin Lingkungan
• Disarankan menggunakan alternatif 1, sesuai dengan ketentuan
Pasal 31, Pasal 36 ayat (4) UU No 32 Tahun 2009 tentang PPLH dan
Pasal 32 ayat (1), Pasal 37 dan Pasal 47 ayat (1) huruf b PP No. 27
Tahun 2009 tentang Izin Lingkungan.

• Sebagai bahan referensi kami sampaikan bahwa di tingkat Pusat,


SKKL dan Izin Lingkungan tetap ditandatangani oleh Menteri LHK
dan tidak lagi didelegasikan kepada Kepala BKPM sesuai dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.1/Menhut-II/2015 dengan pertimbangan secara umum adalah Izin
lingkungan merupakan entry point yang dapat digunakan oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk terlibat secara
aktif dan melakukan intervensi terhadap kegiatan-kegiatan strategis
nasional, dan secara khusus dengan pertimbangan teknis(
kompleksitas, keahlian tertentu dan efektifitas dan efesiensi).
SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL, Izin Lingkungan &
Izin PPLH, serta Izin Usaha dan/atau kegiatan

SKKLH Izin Lingkungan Izin Usaha


(Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup) • Persyaratan dan kewajiban
persyaratan
dan/atau
dalam SKKLH dan Rek. UKL-UPL
• Persyaratan dan kewajiban yang
kegiatan
Ber-transformasi menjadi ditetapkan oleh Menteri, Gub,
atau bupati/walikota
Tidak semua
• JUMLAH DAN JENIS
Rekomendasi rencana usaha
IZIN PPLH
Persetujuan UKL-UPL • Berakhirnya Izin Lingkungan
dan/atau kegiatan
memerlukan izin
PPLH

Detailing
Integrasi Izin PPLH dari Izin
ke dalam Izin Izin Izin PPLH yang
Lingkungan (Pasal Izin PPLH sudah
Pembuangan Pemanfaatan
123 UU 32/2009) lainnya disebutkan
Air Limbah LB3
dalam Izin
Lingkungan
Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
No Izin PPLH Ketentuan dalam PP Bidang Peraturan MENLH
UU No. 32/2009 PPLH
1. Izin Pembuangan Pasal 20 ayat 3 PP 82/2001 Peraturan MENLH No. 1
Air Linbah ke Sungai Huruf b. tentang PKA Tahun 2010: Tata
& PPA Laksanana Pengendalian
Pencemaran air

2. Izin pemanfaatan Pasal 20 ayat 3 PP 82/2001 Peraturan MENLH No. 1


air limbah untuk Huruf b. tentang PKA Tahun 2010: Tata
aplikasi ke Tanah & PPA Laksanana Pengendalian
(Land Application) Pencemaran air

3. Izin Pembuangan air Pasal 20 ayat 3 PP No. 19 Peraturan MENLH No 12


limbah ke laut Huruf b. Tahun 1999 Tahun 2006 :Persyaratan
tentang dan Tata Cara
Pengendalian Pembuangan Air Limbah
Pencemaran Ke laut
dan/atau
Kerusakan
Laut
Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
No Izin PPLH Ketentuan PP Bidang PPLH Peraturan MENLH
dalam UU No.
32/2009
4. Izin Injeksi Air Pasal 20 ayat 3 Peraturan MENLH No. 13 Tahun 2007:
Limbah bagi Huruf b. Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan
Usaha Air Limbah bagi Usaha dan/Atau
dan/atau Kegiatan Hulu Minyak Dan Gas Serta
Kegiatan Hulu Panas Bumi dengan Cara Injeksi
Migas & Panas
Bumi
5. Izin Pasal 59 ayat PP 18 Tahun a. Peraturan MENLH No. 18 Tahun 2009:
Pengelolaan (4), ayat (5) 1999 Tata Cara Perizinan PLB3
LB3 dan ayat (6) Pengelolaan LB3 b.Peraturan MENLH No. 30 Tahun 2009:
serta Pasal 102 Tata Laksana Perizinan dan
Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah

6. Izin Dumping Pasal 60, Pasal


Limbah 61, Pasal 104
Izin Pembuangan Air Limbah Ke Sungai
1) Izin lingkungan yang berkaitan dengan
Persyaratan administrasi terdiri pembuangan air limbah ke sumber air
atas: diselenggarakan melalui tahapan:
a. isian formulir permohonan izin; a. pengajuan permohonan izin;
b. izin yang berkaitan dengan usaha b. analisis dan evaluasi permohonan izin; dan
dan/atau kegiatan; dan c. penetapan izin
c. dokumen Amdal , UKL-UPL, 2) Pengajuan permohonan izin sebagaimana
atau dokomen lain yang dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi
dipersamakan dengan dokumen persyaratan:
dimaksud.
a. administrasi; dan
b. teknis.
Kajian dampak pembuangan Persyaratan teknis terdiri atas:
air limbah menggunakan a. upaya pencegahan pencemaran, minimisasi air limbah,
dokumen Amdal atau serta efisiensi energi dan sumberdaya yang harus
dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
UKL-UPL kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah;
apabila dalam dokumen dan
tersebut telah memuat secara b. kajian dampak pembuangan air limbah terhadap
lengkap kajian dampak pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman, kualitas
pembuangan air limbah tanah dan air tanah, serta kesehatan masyarakat.
Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi Ke Tanah
1) Izin lingkungan yang berkaitan dengan
Persyaratan administrasi terdiri pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
atas: pada tanah diselenggarakan melalui tahapan:
a. isian formulir permohonan izin;
a. pengajuan permohonan izin;
b. izin yang berkaitan dengan usaha
dan/atau kegiatan; dan b. analisis dan evaluasi permohonan izin; dan
c. penetapan izin.
c. dokumen Amdal , UKL-UPL, 2) Pengajuan permohonan izin sebagaimana
atau dokumen lain yang dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi
dipersamakan dengan dokumen
dimaksud. persyaratan:
a. administrasi; dan
b. teknis.
dampak pemanfaatan air limbah Persyaratan teknis terdiri atas:
ke tanah untuk aplikasi pada a. kajian pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada
tanah menggunakan tanah terhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman,
kualitas tanah dan air tanah, dan kesehatan masyarakat;
dokumen Amdal atau b. kajian potensi dampak dari kegiatan pemanfaatan air limbah
UKL-UPL ke tanah untuk aplikasi pada tanah terhadap pembudidayaan
ikan, hewan, dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah, dan
apabila dalam dokumen tersebut kesehatan masyarakat; dan
telah memuat secara lengkap c. upaya pencegahan pencemaran, minimisasi air limbah, efisiensi
kajian dampak pemanfaatan air energi dan sumberdaya yang dilakukan usaha dan/atau kegiatan
limbah pada tanah yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah termasuk
rencana pemulihan bila terjadi pencemaran.
Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan melakukan pembuangan air
limbah ke laut wajib mendapatkan izin dari Menteri;
2) Menteri dapat mendelegasikan wewenang pemberian izin pembuangan air
limbah ke laut kepada Gubernur.
3) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan melakukan pembuangan
air limbah ke laut wajib mengintegrasikan kajian pembuangan air limbah ke
laut sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini ke
dalam kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau di dalam
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup;
4) Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, bagi usaha dan/atau kegiatan
yang sudah beroperasi dan melakukan pembuangan air limbah ke laut tetapi
belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
Peraturan Menteri ini wajib melakukan kajian pembuangan air limbah ke laut.
Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan
Pasal 68 UU 32/2009: Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang terkait dengan PPLH secara benar, akurat, terbuka dan tepat
waktu, menjaga keberlanjutan fungsi LH, menaati ketentuan BML dan/atau KBKL

• Pemegang izin lingkungan berkewajiban untuk:


a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan;
b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan
terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin
lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota; dan
c. Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan fungsi
lingkungan hidup sesuai ketentuan PUU; -
(diberlakukan jika sudah ada PP yang mengatur
tentang dana penjaminan)
• Laporan disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan
Sumber: Pasal 53 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Sistem Informasi
Lingkungan Hidup
Sumber: Pasal 62 UU 32/2009

Data & Informasi


Kualitas Lingkungan 1 Pemerintah dan Pemda mengembangan Sistem Iformasi
Lngkungan Hidup (SIL) untuk mendukung pelaksanaan
pengembangan kebijakan PPLH

Sistem informasi
terpadu & Terkoordinasi
2a
2b
Publikasi kepada
3 Masyarakat
Status Lingkungan Hidup,
peta rawan LH & informasi
LH Lainnya
NSPK & Instrumen PPLH pada Tahap Pelaksanaan Usaha
dan/atau Kegiatan
Izin LH & Izin PPLH Penaatan
Dampak terhadap Baku
Mutu
Penting & Lingkungan
Dampak LH (BML) & Kriteria
Baku Kerusakan
Pelaksanaan Usaha dan/atau
lainnya Lingkungan
(KBKL)
Kegiatan
• KepMenLH No. 45 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan
Implementasi
Audit LH Persyaratan Izin
Laporan Pelaksanaan RKL-RPL
(LAPORAN PELAKSANAAN IZIN
Lingkungan & Izin PPLH LINGKUNGAN)
serta Continuous
Peraturan MENLH No. 03 Tahun Improvement • KepMenLH No.07 Th 2001 tentang
PPLH dan PPLHD
2013 tentang Audit Lingkungan
Hidup sebagai revisi dari: • KepMenLH No.56 Th 2002 tentang
• KepMenLH No. 42 Tahun 1994 Pedoman Umum Pengawasan LH
• KepMenLH No. 30 Tahun 2001 • KepMenLH No.57 Th 2002 tentang
• PerMenLH No. 17 Tahun 2010 Pengawasan Tata Kerja PPLH

Lingkungan Hidup
• KepMenLH No.58 Th 2002 tentang
Tata Kerja PPLHD
d Baku Mutu
Udara Ambien Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML)
Pencemaran LH: Masuk atau dimasukkannya (a)
mahluk hidup, (b) zat, (c) energi, dan/atau (d) komponen
Baku
e lain ke dalam LH oleh kegiatan manusia sehingga
Mutu
Emisi melampau BML yang telah ditetapkan.

g Baku Mutu Lain


sesui Iptek
d Baku Mutu Udara
PPU Perkotaan
Ambien e Baku Mutu Emisi
TPA

a Baku Mutu Air Muka Air Tanah

b Baku Mutu Air


f Baku Mutu
Limbah
Gangguan

c Baku Mutu Air Laut

Sumber: Pasal 20 UU 32/2009


Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL)
Perusakan LH: tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati LH sehingga melampau KBKL

Kriteria Baku
1 Kriteria Baku
Kerusakan
c Kerusakan LH-
Kebakaran 2 Kerusakan Akibat
Hutan/Lahan
Ekosistem Perubahan Iklim
g Kerusakan •Kenaikan suhu
Karst •SLR
f Kerusakan gambut
•Badai
a Kerusakan Tanah h Kerusakan ekosistem •Kekeringan
untuk Produksi lainnya sesuai iptek
Biomassa

d Kerusakan
Mangrove

e Kerusakan
Lamun b Kerusakan Terumbu
Sumber: Pasal 21 UU 32/2009
Karang
Audit Lingkungan Hidup
Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan
hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
(Pasal 1, angka 28 UU 32/2009)

PENANGGUNG JAWAB USAHA dan/atau KEGIATAN

Tingkat
Ketaatan Persyaratan
Hukum dan
Kebijakan yang
ditetapkan
Pemerintah
Jenis Audit Lingkungan Hidup
Sukarela 1 Audit LH 2 Wajib
Seluruh Jenis a1. Berkala bagi kegiatan
Usaha dan/atau berisiko tinggi 
Kegiatan seperti: Petrokimia,
Kilang MIGAS, PLTN
[Daftar Jenis Usaha/Keg.
Alat pemantauan beresiko tinggi – Lamp. 1] &
dan pengelolaan usulan dari Komisi dan Usulan
lingkungan hidup dari K/L

b1. Kegiatan yang


yang bersifat
internal
menunjukkan
ketidaktaatan terhadap
PUU, dgn kriteria:
• Dugaan pelanggaran PUU Bidang PPLH;
• pelanggaran tersebut telah terjadi paling
sedikit 3 (tiga) kali dan berpotensi tetap
terjadi lagi di masa datang; dan
• belum diketahui sumber dan/atau
penyebab ketidaktaatannya.
Sumber: Rancangan Peraturan MENLH tentang Audit Lingkungan
Pelaksanaan Audit Lingkungan
Auditor LH 1 Informasi yg meliputi
1.
tujuan dan proses
pelaksanaan audit
2 Temuan audit
2.
3
Audit LH
3. Kesimpulan audit
5
4. Data dan informasi
pendukung

Dokumen Audit LH
Kriteria kompetensi mencakup kemampuan:
Sertifikat Kompetensi • Memahami prinsip, metodologi dan tata
Auditor Lingkungan laksana audit Lingkungan Hidup
Hidup • Melakukan audit LH yang meliputi: tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengambilan
kesimpulan dan pelaporan;
LSK
• Merumuskan rekomendasi langkah perbaikan
sebagai tindak lanjut audit lingkungan
Auditor LH Sumber: Penjelasan pasal 49 dan Pasal 50-51 UU 32/2009
Keputusan/Peraturan MENLH Terkait
Audit Lingkungan
11. Keputusan MENLH No. 42 Tahun
1994 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
Peraturan
22. Keputusan MENLH No. 30 Tahun MENLH No. 03
2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Tahun 2013
Audit Lingkungan Hidup yang
Diwajibkan tentang Audit
Lingkungan
31. Peraturan
MENLH No. Hidup
17 Tahun 2010
tentang Audit
Lingkungan
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan dan
Perubahan Izin LIngkungan
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan
Pasal 40 ayat (3) mengalami perubahan, Penanggung
1
UU No. 32 Tahun 2009
tentang PPLH
Jawab Usaha dan/atau Kegiatan

1
wajib Memperbarui Izin Lingkungan

Ketentuan Pasal 40 ayat (3) UU PPLH diterjemahkan dalam pasal 50 dan Pasal 51 PP
Izin Lingkungan dan akan dijabarkan secara rinci dalam Peraturan MENLH tentang
Pedoman Perubahan Izin Lingkungan

2 Peraturan MENLH
Tentang Pedoman
Pasal 50 dan 51 3 Perubahan Izin
PP No. 27 Tahun 2012 Lingkungan
tentang Izin Lingkungan
1. jenis-jenis perubahan;
1. Lima jenis perubahan usaha 2. kriteria perubahan dan
dan/atau kegiatan secara umum; jenis dokumen LH
2. Mekanisme perubahan Izin 3. Muatan dokumen LH
Lingkungan secara umum 4. Tata cara
Perubahan Izin Lingkungan untuk Usaha dan/Kegiatan Wajib Amdal

Penerbitan Perubahan Izin Lingkungan

Laporan Perubahan SKKL


Perubahan

Perubahan Perubahan yang Adendum


Pengelolaan & Berpengaruh Amdal
Andal &
Perubahan Pemantauan terhadap LH Baru RKL-RPL
Kepemilikan Lingkungan (9 Kriteria)

1 2 3
Perubahan Dampak/ Resiko
4 LH (ERA/Audit LH]
Perubahan Usaha
5
dan/atau Kegiatan Rencana Usaha/Kegiatan tidak
dilaksanakan setelah 3 Tahun Izin
Lingkungan diterbitkan
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan,
apabila usaha dan/atau kegiatan yang telah
memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk Sumber: Pasal 50-51 PP No. 27 Tahun 2012
dilakukan perubahan
Perubahan Berpengaruh terhadap Lingkungan Hidup
Usaha dan/Kegiatan Wajib Amdal
Kata kunci “ BERPENGARUH”  Hanya
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang BERPENGARUH terhadap lingkungan
yang wajib mengajukan perubahan izin
1. Alat-alat Produksi lingkungan.
2. Kapasitas Produksi
3. Spesifikasi teknik Kriteria
4. Sarana Usaha dan/atau Perubahan
kegiatan
yang lebih
5. Perluasan Lahan dan
detail
Bangunan
6. Waktu dan Durasi Operasi
7. Usaha dan/atau Kegiatan
dalam Kawasan yang belum
a b
Adendum
dilingkup AMDAL Andal &
BARU
8. Perubahan Kebijakan
Pemerintah
RKL-RPL
9. Perubahan LH yang
mendasar akibat peristiwa Sumber: Pasal 50 ayat (2) huruf (c), ayat (4) dan
alam atau akibat lain ayat (8) PP No. 27 Tahun 2012
Konsep Rancangan Peraturan MENLH tentang
Pedoman Perubahan Izin Lingkungan
Pedoman perubahan izin lingkungan ini bertujuan
untuk menjabarkan lebih rinci mengenai:

1 2 3 4
Jenis-jenis Kriteria Muatan Tata cara
perubahan usaha perubahan
dan/atau kegiatan
perubahan dokumen keputusan
yang dapat usaha dan/atau lingkungan kelayakan
menyebabkan kegiatan dan hidup untuk lingkungan,
terjadinya jenis dokumen Perubahan perubahan
perubahan izin rekomendasi UKL-
lingkungan (5 Jenis lingkungan Usaha UPL dan penerbitan
Perubahan Usaha hidup yang dan/atau perubahan izin
dan/atau Kegiatan) wajib disusun Kegiatan lingkungan

BAB II BAB III BAB IV BAB V


Kriteria Perubahan Usaha dan/Atau Kegiatan dan Jenis Dokumen LH
yang Wajib Disusun untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
No Kriteria Perubahan AMDAL BARU ANDENDUM ANDAL dan RKL-RPL
1. Skala/Besaran skala besaran rencana perubahan skala besaran rencana perubahan
Rencana Perubahan usaha dan/atau kegiatan tersebut usaha dan/atau kegiatan tersebut
Usaha dan/atau sama dengan atau lebih besar lebih kecil dari skala besaran jenis
Kegiatan dari skala besaran jenis rencana rencana usaha dan/atau kegiatan
usaha dan/atau kegiatan yang yang wajib memiliki Amdal seperti
wajib memiliki Amdal seperti tercantum dalam Lampiran 1
tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05
LingkunganHidup Nomor 05 Tahun 2012
Tahun 2012

2. Dampak penting Rencana perubahan akan Tidak terdapat dampak penting


yang ditimbulkan berpotensi menimbulkan baru atau dampak penting yang
akibat rencana dampak penting baru timbul akibat perubahan tersebut
perubahan usaha sudah dikaji dalam Amdal
dan/atau kegiatan sebelumnya

3. Batas wilayah studi Rencana perubahan akan Rencana perubahan dimaksud


Amdal berpotensi mengubah batas tidak mengubah batas wilayah
wilayah studi studi
Format Adendum ANDAL dan RKL-RPL Saat Ini
Contoh: Adendum ANDAL, RKL-RPL Kegiatan Pengembangan
Lapangan Migas Berupa Penambahan Sumur-Sumur Baru di BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Wiayah Perairan Lepas Pantai Tenggara Sumatera Provinsi 1. Komponen Geofisik-Kimia
2. Komponen Sosekbud
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
BAB IV RUANG LINGKUP STUDI (Hanya pada dampak dari rencana
BAB I PENDAHULUAN penambahan)
1. Latar belakang: i.e. alasan penambahan 1. Dampak Penting yang Ditelaah;
2. Proses Pelingkupan
kegiatan, arahan dari instansi lingkungan hidup,
3. Identifikasi DampakPotensial
jenis dokumen LH yang telah dimiliki, kegiatan 4. Evaluasi Dampak Potensial
eksisting dan rencana penambahan sumur baru; 5. Batas Wilayah Studi: Batas Andal dan RKl-RPL tambahan
2. Tujuan dan Manfaat saja.
3. Peraturan Perudang-Undangan 6. Batas Waktu Kajian

BAB V PRAKIRAAN DAN EVALUASI DAMPAK PENTING


BAB II RENCANA KEGIATAN
1. Prakiraan Dampak penting (Dampak pemboran
1. Identitas Pemrakasrasa dan Penyusun Adendum terhadap penurunan kualitas air dan biota perairan,
ANDAL dan RKL-RPL; serta dampak kegiatan operasi produksi terhadap
2. Lokasi usaha dan/atau kegiatan; penurunan kualitas air dan dampak turunnya gangguan
3. Sejarah Pengembangan dan Kegiatan yang Telah biota;
Berjalan; 2. Evaluasi Dampak Penting
3. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan
4. Kegiatan yang sedang berjalan (Eksisting)
4. Rekomendasi Kelayakan Lingkungan
a. Produksi Lapangan
b. Proses Produksi Migas dan penyalurannya BAB VII RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
c. dst LINGKUNGAN HIDUP
d. Pengelolaan dan pemantauan LH yang 1. Jenis Dampak Penting Sama Seperti Pada Dokumen
sudah dilakukan Lingkungan sebelumnya;
2. Rencana Pengelolaan LH
e. Perizinan
3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
5. Rencana Kegiatan Tambahan
Konsep Dasar Tata Cara Perubahan Izin Lingkungan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
1. Permohonan Arahan Perubahan Izin Lingkungan: Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
mengajukan permohonan arahan tindak lanjut perubahan izin lingkungan terkait dengan rencana
perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
2. Proses Penapisan dan Pemberian Arahan Tindak Lanjut Perubahan Izin Lingkungan: Instansi
lingkungan hidup dengan bantuan tim teknis KPA atau pakar terkait melakukan telaahan
terhadap rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan serta memberikan arahan tindak lanjut
proses perubahan izin lingkungan*)
3. Penyusunan Amdal Baru atau ADENDUM ANDAL dan RKL-RPL: Penangggung jawab usaha
dan/atau kegiatan menyusun dokumen lingkungan (Amdal Baru atau Adendum Andal dan RKL-
RPL) sesuai dengan arahan tindak lanjut proses perubahan izin lingkungan
4. Permohonan Izin Lingkungan dan Penilaian Dokumen LH: Penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan mengajukan perubahan izin lingkungan dan penilaian Amdal Baru atau Adendum Andal
dan RKL-RPL;
5. Penilaian Dokumen Lingkungan Hidup: Tim Teknis dan/atau KPA melakukan penilaian Amdal Baru
atau Adendum ANDAL dan RKL-RPL;
6. Penerbitkan Keputusan Perubahan SKKL dan Perubahan Izin Lingkungan: Menteri, Gubernur
atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenanganya menerbitkan perubahan keputusan kelayakan
lingkungan dan perubahan izin lingkungan
Catatan: *) Arahan tindak lanjut dapat berupa arahan perubahan izin lingkungan tanpa melakukan perubahan
keputusan kelayakan lingkungan atau tanpa harus melakukan perubahan izin lingkungan
Dasar Hukum Penyusunan Peraturan MENLH tentang
Pedoman Pelaporan Pelaksanaan Izin Lingkungam
Pasal 72 dan Pasal 63 ayat
Pasal 68 UU 32/2009 : Kewajiban
(1) huruf o dalam UU Penanggung Jawab
Memberikan informasi terkait
32/2009 : Pembinaan dan Usaha dan/atau PPLH secara benar, akurat dan
Pengawasan Penaatan Perizinan Kegiatan tepat waktu;
Lingkungan
Penguatan Demokrasi Pasal 53 PP 27/2012
Lingkungan : Kewajiban menyampaikan
• akss informasi; laporan persyartan dan kewajiban
• akses partisipasi; dalam izin lingkungan setiap 6
• penguatan hak-hak masyarakat
bulan sekali
dalam PPLH.
(Penjelasan Umum
UU 32/2009 angka 8) • Instansi
Pemerintah;
• Masyarakat/

Pasal 63 ayat (1)


Informasi PPLH Publik

huruf e UU 32/2009:
Pemerintah bertugas dan
berwenang untuk Pasal 65 ayat (2) UU
menetapkan dan Peraturan MENLH tentang 32/2009 :
Pelaporan Pelaksanaan
melaksanakan kebijakan Hak mendapatkan akses
mengenai amdal dan UKL- informasi dalam memenuhi
UPL
Izin Lingkungan hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat
Pasal 2: Tujuan Peraturan MENLH tentang Pedoman
Pelaporan Pelaksanaan Izin Lingkungam

Pedoman mengenai tata cara


Pemrakarsa penyusunan dan penyampaian
laporan pelaksanaan persyaratan
dan kewajiban dalam izin
lingkungan (LAPORAN
PELAKSANAAN IZIN
LINGKUNGAN)

Peraturan MENLH tentang Pedoman untuk melakukan


Pedoman Pelaporan evaluasi kualitas laporan
Pelaksanaan Izin pelaksanaan izin lingkungan dan
Lingkungam substansi serta evaluasi status
ketaatan pemegang izin
Instansi LH & lingkungan berdasarkan laporan
PPLH pelaksanaan izin lingkungan
Sistematika Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan (Kepmenlh 45/2005

1 BAB I PENDAHULUAN
A. Identitas
Perusahaan/Pemegang Izin
Lingkungan
B. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
C. Deskripsi Kegiatan
D. Perkembangan Lingkungan
Sekitar

2 BAB II PELAKSANAAN DAN


3 BAB III KESIMPULAN
• Kesimpulan mengenai efektivitas EVALUASI
pengelolaan lingkungan hidup dan A. Pelaksanaan Persyaratan dan
kendala-kendala yang dihadapi;
Kewajiban yang tercantum dalam
• Kesimpulan mengenai kesesuaian
hasil pelaksanaan pengelolaan Izin Lingkungan;
dan pemantauan lingkungan B. Evaluasi
dengan rencana pengelolaan dan 1. Evaluasi Kecendrungan
pemantauan dalam dokumen
2. Evaluasi Tingkat Kritis
RKL-RPL atau dalam Formulir
UKL-UPL 3. Evaluasi Penaatan
Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan Izin Terhadap Persyaratan dan
Kewajiban dalam Izin Lingkungan (Revisi Kepmen 45/2005)
Pemegang Izin
Lingkungan & Izin
PPLH 8
1 PPLH atau
Implementasi PPLHD
melakukan
Persyaratan & 5
Kewajiban dalam Izin evaluasi Laporan
Lingkungan & Izin
PPLH serta
Continuous Menugaskan
6
Improvement 4 Laporan Hasil
2 Frekuensi
Evaluasi
Laporan Pelaksanaan • 6 (enam)
Terhadap Persyaratan bulan sekali Menteri,
dan Kewajiban dalam gubernur, atau Tanggapan
3
Izin Lingkungan:
• Hardcopy;
bupati/walikota 7
• Softcopy
• File elektronik i.e. Memiliki
Sistem Informasi Memiliki
Aksesi
Amdal, UKL-UPL & Izin Aksesi Masyarakat atau
Lingkungan; Publik
• Website
Penegakan Hukum terhadap Izin Lingkungan
Penegakan hukum, Tantangan Pasal 98-100 UU 32/2009:
yang harus dijawab untuk Pelanggaran Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML) dan Kriteria
meningkatkan efektivitas izin Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL)  Penjara dan
lingkungan Denda

Pasal 111 UU 32/2009


(1) Pejabat yang
menerbitkan izin
lingkungan tanpa
Amdal atau UKL-
UPL: penjara dan
denda;
(2) Pejabat yang
menerbitkan izin
usaha dan/atau
kegiatan tanpa izin
lingkungan: Penjara
dan Denda
Pasal 71 PP 27/2012:
Pasa 109 UU 32/2009: usaha dan/atau Sanksi Admnistrasi kepada pemegang izin
lingkungan yang melanggar ketentuan pasal 53 PP
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan: 27/2012: tidak melaksanaan izin lingkungan dan
Penjara dan denda tidak melaporkan pelaksanaan izin lingkungan
Ketentuan Penutup

Dokumen lingkungan yang


telah mendapat persetujuan
sebelum berlakunya PP ini,
dinyatakan tetap berlaku dan
dipersamakan sebagai izin
lingkungan

Sumber: Pasal 73 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Sanksi Administratif
Pasal 53: Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan: (a) menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan, (b) membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan (c) Menyediakan dana
penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai ketentuan PUU. Laporan disampaikan secara
berkala setiap 6 (enam) bulan

1
Pemegang izin yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif
yang meliputi:
• teguran tertulis;
• paksaan pemerintah;
• pembekuan izin lingkungan; atau
• pencabutan izin lingkungan

2 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) di terapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

Sumber: Pasal 71 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Integrasi PP 27/2012 dalam PROPER
Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Wajib Amdal atau UKL-UPL (PROPONEN)

• Melaksanakan Persyaratan dan Kewajiban dalam


Amdal/ Izin Lingkungan & Izin PPLH
UKL-UPL • Membuat dan menyampaikan laporan
pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban
dalam izin Lingkungan
(Pasal 53 PP 27 Tahun 2012)

Izin Kinerja
Lingkungan PROPENEN
Pelaksanaan
Izin dalam
Lingkungan PPLH

Kriteria • Kriteria Pengendalian Pencemaran Lingkungan;


Kriteria Pengelolaan LB3
Pelaksanaan •
• Kriteria Pengendalian Kerusakan Lingkungan;
Izin Lingkungan • Kriteria Beyond Compliiance
Kriteria PROPER & Ketentuan-Ketentuan dalam PP 27/2012

Kriteria PROPER BIRU, MERAH dan HITAM terkait PROPONEN


Pelaksanaan AMDAL atau UKL-UPL Memiliki Amdal/UKL-UPL
dan Izin Lingkungan serta
Izin PPLH

Pelaksanaan Izin
Lingkungan & Izin PPLH

• Melaksanakan
= tidak Persyaratan dan
memiliki izin Kewajiban dalam
lingkungan Izin Lingkungan &
Izin PPLH
• Membuat dan
menyampaikan
laporan pelaksanaan
PELANGGARAN terhadap terhadap
Ketentuan Pasal 53 PP No. 27 Pelanggaran persyaratan dan
PENAATAN terhadap terhadap
Ketentuan Pasal 53 PP Tahun 2012 tentang Izin kewajiban dalam izin
Lingkungan, dikenakan sanksi Pasal 109 UU
No. 27 Tahun 2012 No. 32/2009 Lingkungan
Administrasi Pasal 71 PP No.
tentang Izin Lingkungan 27/2012 PP 27/2012
6 Penegakan Hukum Lingkungan
SANKSI
PIDANA

PENYELESAIAN PENYELESAIAN
SENGKETA LH UU SENGKETA LH
DI LUAR DI PENGADILAN
PENGADILAN PPLH

SANKSI
ADMINISTRASI
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
DALAM
UU PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

ADMINISTRASI PIDANA PERDATA


(Pasal 76 sd 83) (pasal 93 sd 120) (pasal 83 sd 93)

FUNGSI FUNGSI
FUNGSI

Ganti Rugi dan


Pencegahan dan Efek Jera dan Pemulihan
penanggulangan Efek Derita Lingkungan
Ketentuan Pidana terkait Pelanggaran Baku Mutu Lingkungan dan
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Pidana Denda (rupiah)
Jenis
Akibat Minimu Maksimum Minimum Maksimu
Pelanggaran
m m
> BM/KBK 3 tahun 10 tahun 3 millir 10 miliar
Sengaja Orang Luka 4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar
Orang Mati 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
> BM/KBK 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
Lalai Orang Luka 2 tahun 6 tahun 2 miliar 6 miliar
Orang Mati 3 tahun 9 tahun 3 miliar 9 miliar

1 BM Udara Ambien 2 BM Air


4 KBK Lingkungan

3 BM Air Laut
Ketentuan Pidana (3)
Melanggar baku mutu  pidana maks 3 tahun dan denda
maks 3 miliar rupiah
PENANGGUNG JAWAB USAHA
dan/atau KEGIATAN

3
Melanggar 2
Baku Mutu Melanggar Baku Mutu
Gangguan Emisi
1
Melanggar Baku
Mutu Air Limbah

Tindak pidana dijatuhkan bila:


* Sanksi administrasi tidak dilaksanakan, atau
* Perbuatan dilakukan lebih dari 1 (satu) kali
Ketentuan Pidana terkait dengan LB3 dan B3
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Mengelola limbah B3
1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
tanpa izin
Tidak mengelola limbah
1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
B3 yang dihasilkannya
Dumping - 3 tahun - 3 miliar
Memasukkan limbah 4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar
Memasukkan limbah B3 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
Memasukkan B3 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar

Contoh Limbah B3 impor yg mengandung Polychlorinated


Biphenyl (PCBs). Dokumen Impor skrap logam
Ketentuan Pidana terkait
dengan Pembakaran
Hutan dan/atau Lahan

Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)


Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Membakar lahan 3 tahun 10 tahun 3 miliar 10 miliar
Ketentuan Pidana terkait dengan Izin Lingkungan
dan Dokumen Lingkungan
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Melakukan usaha
dan/atau kegiatan 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
tanpa izin lingkungan
Menyusun AMDAL
tanpa memiliki sertifikat
- 3 tahun - 3 miliar
kompetensi penyusun
AMDAL
Menerbitkan izin
lingkungan tanpa
- 3 tahun - 3 miliar
dilengkapi AMDAL atau
UKL-UPL
Menerbitkan izin usaha
tanpa dilengkapi izin - 3 tahun - 3 miliar
lingkungan
Ketentuan Pidana terkait dengan Pengawasan dan
Penegakan Hukum Lingkungan
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Tidak melakukan
- 1 tahun - 500 juta
pengawasan
Memberikan informasi
- 1 tahun - 1 miliar
palsu
Tidak melaksanakan
perintah paksaan - 1 tahun - 1 miliar
pemerintah
Menghalang-halangi
pejabat pengawas - 1 tahun - 500 juta
dan/atau PPNS
5
PUU Sektor yang Terkait dengan
Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Amdal dan Izin Lingkungan serta Izin Usaha dan/atau Kegiatan
Diterbitkan oleh Diterbitkan oleh Dilakukan oleh Pengawasan
• Proses Penilaian Amdal oleh KPA;
MENLH, Gubernur, MENLH, MENLH, Lingkungan Hidup &
• Proses Pemeriksaan UKL-UPL
atau Gubernur, atau Gubernur, atau Penegakan Hukum
oleh Instansi LH
Bupati/Walikota Bupati/Walikota Bupati/ Walikota Lingkungan

Izin PPLH
Pemrakarsa • Pelaksanaan
Usaha dan/atau
Proses Izin Usaha Kegiatan
Rencana Usaha Pelaksanaan Izin
dan/atau Amdal atau
Izin dan/atau •
Lingkungan & Izin
Lingkungan
Kegiatan
UKL-UPL Kegiatan PPLH

Proses Penyusunan Amdal atau UKL-UPL Diterbitkan oleh Menteri terkait,


oleh Pemrakarsa Gubernur, atau Bupati/Walikota
Penaatan terhadap
BML & KBKL
• Secara legal, sesuai PUU PSDA dan PPLH izin usaha
dan/atau kegiatan tidak dapat diterbitkan tanpa adanya
izin lingkungan. Amdal atau UKL-UPL dan Izin
Lingkungan merupakan salah satu persyaratan Izin
Usaha dan/atau Kegiatan
• Izin Lingkungan merupakan hasil dari Proses Amdal atau Penurunan Beban
UKL-UPL (Sistem KDL) yang disusun oleh Pemrakarsa dan Pencemaran dan Laju
dinilai oleh KPA atau diperiksa oleh Instansi LH; Kerusakan LH
Proyek Strategis Nasional dan Percepatan Pelaksanaannya
13. Proyek Penyedian Infrastruktur Air Minum
1. Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan (SPAM);
Tol; 14. Proyek Penyedian Infrastruktur Sistem Air
2. Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Limbah Komunal;
Nasional/Strategis Nasional Non tol; 15. Proyek Pembangunan Tanggul Penahan Banjir
3. Proyek pembangunan Infrastuktur Sara dan (NCICD);
Pra-sarana Kereta Api Antar Kota; 16. Proyek Pembangunan Lintas Batas Negara
4. Proyek Pembangunan Infrastruktur Kereta (PLBN) dan Sarana Penunjang;
Api dalam Kota; 17. Proyek Bendungan;
5. Proyek Revitalisasi Bandar Udara; 18. Program Peningkatan Jangkuan Broadband;
6. Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru; 19. Proyek Infrastruktur IPTEK Strategis Lainnya
7. Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya; (Technopark);
8. Proyek Pembangunan Pelabuhan Baru dan 20. Pembangunan Kawasan Industri Prioritas
Pengembangan Kapasitas; /KEK
9. Program Satu Juta Rumah; 21. Pariwisata;
10. Proyek Pembangunan Kilang Minyak 22. Proyek Pembangunan Smelter
11. Proyek Pipa Gas/Terminal LPG; 23. Proyek Pertanian dan Kelautan
12. Proyek Infrastruktur Energi Asal Sampah; 24. Program Pengembangan Infrastruktur
Ketenagalistrikan;
Lampiran Perpres No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional
Perizinan Proyek Strategis Nasional Berdasarkan Perpres No 3 Tahun 2016

1. Tata Waktu Penyelesaian Paling Lama 60


(enam puluh) hari kerja [Pasal 7 ayat 8
huruf a Perpres No 3/2016];
2. Pendelegasian ke PTSP dan [Pasal 16 ayat
(1) dan ayat (2) Perpres No. 3/2016];
3. Dapat tidak didelegasikan dengan
Pembangunan/Konstruksi Proyek
pertimbangan [Pasal 16 ayat (3) dan ayat
Strategis Nasional
6) Perpres 3/2016]:
a. Kompleksitas; Dapat Dimulai setelah Memperoleh
Perizinan paling kurang:
b. Keahlian tertentu; 1. Penetapan lokasi atau Izin Lokasi;
c. Efisiensi dan efektivitas; 2. Izin Lingkungan; dan
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Jika tidak didelegasikan[Pasal 16 ayat (7) 4. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Perpres N0 3/2016]: (Jika berlokasi di dalam Kawasan
a. penetapan prosedur, kriteria dan Hutan)
waktu penyelesaian, serta
Sumber: Pasal 14 Perpres No. 3 Tahun
b. menugaskan pejabat pada PTSP 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Stategis Nasional
Isu Harmonisasi Kebijakan Perizinan terkait dengan Proyek Strategis Nasional
Pasal 109 UU No. 32/2009: Pelanggaran
Pidana bagi setiap orang yang melakukan Pasal 26 ayat (1) Perpres No. 4 Tahun 2016
Usaha dan/atau Kegiatan Tanpa Izin Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Lingkungan Ketenagalistrikan (PIK): Pembangunan/Konstruksi
PIK dapat dimulai setelah memperoleh Penetapan
Lokasi atau izin lokasi, izin lingkungan, IMB dan
IPPKH (di dalam kaewasan hutan) - SINKRON

KLIK BKPM:
Pembangunan/Konstruksi Proyek
Pengurusan izin lingkungan (UKL-UPL), IMB
Strategis Nasional
dan perizinan lainnya bagi perusahaan industri
di dalam kawasan industri dilakukan secara
Dapat Dimulai setelah Memperoleh
pararel dengan pelaksanaan konstruksi –
Perizinan paling kurang:
KONFLIK KEBIJAKAN
1. Penetapan lokasi atau Izin Lokasi;
2. Izin Lingkungan; dan
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pasal 16 ayat (2) Perpres No. 18 Tahun 2016
(Jika berlokasi di dalam Kawasan Terkait Percepatan Pembangunan Pembangkit
Hutan) Listrik Berbasis Sampah: Kegiatan untuk
memulai konstruksi dapat langsung dilakukan
Sumber: Pasal 14 Perpres No. 3 Tahun bersamaan secara paralel dengan pengurusan
2016 tentang Percepatan Pelaksanaan IMB dan izin lingkungan - KONFLIK KEBIJAKAN
Proyek Stategis Nasional
Proses Percepatan UKL-UPL dan Izin Lingkungan Perumahan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)-Program Satu Juta Rumah
No Proses Pemeriksaan UKL-UPL dan Penerbitan Izin Lingkungan Rencana Usaha dan/atau Tata waktu
Kegiatan Perumahan (hari kerja)
1. Penyampaian Permohonan Izin Lingkungan oleh Pemrakarsa kepada Bupati/Walikota (melalui
PTSP)
2. Uji Administrasi persyaratan izin lingkungan dan pernyataan kelengkapan administrasi oleh
pejabat/Staf Instansi Lingkungan Hidup (yang ditempatkan di PTSP):
3. Penyiapan, penandatanganan dan distribusi Undangan rapat koordinasi pemeriksan UKL-UPL ke 1 hari kerja
Tim Pemeriksa UKL-UPL
4. Pengumuman Permohonan Izin dan Penerimaan Saran, Pendapat dan Tanggapan (SPT) 3 hari kerja
Masyarakat (hak masyarakat) oleh Bupati/Walikota
5. Review mandiri oleh pemeriksa UKL-UPL (yang dilakukan secara paralel dengan pengumuman
dan penerimaan SPT Masyarakat (Nomor 4).
6. Pemeriksaan subtansi teknis UKL-UPL melalui Rapat Koordinasi Pemeriksan UKL-UPL dengan 1 hari Kerja
Instansi (SKPD) terhadap kesesuaian tata ruang, PUU (Baku Mutu Lingkungan), kemampuan
pemrakarsa mengendalikan dampak LH, penerimaan masyarakat, entitas ekologis, kegiatan
dsekitar, serta daya dukung dan daya tampung LH
7. Pembuatan dan penyampaian Konsep Keputusan Rekomendasi UKL-UPL dan Izin Lingkungan 1 hari kerja
8. Penetapan dan penerbitan Keputusan Rekomendasi UKL-UPL dan Izin Lingkungan 1 hari kerja
Total Waktu 7 hari kerja

Proses Pemeriksaan UKL-UPL dan Izin Lingkungan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Perumahan yang telah dipersingkat tata waktunya dari 14 hari kerja menjadi 7 hari kerja
Konsep Usulan Skema Integrasi Andalalin dengan UKL-UPL Kegiatan Pembangunan
Perumahan MBR (Hasil Pembahasan KLHK dan Kemenhub 12 Mei 2016)

Komponen Skema Integrasi Andalalin dengan UKL-UPL Kegiatan Pembangunan


Integrasi Perumahan MBR
Jenis Dokumen 1. Dokumen ANDALALIN dan UKL-UPL disusun oleh tenaga ahli yang memiliki
keahlian dibidang penyusunan ANDALALIN dan UKL-UPL
2. Dampak dan Rekomendasi Lalu Lintas dimasukkan dalam matriks UKL-UPL
sebagai bagian dari dampak lingkungan berdasarkan dokumen hasil
ANDALALIN
3. Dokumen ANDALALIN menjadi lampiran formulir UKL-UPL
Kewenangan Integrasi ANDALALIN dan UKL-UPL hanya dapat dilakukan utnuk pembangunan
perumahan MBR yang seluruhnya menjadi kewenangan Bupati/Walikota
Proses Penilaian Pembahasan dilakukan melalui rapat koordinasi mengikutsertakan SKPD terkait
dan Kepolisian yang membahas UKL-UPL dan ANDALALIN
Penerbitan Bupati/Walikota menerbitkan persetujuan UKL-UPL dan ANDALALIN, serta izin
Persetujuan lingkungan
Sanksi Penerapan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Kompetensi Dokumen ANDALALIN dan UKL-UPL disusun oleh tenaga ahli yang memiliki
Penyusun keahlian dibidang penyusunan ANDALALIN dan UKL-UPL

Jangka Waktu Proses penilaian dan penerbitan keputusan terkait dengan UKL-UPL dan
ANDALALIN, paling lama 7 hari
Milestone Kebijakan Kajian Dampak Lingkungan Hidup di
Kawasan Industri (1999-Saat ini)
No Tahun Kebijakan Kajian Muatan Kebijakan
Dampak
Lingkungan
1. 1999-2011 PP No. 27 Tahun a. Usaha dan/atau kegiatan (Industri) yang akan dibangun di
1999 tentang dalam kawasan Industri yang sudah dibuatkan AMDAL tidak
AMDAL: Pasal 4 diwajibkan membuat AMDAL;
ayat (1) dan ayat b. Usaha dan/atau kegiatan (Industri) tersebut diwajibkan
(2) melakukan pengendalian dampak LH dan perlindungan fungsi
LH (RKL-RPL Rinci) sesuai dengan RKL-RPL Kawasan Industri
2. 2009 PP No. 24 Tahun KONFLIK KEBIJAKAN:
2009 tentang a. Pasal 4 PP 27/1999: Perusahan Industri cukup menyusun RKL-
Kawasan Industri: RPL Rinci (tidak wajib UKL-UPL dan Izin Lingkungan);
Pasal 23 ayat (1) b. PP No. 24/2009: Perusahaan industri di dalam kawasan
dan ayat (2) industri wajib menyusun UKL-UPL . Karena wajib UKL-UPL,
maka perusahan industri tersebut sesuai dengan ketentuan
UU 32/2009 wajib memiliki Izin Lingkungan
3. 2009 UU No. 32 Tahun a. Setiap kegiatan wajib Amdal dan wajib UKL-UPL wajib memiliki
2009 tentang izin Lingkungan (Pasal 36 ayat (1) UU 32/2009)
PPLH b. Kawasan Industri wajib Amdal dan Izin Lingkungan;
c. Industri di dalam kawasan industri wajib menyusun RKL-RPL
rinci (TIDAK WAJIB UKL-UPL dan IZIN LINGKUNGAN)
Milestone Kebijakan Kajian Dampak Lingkungan Hidup di
Kawasan Industri (1999-saat ini) - Lanjutan
No Tahun Kebijakan Kajian Muatan Kebijakan
Dampak Lingkungan
4. 2011 Nota Kesepakatan KLHK a. Perusahaan industri di dalam kawasan industri wajib menyusun
dan Kemenperin (9 Maret UKL-UPL mengingat tanggung jawab pengelolaan dampak pada
2011) dan Surat Menteri sumbernya, dalam arti tanggung jawab pengelolaan melekat pada
Perindustrian ke Menteri masing-masing pabrik.. Hal tersebut mengikuti ketentuan yang
LH: No. 160/M- tercantum di dalam Pasal 23 ayat (1) dan (ayat (2) PP 24 Tahun 2009
_IND/3/2011 (10 Maret tentang Kawasan Industri,;
2011) b. Konsekuensinya: Karena perusahaan industri di dalam kawasan
Industri wajib UKL-UPL maka sesuai dengan ketentuan UU 32/2009,
perusahaan industri tersebut wajib memiliki Izin Lingkungan. Jadi
dokumen LH kawasan Industri menjadi:
i. Dokumen Amdal Kawasan Industri dan Izin Lingkungan
kawasan Industri;
ii. UKL-UPL dan Izin Lingkungan untuk setiap perusahaan
Industri di dalam Kawasan Industri.

5. 2012 PP No. 27 Tahun 2012 Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan dan Surat Menteri Perindustrian
tentang Izin Lingkungan: tersebut, isi kesepatan tersebut menjadi ketentuan di dalam pasal 13
Pasal 13 ayat (1) huruf a ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf b PP No. 27 Tahun 2012. Berdasarkan
dan ayat (2) huruf b ketentuan ini, maka dokumen LH kawasan Industri terdiri atas :
a. Dokumen Amdal Kawasan Industri dan Izin Lingkungan kawasan
Industri;
b. UKL-UPL dan Izin Lingkungan untuk setiap perusahaan Industri di
dalam Kawasan Industri
Milestone Kebijakan Kajian Dampak Lingkungan Hidup di Kawasan
Industri (1999-saat ini) - Lanjutan
N Tahun Kebijakan Kajian Muatan Kebijakan
o Dampak
Lingkungan
6. 2015 PP No. 142 Tahun a. Perusahaan industri di dalam kawasan industri
2015 tentang wajib memiliki:
Kawasan Industri i. Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup;
sebagai penganti dan
PP No. 24 Tahun ii. Upaya pemantauan Lingkungan Hidup
2009 tentang b. Perusahaan di dalam kawasan industri
Kawasan Industri: DIKECUALIKAN dari PERIZINAN LINGKUNGAN;
Pasal 38 ayat (1), c. Pegecualian perizinan yang menyangkut
ayat (4) dan ayat lingkungan tidak menghapus kewajiban dan
(5) tanggung jawab industri di dalam kawasan
industri untuk melakukan pengelolaan
lingkungan.
Kebijakan Kawasan Industri dan Kebijakan Kajian Dampak
Lingkungan Saat Ini
PP No. 142 Tahun
2015 tentang a. Dengan terbitnya PP No. 142 Tahun 2015 terdapat potensi
Kawasan Industri konflik kebijakan dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Pasal 38 ayat (1), PPLH dan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
ayat (4) dan ayat (5) b. Jika Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
KONFLIK dengan pemantauan lingkungan hidup di dalam ketentuan Pasal 38
a. Pasal 36 ayat (1) ayat (1) PP 24/2015 DITERJEMAHKAN sebagai UKL-UPL,
UU No. 32 Tahun maka sesuai dengan ketentuan UU 32/2009 dan PP
2009 tentang 27/2012, kegiatan wajib UKL-UPL wajib Izin Lingkungan.
PPLH; dan Ketentuan ini bertentangan dengan UU 32/2009;
b. PP No. 27 Tahun
2012 tentang Izin c. Jika Nomenklatur yang digunakan adalah Upaya
Lingkungan: pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
Pasal 13 ayat (1) lingkungan hidup di dalam ketentuan Pasal 38 ayat (1) PP
huruf a dan ayat 24/2015, Maka sesuai dengan ketentuan Pasalk 36 ayat (1)
(2) huruf b dan UU No. 32/2009 wajib Izin Lingkungan;
Pasal 2; d. Jika menggunakan nomenkaltur RKL-RPL Rinci , maka
sesuai dengan ketentuan UU 32/2009 dan PP 27/2012,
kegiatan tersebut tidak wajib Izin Lingkungan.
Implikasi Kebijakan
1. Jika Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan
oleh Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri diterjemahkan sebagai RKL-RPL
Rinci, maka instrumen kajian dampak lingkungan (environmental safeguard) di
kawasan Industri adalah:
1. Dokumen Amdal Kawasan Industri dan Izin Lingkungan Kawasan Industri;
2. Dokumen RKL-RPL Rinci setiap perusahaan Industri yang disyahkan oleh
pengelola kawasan industri (karena bukan UKL-UPL, tidak wajib Izin
Lingkungan);
2. Karena Izin Lingkungan hanya untuk kawasan Industri, maka penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terkait dengan izin lingkungan di mata pemerintah adalah
Pengelola Kawasan Industri. Dengan demikian, Pemerintah (Menteri, gubernur atau
Bupati/Walikota) hanya akan mengawasi izin lingkungan kawasan industri yang
mencakup semua kegiatan industri di dalam kawasan industri.
3. Jika terjadi pelanggaran lingkungan (i.e. Pencemaran lingkungan) yang dilakukan oleh
perusahaan industri di dalam kawasan Industri, pihak yang akan diminta
pertanggungjawabannya oleh Pemerintah adalah Pengelola Kawasan Industri.
Dengan Demikian maka pengelola kawasan industri wajib memastikan bahwa
kegiatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan industri telah
sesuai dengan ketentuan PUU di bidang PPLH
Tindak Lanjut terkait Kawasan Industri
1. Merubah nomenklatur Dokumen LH bagi perusahan Industri
di dalam Kawasan Industri: Dari UKL-UPL menjadi RKL-RPL
Rinci;
2. Membuat peraturan pelaksanaan yang menjadi dasar bagi
pengelola kawasan Industri untuuk memeriksa dan
menyetujui RKL-RPL Rinci setiap perusahaan Industri (Tenant)
yang berada di dalam kawasan Industri;
3. Mengatur pola hubungan antara:
a. Pemerintah Daerah dengan Pengelola Kawasan Industri;
b. Pengelola Kawasan Industru dengan Tenant;
4. Memperkuat peran dan fungsi pengelola Kawasan Industri
sebagai penanggung jawab pengelola lingkungan hidup di
dalam kawasan Industri
Izin Lingkungan dan KLIK di Kawasan Industri
Berdasarkan kebijakan Kemudahan Investasi
Langsung Konstruksi (KLIK) bagi perusahaan Kebijakan KLIK pada dasarnya
industri yang berlokasi di dalam kawasan tidak sesuai dengan:
industri yang telah memiliki Amdal Kawasan 1. ketentuan PUU di bidang
Industri yang dikembangkan oleh BKPM : PPLH, yaitu:
1. Izin investasi bagi perusahaan industri yang a. Pasal 13 ayat (1) huruf a
berlokasi di dalam kawasan industri dapat dan ayat (2) huruf a,
dijadikan dasar bagi pelaksanaan kegiatan Pasal 14 ayat (1) dan
konstruksi; Pasal 2 ayat (1) PP No.
2. Pengurusan izin lingkungan (UKL-UPL), IMB 27 Tahun 2012 tentang
dan perizinan lainnya bagi perusahaan Izin Lingkungan dan
industri di dalam kawasan industri dilakukan b. Pasal 36 ayat (1) dan
secara pararel dengan pelaksanaan Pasal 40 ayat (1), Pasal
konstruksi; 109 serta Pasal 111 ayat
3. Pengecualian izin PPLH (izin pembuangan (2) UU No. 32 Tahun
air limbah/IPLC, izin pengelolaan LB3 bagi 2009 tentang PPLH;
perusahaaan industri yang berlokasi di 2. PP 142 Tahun 2015 tentang
dalam kawasan Industri. Kawasan Industri (Pasal 38)
Izin Lingkungan dan KLIK di Kawasan Industri
Berdasarkan ketentuan-ketentuan PUU PLLH (UU 32/2009 dan PP 27/2012) tersebut:
1. Setiap perusahan Industri yang berlokasi di dalam kawasan industri wajib menyusun
UKL-UPL. Setiap kegiatan UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Izin Lingkungan ini
menjadi persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan;
2. UKL-UPL perusahaan industri tersebut disusun pada tahap perencanaan, sebelum
dilakukan kegiatan pra-kontruksi, konstruksi dan operasi).
a. Jika UKL-UPL disusun secara paralel dengan pelaksanaan kegiatan konstruksi,
maka hal ini akan melanggar ketentuan Pasal 14 ayat (1) PP No. 27 Tahun 2012
dan dokumen UKL-UPL-nya dapat ditolak sesuai dengan ketentuan Lampiran
Lampiran VII Panduan 01 Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013.
b. Karena kegiatan UKL-UPL wajib izin lingkungan, maka pelaksanaan kegiatan
konstruksi tersebut tidak dilengkapi dengan izin lingkungan, hal ini berpotensi
melanggar ketentuan pidana seperti yang tercantum di dalam Pasal 109 UU No.
32 Tahun 2009. Izin Investasi yang berfungsi sebagai izin konstruksi termasuk
dalam rezim izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkannya dilakukan setelah
memperoleh izin lingkungan seperti disebutkan di dalam Pasal 40 ayat (1) UU No.
32 Tahun 2009.
c. Pejabat yang menerbitkan Izin investasi ini dapat dikenakan ketentuan pidana
seperti yang tercantum di dalam pasal 111 ayat (2) UU 32 Tahun 2009, karena
izin investasi untuk perusahaan industri ini diterbitkan tanpa izin lingkungan
untuk perusahaan industri tersebut;
Integrasi PP 27/2012, PP 142/2015 dan KLIK
Jika Kewajiban Lingkungan bagi perusahan Industri (Tenant)
berupa RKL-RPL Rinci, maka:
1) Tenant tidak wajib Izin Lingkungan, sehingga potensi
pelanggaran pasal 109 dan Pasal 111 ayat (2) UU No.
32/2009 dapat dihindari;
2) Amdal Kawasan dan Izin Lingkungan Kawasan berserta RKL-
RPL Rincin Tenant yang disetujui oleh pengelola Kawasan
dapat dijadikan dasar penerbitan IMB dan pelaksanaan
kegiatan konstruksi perusahan Industri (Tenant);
3) Karena penanggung jawab pengelolaan LH adalah
pengelola Kawasan, maka kewajiban untuk memliki Izin
PPLH berada di pengelola Kawasan. Tenant tidak terkena
kewajiban untuk memiliki Izin PPLH
Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan & Izin
Pembangunan dan Pengoperasian Terminal

• Pasal 37 ayat (2) huruf i UU No. 22


Tahun 2009 tentang LLAJ: Penetapan
lokasi Terminal dilakukan dengan
memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup;
• Pasal 40 ayat (1) huruf e UU 22
Tahun 2009: Pembangunan Terminal
harus dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan;
Amdal dan UKL-UPL dalam Penyelengaraan Perkeretapian
(PP 56 Tahun 2009)
1. Pasal 70, ayat (3) huruf e PP 56/2009: Jalur kereta api yang bersambungan harus
memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan operasi kereta api, serta memenuhi
persyaratan, salah satunya adalah Amdal atau UKL-UPL;
2. Pasal 314 ayat (1) huruf b PP 56/2009: Badan Usaha yang telah memiliki izin usaha
penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum harus melaksanakan kegiatan:
a. perencanaan teknis;
b. analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL dan UPL;
c. pengadaan tanah; dan
d. mengajukan izin pembangunan prasarana perkeretaapian umum sebelum memulai
pelaksanaan pembangunan fisik
3. Pasal 321 ayat (3) PP 56/2009 huruf f: Salah satu peryaratan teknis permohonan izin
pembangunan prasarana perkeretaapian umum adalah Amdal atau UKL-UPL;
4. Pasal 355 ayat (1) huruf b PP 56/2009: Badan usaha yang telah memiliki persetujuan prinsip
pembangunan perkeretaapian khusus harus melaksanakan kegiatan:
a. perencanaan teknis;
b. analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL dan UPL; dan
c. pengadaan tanah
5. Pasal 356 ayat (2) huruf g: Salah satu perysratan teknis permohonan izin pembangunan
prasarana perkeretaapiankhusus adalah Amdal atau UKL-UPL;
Izin Lingkungan dan IMB Bandar Udara
Pasal 12 PP No. 40 Tahun 2012:
Izin mendirikan bangunan Bandar Udara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) diterbitkan setelah memenuhi
persyaratan:
a. bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;
b. rekomendasi yang diberikan oleh instansi terkait terhadap utilitas dan
aksesibilitas dalam penyelenggaraan Bandar Udara;
c. bukti penetapan lokasi Bandar Udara;
d. rancangan teknik terinci fasilitas pokok Bandar Udara; dan
e. kelestarian lingkungan

Kelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12


huruf e, merupakan izin lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
Izin Lingkungan dan IMB Bandar Udara
Pasal 20 PP 40 Tahun 2012: Permohonan izin mendirikan
bangunan Bandar Udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) diajukan secara tertulis oleh Pemrakarsa kepada Menteri
dengan melampirkan:
a. bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;
b. rekomendasi yang diberikan oleh instansi terkait terhadap utilitas dan
aksesibilitas dalam penyelenggaraan Bandar Udara;
c. bukti penetapan lokasi Bandar Udara;
d. rancangan teknik terinci fasilitas pokok Bandar Udara yang sudah disahkan;

e. izin lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan
f. bukti kemampuan finansial
Proses Pembangunan & Pengoperasian Pelabuhan (PP 61 Tahun 2009)
KepMenhub No. KP 414 Ditetapkan oleh Menteri, gubernur
Tahun 2103 jo. KepMenhub atau bupati/walikota sesuai
No. KP 75/2014 dengan kewenangannya

Rencana Induk Penetapan Rencana


Pembangunan Pengoperasian
Pelabuhan Lokasi Induk
Pelabuhan Pelabuhan
Nasional (RIPN) Pelabuhan Pelabuhan
(Pasal 79-88) (Pasal 94-96)
(Pasal 7- 10) (Pasal 17) (Pasal 20-28)

Penetapan oleh Menteri, memuat 1. Izin


1. Izin Pembangunan Pelabuhan oleh
paling sedikit: Pengoperasian
Menteri, gubernur, atau
1. Titik Koordinat; Pelabuhan
bupati/walikota sesuai dengan
2. Nama lokasi pelabuhan; ditetapkan oleh
kewenangannya, dengan persyaratan:
3. Letak wilayah administrasi Menteri,
a. Teknis kepelabuhan: kelayakan
gubernur, atau
teknis dan disain teknis
bupati/ walikota
Persyaratan: b. Kelestarian Lingkungan: studi
sesuai dengan
1. RIPN; LH sesuai PUU;
kewenangannya;
2. RTRW Provinsi dan Kab/Kota; 2. Permohonan disertai dengan: Dok.
2. Salah satu
3. Rencana DLKp dan DLKr; RIP, Dok. Kelayakan, Dok. Disain Teknis,
persyaratannya:
4. Hasil studi kelayakan: i.e. Teknis, Dokumen Lingkungan Hidup;
memiliki sistem
ekonomi, lingkungan dll; 3. IMB untuk pembangunan sisi darat;
pengelolaan
5. Rekomendasi dari gubernur dan 4. Pelaksana: Otaritas Pelabuhan atau
Lingkungan
bupati/walikota UPT
Hidup
Proses Pembangunan & Pengoperasian Terminal Khusus
(PP 61 Tahun 2009 & Permenhub No. No. PM 51 tahun 2011 )
Ditetapan oleh Menteri Salah satu persyaratan: Lap. Pengelolaan dan Izin Pengoperasian
sesuai dengan RTRW Pemantauan LH selama Pembangunan TELSUS dari Menteri

Pembangunan Pengoperasian
Penetapan Lokasi
Terminal Terminal
Terminal Khusus
Khusus Khusus

1. Izin Pembangunan Terminal Khusus dari Dirjen;


Persyaratan: 2. Persyaratan Izin: Adminsitrasi dan Teknis;
a. salinan surat izin'usaha pokok 3. Persyaratan Teknis antara lain:
dari instansi terkait; a. gambar hidrografi, topografi, dan ringkasan laporan hasil
b. letak lokasi yang survei mengenai pasang surut dan arus;
diusulkandilengkapi dengan b. tata letak dermaga;
koordinatgeografis yang c. perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok;
digambarkan dalam peta laut; d. hasil survei kondisi tanah;
c. studi kelayakan (teknis & e. hasil kajian keselamatan pelayaran termasuk
ekomis); alurpelayaran dan kolam pelabuhan;
d. Rekomendasi dari f. batas-batas rencana wilayah daratan dan perairan;
Syahbandar; g. kajian lingkungan berupa studi lingkungan yang
e. Rekomendasi dari gubernur
telah disahkan oleh pejabat yang berwenanang
dan bupati/walikota RTRW
sesuai dengan PUU
Proses Pembangunan & Pengoperasian Terminal Khusus
(PP 61 Tahun 2009 & Permenhub No. No. PM 51 tahun 2011 )
Ditetapan oleh Menteri Salah satu persyaratan: Lap. Pengelolaan dan Izin Pengoperasian
sesuai dengan RTRW Pemantauan LH selama Pembangunan TELSUS dari Menteri

Pembangunan Pengoperasian
Penetapan Lokasi
Terminal Terminal
Terminal Khusus
Khusus Khusus

1. Izin Pembangunan Terminal Khusus dari Dirjen;


Persyaratan: 2. Persyaratan Izin: Adminsitrasi dan Teknis;
a. salinan surat izin'usaha pokok 3. Persyaratan Teknis antara lain:
dari instansi terkait; a. gambar hidrografi, topografi, dan ringkasan laporan hasil
b. letak lokasi yang survei mengenai pasang surut dan arus;
diusulkandilengkapi dengan b. tata letak dermaga;
koordinatgeografis yang c. perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok;
digambarkan dalam peta laut; d. hasil survei kondisi tanah;
c. studi kelayakan (teknis & e. hasil kajian keselamatan pelayaran termasuk
ekomis); alurpelayaran dan kolam pelabuhan;
d. Rekomendasi dari f. batas-batas rencana wilayah daratan dan perairan;
Syahbandar; g. kajian lingkungan berupa studi lingkungan yang
e. Rekomendasi dari gubernur
telah disahkan oleh pejabat yang berwenanang
dan bupati/walikota RTRW
sesuai dengan PUU
Proses Pembangunan & Pengoperasian Pelabuhan Perikanan
(Peraturan Menteri KKP No. PER.08/MEN/2012)

Pembangunan pelabuhan perikanan dilaksanakan setelah


Keputusan Menteri KKP
mendapat rekomendasi pembangunan pelabuhan
No. 45/KEPMEN-KP/2014
perikanan dari Direktur Jenderal & IMB sesuai PUU

Rencana Induk
Perencanaan
Pelabuhan Pembangunan Pengoperasian
Pembangunan
Perikanan Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan
Nasional (RIPPN) (Pasal 16-18) (Pasal 19-20)
(Pasal 11-15)
(Pasal 10)

1. Penyelenggara pelabuhan perikanan dapat


Rencana mengoperasikan pelabuhan perikanan setelah
Studi Disain
Induk memenuhi persyaratan:
Kelayakan Rinci
Pelabuhan a. memiliki fasilitas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (5); dan b.
b. membuat pernyataan tertulis yang berisi
Amdal atau disusun setelah kesiapan beroperasinya pelabuhan
perikanan kepada Menteri.
UKL-UPL dan memperoleh penetapan
2. Pernyataan kesiapan beroperasi sebagaimana
Izin Lingkungan Lokasi atau izin lokasi dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan
(Pasal 40 ayat dari bupati/walikota bahan pertimbangan dalam penetapan kelas
(1) UU 32/2009) sesuai dengan PUU pelabuhan perikanan.
Kewajiban Penyelenggara Pelabuhan
Perikanan
Penyelenggara pelabuhan perikanan yang
mengoperasikan pelabuhan perikanan
harus:
a. bertanggung jawab sepenuhnya atas
pengoperasian pelabuhan perikanan yang
bersangkutan; dan
b. menaati ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perikanan dan
lingkungan.

Sumber: Pasal 20 Peraturan Menteri KKP No. PER.08/MEN/2012


Bendungan dan Waduk
BENDUNGAN: WADUK :

• Bangunan yang berupa Wadah buatan yang


terbentuk sebagai
urukan tanah, urukan batu,
akibat dibangunnya
beton, dan/atau pasangan bendungan.
batu yang dibangun selain
Bangunan pelengkap
untuk menahan dan adalah bangunan
menampung air, berikut komponen dan
• Dapat pula dibangun untuk fasilitasnya yang
secara fungsional
menahan dan menampung
menjadi satu
limbah tambang (tailing), kesatuan dengan
atau menampung lumpur bendungan.
• Sehingga terbentuk waduk.
Proses Pembangunan dan Pengoperasin Bendungan/Waduk
Selama pelaksanaan kontruksi dilakukkan: 1. Pelaksanaan rencana pengelolaan;
1. pembersihan lahan genangan; 2. Operasi dan pemeliharaan (operasi
2. pemindahan penduduk dan/atau pemukiman kembali dan pemeliharaan bendungan;
penduduk; danpemeliharaan waduk);
3. penyelamatan benda bersejarah; dan/atau 3. konservasi sumber daya air pada
4. pemindahan satwa liar yang dilindungi dari daerah waduk;
genangan 4. pendayagunaan waduk;

Pengelolaan
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pengisian Bendungan
Pembangunan pembangunan Konstruksi Awal Waduk beserta
Waduknya

1. Pra-studi kelayakan (Pra-FS); 1. Pengadaan tanah;. 5. Pengendalian daya rusak


2. Studi kelayakan (FS), termasuk 2. Mobilisasi sumberdaya
air melalui pengendalian
bendungan beserta
studi AMDAL; waduknya; dan
a. Penyediaan tenaga
3. Penyusunan desain; dan kerja
6. Perubahan dan
rehabilitasi;
4. Studi pengadaan tanah b. Penyedian peralatan 7. Penghapusan fungsi
(dokumen pengadaan tanah) + bendungan
studi pemukiman kembali c. Penyedian fasilitas (pembongkaran
(LARAP) pendukung bendungan);
Perizinan Bendungan/Waduk (PP 37 Tahun 2010)
Izin penggunaan 1. AMDAL atau UKL_UPL 1. Izin operasi
sumberdaya air dari SKKL atau Rekomendasi Izin bendungan dari
Menteri, gubernur UKL-UPL dan Izin Menteri;
pengisian
atau bupati/walikota Lingkungan; 2. Izin perubahan
awal waduk dan izin
sesuai dengan 2. Persetujuan Disain dari dari Menteri rehabilitasi dari
kewenangannya Menteri Menteri

Pengelolaan
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pengisian Bendungan
Pembangunan pembangunan Konstruksi Awal Waduk beserta
Waduknya

1. Persetujuan Prinsip dari


Menteri, gubernur atau Izin pelaksanaan konstruksi
bupati/walikota sesuai bendungan dari Menteri Penghapusan
Bendungan
dengan kewenangannya;
2. Diberikan setelah
Pembangun bendungan Persyaratan Teknis:
memperoleh izin Dokumen Disain, Studi
penggunaan sumber daya Pengadaan Tanah dan Izin penghapusan fungsi
air Dokumen PLH bendungan dari Menteri
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
diperbolehkan dilakukan di HPK
• Pasal 2 ayat (1): Pelepasan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan pada HPK ;
• Pasal 3: Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), termasuk sarana penunjang, antara lain:

1. penempatan korban bencana alam; 11. pelabuhan;


2. waduk dan bendungan; 12. bandar udara;
3. fasilitas pemakaman; 13. stasiun kereta api;
4. fasilitas pendidikan; 14. terminal;
5. fasilitas keselamatan umum; 15. pasar umum;
6. rumah sakit umum dan pusat 16. pengembangan/pemekaran wilayah;
kesehatan masyarakat; 17. pertanian tanaman pangan;
7. kantor Pemerintah dan/atau 18. budidaya pertanian;
pemerintah daerah; 19. perkebunan;
8. permukiman dan/atau perumahan; 20. perikanan;
9. transmigrasi; 21. peternakan; atau
10. bangunan industri; 22. sarana olah raga.
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan P. 33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Izin Lingkungan dan Izin Usaha Tenaga Listrik
Izin Usaha untuk Penyedian Tenaga Listrik PP 14 Tahun 2012
UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
tentang Kegiatan Usaha
Penyedian Tenaga Listrik

Pasal 13 ayat (1) dan ayat (7)

• Persyaratan administratif,
teknis, dan lingkungan.
Izin usaha penyediaan tenaga listrik • Persyaratan lingkungan berlaku
(Pasal 19 a) ketentuan PUU di bidang PPLH.

Izin operasi Pasal 29 ayat (1) dan ayat (4) PP


(Pasal 19b) 14/2012:
• Persyaratan administratif,
Pasal 42: Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan teknis, dan lingkungan.;
wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan • Persyaratan lingkungan berlaku
dalam PUU di bidang lingkungan hidup. ketentuan PUU di bidang PPLH
PP 16/2004: Pemanfaatan Ruang di Atas Tanah

Contoh pemanfaatan ruang di


atas tanah, Saluran Udara
Tegangan Tinggi atau Ekstra
Tinggi (SUTT/SUTET),

Pasal 19 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) PP 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah: pemanfaatan ruang di atas dan di bawah tanah yang tidak terkait dengan
penguasaan tanah dapat dilaksanakan apabila:
a. tidak mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah yang bersangkutan 
ditunjukkan oleh hasil studi AMDAL;.
b. Kegiatan yang mengganggu pemanfaatan tanah harus mendapat persetujuan
pemegang hak atas tanah: pemegang hak atas tanah tidak keberatan terhadap
pemanfaatan ruang di atas dan atau di bawah tanah karena pemegang hak atas
tanah mempunyai kepentingan terhadap pemanfaatan ruang tersebut;
c. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
Persyaratan IUP Eksplorasi: Clear & Clean
a. administratif; (C&C) + Green
b. teknis;
c. lingkungan; dan
Pernyataan
Kegiatan IUP d. finansial.
untuk
Eksplorasi IUP Eksplorasi terdiri atas: mematuhi
a. mineral logam; ketentuan
kondisi geologi Penyelidikan
regional Umum
b. batubara; PUU di
& indikasi c. mineral bukan logam; dan/atau bidang
adanya d. batuan. PPLH.
mineralisasi

informasi secara Eksplorasi


terperinci dan teliti Studi
Kelayakan
Kelayakan ekonomis dan teknis (FS)
usaha pertambangan, termasuk
kelayakan lingkungan serta Sumber: Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2009 dan Pasal 22 Ayat (2), Pasal 23, Pasal 26,
perencanaan pascatambang Pasal 29 Ayat (2)PP No. 23/2010)
Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi
IUP Operasi Produksi adalah izin Persyaratan IUP Operasi Produksi

usaha yang diberikan setelah selesai a. administratif;


Clear & Clean
b. teknis;
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk (C&C) + Green
c. lingkungan;
melakukan tahapan kegiatan dan
operasi produksi d. finansial.

Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha 1. pernyataan kesanggupan


pertambangan yang meliputi untuk mematuhi ketentuan
• konstruksi, PUU di bidang PPLH; dan
• penambangan, 2. persetujuan dokumen
• pengolahan, pemurnian, termasuk
lingkungan hidup sesuai
pengangkutan dan
• penjualan, serta dengan ketentuan PUU
• sarana pengendalian dampak lingkungan
sesuai dengan hasil studi kelayakan. (Pasal 26 PP No. 23/2010)

Sumber: Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2009


Izin Usaha Perikanan (IUP) Pembudidayaan Ikan
Pasal 26 UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan: Setiap orang yang melakukan usaha
perikanan (kecuali nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil) pembudidayaan dan
pengolahan ikan wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)

Izin Usaha Perikanan (IUP) salah satu persyaratan


Pembudidayaan Ikan adalah AMDAL sesuai
dengan ketentuan PUU

Sumber: Pasal 2, Pasal 4 ayat (1), Pasal 5-Pasal 19 serta pasal 45 Keputusan Menteri KKP No.
2/MEN/2004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan
Dokumen Lingkungan Beserta Izin Lingkungan
dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi
Pengembalian
Penetapan
Eksplorasi WKP
WKP, Proses
Survey Pelelangan & Pemanfaatan
Pendahuluan Penetapan Persiapan Studi
Eksplorasi
Pemenang Eksplorasi Kelayakan
WKP
Eksploitas

Penyusunan
Penyusunan UKL-UPL AMDAL dan
dan Penerbitan Penerbitan SKKL
Rekomendasi UKL-UPL dan Izin
dan Izin Lingkungan Lingkungan
Izin
Izin
PPLH
PPLH
keterkaitan Tahapan Kegiatan MIGAS & Perizinan
Lingkungan Secara Umum
Proses Amdal atau
Proses UKL-UPL UKL-UPL Izin
PPLH
Izin
b PPLH d
Izin Izin Lingkungan
Lingkungan

a
Kegiatan Produksi &
PSC Paska Operasi
Eksplorasi
c e

Pengawasan Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan


Lingkungan Hidup dan
Penegakan Hukum
Penaatan terhadap Izin Lingkungan
Posisi Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan terkait
dengan Izin Lokasi
Proses
Amdal atau
Izin Izin Lokasi
Lingkungan (Permen Agraria 2/99)
UKL-UPL

Data dan informasi dari PTP dapat


dimanfaatkan untuk penyusunan Dok LH

Rencana Proses permohonan dan


penerbitan pertimbangan
Usaha
dan/atau
kegiatan teknis pertanahan oleh BPN
a. Petunjuk Letak Lokasi;
b. Penggunaan Tanah;
Tata Ruang Risalah PTP Peta PTP c. Gambaran Umum
Penguasaan Tanah;
d. Kemampuan Tanah;
e. Kesesuaian Penggunaan
Persetujuan atau penolakan terhadap seluruh
Tanah;
RTRW/RDTR atau sebagian tanah yang akan digunakan
f. Ketersediaan Tanah; dan
untuk jenis penggunaan dan pemanfaatan
g. Pertimbangan Teknis
tanah tertentu yang diajukan pemohon
Pertanahan
melalui Izin Lokasi, Penetapan Lokasi atau Izin
Perubahan Penggunaan Tanah

Sumber: Peraturan Menteri BPN No. 2/1999 tentang Izin Lokasi dan Perka BPN No. 2/2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis
Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi Dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
Izin Lokasi Menurut Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1999
1. Pasal 1 angka 1: Izin Lokasi adalah Izin diberikan kepada
suatu perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan
dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai
izin pemindahan hak dan menggunakan tanah tersebut
guna keperluan usaha penanaman modalnya;
2. Pasal 2 ayat (2): Pengecualian izin lokasi ;
3. Pasal 8 ayat (1): Pemegang IZIN LOKASI diizinkan untuk
MEMBEBASKAN TANAH dalam areal Izin Lokasi dari hak
dan kepentingan pihak lain .........; .
Catatan:
1. PEMBEBASAN TANAH dalam konteks tahapan usaha dan/atau kegiatan adalah bagian
dari TAHAPAN PRA-KONSTRUKSI;
2. Proses AMDAL atau UKL-UPL dan Izin Lingkungan dilakukan pada TAHAP PERENCANAAN,
SEBELUM TAHAPAN PRA-KONTRUKSI
Karena itu....Hubungan AMDAL & IZIN LOKASI

Izin Lokasi yang diatur dalam


Peraturan Menteri Agraria/Kepala
BPN No 2 Tahun 1999 diterbitkan
setelah proses Amdal atau UKL-UPL
dan Izin Lingkungan

… Hasil studi Amdal sebagai


persyaratan dalam penerbitan izin
lokasi ………
Amdal, Izin Lingkungan dan IMB
• Persyaratan pengendalian dampak lingkungan menjadi salah satu persyaratan
tata bagunan sesuai dengan ketentuan pasal 16 PP 36/2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung..
• Setiap bangunan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting
harus didahului dengan menyertakan AMDAL (Pasal 26 PP 36/2005). terkait
dengan hal tersebut, Pasal 14 ayat (1) dan (2) serta Pasal 15, PP No. 36 Tahun
2005 secara tegas menyatakan bahwa setiap orang yang akan mendirikan
bangunan gedung wajib memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).
• IMB tersebut diterbitkan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan
gedung fungsi khusus oleh Pemerinatah.
• Salah satu persyaratan atau kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengajuan
permohonan IMB gedung adalah AMDAL

RTRW/RDTR
Keterkaitan Amdal atau UKL-UPL dan Izin
Lingkungen IMB
Rencana Usaha
dan/atau kegiatan

AMDAL SKKLH atau


atau Rekomendasi
UKL/UPL UKL/UPL

RTRW/RDTR • Pasal 40 ayat (1) UU


32/2009: Izin
lingkungan
persyaratan untuk Izin Izin Usaha/
memperoleh izin Lingkungan Kegiatan i.e.
usaha dan/atau IMB
kegiaran;
• Pasal 109 UU
32/2009: Melakukan PUU terkait dengan bangunan gedung:
Pasal 73 UU 26/2007:
usaha dan/atau
Menerbitkan izin tidak sesuai
kegiatran tanpa izin Amdal atau UKL-UPL dan Izin
tata ruang: Pidana, denda, dan
dipecat
lingkungan  Pidana Lingkungan: salah satu persyaratan IMB
Sumber: Lampiran 6 Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2007 tenhtang Pedoman Teknis IMB Gedung
Beberapa PUU terkait dengan Pembangunan
Bangunan Gedung

1. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;


2. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3. PP 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Gedung
Bangunan Negara
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 29/PRT/M/2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2007 tenhtang
Pedoman Teknis IMB Gedung
Rencana Kegiatan 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 45/PRT/M/2007
Pembangunan Gedung tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara;
7. Peraturan Menteri PU No. 10/PRT/M/2008 tentang
1. UU 32 Tahun 2009 tentang PPLH
Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang
2. PP 27 Tahun 2012 tentang Izin
Pekerjaan Umum Yang Wajib Dilengkapi dengan UKL-UPL:
Lingkungan
3. Peraturan-Peraturan MENLH 8. Peraturan Mendagri No. 32 Tahun 2010 tentang Pedoman
terkait i.e. Kajian Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan
Lingkungan
Amdal dan UKL-UPL dalam Peraturan Menteri PUPERA
NO 5/PRT/M/2016 tentang IMB (Pasal 28 & Pasal 32)
Pasal 32 Permen PUPERA No. 5/PRT/M/2016:
Pasal 28 Permen PUPERA
No. 5/PRT/M/2016: 1) Ayat (1): Pemohon harus mengurus perizinan
dan/atau rekomendasi teknis lain dari instansi
Tahapan penyelenggaraan berwenang untuk permohonan IMB bangunan
IMB meliputi: gedung tidak sederhana untuk kepentingan umum
1) proses dan bangunan khusus sesuai ketentuan peraturan
prapermohonan IMB; perundang-undangan.
2) Ayat (2): Perizinan dan/atau rekomendasi teknis
2) proses permohonan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
IMB; lain:
3) proses penerbitan a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
IMB; dan (AMDAL);
4) pelayanan administrasi b. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
IMB. Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL);
c. Ketentuan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP); dan
d. Surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
(SIPPT).
UU No. 28/2002 dan PP 36/2005 terkait Bangunan Gedung:
Amdal, UKL-UPL dan IMB
1. Pasal 15 UU No. 28 tahun 2002 menyebutkan bahwa salah satu persyaratan
bangunan gedung adalah persyaratan pengendalian dampak lingkungan bagi
bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting bagi lingkungan.
2. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan menjadi salah satu persyaratan tata
bagunan sesuai dengan ketentuan pasal 16 PP 36/2005.
3. Setiap bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting harus didahului
dengan menyertakan AMDAL (Pasal 26 PP 36/2005).
4. Terkait dengan hal tersebut, Pasal 14 ayat (1) dan (2) serta Pasal 15, PP No. 36
Tahun 2005 secara tegas menyatakan bahwa setiap orang yang akan mendirikan
bangunan gedung wajib memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).
1. salah satu persyaratan atau kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengajuan
permohonan IMB gedung adalah AMDAL. Hasil Amdal hanya untuk bangunan
gedung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan sesuai dengan
PUU di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
2. Dalam hal dampak penting tersebut dapat diatasi secara teknis, maka cukup
dengan UKL dan UPL
Bangunan Gedung Negara dan Persyaratan Administratif
Bangunan Gedung Negara
(PP 73/2011 Pembangunan Bangunan Gedung Negara)
1. Pasal 1 angka 1: Bangunan gedung negara: bangunan gedung
untuk keperluan dinas yang menjadi barang milik negara/daerah
dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari
dana APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah;
2. Pasal 3: Persyaratan administratif bangunan gedung negara
meliputi:
a. status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah;
b. status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. izin mendirikan bangunan gedung, termasuk dokumen
analisis dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan PUU
Peraturan Menteri PU No : 45/PRT/M/2007 : Bagan Proses
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pada Umumnya

UU, PERATURAN, PEDOMAN, STANDAR TEKNIS BG, PERDA

PENDATAAN /
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
PENDAFTARAN

RTRW
KAB/KOTA,
RDTRKP
RTBL IMB SLF SLFn KT RTB

Dokumen PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMANFAATAN PEMBONGKARAN


Lingkungan
Hidup
KI
PEMBANGUNAN
PERSETJ/
REKOM.
PELESTARIAN
INSTANSI
LAIN

PENYEDIA JASA
KETERANGAN : M - Masyarakat Alur proses utama
KT - Kajian Teknis
Sumber: Peraturan Menteri KI - Kajian Identifikasi Alur proses penunjang

Pekerjaan Umum No : RTB


TABG
-
-
Rencana Teknis Pembongkaran
Tim Ahli Bangunan Gedung Opsional
45/PRT/M/2007 tentang Pedoman SLF - Sertifikat Laik Fungsi
Teknis Pembangunan Bangunan SLFn - Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi

Gedung Negara
Peraturan Menteri PU No : 29/PRT/M/2006:
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 3 Peraturan Menteri PU No : 29/PRT/M/2006:
1. Pengendalian dampak lingkungan merupakan salah satu persyaratan tata
bagunanan dan lingkungan. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan
merupakan bagi dari persyaratan teknis bangunan gedung.
2. Dalam Lampiran Peraturan Menteri PU tersebut di bagian III.2.3.
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN disebutkan bahwa:
a. Setiap kegiatan dalam bangunan dan/atau lingkungannya yang
mengganggu dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
harus dilengkapi dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Setiap kegiatan dalam bangunan dan/atau lingkungannya yang
menimbulkan dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara
teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tidak perlu
dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) sesuai ketentuan yang berlaku
Peraturan Mendagri No. 32 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Pasal 9 ayat (2) huruf f Permendagri


No 32/2010: Amdal atau UKL-UPL
bagi yang terkena kewajiban
merupakan salah satu persyaratan
dokumen administrasi permohonan
IMB
Posisi Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan serta
Andalalin terkait dengan Izin Lokasi dan IMB
Proses Izin Mendirikan
Izin
Amdal atau
Lingkungan Bangunan (IMB)
UKL-UPL

Izin Lokasi
Rencana
Usaha
dan/atau Proses (Permen Agraria 2/99)
kegiatan
Integrasi

Tata Ruang

Analisis
Dampak Lalu
RTRW/RDTR Lintas

Intisari Surat Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan No. B-4556/De[.I/LH/PDAL/05/2015


tanggal 25 Mei 205 Hal Integrasi Pelaksanaan Studi AMDAL dan ANDALALIN:
a. Pemrakarsa dapat melakukan Studi/Kajian AMDAL dan ANDALALIN secara
TERINTEGRASI:
b. 1 studi menghasilkan dua dokumen (Dokumen ANDALALIN dan Dokumen AMDAL).
Proses penyusunan dan Penilaiannya mengacu pada PUU;
Reklamasi Wilayah Pesisir: Tata Ruang, Izin Lokasi dan Sumber, Izin
Lingkungan dan Izin Pelaksanaan Reklamasi
Penataan Ruang
• Rencana reklamasi bukan hanya sekedar plotting di
RTRW/ Wilayah Pesisir Rencana Tata Ruang, tetapi juga harus sudah dihitung daya
RDTR dukung dan daya tampung LH-nya, termasuk tambahan
Rencana resources yang dibutuhkan dan pengaturannya dengan
Zonasi berbagai kegiatan disekitar terutama obyek-obyek vital;
• Tidak terpisahkan dengan penataan ruang di wilayah
daratan;
Rencana Reklamasi
Izin PPLH
Izin Lokasi
Penaatan
Pelaksanaan terhadap Baku
Amdal Izin Mutu Lingkungan
Izin Reklamasi &
atau Lingkungan
Pelaksanaan
Implmentasi Izin
(BML) & Kriteria
UKL-UPL Reklamasi Baku Kerusakan
Lingkungan Lingkungan
(KBKL)
• Amdal atau UKL-UPL merinci dampak-dampak yang sudah dikaji Pengawasan
dalam penyusunan rencana tata ruang untuk reklamasi Lingkungan
(Amdal/UKL-UPL bisa lebih efektif, efisien dan fokus);
Hidup
• Dampak yang dikaji tidak hanya dampak reklamsi terhadap LH
tetapi juga dampak LH terhadap reklamasi
• RKL-RPL dan Izin Lingkungan bisa lebih operasional dan Pemrakarsa dapat melaksanakan izin lingkungan dan
enforceable. PPLH dapat mengawasi Izin Lingkungan serta izin
lingkungan dapat ditegakan
Hasil Analisis Ketentuan-Ketentuan yang tercantum dalam
PUU Izin Ganguan dan PUU Izin Lingkungan (1)

Tabel dibawah ini menganalisis ketentuan-ketentuan terkait dengan izin gangguan


dan izin lingkungan. Berdasarkan hasil analisis izin lingkungan dapat menghapuskan
izin gangguan, dengan alasan sebagai berikut:
1. Landasan hukum izin lingkungan lebih kuat dari pada izin gangguan;
2. Izin gangguan merupakan izin lebih bersifat administratif sedangkan izin
lingkungan tidak hanya sekedar perizinan admistratif tetapi lebih bersifat kajian
teknis dan ilmiah yang melibatkan dan mengintegrasikan kajian teknis berbagai
disiplim ilmu (Multidisiplin);
3. izin lingkungan pada dasarnya sudah mencakup gangguan yang diatur dalam izin
gangguan. Ketentuan dan ruang lingkup ketentuan yang diatur di dalam izin
lingkungan jauh lebih lengkap dan lebih luas daripada yang diatur di dalam izin
gangguan;
4. Peran serta masyarakat dalam proses izin lingkungan jauh lebih komplek dan
luas dibandingkan dengan izin gangguan, pengaturannya juga lebih lengkap
disertai dengan mekanisme dan tata waktu yang lebih jelas dan akuntable.
Telaahan Izin Lingkungan & Izin HO (Gangguan)
Berdasarkan analisis ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam PUU terkait
dengan Izin Gangguan dan Izin Lingkungan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Landasan hukum izin lingkungan lebih kuat (sesuai dengan tata urutan PUU)
dari pada izin gangguan. Izin Lingkungan merupakan instrumen PPLH yang
telah memiliki Sistem dan infrastruktur yang lengkap (PUU, Pedoman Teknis,
Kelembagaan, SDM, Pendanaan dan Sistem Indormasi)
2. Izin gangguan merupakan izin yang lebih bersifat administratif sedangkan
izin lingkungan tidak hanya perizinan admistratif tetapi lebih bersifat kajian
teknis dan ilmiah yang melibatkan dan mengintegrasikan kajian teknis
berbagai disiplim ilmu (Multidisiplin) & berbagai pihak;
3. izin lingkungan pada dasarnya sudah mencakup gangguan yang diatur dalam
izin gangguan. Ketentuan dan ruang lingkupn ketentuan yang diatur di dalam
izin lingkungan jauh lebih lengkap dan lebih luas daripada yang diatur di
dalam izin gangguan;
4. Peran serta masyarakat dalam proses izin lingkungan jauh lebih komplek
dan luas dibandingkan dengan izin gangguan, pengaturannya juga lebih
lengkap disertai dengan mekanisme dan tata waktu yang lebih jelas dan
acountable.
Izin Lingkungan salah satu Persyaratan Izin Usaha
Perkebunan (IUP, IUP-P, IUP-B)

Usaha Budidaya Izin Usaha Persyaratan Permohonan IUP


Tanaman Perkebunan untuk
Perkebunan Budidaya (IUP-B)
• Izin Lingkungan
dari gubernur atau
bupati/walikota sesuai
Usaha Industri Izin Usaha kewenangan
Pengolahan Hasil Perkebunan untuk • Izin lokasi dari bupati/walikota
Perkebunan Pengolahan (IUP-P ) yang dilengkapi dengan peta
digital calon lokasi dengan skala
1:100.000 atau 1:50.000 (cetak
Usaha peta dan file elektronik) sesuai
Perkebunan yang dengan PUU & tidak terdapat izin
yang diberikan pada pihak lain;
terintegrasi Izin Usaha
antara budidaya Perkebunan • Persyaratan lain;
dengan industri (IUP) • rekomendasi keamanan hayati
pengolahan hasil sesuai PUU bagi yang
perkebunan menggunakan tanaman hasil
rekayasa genetik
Sumber: Pasal 3 ayat (1) , Pasal 7, Pasal 21-Pasal 23 Peraturan Menteri Pertanian
No. 98/2013 tentang Perizinan Usaha Perkebunan
Dokumen LH dan Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan
Salah satu
persyaratan
teknis
permohonan izin Amdal atau UKL-UPL
pinjam pakai dan Izin Lingkungan
kawasan hutan

Izin Pinjam
Salah satu Pakai Kawasan
IUP Explorasi
persyaratan
administratif atau IUP
Hutan
Exploitasi
permohonan izin
pinjam pakai Sumber: Pasal 13 dan 14 Peraturan
kawasan hutan MIGAS MENHUT No. 18 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan
Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Infrastruktur dalam Skema Proyek Kerjasama
Pemerintah dan Swasta
(Pasal 3 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. 3 Tahun 2012)

No Infrastruktur Jenis Infrastruktur Semua kegiatan


1. Infrastruktur Transportasi a.
b.
Bandar Udara
Pelabuhan
infrastruktur sesuai
c. Kereta Api dengan amanah Pasal 33
2. Infrastruktur Jalan a. Jalan Tol ayat (4) UUD 1945 dan
b. Jembatan Tol PUU terkait Infrastruktur
3. Infrastruktur Pengairan Saluran pembawa air baku wajib dilaksanakan
berdasarkan prinsip
4. Infrastruktur air Minum a. Bangunan pengambil air baku
b. Jaringan transmisi berkelanjutan dan
c. Jaringan distribusi
d. Instalasi Pengolahan Air Minum
berwawasan
Lingkungan Hidup
5. Infrastruktur Sanitasi a. Instalasi Pengolah Air Limbah
b. Jaringan Utama dan Pengumpul
c. Sarana Persampahan Ekonomi
6. Infrastruktur Telkom a. Jaringan telekomunikasi Sosial
b. Infrastruktur e-Government
Sustainable
7. Infrastruktur a. Pembangkit Listrik Growth
Ketenagalistrikan b. Panas Bumi with Equity
c. Transmisi listrik
8. Infrastruktur Migas Transmisi atau distribusi Migas
Lingkungan
Amdal dalam Tahapan Pelaksanaan Proyek KPS

Pasal 4 ayat( 3):


Kajian Pendukung

Dilampiri
dengan
SKKLH & Izin Dokumen
Proses Penyusunan Lingkungan Pelaksanaan RKL-RPL/
Penapisan Wajib AMDAL. Izin Lingkungan pada
Dokumen AMDAL sudah
Pada tahap ini
Amdal atau UKL- diterbitkan tahap:
UPL, dan sdh diperoleh • Pra-kontruksi,
Penyusunan KA SKKLH dan Izin • Konstruksi dan
Pengadaan IEE KA ANDAL RKL-RPL Lingkungan • operasi komersial
Konsultan Amdal IEE = Initial Environmental Examination
Sumber: Peraturan Menteri Negara Perecanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS No. 03 Tahun 2012 tentang Panduan
Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyedian Infrastuktur
IEE dan AMDAL dalam Proyek KPS

Sumber: Peraturan Menteri Negara Perecanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS No. 03 Tahun 2012 tentang Panduan
Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyedian Infrastuktur
Amdal, UKL-UPL, Izin Lingkungan dan Rencana Pengadaan Tanah
Amdal atau UKL-UPL dan Izin Lingkungan merupan salah satu dasar
penyusunan Dokumen Rencana Pengadaan Tanah (Tahap Perencanaan)
Sumber: Pasal 6 aayat (1)
Pengadaan Tanah untuk
dokumen dan ayat (4) Perpres 71/2012
perencanaan Kepentingan Pembangunan
Infrastruktur MIGAS
Pengadaan
Tanah disusun
Perencanaan
1 Pasal 2 Perpres 71 Tahun 2012
berdasarkan
studi kelayakan
Persiapan 2
Amdal atau
UKL-UPL Bagian dari Tahap Pra-Konstruksi
& Izin
Lingkungan

Pelaksanaan
3
PENTING DIPERHATIKAN!
Pengadaan Tanah hanya dapat dilakukan setelah
4
pelaksanaan studi Amdal atau UKL-UPL selesai
dilakukan (SKKL dan Izin Lingkungan atau Rekomendasi
UKL-UPL dan Izin Lingkungan telah diterbitkan) Penyerahan Hasil
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri
Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
: 18 Tahun 2009, Nomor: 07/PRT/M/2009, Nomor: 19/PER/M. KONINFO/03/ 2009,
Nomor: 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi

Pembangunan menara wajib memiliki izin Mendirikan Bangunan Menara


dari Bupati/Walikota, kecuali untuk Provinsi DKI Jakarta wajib memiliki Izin
Mendirikan Bangunan Menara dari Gubernur ( Pasal 4 Ayat 1)

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara sebagaimana dimaksud pada


aya (1) wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan perundang-undangan
tentang Penataan Ruang ( Pasal 4 ayat 2)

Izin Mendirikan Bangunan adalah Izin mendirikan bangunan yang diberikan


oleh pemerintah kabupaten/kota dan khusus untuk Pemerintah DKI Jakarta
oleh Pemerintah Provinsi , kepada pemilik menara telekomunikasi untuk
membangun baru atau mengubah menara telekomunikasi sesuai dengan
persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku ( angka 10)
Lokasi pembangunan menara wajib mengikuti:
a. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan khusus DKI Jakarta wajib
mengikuti rencana tata ruang provinsi;
b. Rencana detail tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan khusus untuk DKI Jakarta
wajib mengikuti rencana detail tata ruang provinsi; dan/atau
c. Rencana tata bangunan dan lingkungan (Pasal 6 )

Pembangunan menara di kawasan yang sifat dan peruntukannya memiliki


karakteristik tertentu wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
(Pasal 9 ayat 1)
Kawasan yang sifat dan peruntukannnya memiliki karakteristik tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kawasan bandar udara
b. Kawasan cagar alam
c. Kawasan pariwisata
d. Kawasan hutan lindung
e. Kawasan kepresidenan
f. Kawasan yang karena fungsinya memiliki atau memerlukan tingkat keamanan dan
kerahasiaan tinggi
g. Kawasan pengendalian ketat (Pasal 9 ayat 2)
Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Manara diajukan oleh Penyedia menara
kepada Bupati/walikota , dan khusus untuk Provinsi DKI Jakarta permohonan izin
diajukan kepada Gubernur (Pasal 10)

Pasal 11 ayat 1
Permohoman Izin Mendirikan Bangunan Menara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan administrasi; dan
b. Persyaratan teknis

Persyaratan administrasi: ( Pasal 11 ayat 2) Persyaratan teknis: ( Pasal 11 ayat (3)


Pesyaratan
a. Status kepemilikan tanah dan bangunan Mengacu kepada SNI atau standar baku yang berlaku secara
b. Surat keterangan rencana kota internasional serta tertuang dalam bentuk dokumen teknis:
c. Rekomendasi dari instasi terkait khusus untuk kawasan yang sifat a. gambar rencana teknis bangunan menara meliputi : situasi,
dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu sebagaimana denanh, tampak, potongan dan detail serta perhitungan struktur
dimaksud dalam Pasal 9 b. Spesifikasi teknis pondasi menara meliputi : data penyelidikan
d. Akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen tanah, jenis pondasi, jumlah titik pondasi termasuk geoteknik
Hukum dan HAM tanah sebagaimana dimaksud dalam lampiran peraturan bersama
e. Surat bukti pencatatan dari Bursa Efek Indonesia (BEJ)bagi ini; dan
penyedia menara yang berstatus perusahaan terbuka c. Spesifikasi teknis struktur atas menara meliputi beban tetap (
f. Informasi rencana penggunaan bersama menara beban sendiri dan bebab tambahan) beban sementara (angin dan
g. Persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan gempa), bebabn khusu , beban maksimum manara yang diizinkan,
ketinggian menara sisitem kontruksi, ketinggian manara yang diizinkan, sistem
h. Dalam hal menggunanakan genset sebagai catu daya kontruksi, ketinggian menara, dan proteksi terhadap petir.
dispersyaratkan izin ganguan dan izin genset.
Lampiran 1: Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
Peraturan MENLH No. 05/2012
No Bidang Jumlah 1. Jenis Rencana Usaha dan /atau Kegiatan
Jenis pembangunan menara telekomunikasi
merupakan jenis usaha dan/atau kegiatan
Kegiatan yang tidak termasuk dalam jenis
1. Multisektor 5 rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib menyusun dokumen Amdal
2. Pertahanan 3 berdasarkan Permen LH Nomor 05 Tahun
2012.
3. Pertanian 3
2. Pemerintah Daerah (Gubernur,
4. Perikanan dan Kelautan 1 Bupati/Walikota) sesuai dengan
kewenangannya dapat mewajibkan Jenis
5. Kehutanan 1 Rencana Usaha dan atau Kegiatan
Pembangunan menara telekomunikasi
6. Perhubungan 5 menyusun UKL-UPL, karena Izin
Mendirikan Bangunan Menara merupakan
7. Teknologi Satelit 5 intrument izin usaha.(Pasal 34 ayat (2)
UU No. 32 Tahun 2009 tentang
8. Perindustrian 8 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH)
9. Pekerjaan Umum 12
3. Apabila Jenis rencana usaha dan/atau
10. Perumahan dan Kaw. Permukiman 1 kegiatan pembangunan menara
telekomunikasi tersebut lokasinya berada
11. Energi dan Sumber Daya Mineral 18 dalam dan/atau bersinggungan dengan
batas terluar dari kawasan lindung,
12. Pariwisata 2 maka jenis rencana usaha dan atau
kegiatan pembangunan menara
13. Ketenaganukliran 4 telokomunikasi tersebut diwajibkan untuk
menyusun dokumen AMDAL
14. Pengelolaan LB3 4 (Pasal 3 Permen LH No. 05 Tahun 2012)
14 Bidang 72 Jenis Kegiatan
Izin Mendirikan Bangunan Menara Telekomunikasi
Izin mendirikan bangunan Menara yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota dan khusus untuk
Pemerintah DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi , kepada pemilik menara telekomunikasi untuk
membangun baru atau mengubah menara telekomunikasi sesuai dengan persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis yang berlaku
Dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri PU , Menteri Komunikasi dan
Informatika,dan Kepala BKPM tentang

a. Syarat Administrasi Pedoman Pembangunan dan Penggiunaan


Bersama Menara Telekomunikasi, kewajiban

b. Syarat Teknis
penyusunan dokumen lingkungan tidak
dipersyaratkan baik dalam persyaratan
administrasi ataupun teknis dalam
persyaratan memperoleh izin mendirikan
menara.

IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN MENARA • Izin Lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan
atau kegiatan ( Pasal 40 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009)

• Karena izin Mendirikan Bangunan Menara merupakan izin Usaha maka


kepada pemilik menara wajib menyusun dokumen lingkungan ( amdal/UKL-
UPL)
Contoh :
Pesyaratan Administrasi dan Teknis Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Selluler
(Kabupaten Sleman)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi:

1. Bukti kepemilikan tanah (rangkap 2)


2. Denah Bangunan 1 : 100 (rangkap 2)
3. Dokumen lingkungan dari Kantor Pengendalian dampak lingkungan Kab. Sleman (rangkap 4)
4. Gambar Teknis Tampak, Potongan, Renc, Pondasi 1 : 100 (rangkap 2)
5. Grounding / penangkal petir yang disahkan oleh Dinas Nakernas Sleman (rangkap 4)
6. Kesanggupan membongkar menara apabila sudah tidak dimanfaatkan kembali bermaterai Rp. 6000,-
(rangkap 2)
7. Mengisi Formulir permohonan bermaterai
8. Perhitungan Struktur/ Konstruksi dan Gambarnya (rangkap 2)
9. Peta Lokasi dan situasi (rangkap 2)
10. Rekomendasi Ketinggian dari Lanud Adisucipto & Dinas Perhubungan (rangkap 4)
11. Surat Kuasa Sah dari Perusahaan apabila diurus oleh pihak lain bermaterai Rp. 6000.- (rangkap 2)
12. Surat kerelaan/ perjanjian penggunaan/ pemanfaatan tanah (rangkap 2)
13. Surat pernyataan sanggup menepati janji sosialiasasi bermaterai Rp. 6000,- (rangkap 2)
14. Surat pernyataan sanggup mengganti kerugian kepada warga apabila terjadi kerugian/ kerusakan yang
diakibatkan oleh keberadaan menara bermaterai Rp. 6000,- (rangkap 2)
15. Surat pernyataan sanggup untuk digunakan secara bersama (rangkap 2)
16. Surat persetujuan dari warga sekitar dalam radius 1.5 kali tinggi menara yang diketahui oleh Dukuh,
Lurah dan Camat setempat setelah dilakukan sosialisasi obyektif tentang menara kepada masyarakat
sekitar (rangkap 4)
17. Uji penyelidikan tanah (rangkap 2)

Sumber : http://perijinan.slemankab.go.id
6
SURAT EDARAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP tentangPelaksanaan
Pasal 121 UU 32/2009 Tanggal 27 Desember 2013

Penegakan Hukum untuk Usaha


dan/atau Kegiatan sudah Memiliki Izin
Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum
Memiliki Dokumen Lingkungan
Undang-undang No. 32 tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 121

(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling


lama 2 (dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen amdal wajib menyelesaikan Audit Lingkungan Hidup.

(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling


lama 2 (dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-
UPL wajib membuat Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH).
SE-MENLH Pasal 121 UU 32/2009: Penegakan Hukum untuk Usaha dan/atau Kegiatan
sudah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan

SE-MENLH tentang
Pelaksanaan
Pasal 121 UU 32/2009
1. Usaha dan/atau
Kegiatan sudah Belum Memiliki
memiliki Izin Usaha DELH atau DPLH
SEBELUM 3 Oktober • Sanksi Administrasi
yang Telah
2009,
Disetujui
SE- Teguran Tertulis (Paling
2. Sudah beroperasi Lambat 18 bulan setelah
1.
(tahap kontruksi ) MENLH SE)
SEBELUM 3 Oktober Tidak • Penyusunan dan Penilaian
2009; DELH/DPLH (6 Bulan) 
3. Lokasi usaha Berlaku Izin Lingkungan
dan/atau kegiatan
sesuai dengan
rencana tata ruang,; 1. Usaha dan/atau Kegiatan sudah memiliki Izin Jika Tidak
dan,
Usaha SETELAH 3 Oktober 2009, dan
4. memiliki atau belum
memiliki dokumen
2. belum memiliki dokumen lingkungan Pasal 109
lingkungan UU32/2009
Waktu/Time Line UU 32/2009 PP 27/2012 Saat ini
3 Okt 2011
3 Okt 2009 23 Feb 2012
Kebijakan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
• PP 29 Tahun 1986;
SEMDAL
1986
• Berlaku selama 13 Tahun
(1986-1999)

Upaya • Keputusan MENLH No. 30 Tahun


‘Pemutihan’
DPL
1999 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Berlaku selama 3 Bulan
(12 Okt 199-31 Des 1999)
2001

DPPL
• Peraturan MENLH No. 12 Tahun
2007
• Berlaku selama 2 Tahun Audit LH Wajib
(2007-2009) sesuai dengan
Keputusan
• Pasal 121 UU 32/2009 MENLH No. 30
DELH/DPLH • Peraturan MENLH No. 14 Tahun 2010 Tahun 2001
• Berlaku selama 2 Tahun (2009-2011)

Upaya 2012
‘Penegakan • Pasal 121 UU 32/2009 (PP27/2012)
Hukum’ DELH/DPLH •

Peraturan MENLH No. 14 Tahun 2010
SE MENLH 27 Desember 2013
• Berlaku selama 2 Tahun (2013-2015)
Isi SE-MENLH B1413-4/MENLH/KP/12/2013
Tanggal 27 Desember 2013
1. Target SE Usaha dan/atau Kegiatan yang sudah miliki izin usaha dan/atau kegiatan
sebalum UU 32/2009 (Kriterianya Sesuai dengan Peraturan MENLH No. 14
Tahun 2010)
2. Kebijakan a. Bentuk Kebijakan: Penerapan Sanksi Administrasi berupa teguran
tertulis  Perintah membuat dokumen LH (BUKAN PEMUTIHAN);
b. Pelaksana kebijakan: MENLH, Gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya;
c. Waktu penerapan sanksi administrasi: 18 Bulan (27 Desember 2013-27
Juli 2015).
d. Waktu penyelesaian dan mendapat keputusan dokumen LH: 6 (enam)
bulan sejak sanksi teguran tertulis diterbitkan
3. Dokumen LH a. DELH untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
b. DPLH untuk Usaha dam/atau Kegiatan Wajiab UKL-UPL
c. Tata cara penyusunan dan penilaiannya sesuai dengan Peraturan MENLH
No 14 Tahun 2010
4. DELH dan DPLH Keputusan Dokumen LH (DELH/DPLH) digunakan sebagai dasar penerbitan
serta Izin izin lingkungan
Lingkungan
5. Tindak lanjut Tidak menyelesaikan kewajiban membuat dan mendapat keputusan
SE MENLH DELH/DPLH sampai batas yang telah ditentukan (6 bulan setelah mendapat
sanksi administrasi)- Dikenakan pasal 109 UU 32/2009
Timeline Pelaksaan SE-MENLH Pasal 121 UU No. 32 Tahun 2009
Batas akhir penerbitan
SE-MENLH Pasal Batas akhir
persetujuan DELH/DPLH dan Izin
121 UU 32/2009 penerapan sanksi
Lingkungan untuk penerapan
(mulai berlaku 27 Administrasi
sanksi Administrasi
Desember 2013) (27 Juni 2015)
27 Juni 2015

Penegakan Hukum
Administrasi LH:
Penerapan sanksi
administrasi
27 Des teguran tertulis 27 Juni 27 Des
2013 2015 2015

Masa penyusunan, penilian/pemeriksaan DELH/DPLH dan


Penerbitan Izin Lingkungan

Keterangan: (PENTING)
• Jika penerapan sanksi administrasi dilakukan pada tanggal 1 Januari 2014, maka dalam masa 6 (enam)
bulan, DELH/DPLH sudah harus disusun dan dinilai/diperiksa serta diterbitkan persetujuannya dan izin
lingkungan (JIKA DISETUJUI), (1 Juli 2014).
• Untuk usaha dan/atau kegiatan pemerintah, masa penerapan sanksi administrasi disesuaikan dengan
penganggaran untuk penyusunan dan penilaian/pemeriksaan DELH dan DPLH
Tindak Lanjut Pelaksanaan SE-MENLH tentang
Pelaksanaan Pasal 121 UU 32/2009 (Surat Deputi I)
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
Instansi Lingkungan Hidup Pusat,
kewenangangannya mendelegasikan kepada
Provinsi, atau kabupaten/kota
Kepala Instansi LH untuk melakukan penerapan
sesuai dengan kewenangannya
sanksi Administratif teguran tertulis

Penerbitan
Inventarisasi Usaha keputusan
Usaha dan/atau
dan/atau kegiatan Penyusunan Penilaian
kegiatan sesuai DELH/DPLH
sesuai dengan
kriteria SE-MENLH
DELH/DPLH DELH/DPLH
kriteria SE-MENLH dan Izin
Lingkungan
Penanggung Jawab Usaha
dan/atau kegiatan (Pemrakarsa)

1. Sekretaris Membantu dalam


Jenderal, penyusunan Kriteria Penyusun DELH: Auditor
2. Sekretaris DELH/DPLH Lingkungan Hidup yang telah
Kementerian, memiliki sertifikat kompetensi
3. Sekretaris Utama atau Sesuai dengan Kriteria
LPNK, Pembinaan
dalam Surat Deputi No.
4. Kepala SKPD oleh Instansi Lingkungan
096/Dep.I/LH/PDAL/01/2014
Hidup
(butir angka 4)
Batas akhir penerbitan
SE-MENLH Pasal persetujuan DELH/DPLH dan Izin
121 UU 32/2009 Lingkungan untuk penerapan
(mulai berlaku 27 sanksi Administrasi
Desember 2013) 27 Juni 2015

27 Des 27 Juni 27 Des


2013 2015 2015

Teguran tertulis
/Masa
penyusunan,
penilian/pemeriksa
an DELH/DPLH dan
Penerbitan Izin
Lingkungan

Perpanjangan Timeline Pelaksaan SE-MENLH


Pasal 121 UU No. 32 Tahun 2009
PERMASALAHAN TERKAIT DENGAN PELAKSANAAN SURAT
EDARAN MENLH Pasal 121 UU 32 Tahun 2009

Masih banyak usaha/kegiatan Pemerintah yang sudah berjalan namun belum


memiliki dokumen lingkungan
• Kendala penganggaran pemerintah untuk penyusunan dokumen DELH/DPLH

Masih banyak kegiatan swasta terutama kegiatan peningkatan/penambahan yang belum


memiliki dokumen lingkungan (tidak ada dalam dokumen lingkungan terdahulu

• Masih banyak kegiatan skala kecil (UKL UPL) yang belum memiliki dokumen lingkungan

Adanya surat dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU yang meminta


perpanjangan pengenaan sanksi adminitrasi penyusunan dokumen lingkungan

• Pembuatan dokumen DELH yang kurang dipahami penyusun dan terkesan


‘menyepelekan’ mengingat pengesahan pasti diberikan. Tanpa dipahami bahwa
dokumen DELH/DPLH berguna untuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
dipergunakan oleh pelaku usaha maupun pengawasan oleh pemerintah

Proses penilaian DELh/DPLH yang berlebihan tidak sesuai dengan pedoman


KEBIJAKAN TERBARU : Penyelesaian Dokumen LH Bagi Kegiatan yang
telah berjalan :

 S. 541/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016 Tanggal 28 Desember 2016


tentang Penyelesaian Dokumen LH Bagi Kegiatan yang telah
berjalan ( Pemerintah )
 SE. No. 7/MENLHK/SETJEN/PLA.4 /12/2016 Tanggal 28 Desember 2016
Tentang Kewajiban Memiliki Dokumen LH Bagi Orang Perorangan
atau Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha dan/atau
Kegiatan
 Per Men LHK No. P.102 /MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen LH Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
yang telah memiliki izin usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum
memiliki Dokumen LH
Konsep Penegakan Hukum terhadap Usaha dan/atau Kegiatan Orang Perorangan dan Badan Usaha
yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi tidak Memiliki Dokumen LH dan Izin Lingkungan
(Pasca Penerapan Pasal 121 UU 32/2009)

Sanksi Pidana Pasal 109 dan Pasal 95 UU 32/2009


Penerapan Pasal 121 UU Pasal 119 UU No. 32/2009 dan Keputusan MK:
32/2009 sudah berakhir sejak
Penegakan Hukum
27 Des 2015
Terpadu dibawah
Tanpa Memiliki
Koordinasi Menteri LHK
Dokumen LH
Tanggung Jawab
Jenis Dokumen LH: Pemulihan dan Pidana:
DELH/DPLH Pasal 78 UU No. 32/2009

Usaha dan/atau
PERSYARATAN PENTING! Paksaan Pemerintah: Pasal 76 KETERANGAN:
Pasal 76 UU
Penerapan Sanksi Pidana
Kegiatan sebelum dan
Pasal 111 ayat (2) UU
ayat (2) huruf b dan Pasal 80 32/2009:
Sesudah 3 Okt 2009 UU No. 32/2009 Sanksi
No. 32/2009 Adminitrasi
diterapkan
untuk
Sanksi Denda tidak melaksanaakan pelanggaran
Ke depan: Administratif Paksaan Pemerintah: Pasal 81 terhadap Izin
lingkungan
Optimalisasi UU No. 32/2009 (Tidak
melaksanakan
Pasal-Pasal Memenuhi 4 IL atau tidak
Penegakan Hukum Pidana dan denda:
Persyaratan memiliki IL)
LH di UU 32/2009 Pasal 114 UU No. 32/2009
KEBIJAKAN LANJUTAN
Bukan Pengaturan Hukum
Antar Waktu

Bersifat Individual

Pengenaan Sanksi
sesuai UU 32 Tahun 2009
Kebijakan KLHK untuk usaha dan/atau kegiatan yang
belum memiliki dokumen lingkungan namun sudah
berjalan

Orang Perorangan
Pemerintah
atau Badan Usaha

Tidak Tidak
Memenuhi Memenuhi
memenuhi memenuhi
4 kriteria 4 kriteria
4 kriteria 4 kriteria

Pasal 109 Surat Pasal 109 Surat


UU Perintah UU Edaran
32/2009 MENLHK 32/2009 MENLHK

DELH/DPLH

Izin Lingkungan
Kebijakan bagi Orang Perseorangan
dan Badan Usaha
“Orang Perseorangan” atau “Badan
Usaha” yang usaha dan/atau
kegiatannya telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan namun masih
belum memiliki dokumen lingkungan

Sanksi
Administratif
Paksaan
Pemerintah.
Orang Perseorangan atau Badan Usaha yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan diperintahkan
untuk segera menyusun dokumen lingkungan hidup

DELH DPLH
• Bagi usaha • Bagi usaha
dan/atau dan/atau
kegiatan yang kegiatan yang
wajib memiliki wajib memiliki
Amdal UKL UPL
KRITERIA DELH/DPLH
telah memiliki izin usaha dan/atau

KRITERIA DELH/DPLH
kegiatan

telah melaksanakan usaha dan/atau


kegiatan

lokasi usaha dan/atau kegiatan


sesuai dengan rencana tata ruang;

tidak memiliki dokumen lingkungan


hidup atau memiliki dokumen
lingkungan hidup tetapi tidak sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan
Muatan keputusan penerapan sanksi
Paksaan Pemerintah

Perintah untuk menyusun DELH atau


DPLH

Batasan waktu penyelesaian

Klausul yang menegaskan apabila tidak


melaksanakan Paksaan Pemerintah
dikenakan denda
pemerintah daerah
melakukan
inventarisasi usaha
dan/atau kegiatan
Efektifitas yang telah memiliki
pelaksanaan izin usaha dan/atau
DELH/DPLH kegiatan namun
belum memiliki
dokumen lingkungan
hidup (Izin
Lingkungan).
Surat MENLHK
Nomor S.541/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016
tanggal 28 Desember 2016
PENYELESAIAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
BAGI KEGIATAN PEMERINTAH/PEMERINTAH DAERAH
YANG TELAH BERJALAN
Banyak kegiatan pemerintah yang telah
berjalan namun masih belum memiliki
dokumen lingkungan

Kegiatan Pemerintah Belum Memiliki DELH (wajib Amdal)


Dokumen Lingkungan

• Kegiatan • Belum Memiliki Izin • DPLH (wajib UKL


Pemerintah Daerah Lingkungan UPL)
KRITERIA DELH/DPLH
BAGI KEGIATAN PEMERINTAH/PEMERINTAH
DAERAH
telah memiliki legalitas

KRITERIA DELH/DPLH
pelaksanaan kegiatan

telah melaksanakan kegiatan

lokasi kegiatan sesuai dengan


rencana tata ruang

tidak memiliki dokumen


lingkungan hidup atau memiliki
dokumen lingkungan hidup
tetapi tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Menyusun
Kriteria
DELH/DPLH
Instansi Menyelesaikan
Pemerintah/
pemerintah
Daerah Mendapatkan Gubernur
Keputusan
DELH/DPLH dari yang Bupati/Wali
berwenang
kota
Percepatan
penilaian
Penerbitan
Keputusan
DELH/FPLH

Dasar
Penerbitan
Izin
Lingkungan
Penangung jawab Kegiatan
Para Menteri, Panglima TNI,
Kepala Kepolisian RI, Kepala
Lembaga Pemerintah Non-
Efektifitas Kementerian, Gubernur,
Bupati, Walikota agar
pelaksanaan melakukan inventarisasi
kegiatan yang telah memiliki
DELH/DPLH izin usaha dan/atau
kegiatan namun belum
memiliki dokumen
lingkungan hidup (Izin
Lingkungan).
Persyaratan Penyusun DELH
memiliki sertifikat kompetensi
auditor lingkungan hidup

memiliki sertifikat kompetensi


penyusun dokumen Amdal

memiliki sertifikat kelulusan


pelatihan penyusun Amdal; dan/atau

memiliki sertifikat kelulusan


pelatihan Auditor Lingkungan Hidup
Terima kasih
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK)


Direktorat jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan

Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410


Gedung A lanta 6, Telp/Fax: 021-85904925
http://www.menlh.go.id/
Pengembangan Sistem Informasi Amdal, UKL-UPL dan Izin
Lingkungan – DADU (www.dadu-online.com)
DADU telah memuat:
Daftar Informasi Publik (DIP)
Amdal, UKL-UPL dan Izin
Lingkungan yang dapat diakses
oleh publik

1. Kebijakan atau PUU: Amdal, UKL-


UPL dan Izin Lingkungan, Izin
PPLH dan Sektor (14 Bidang & 72
Jenis Kegiatan);
2. Pedoman atau Panduan Teknis
Amdal, UKL-UPL dan Izin
Lingkungan;
3. Kelembagaan Amdal, UKL-UPL
dan Izin LIngkungan
DADU akan memuat: 4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Informasi Geospastial Customized 5. Proses Amdal, UKL-UPL dan Izin
Amdal, UKL-UPL dan Izin
LIngkungan
NEPAssist Lingkungan;
6. Pelaksanaan Izin Lingkungan
Pedoman Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan

Prakiraan Prakiraan Dampak


Dampak Kualitas Air
Kualitas https://docs.google.com/u
Udara
Pelingkupan c?export=download&id=0B
https://docs.google.com/ zM3XXxxYcpJMFByNGJoSD
https://docs.google.com/uc uc?export=download&id= k0NTA
?export=download&id=0Bz 0BzM3XXxxYcpJYlphLVdD
M3XXxxYcpJaDZoU0VtUHo1 UW5Rd2s (DADU)
a2c (DADU) 290

Sumber: Sistem Informasi Amdal dan UKL-UPL (DADU) www.dadu-online.com


Pedoman Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan

https://docs.google.co
https://docs.google.com/uc? m/uc?export=downloa https://docs.google.com/uc?ex
export=download&id=0BzM d&id=0BzM3XXxxYcpJ port=download&id=0BzM3XXx
3XXxxYcpJbHNuclhYbmxIclU WnJhbTFLZHVJY0k xYcpJeDk4Qnp4djRhZEU
(DADU); (DADU); (DADU)

Sumber: Sistem Informasi Amdal dan UKL-UPL (DADU)


www.dadu-online.com
Pedoman Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan

Sea Port Development Palm oil plantation Road Development


https://docs.google.com/uc?expo https://docs.google.com/uc? https://docs.google.co
rt=download&id=0BzM3XXxxYcpJ export=download&id=0BzM m/uc?export=downlo
MzdBUURBLVVWUm8 (DADU); 3XXxxYcpJSUtBalVla2luNWs ad&id=0BzM3XXxxYcp
(DADU); JYzdPbmNJdVlXdE0
(DADU);
Pedoman Amdal dari US-EPA yang dapat digunakan
sebagai Referensi Penyusunan Dokumen Lingkungan
untuk Bidang Ketenagalistrikan

http://www2.epa.gov/sites/pro http://api.commissiemer.nl/docs http://www2.epa.gov/sites/pr


duction/files/2014- /mer/diversen/cafta-dr-eia- oduction/files/2014-
04/documents/energyvol1.pdf technical-review-guideline-vol1- 04/documents/energyvol2.pdf
part2-energy.pdf
7
LAMPIRAN
UKL-UPL dan SPPL
Identitas Pemrakarsa
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

4. Garis besar komponen rencana usaha dan/atau kegiatan


a. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang;
b. Penjelasan mengenai persetujuan prinsip atas rencana kegiatan
c. Uraian mengenai komponen rencana kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan (lanjutan)

Contoh: Kegiatan Peternakan

Tahap Prakonstruksi :
1) Pembebasan lahan (jelaskan secara singkat luasan lahan yang dibebaskan dan
status tanah).
2) dan lain lain……
Tahap Konstruksi:
1) Pembukaan lahan (jelaskan secara singkat luasan lahan, dan tehnik pembukaan
lahan).
2) Pembangunan kandang, kantor dan mess karyawan (jelaskan luasan bangunan).
3) dan lain-lain…..
Tahap Operasi:
1) Pemasukan ternak (tuliskan jumlah ternak yang akan dimasukkan).
2) Pemeliharaan ternak (jelaskan tahap-tahap pemeliharaan ternak yang
menimbulkan limbah, atau dampak terhadap lingkungan hidup).
3) dan lain-lain…
(Catatan: Khusus untuk usaha dan/atau kegiatan yang berskala besar, seperti antara
lain: industri kertas, tekstil dan sebagainya, lampirkan pula diagram alir proses yang
disertai dengan keterangan keseimbangan bahan dan air (mass balance dan water
balance))
Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya
Pengelolaan serta Pemantauan Lingkungan Hidup

C. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya


Pengelolaan serta Pemantauan Lingkungan Hidup

Bagian ini pada dasarnya berisi satu tabel/matriks, yang


merangkum mengenai:
1. Dampak lingkungan yang ditimbulkan rencana usaha
dan/atau kegiatan
2. Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup
3. Bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup
4. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup
Matrix Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya
Pengelolaan serta Pemantauan Lingkungan Hidup
Dampak lingkungan
Bentuk upaya Bentuk upaya Institusi pengelola
yang ditimbulkan
pengelolaan pemantauan dan pemantauan
rencana usaha
lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
dan/atau kegiatan
Izin PPLH dan Surat Pernyataan
D. Jumlah dan Jenis Izin IZIN PPLH yang Dibutuhkan

Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan


memerlukan izin PPLH, maka dalam bagian ini, pemrakarsa
menuliskan daftar jumlah dan jenis izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan berdasarkan
upaya pengelolaan lingkungan hidup.

E. Surat Pernyataan

Bagian ini berisi pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan


UKL-UPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
Daftar Pustaka dan Lampiran
F. Daftar Pustaka
Pada bagian ini utarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
UKL-UPL baik yang berupa buku, majalah, makalah, tulisan, maupun laporan hasil-hasil
penelitian. Bahan-bahan pustaka tersebut agar ditulis dengan berpedoman pada tata
cara penulisan pustaka.

G. Lampiran
Formulir UKL-UPL juga dapat dilampirkan data dan informasi lain yang dianggap perlu
atau relevan, antara lain:
1. bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut secara prinsip
dapat dilakukan;
2. bukti formal bahwa rencana lokasi Usaha dan/atau Kegiatan telah sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku (kesesuaian tata ruang ditunjukkan dengan adanya
surat dari Badan Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Nasional (BKPTRN), atau
instansi lain yang bertanggung jawab di bidang penataan ruang);
3. informasi detail lain mengenai rencana kegiatan (jika dianggap perlu);
4. peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dan/atau ilustrasi lokasi dengan skala
yang memadai yang menggambarkan lokasi pengelolaan lingkungan hidup dan
lokasi pemantauan lingkungan hidup; dan
5. data dan informasi lain yang dianggap perlu.
Format SPPL (1)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
 Nama : ............................................................................
 Jabatan : ............................................................................
 Alamat : ............................................................................
 Nomor Telp. : ............................................................................

Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari:


 Nama perusahaan/Usaha : .........................................................
 Alamat perusahaan/usaha : .........................................................
 Nomor telp. Perusahaan : .........................................................
 Jenis Usaha/sifat usaha : .........................................................
 Kapasitas Produksi : .........................................................
dengan dampak lingkungan yang terjadi berupa:
1.
2.
3. dst.

merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan melalui:


1.
2.
3. dst.

Pada prinsipnya bersedia untuk dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan seluruh pengelolaan
dan pemantauan dampak lingkungan sebagaimana tersebut di atas, dan bersedia untuk diawasi oleh
instansi yang berwenang.

Tanggal, Bulan, Tahun


Yang menyatakan,

Materai dan tandatangan

(...............NAMA…….........)
Nomor bukti penerimaan oleh instansi LH

Tanggal:

Penerima:
CONTOH SPPL
CONTOH SPPL
Terima kasih
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan- Direktorat Pencegahan Dampak
Lingkungan Usaha dan/atau Kegiatan.

Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410


Gedung A lanta 6, Telp/Fax: 021-85904925
http://www.menlh.go.id/
Teguh Irawan Hp (087870783235)- iraone70s@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai