Oleh
Erni Yusnita
Email : erniyusnita47@gmail.com
Abstrak
Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak
lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini
menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak
lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara total
baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang
disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut menghilangkan fungsi
hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon,
pemasok oksigen dan pengatur suhu. Selain itu penambangan batu bara juga bisa
mengakibatkan perubahan social ekonomi masyarakat disekitar kawasan
penambangan. Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh pertambangan batu bara perlu dilakukan tindakan-tindakan
tertentu sehingga akan dapat mengurangi pencemaran akibat aktivitas
pertambangan batubara dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi
di sekitar pertambangan.
Kata kunci : Penambangan batubara, dampak, upaya pencegahan
Pendahuluan
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi
sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu
memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya
diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki
cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,
sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua
dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah
C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi
ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang
batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk
menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis.
Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah
mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
negeri maupun sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara
ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya
sustainable eco-development. Untuk memberikan perlindungan terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana sebagai
penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi ladministrative penal law)
merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada
tataran implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas
yang dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi
hukum pidana sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran
dardatau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam
penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan
berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih
kepentingan antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka selain urgennya
sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula pemberdayaan upaya-upaya
lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
korban yang timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.
Tulisan ini berusaha menggambarkan bagaimana metode penambangan, kerusakan
yang diakibatkan dan solusi mengatasi kerusakan lingkungan pasca penambangan.
Jenis Batu Bara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu
terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit, bituminus,
sub bituminus, lignit dan gambut (Puslibang Kementrian ESDM, 2006)
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini
mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara
86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini
mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara
jenis ini banyak dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini
mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini
mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar
air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini
memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer
serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negaradan
pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif
dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan
mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya
terhadap industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil
penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan
pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan
wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang
berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang
suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan
tidak boleh terjadi kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara
juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar,
baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung
menyebabkan pencemaran antara lain ;
1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai,
tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop
radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan
kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam
konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung ke
lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi
karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi
metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia.
Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran Tanah
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri
(Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu
debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan
aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit
infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa
kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan
kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa
pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal,
merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga,
molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di
lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara
juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah,
baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung
menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah penducian batubara tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut.
Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam
sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
1. Dampak Sosial dan kemasyarakatan
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang
lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak
seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik
lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif.
Bahkan kerusakan moral pun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.
Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri,
Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah
salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah
Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia
mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton.
Nanun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya
Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa
negara dari kegiatan penambanganya.
Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
Para pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah
satu bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha
tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.
Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambanga Batubara
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam
mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang
ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan
cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.
Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari
permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar
biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih atas terselesaikanya penulisan artikel ini disampaikan kepada
dosen pengasuh Mata Kuliah Penyajian Ilmiah Bapak Prof. Dr. Ir. Urip Santoso,
M.Sc, yang telah memberikan arahan, petunjuk dan materi dasar untuk membuat
tulisan ini. Semoga Allah, SWT, membalas semua kebaikan Bapak.
Daftar Pustaka
Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai Penelitian
Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16 Juni 2006].
Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of Forest,
Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding Environmental Service
Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in Padang/Singkarak, Weat
Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-SEA. Bogor
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana.IPB.
Boger.
Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen ESDM.
Jakarta.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan. Jurusan
Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta.
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta’alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 44 PENGELOLAAN LINGKUNGAN AREAL TAMBANG
BATUBARA (Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) di PT. Bhumi Rantau
Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan) Oleh: Luthfi Hidayat *) Absrtak Kegiatan pertambangan
batubara berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Salah satu kerusakan lingkungan adalah
munculnya Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mining Drainage (AMD). AAT dicirikan dengan pH air
yang sangat rendah (pH antara 3-5), warna perairan yang kuning kemerahan, dan berpengaruh buruk
terhadap biota air. AAT muncul dari adanya singkapan tanah yang mengandung pirit, bereaksi
dengan udara dan air hujan. Reaksi AAT Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai
proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro (Pyrite + oxygen + water → ferrous iron
+ sulfate + acidity). Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan dengan
oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman yang lebih banyak (Pyrite + ferric iron + water
→ ferrous iron + sulfate + acidity). Penanganan secara prefentif (menghindari singkapan batuan pirit)
adalah pengelolaan yang paling baik. Jika Air Asam Tambang sudah terjadi, pengelelolaan dilakukan
dengan beberapa langkah. Pertama; pengaliran air asam tambang, Kedua, pemompaan ke tempat
perlakukan, ketiga; penetralan air asam tambang di kolam pengendap. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar
Belakang Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada
dasarnya selalu menimbulkan dampak pada alam lingkungannya (BPLHD Jabar, 2005). Aktivitas
penambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama adalah memacu kemakmuran ekonomi negara.
Sisi yang lain adalah timbulnya dampak lingkungan. Salah satu komoditi yang banyak diusahakan saat
ini, untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara. Pada saat ini Indonesia
memiliki potensi sumber daya batubara sekitar 60 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton ( Witoro,
2007 ). Dilain pihak tambang batubara pada umumnya dilakukan pada tambang terbuka (open
mining), sehingga akan berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan bioligis
tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dampak ini secara
otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk tata air (Subardja, 2007). Salah satu
permasalahan lingkungan dalam aktivitas penambangan batubara adalah terkait dengan Air Asam
Tambang ( AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi dari
mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang bereaksi dengan oksigen di udara pada
lingkungan berair (Sayoga, 2007). Penampakan air asam tambang di tahap awal adalah adanya air di
pit tambang yang berwarna hijau. Pada awal kegiatan tambang, yaitu sejak penyelidikan (eksplorasi)
atau tahap perencanaan perlu dilakukan untuk mengetahui dan menghitung besarnya potensi air
asam tambang yang akan ditimbulkannya. Mengetahui potensi keasaman dari suatu tambang sangat
penting karena keasaman batuan tersebut baru merupakan potensi yang kehadirannya belum tentu
akan menjadi persoalan setelah dilakukan pengambilan (eksploitasi). Timbulnya air asam tambang
(Acid Mine Drainage) bukan hanya berasal dari hasil pencucian batubara, tetapi juga dari dibukanya
suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan permasalahan kepada kualitas air dan juga
tanah. Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah preventif serta
pengendaliannya dapat dilakukan. Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang
perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan
berakhir. Air asam tambang (Acid Mine Drainage) dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air, air
permukaan dan air tanah. Selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat
yang tinggal di sepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup di darat juga biota
perairan. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah; Jurnal ADHUM Vol. VII
No. 1, Januari 2017 45 1. Bagaimana persoalan Air Asam Tambang di tambang batubara yang saat ini
terjadi di PT. Bhumi Rantau Energi. 2. Bagaimana upaya pengelelolaan pengelolaan air asam tambang
yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi. 1.3. Metode Penelitian Penelitian ini pada prinsipnya dilakukan
dengan dua tahapan metode. Pertama adalah melakukan studi pustaka terkait persoalan Air Asam
Tambang, dan tahapan kedua adalah mengamati realitas pengelolaan Air Asam Tambang yang
dilakukan di perusahaan Tambang PT. Bhumi Rantau Energi. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian
adalah; 1. Untuk memahami persoalan lingkungan akibat adanya Air Asam Tambang di areal
Pertambangan Batubara di PT. Bhumi Rantau Energi. 2. Untuk memahami gambaran tahapan
pengelolaan Air Asam Tambang di PT. Bhumi Rantau Energi. II. KEADAAN LINGKUNGAN LOKASI
TAMBANG 2.1. Lokasi Penelitian PT. Bhumi Rantau Energi merupakan jenis perusahaan
PerseroaanTerbatas (PT). Kantor pusatnya terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda Pondok Indah
Kavling V-TA Jakarta Wisma Pondok Indah 2, sedangkan kantornya terletak di Jalan Jend. Sudirman
By Pass RT.02 RW.01 Desa Bungur, Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan. Sebagaimana Surat Keputusan (SK) Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL) yang disetujui oleh SK Bupati Tapin Nomor 188.45/048/KUM/2011
tanggal 21 Maret 2011 tentang persetujuan Kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(ANDAL), RKL dan RPL pada kegiatan penambangan batubara di PT. Bhumi Rantau Energi. Lokasi
kegiatan pertambangan terletak 108 Km sebelah timur laut kota Banjarmasin dan dapat di tempuh
dari kota Banjarmasin lewat jalur darat sepanjang 102 Km sampai Rantau (ibu kota kabupaten Tapin)
selama ± 3 jam dengan kondisi jalan beraspal, kemudian jarak dari kota Rantau sampai lokasi
kegiatan pertambangan sepanjang ± 12 Km. 2.2. Kondisi Penambangan Sistem penambangan
batubara di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan kode wilayah TP10A02OP ditentukan
atas beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1) Kondisi geologi dan endapan batubara 2) Kondisi
daerah prospek 3) Rencana dan skala produksi 4) Kondisi lapisan penutup 5) Pertimbangan dampak
lingkungan Kondisi geologi, topografi dan lingkungan di daerah tapak proyek adalah sebagai berikut :
1) Cadangan batubara yang prospek untuk di tambang 2) Kemiringan daripada singkapan batubara
berkisar antara 25°-40° 3) Kondisi topografi 2.3. Keadaan Lingkungan Tambang Batubara Morfologi di
daerah pengamatan mempunyai penampakan yang relatif sama berupa perbukitan bergelombang
dengan kondisi topografi yang tidak terlalu menonjol di setiap daerahnya. Namun, sebagai akibat
adanya tambang rakyat, disekitar singkapan batubara banyak gundukangundukan tanah, sehingga
kondisi topografi mengalami perubahan. Dibanding keadaan saat studi tahun 2000 (rona lingkungan
awal), maka perkembangan lingkungan sekitar relatif tidak banyak perubahan. 1. Sebelah utara:
pertanian (sawah dan kebun) 2. Sebelah selatan: pertanian(sawah dan kebun) serta pemukiaman 3.
Sebelah timur: sungai bahalayung dan pemukiman 4. Sebelah barat: jalan raya dan pertanian Kualitas
air yang dikelola oleh air limbah yang berasal dari tambang dan stockpile (tempat penumpukan
batubara), mengacu pada kriteria baku mutu air limbah batubara. Pengelolaan yang dilakukan yaitu
mengelola air limbah dari tambang tersebut dengan pembuatan settling pond pada stockpile PT.
Bhumi Rantau Energi. Di dalam pengelolaan air limbah pada settling pond terdapat proses
pengendapan Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 46 (sedimentasi),penggumpalan (koagulasi),
pencampuran (flokasi) serta netralisasi. Pada koagulasi bahan yang digunakan berupa tawas untuk
menjernihkan air serta mengendapkan lumpur dan bahan untuk netralisasi berupa kapur tohor yang
berfungsi untuk menetralkan air sehingga pH memenuhi baku mutu pemerintah yaitu 6-9, kapur juga
berfungsi menghilangkan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) sehingga air yang keluar melalui outlet kebadan
sungai memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Kondisi flora lokasi pemantauan dilakukan pada
areal sarana prasarana bekas tambang yang telah direvegetasi. Beberapa tipe penutupan vegetasi
yang terdapat pada lokasi pemantauan adalah hutan skunder dan vegetasi belukar, vegetasi kebun
karet rakyat dan alang-alang dan vegetasi tanaman yang terdapat pada areal revegetasi. Lokasi flora
didalam proyek terdapat vegetasi jenis pepohonan peneduh dan tanaman hias. Kekayaan jenis pada
lokasi ini masih termasuk sedikit. Berdasarkan hasil survey yang dicatat terdapat 9 jenis. Tabel 1.
Flora di dalam lokasi No Nama Tanaman Nama Latin 1 Alaban Vitex pubescent 2 Jati Tektona grastis 3
Palam Palmae spp 4 Ketapang Terminalia 5 Akasia daun kecil Acacia 6 Karet Hevea 7 Pinus Pinus
mercusi 8 Jenis tanaman - 9 Akasi daun lebar Accacia decurens Tabel 2. Flora darat yang ditemukan
diluar/disekitar lokasi No NAMA NAMA LATIN 1 Kelapa Cocos mucifera 2 Nangka Artocarfus integra 3
Kuini Mangifera odorata 4 Hampalam Licuala spinas 5 Keladi Colocasia escolenta 6 Jeruk Citrus SP 7
Rambutan Nephelium 8 Mengkudu Morinda citrifolia 9 Paku-pakuan Nephrolepis exaltata 10 Ubi
kayu Manihot utilisima Kondisi fauna darat secara keseluruhan memberikan gambarn fauna yang
menempati lokasi penambangan dan sekitarnya seperti jenis mamalia, reftil dan ampibi dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel 3. Jenis Burung yang terdapat pada areal penambangan No Nama local
Nama latin 1 Burung Hantu Strix leptogrammice 2 Bubut Centropus sinensis 3 Cekaka kecil
Todirhampus 4 Codet Lanius sach 5 Curiak Gerygone sulphurca 6 Darakuku Streptopelia chinensis 7
Elang Harliantos Indus 8 Keruang Pycnonotus goiavier 9 Layang-layang Delichon dasypus 10 Pipikau
Coturnik chinensis 11 Pilatuk Dryocopus jevensis 12 Pipit habang Lonchura mallanca 13 Pipit hirang
Neiglyptes triptis 14 Punai Triton vernan 15 Burung Sikatan Ficedula dumetoria 16 Burung Tinjau
Copsychus saularis Berdasarkan tabel diatas memberikan gambaran bahwa habitat daerah
pertambangan dan sekitarnya merupakan rumah tinggal burung. Beberapa jenis dari burung tersebut
bersifat migran, sehingga pada saat pengamatan jenis tersebut tidak ditemukan. Tabel 4. Fauna jenis
mamalia yang terdapat di wilayah studi No NamaLokal Nama Latin 1 Babihutan Sus barbutas 2
Cerucut Suncus sp. 3 Kelelawar Suku pretopodidae 4 Musang Paradaxarus sp. 5 Warik Macaca
fascicularis 6 Trenggiling Manis javanica 7 Tupai Glyphates sumus 8 Kukang Nycticebus caucang 9
Bekantan Nasalis larvatus Jenis reptil yang ditemukan setempat adalah Biawak (Varanus Salvator),
Ular Daun (Bungarus Fasiatus), Bunglon (Mabouyo Multifasciata) dan Bingkarungan (Tiliqua sp).
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 47 Tabel 5. Fauna jenis reptil yang terdapat diareal studi
No Jenis reptile Namalatin 1 Biawak Varanus salvator 2 Bingkarungan/Kadal Tiliqua sp. 3
Angui/Bunglon Gonychepalus sp 4 Ular Naja saputrik 5 Ular sawa Phyton sp. 6 Ular tadung Bungarus
7 Ularpucuk Trimeresurus 8 Ular daun Leptphis Jenis-jenis Ampibi dan Insekta yang ditemukan adalah
seperti tertera dalam tabel berikut. Tabel 6. Fauna jenis Amphibi yang terdapat di areal studi No Jenis
Amphibi Nama Latin 1 Katak hijau Rana sp. 2 Katak hijau teratai Rana limnocharis 3 Katak cokelat
Rana sp. Tabel 7 Fauna jenis Insekta yang terdapat diareal studi No Jenis Insekta Nama latin 1 Capung
- 2 Semut salimbada Suku formicidae dan Isotera 3 Kupu-kupu - III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Tentang
Air Asam Tambang Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine Drainage (AMD)
adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang
rendah yaitu dibawah 6,karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9 sebagai hasil dari
oksidasi mineral sulfida yang tersingkap oleh proses penambangan dan terkena air. Air asam
tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam tambang yang timbul
akibat kegiatan penambangan serta sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran
(drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang
terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Perlu diketahui air asam tambang
sebenarnya tidak terbentuk akibat kegiatan penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang
berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida akan menyebabkan
terbentuknya air asam tambang. Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan, drainase
dan pengolah tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang akan menghasilkan air
asam, karateristiknya pun sama dengan air asam tambang. Air asam tambang dicirikan dengan
rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi (Fe), mangan (Mn), cadmium (Cd),
aluminium (Al), sulfate ( ). Pyrite ( ) merupakan senyawa yang umum dijumpai dilokasi
pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam mineral sulfida yang terdapat dalam batuan
dan mempunyai potensi membentuk air asam tambang seperti : marcasite ( ), pyrrotite ( ), chalcocite
( S), covellite (CuS) molybdenite ( ), chalcopyrite ( ), galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan arsenopyrite
(FeAsS). Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke sungai, danau atau rawa akan
merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya
penurunan kualitas air. Air asam tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan
struktur tanah, perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia air
permukaan. Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan oksigen. Air yang
masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama dari air hujan. Curah hujan yang
tinggi menyebabkan volume air dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk
kolam besar. Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-mineral sulfida
yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air ( O) dan oksigen ( ). Oksidasi logam sulfida dalam
membentuk asam terjadi dalam persamaan reaksi sebagai berikut : Reaksi pertama adalah reaksi
pelapukan dari pirit disertai proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro. 1. 2 + 7 + 2
→ 2 + 4 + 4 Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 48 (Pyrite + oxygen + water → ferrous iron +
sulfate + acidity) Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan dengan
oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman yang lebih banyak. 2. + 14 + 8 15 + 2 + 16
(Pyrite + ferric iron + water → ferrous iron + sulfate + acidity) Air asam tambang dapat terjadi pada
kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya
keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah
didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksidasi sulfur
menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang antara lain berasal dari : 1. Air Dari Tambang
Terbuka Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan penutup, sehingga
unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar oleh udara maka terjadilah oksidasi yang
apabila hujan atau air tanah mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang. 2. Air Dari Unit
Pengolah Batuan Buangan Material yang banyak terdapat limbah kegiatan penambangan adalah
batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan
bertambahnya kegiatan penambangan. Akibatnya batuan buangan yang banyak mengandung sulfur
akan berhubungan langsung dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida, selanjutnya dengan
adanya air akan membentuk air asam tambang. 3. Air Dari Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan
batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak
langsung dengan udara luar yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat adanya air. 4. Air Dari Unit
Pengolahan Limbah Tailing Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi
dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi karena adanya
penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya. 5.
Air Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian/Stockpile Bahan galian batubara yang dihasilkan dari
kegiatan penambangan diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan dipasarkan. Pada
proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu dikecilkan ukurannya dengan metode
penghancuran (crushing). Dalam proses penghancuran batubara disiram dengan air untuk
mengurangi debu,dimana terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini
berpotensi membentuk air asam tambang. 3.2. Dampak Buruk Air Asam Tambang Terbentuknya air
asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Adapun dampak negatif dari asam tambang tersebut antara lain yaitu : 1. Bagi masyarakat sekitar
Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung karena air
yang dipompakan kesungai telah dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk
mengetahui temperatur, kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan
terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk akan
terganggu. 2. Bagi biota perairan Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan
keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos dalam suatu
perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos
akan melimpah, sebaliknya pada perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan
hidup. 3. Bagi kualitas air permukaan Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan
menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami
perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan. 4. Kualitas air tanah
Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah
yang asam banyak mengandung logamlogam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini
merupakan unsur hara mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1,
Januari 2017 49 menyebabkan keracunan pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman
sehingga tanaman menjadi layu dan akhirnya akan mati. 3.3. Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam
Tambang Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu dilakukan upaya
pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini ada beberapa cara untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya air asam tambang. 1. Penempatan Selektif Menempatkan batuan yang
berpotensi membentuk air asam tambang PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak
berpotensi NAF (Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi
penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh mungkin
dari aliran air, selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi. 2. Manajemen Tanah
Manajemen tanah ini bertujuan untuk : 1) Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga
pencampuran dan degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi. 2) Menjamin kualitas tanah pucuk
sebagaimana adanya struktur, nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi. Pencegahan
pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut
sebagai pirit dengan air dan oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan
batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil
jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan
menempatkan PAF (Potentially Acid Forming) di bawah permukaan air di mana penetrasi oksigen
tehadap lapisan air sangat rendah atau dikenal dengan wet cover system, atau dibawah lapisan
batuan atau material tertentu dengan tingkat infiltrasi air . Metode lainnya dengan cara
pencampuran (blending) beberapa tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur,
sehingga menghasilkan suatu timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan kualitas yang
memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini pembentukan AAT dapat
dihindari. Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk berpotensi keluar dari lokasi
penambangan, dilakukan untuk mengembalikan nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti
kondisi normalnya atau kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah Pertambangan dan
Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan serta
pencemaran lingkungan pada usaha pertambangan. Secara umum pengolahan air asam tambang
dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment. 1. Active Treatment
Technologies Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan pemantauan oleh manusia
berdasarkan pada sumber energi eksternal dan menggunakan infrastruktur dan sistem yang
direkayasa. Terdiri dari : Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam,
presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang paling umum digunakan
pada perlakuan AAT skala besar adalah kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial,
mudah digunakan, teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan serta dikelola
dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala besar. Menambahkan
tawas pada air asam tambang sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk menjernihkan air. 2.
Passive treatment technologies Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi,
operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya digunakan adalah
memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni purun tikus. IV. PEMBAHASAN 4.1. Proses
Pengaliran Awal Air Asam Tambang Tahapan proses pengelolaan air asam tambang pada PT. Bhumi
Rantau Energi, pengaliran yang berasal dari pit (lubang bukaan tambang tambang) dan juga dari unit
pengolahan (crusher) sampai akhirnya dikembalikan lagi ke lingkungan. Lubang bukaan tambang (Pit)
merupakan areal penambangan, lubang bukaan (Pit) ini berukuran sangat luas dan terbuka sehingga
apabila hujan turun. Air yang berasal dari lubang Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 50
bukaan tambang (Pit) akan bereaksi dengan mineral sulfida (pirit) dan oksigen yang akhirnya
teroksidasi sehingga terbentuk air asam tambang (AAT). Air yang berasal dari lubang bukaan
tambang (Pit) ini selanjutnya dialirkan menuju sumuran (sump). Sump merupakan kolam
penampungan air yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsi sebagai
kolam pengendapan lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan. Sump ini
dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatannya pada jenjang
tambang dan biasanya dibagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut dengan sump permanen
karena dibuat untuk jangka waktu lama, biasanya terbuat dari bahan kedap air dengan tujuan untuk
mencegah peresapan air supaya tidak menyebabkan jenjang tambah longsor karena sump ini yang
pertama menerima air. 4.2. Proses Pemompaan Air Asam Tambang Pemompaan dalam hal ini
berfungsi untuk memindahkan atau membuang air dari tempat yang rendah yaitu dari sumuran
(sump) pada lantai kerja penambangan ketempat yang lebih tinggi/keluar tambang. Volume air yang
tertampung dalam sumuran (sump) jumlahnya akan semakin bertambah jika sejumlah air tersebut
tidak dipindahkan ke kolam pengendapan yang akhirnya dapat menghambat kegiatan penambangan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemompaan menuju kolam pengandapan (settling pond). Limbah
cair yang berada di tambang atau dari tempat pengolahan (crusher) terlebih dahulu dipompa
kesettling pond (kolam pengendap I). Air yang berada pada kolam pertama mengalir ke kolam dua
melalui saluran yang dibuat zig zag antara kolam yang satu dengan saluran kekolam yang lain. Pada
kolam yang kedua dilakukan proses pengolahan limbah atau yang disebut dengan kolam penawasan
atau pengapuran. Cara penawasan yaitu dengan memasukkan bahan tawas/aluminium sulfate
(〖AL〗_2 O_3) kedalam tandon yang sudah berisi air, kemudian diaduk-aduk setelah tawas sudah
mencair selanjutnya air tawas dalam tandon disemprotkan kekolam dua dengan menggunakan
pompa. Selain dilakukan penawasan juga dilakukan pengapuran yaitu dengan cara ditaburkan pada
setiap kolam. Pada kolam kedua air di alirkan menuju kolam ketiga, dan pada kolam ini air sudah
mulai jernih. Pada kolam terakhir/kolam ke empat inilah kolam tempat penampungan air yang sudah
jernih dan sudah siap untuk dibuang kebadan sungai. Selain dilakukan penawasan maupun
pengapuran juga dilakukan pemantauan pH air yang keluar dari kolam ke empat (outlet). Jenis
pompa yang digunakan adalah Multiflo MF 380 yang menggunakan tenaga mesin diesel. Sebelum
dilakukan proses penawasan atau penetralan, pada kolam pertama terlebih dahulu dilakukan
pengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Dari pengukuran pada outlet settling pond crusher
PT. Bhumi Rantau Energi diperoleh hasil pH atau tingkat keasaman yang rendah. Dan untuk
penjernihan dilakukan penawasan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses penetralan dengan
menggunakan kapur. 4.3. Proses Penetralan Pada Kolam Pengendap Kolam pengendapan (Settling
pond) merupakan kolam yang berfungsi untuk menyaring dan mengendapkan lumpur-lumpur hasil
dari penambangan yang terlarutkan oleh air serta sebagai tempat mengolah air sebelum dialirkan
kesungai, terutama menetralkan pH air yang bersifat asam. Air Asam Tambang tidak hanya berasal
dari kegiatan penambangan bisa juga dari proses penghancuran batubara. Sebelum batubara masuk
kedalam alat penghancur (Crusher) maka batubara tersebut disiram dengan air, yang bertujuan
untuk mengurangi debu yang dihasilkan ketika proses penghancuran dilakukan serta pada saat
krusher (crusher)beroperasi juga dilakukan penyiraman untuk membersihkan krusher (crusher) dari
partikel-partikel batubara. Air limpasan inilah yang berpotensi membentuk air asam tambang(AAT)
karena adanya mineral sulfida yang berada dalam batubara juga berpotensi merusak lingkungan.
Sehingga sebelum dibuang kelingkungan dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Hasil pemompaan
yang berasal dari kegiatan krusher (crusher) dialirkan ke kolam pengendapan (Settling pond) melalui
paritan yang dibuat Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 51 mengelilingi tempat pengolahan
(Stockpile). Pada PT. Bhumi Rantau Energi terdapat dua settling pond crusher yaitu settling pond
crusher 1 dan settling pond crusher 2. Di settling pond crusher 1 terdapat empat kolam dan settling
pond crusher 2 terdapat lima kolam. Kolam pertama berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur
atau sedimentasi, kolam kedua dan ketiga berfungsi sebagai kolam untuk penambahan tawas dan
kapur, kolam ke 4 difungsikan sebagai kolam parameter/acuan, karena air di kolam terakhir ini akan
langsung dialirkan ke badan sungai. V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab
sebelumnya dapat diambil kesimpulan, yaitu : 1. Sumber-sumber Air Asam Tambang (AAT) adalah air
dari tambang terbuka dari unit pengolahan batuan buangan, air dari unit pengolahan limbah dan dari
tempat penimbunan bahan galian. 2. Metode pengolahan air asam tambang yang ada di PT. Bhumi
Rantau Energi adalah dengan metode active treatment. 3. Air yang berpotensi air asam tambang
tidak hanya berasal dari pit tapi juga yang berasal dari unit pengolahan (crusher). 4. Air yang
berpotensi menjadi air asam tambang yang berasal dari pit dialirkan menuju sumuran (sump), lalu
dipompa menuju settling pond. 5. Sebelum dilakukan proses penetralan, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran pH menggunakan pH meter. 6. Proses menurunkan tingkat kekeruhan pada settling pond
crusher adalah dengan cara menambahkan larutan tawas. 5.2. Saran 1. Proses pengelolaan air asam
tambang agar dapat dilakukan lebih efektif untuk menghindari dampak negatif bagi lingkungan
maupun masyarakat yang bermukim di sekitar tambang. 2. Pemantauan pH dan debit air limbah
harus dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan tingkat keamanan lingkungan perairan.
3. Tanggul-tanggul yang ada disettling pond sebaiknya ditanami pepohonan agar lebih kuat. 4. Untuk
penambahan kapur dan tawas dikolam (settling pond) supaya dapat dilakukan penelitian/pengujian
lebih lanjut agar dalam penambahannya dapat mengetahui dosis yang optimum. *) Dosen Tetap
Politeknik Syakh Salman Al Farisi Rantau. Kab. Tapin. Kalimantan Selatan DAFTAR PUSTAKA Arliani,
Nurul. 2012. Aktivitas Pengolaan Air Asam Tambang PT. Bhumi Rantau Energi. Rantau Sari, Intan
Lianita. 2012. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang. [online] dari www. blogspot. Com
Pengelolaan Air Asam Tambang. [online] dari www. scribd. Com Abfertiawan. 2011. Konsep
Pencegahan Air Asam Tambang. [online] dari http//abfertiawan. blog. com Metode Pengolahan
Tambang Umum. 2013. [online] dari sintaloh. blogspot. com Air Asam Tambang dan Pengelolaannya.
2013. [online] dari Tambangunsri. blogspot. com Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Penambangan.
2012. [online] dari pabrisianturi. blogspot. com Kamus Istilah Pertambangan. Energi dan Sumber
Daya Mineral Sipahutar, Renni. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Air Asm Tambang di IUP Tambang
Air Laya PT. Bukit Asam. Universitas Sriwijaya. Palembang Dkk, Herniwanti. 2012. Simulasi Aliran Air
Asam Tambang. Universitas Brawijaya. Malang Gautama, R. S. 2012. Pengelolaan Air Asam Tambang.
ITB. Bandung Gautama, R. S. 2012. Pelatihan Tentang Air Asam Tambang Februari 2012. Bandung
Gautama, R. S. 2004. Pengantar Air Asam Tambang. ITB. Bandung Nugraha, Candra. Upaya
Pencegahan Pembentukan Air Asam Tambang. 2012. ITB. Bandung Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1,
Januari 2017 52 Dkk, Wulan, Praswati. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Kougulan pada Unit
Pengolahan Air Limbah Batubara. Depok Notosiswoyo, sudarto. 3003. Upaya Penanganan Air Asam
Pada Lahan Bekas Tambang (Kecil) Batubara. Dkk, Enggal, Nurisman. 2012. Studi Terhadap Dosis
Penggunaan Kapur Tohor pada Proses Pengolahan Air Asam Tambang pada Kolam Pengendap
Lumpur Tambang Air Laya PT. Bukit Asam Tbk. Jurnal Teknik Patra Akedemika. Palembang Sum-Sel.
Iman, M. S. 2010. Dampak Air Asam Tambang Terhadap Kualitas Air Tanah Disekitar Area
Pertambangan. Banjarbaru Peraturan Menteri ESDM No. 113 tahun 2003 UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup AMDAL pasal 22-23 www.airasamtamba
Oase Batubara untuk PLTU Bisakah Dihentikan?
March 13, 2017 Donny Iqbal, Cirebon Energi
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon I di Desa Kanci,
Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Beberapa waktu lalu.
Masyarakat menggugat perihal izin PLTU II yang akan dibangun tahun ini
ke PTUN Bandung. Gugatan tersebut dilatarbelakangi akibat dampak yang
ditimbulkan PLTU I terhadap lingkungan dan ekonomi masyarakat
setempat. Foto : Donny Iqbal
Andaikan target 35000 MW adalah hal yang ingin dicapai, menurut data
Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi ESDM pemerintah berencana
membangun kelistrikan dari 68% PLTU, 19% pembangkit listrik tenaga
panas bumi (PLPT) dan 3% pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Tumpukan batubara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Cirebon I di
Desa Kanci, Astanajapura, Cirebon, Jabar, pada awal Maret 2017.
Keberadaan PLTU membuat masyarakat setempat menjadi sulit mencari
ikan karena jumahnya yang terus menurun. Foto : Donny Iqbal
Pembangunan PLTU
Di tanah air, keberadaan PLTU masih menjadi pro dan kontra. Rakyat
Penyelamat Lingkungan mewakili masyarakat Cirebon yang didampingi 17
pengacara melayangkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) Bandung, bernomor 124/G/LH2016/PTUN/BDG.
Saat ini, proses sidang telah memasuki agenda ke-8 dengan tahapan
sidang pemeriksaan setempat oleh PTUN Bandung. Dengan gugatan
terkait surat Keputusan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu
Provinsi Jawa Barat Nomor 660/10/191020/BPMPT/2016 tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Pembangunan dan Operasional PLTU Kapasitas
1×1000 MW oleh PT Cirebon Energi Prasarana, tertanggal 11 Mei 2016.
Dua orang anak berjalan di kawasan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
Cirebon I di Desa Kanci, Astanajapura, Cirebon, Jabar, pada awal Maret
2017. Menurut Greenpeace, PLTU berbahan batubara berpengaruh pada
kesehatan karena mencemari udara karena asapnya mengandung polutan
berbahaya. Foto : Donny Iqbal
Sementara itu, Willy Hanafi salah satu kuasa hukum yang mendampingi
gugatan masyarakat menerangkan bahwa pembangunan PLTU sendiri
berdampak pada hak warga atas lingkungan baik, sehat dan memeperoleh
mata pencaharian untuk sumber kehidupannya.
“Yang kami gugat sebetulnya izin pembangunan PLTU II. Karena dengan
adanya PLTU I saja dampaknya sudah terasa terutama dari segi
lingkungan menjadi rusak. Contohnya keberadaan ikan yang dulunya ada
sekarang sudah jarang sehingga berimplikasi pada perekonomian warga,”
tutur dia.
Di tempat yang sama, Surip (42) warga sekitar mengaku resah dengan
adanya rencana pembanguan PLTU II. Pasalnya sejak pembanguan tahun
2005 dan mulai beroprasi PLTU I tahun 2012, menurut Surip telah
berpengaruh pada lingkungan.
“Dulu sebelum ada PLTU tidak jauh dari pesisir pantai dan hanya
menggunakan pelampung bisa dapat ikan paling minimal 20 – 30 kilo
dalam sehari. Lumyan kalau dirupiahkan bisa bawa pulang uang 300.000,”
ujarnya.
Dia menyebutkan ikan kakap, ikan sembilang dan ikan lainnya kadang
mudah didapat dengan jaring. Namun, semenjak PLTU membuang air
panas bekas pembakaran batubara langsung ke pantai berpengaruh
terhadap ketersediaan biota laut. Sehingga ikan yang dulunya mudah
didapat sekarang menjadi sulit.
“Dulu pas proses pembangunan pernah ada santunan dari PLTU sebesar
Rp4 juta. Katanya sebagai biaya tambak kerang warga yang mati
keracunan. Tapi itu hanya sekali dan tidak ada lagi santunan warga
ataupun berbaikan pantai,” kata dia.
Sarnah (43) warga sekitar yang berprosesi sebagai nelayan juga
mengeluhkan hal yang sama yakni susahnya mencari ikan. “Perahu saya
kecil jadi tidak bisa melaut terlalu jauh. Dulu berangkat jam 7 malam
pulang pagi dapatnya lumayan. Duh kalo sekarang susah kadang dapet
sedikit,” keluhnya.
***
Sekitar setengah batubara berasal dari provinsi yang kaya dengan sumber
daya alam yaitu Kalimantan Timur. Untuk membayangkan skala industri
ini, anda cukup hanya berdiri di jembatan utama di pinggir sungai
Mahakam, Samarinda dan melihat banyaknya tongkang yang lewat di
sungai setiap beberapa menit.
Tambang terbuka PT Kitadin coal mine, yang sebagian besar dimiliki oleh
perusahaan Thailand, Banpu, dekat dengan Samarinda, Kalimantan Timur
(Agustus 2014). Foto: David Fogarty,
Ketahanan Energi
Sebaliknya bagi kalangan LSM, sektor ekstraktif ini perlu dikekang. Mereka
menunjuk ancaman dari pembakaran batubara dalam mendorong
perubahan iklim. Mereka mengatakan Indonesia perlu lebih fokus pada
investasi energi terbarukan dan membatasi konflik antara tambang dan
masyarakat lokal, yang tanahnya semakin terancam.
Namun, bagi kalangan LSM, kebijakan pemerintah yang diambil bisa jadi
penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana menghadang
berbagai masalah lingkungan dan sosial yang terjadi akibatnya maraknya
pemberian ijin dan pertambangan yang ada.
“Saya pikir akan ada lebih banyak masalah karena setengah izin
pertambangan selesai dalam 10 atau 15 tahun ke depan. Prediksi saya
pada tahun 2020, kita akan memiliki kerusakan lingkungan yang sangat
serius. Itu baru satu masalah. Juga akan ditambah dengan berbagai isu
lain, seperti masalah kesehatan dan konflik lahan,” papar Merah
Johansyah, Koordinator Jatam Kaltim, LSM yang fokus terhadap masalah
pertambangan.
Dari total ijin yan ada, 1.461 terdaftar sebagai lokasi tambang yang
tidak clean and clear karena berbagai penyimpangan, seperti area
tumpang tindih dengan konsesi pertambangan lain atau dengan konsesi
pertanian.
Dan tidak ada yang tahu berapa banyak batubara ilegal yang diproduksi
dan diekspor. Sementara 421 juta metrik ton adalah angka produksi resmi
untuk 2013, sumber lain menyebutkan bahwa produksi batubara hampir
500 juta metrik ton, dengan kelebihan 50-60 juta adalah yang disebut
dengan “ekspor hilang”. Pihak lain bahkan berani menyebutkan produksi
ilegal yang lebih tinggi lagi.
Bekerjasama dengan BPK dan KPK, Kementerian ESDM saat ini bekerja
untuk fokus pada 12 provinsi dengan angka tertinggi ijin pertambangan.
Tujuannya adalah untuk meninjau legalitas ijin, memeriksa apakah
perusahaan tambang memiliki nomor identitas pajak yang valid,
membayar pajak mereka secara penuh dan apakah terdapat ijin tambang
tumpang tindih dengan perkebunan kelapa sawit dan konsesi
pertambangan lainnya dan kawasan hutan lindung, sebuah masalah yang
umum dijumpai di Indonesia.
Sampai saat ini, program ini telah menyebabkan penangguhan lebih dari
300 izin pertambangan yang dikeluarkan oleh pejabat setempat.
“Di Indonesia, anda dapat melihat perbedaan yang nyata antara yang
disebut formal dan yang kurang formal. Di sana jelas ada masalah
lingkungan untuk sektor yang kurang diatur, seperti penambang ilegal
atau pemain skala kecil,” jelas Sacha Winzenried, penasihat senior bidang
energi, utilitas dan pertambangan PwC.
***
Menurut sumber yang terlibat dalam penyelidikan yang dipimpin oleh KPK,
10.922 izin ini dimiliki oleh 7.834 perusahaan. Dari jumlah tersebut, 17
persen diantaranya tidak memiliki nomor pajak. Konsesi pertambangan
juga bekerja di dalam kawasan hutan negara. Tumpang tindih terjadi
untuk sekitar 26 juta hektar kawasan hutan yang ironisnya tidak lagi
berhutan.
Menurut sumber ini, ijin yang dikeluarkan ini juga mencakup 1,3 juta
hektar hutan konservasi, yang sama sekali tidak diijinkan untuk
pertambangan. Selain itu, izin juga mencakup lima juta hektar hutan
lindung, yang secara aturan hukum terlambang untuk pertambangan
terbuka.
Sebuah studi yang diterbitkan pada awal tahun ini menemukan bahwa
pertambangan batubara adalah salah satu penyebab utama deforestasi,
selain penyebab lain karena pembukaan perkebunan sawit, dan
pembukaan hutan untuk kepentingan pulp.
Studi ini meneliti hilangnya hutan untuk konsesi industri diantara tahun
2000 dan 2010 dan menemukan bahwa pertambangan batubara telah
menyebabkan 300.000 hektar hutan hilang dibandingkan 1,6 juta hektar
konsesi kelapa sawit.
“Kami setuju bahwa setiap orang membutuhkan energi. Tapi kami tidak
ingin energi datang dari mengancam orang-orang, yang berasal dari
perampasan tanah. Kita perlu mengubah pola pikir orang,” jelas Hendrik
Siregar dari Jatam, dalam sebuah wawancara baru-baru ini di Samarinda.
Pola pandang Jatam dapat dipahami jika melihat dampak lingkungan yang
timbul dari pertambangan batubara yang terjadi di Kaltim.
***
Sekitar 40 menit berkendara dari pusat kota adalah desa Makroman. Para
petani mencari nafkah dengan menanam padi dan buah-buahan seperti
rambutan dan durian. Desa ini berada di bawah ancaman tambang yaitu
CV Arjuna, yang melakukan pembersihan area lahan untuk operasi
tambang terbuka mereka.
Niti Utomo, adalah seorang petani padi dan buah di desa Makroman. Dia
mengatakan tambang batubara yang berdekatan dengan lahannya telah
menghancurkan persediaan air setempat, yang menyebabkan turunnya
hasil panen. Utomo mengeluh hasil panen padinya turun akibat kurangnya
air dan maraknya hama. Penduduk desa lainnya mengatakan hal yang
sama.
Niti Utomo, petani dari Desa Makroman yang desanya terancam oleh
tambang CV Arjuna. Foto: David Fogarty
Perusahaan mulai mengembangkan tambang beberapa tahun yang lalu
dan sekarang mengelilingi desa dan lahan pertanian pada dua sisi. Lubang
besar telah digali untuk mengekstrak batubara, meratakan bukit-bukit dan
hutan dan mengganggu pasokan air untuk sawah. Warga desa mengeluh
secara teratur kepada pemerintah kota tentang praktik pertambangan
perusahaan tapi pemerintah tidak pernah mendengarkan.
Sementara itu perusahaan tambang telah membangun bendungan untuk
irigasi, meskipun pada saat musim kemarau bendungan ini mengering dan
meninggalkan tanaman padi layu di musim kemarau. Pada akhirnya, CV
Arjuna ingin mengambil alih seluruh 365 hektar di desa dengan
menawarkan sejumlah besar uang kepada pemilik, beberapa di antaranya
telah diterima.
“Tidak baik,” jawab Wiwit Mei Guritno, birokrat pada Badan Lingkungan
Hidup (BLH) Kaltim ketika ditanya tentang pemantauan pertambangan
batubara. Hal ini diamini oleh Priyo Harsono, Kabid Pengkajian Dampak
Lingkungan, BLH Kaltim, kolega Wiwit yang menyebutkan masalah utama
pemantauan kinerja tambang adalah terkait dengan kualitas pemantauan
yang ada di tingkat kabupaten yang hingga saat ini dirasa lemah.
Menurut Harsono, Kantor BLH memiliki kewenangan untuk memeriksa
tambang dan saat ini memiliki enam inspektur lingkungan. Mereka
bekerjasama dengan delapan orang inspektur pertambangan di kantor
pertambangan provinsi untuk melakukan pemeriksaan.
“Yang sedang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah berupaya untuk
menempatkan kontrol yang lebih kuat, seluruh elemen proses akan
menjadi lebih lambat, tetapi itu sebuah proses yang harus terjadi,” ujar
seorang eksekutif pertambangan senior.
Dengan pemikiran ini, maka diperlukan suatu cara pandang baru untuk
mencari energi terbarukan yang dapat diandalkan dan ramah lingkungan.
Indonesia Targetkan Penurunan Emisi Karbon 29% pada 2030
September 2, 2015 Sapariah Saturi dan Indra
Nugraha Hutan, Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup, xPertanian
Siti mengatakan, pada 2030, penekanan emisi terbesar dari sektor energi
tak lagi kehutanan. “Mengapa dari land base ke energi karena energi ada
transportasi, industri juga gaya hidup. Ke depan kita punya kehidupan
berbeda, hingga diperkirakan penyediaan dan langkah-langkah
pembangunan akan ke sana. Sekaligus gaya hidup dan cara pahami
konservasi dan aktualisasi diharapkan sudah lebih baik,” katanya.
Negara lain, katanya, dalam INDC ada yang hanya menekankan mitigasi,
hampir tidak ada adaptasi. “Indonesia mau berimbang. Adaptasi dan
mitigasi berimbang.” Mengapa adaptasi penting, katanya, karena
Indonesia, memiliki pantai terpanjang kedua setelah Kanada dan layak
huni.
Sarwono K (Ketua DPPI, paling kiri), bersama Siti Nurbaya, Menteri LHK,
Rahmat Witoelar, Urusan Khusus Presiden dan Wimar Witoelar (Pendiri
YPB) dalam diskusi soal CPO 21 dan INDC di Manggala Wanabhakti, Rabu
(2/9/15). Foto: Sapariah Saturi
Belum sejalan dan tak jelas
Dia menilai, dokumen INDC hal yang berbau politis karena baru efektif
2020. Pemerintah yang berkuasa saat ini tak akan terlibat kecuali
mencalonkan kembali dan terpilih.
Begitu juga di PLTU Cirebon. Hasil tangkapan ikan nelayan menurun, dan
tanah tercemar. Garam petani berubah menjadi kehitaman.
Indonesia, katanya, emitor CO2 terbesar keenam dunia. Sekitar 25% dari
energi. Ada 50 PLTU terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera dengan
kapasitas 19.404 MW.
“Di dokumen INDC jelas disebutkan green coal technology yang dimaksud
Bappenas dan penyusun dokumen adalah teknologi ultra super critical
untuk pembangkit baru. Efesiensi meningkat 32% ke 42%,” katanya.
Saat ini, ada tiga teknologi PLTU global: sub-critical, super-critical, dan
ultra-super-critical. Teknologi ultra-super-critical ini, katanya, diklaim
digunakan di Batang dan sekarang di Jepara. Targetnya, 60% PLTU
menerapkan teknologi ini 2030. “Teknologi batubara bersih itu mitos.”
“Jadi pembakaran batubara lebih efisien tetapi sama sekali tidak berbicara
pengurangan emisi signifikan atau tidak. Jadi antara sub-critical dan ultra
super-critical, pengurangan emisi hanya 10-12%. Akhirnya ini hanya
berbicara bagaimana PLTU batubara mendapatkan keuntungan maksimal
dengan memanfaatkan teknologi ini.”
Lahan pertanian Alfrid sekitar dua hektar rusak parah. Warga Desa Danau,
Kecamatan Awang, Barito Timur, Kalimantan Tengah ini menduga
kerusakan lahan karena tercemar limbah perusahaan batubara, PT
Bangun Nusantara Jaya Makmur (BNJM) dan PT Wings Sejati. Dia berusaha
mencari keadilan. Alfrid melapor ke Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD), Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben), DPRD hingga Bupati
Barito Timur. Sayangnya, hingga kini tak ada penyelesaian berarti.
“Ladang saya jarak hanya 100 meter dari Sungai Benuang. Di sungai itu
limbah datang dari perusahaan menuju DAS Paku. Limbah langsung ke
ladang saya. Akibatnya, 2015-2016, saya gagal panen karena limbah
Wings Sejati dan BNJM,“ katanya di Palangkaraya, Minggu (25/9/16).
“Saya tak bisa masuk ke camp induk karena dicegah sama TNI, tak boleh
masuk. Saya terpaksa pulang,” katanya.
Setelah sampai di rumah, dia berdiskusi dengan keponakan, Boy,
kebetulan aktivis dari Indonesian Centre for Environmental Law (ICEL).
“Boy menyarankan kalau bisa buat pengaduan. Saya buat pengaduan
mulai 30 Mei 2016 dengan keluhan ke DPRD Bartim,” katanya.
“Pada 14 Juni 2016, saya mengadu ke Bupati Bartim. Tak dapat tanggapan
serius. DPRD Bartim sudah keluarkan rekomendasi, namun pemda tak
menanggapi,” katanya.
Perusahaan tambang di Bartim, diduga penyebab pencemaran air sungai
dan lahan. Warga kesulitan sumber air, dan lahan tani pun rusak. Foto:
Hendar
“Banyak gagal panen, di pinggir lahan saya juga rusak. Dulu, sebelum
ada pertambangan, air sungai aman konsumsi. Untuk keperluan lain
seperti mandi dan mencuci. Sekarang setelah, kami tak ada pilihan lain.
Meski tercemar, tetap pakai air sungai. Untuk mandi meski menimbulkan
gatal-gatal,” ujar dia.
“Kalau dia masih merasa dir penegak hukum, wajib melindungi warga.
Bukan sebaliknya.”
Plang segel KLHK yang dipaksa dicabut oleh sekelompok orang. Hingga
kini, penanganan kasus kebun sawit lahan warga kelolaan ‘bapak angkat’
perusahaan ini tak jelas. Foto: KLHK
Kanal dibuat menoreh gambut dalam di Ogan Komering Ilir, Sumsel. Lahan
gambut bekas terbakar yang izin pelepasan hutan buat tebu ini malah
ditanami sawit. Foto: Humas KLHK
“Terbitnya SP3 dan dua putusan ini menimbulkan reaksi keras dari
nelayan dan pemerhati lingkungan, ” kata Dodo, panggilan akrabnya.
Kebakaran hutan dan lahan sebagai bentuk tata kelola lingkungan yang
buruk.
Tata kelola hutan dan lahan
Dari segi lingkungan, pembukaan lahan dengan cara bakar masih jadi
pilihan karena dianggap murah dan efisien. Padahal, pembakaran jelas
penyumbang emisi utama dari Indonesia.Belum lagi, katanya, penerimaan
perpajakan dari sawit makin menurun, pembahasan RUU ini pun makin tak
relevan.
Dengan kata lain, RUU justru hanya menfasilitasi kemudahan untuk pelaku
usaha sawit dalam menanam modal maupun perluasan lahan.
Sorotan ICEL lain soal realisasi capaian target perhutanan sosial, hingga
November 2016 baru 1,6 juta hektar hutan sosial ditetapkan dari 12, juta
hektar target.
“Masih ada 100 lebih PLTU lain kemungkinan besar menimbulkan dampak
buruk serupa yang terjadi karena tak ada pengkajian ulang baku mutu
emisi dari PLTU.”
Persawahan dengan latar belakang hutan adat Serampas nan lebat dan
terjaga. Foto: Elviza Diana
Harapan 2017
Lantas bagaimana harapan 2017? ICEL berharap, kata Henri, ada strategi
arah kebijakan lingkungan oleh pemerintah mulai dari legislasi hingga
pelaksanan.
TUGAS MAKALAH
TENTANG
ELLYN NORMELANI,M.Pd.
DI SUSUN OLEH :
RINI RAHMIATI
A1A510231
A / 2010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
BANJARMASIN
2011 / 2012
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber
daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara
sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton
diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan
dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4
di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi
salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas
ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan
penal law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada
tataran implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang
dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat degradasi fungsi
lingkungan hidup.
Jenis Batubara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya
batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis
batubara, diantaranya adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai
ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai
kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak
dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai
cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan
harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri
dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua
b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang
c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang
yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat
bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah tercuci .
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan yang beroperasi adalah sistem
tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan sistem
tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga
terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang
dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya
mineral, (Suhala eta/., 1995).
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi.
Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena
jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah
dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat
agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya
adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke
processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah
sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem
hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Pengangkutan Batu Bara
pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari,
menggali, mengolah, memanfaatkan dan menjual hasil
dari bahan galian berupa mineral, batu bara, panas
bumi dan minyak dan gas.Seharusnya kegiatan
pertambangan memanfaatkan sumberdaya alam
dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian
lingkungan hidup tetap terjaga.
Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan
lain-lain dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah
permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering
dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun
pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui
bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang
dapat menimbulkan kerusakan di tempat
penambangannya.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain
pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan
meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut
kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan
tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar
menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan
infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan
dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak
yang berpindah mendekati lokasi penambangan
tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan
penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan
di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan
bahwa penambangan dapat menimbulkan dampat
negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih
penambangan yang hanya mementingkan laba, yang
tidak menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan
lingkungannya.
Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa
infestasi telah menelan banyak biaya, yang bila
semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga
pinjaman, maka faktor yang paling mudah dihapuskan
adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk
meningkatakan kualitas lingkungan dan
memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan
tersebut, atau dikenal sebagai Internasionalisasi biaya
eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu
penambangan berubah. Dalam hal ini, faktor harga
komoditas mineral sangat penting, tetapi lebih penting
lagi pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana
suatu jebakan mineral dapat disebut ekonomis. Upaya
lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan
teknologi proses.
Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan
penambangan berskala besar, baik dalam ukuran
teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar
pula. Namun pengendaliannya lebih memungkinkan
ketimbang pertambangan yang menggunakan
teknologi yang tidak memadai apalagi danannya
terbatas.
Memang pada kenyataannya, perubahan
permukaan bumi yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan terbuka dapat mempengaruhi
keseimbangan lingkungan. Hal ini disebabkan kerena
dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh
tanah atau soil harus dikupas sehingga hilanglah media
untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak
keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah
yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk proses
pembentukannya.
Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil
dan bopeng-bopengnya permukaan bumi,
penambangan juga menghasikan gerusan batu, mulai
dari yang kasar sampai yang halus yang merupakan
sisa atau ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya
selalu menggunung di lokasi penambangan atau
dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir dan
sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa
berakibat pada pencemaran sungai yang menyebabkan
ekosistem sungai bisa terganggu. Manusia yang
ditinggal disekitar sungai juga akan terkena dampak
dari pencemaran ini.
Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah
Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah
bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah
lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing serta
buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari
berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;
kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi
tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda
asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat
juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air,
tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan,
radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi
radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan
memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi
merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan
membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi
merkuri.
2. Pencemaran udara
logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam
tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya,
degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas
ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan
laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.
Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,Dampak penurunan kes
uburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan
merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah
yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut.
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn),
Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini
menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek
jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai
logam berat : seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium,
cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika
dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah,
Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur.
Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh,
Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut.
Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b),
Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker
kulit.
a. Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak
pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya
pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan.
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya
menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang
mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan
nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah
diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi
lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang
berubah.
Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com
mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil
batubara terbesar no.2 setelah Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang
dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar
Ton. Nanun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber
wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan
penambanganya.
pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya
dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga
jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan kelangkaan air di banyak
tempat. Polutan beracun yang keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama
penyakit pernapasan akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak balita dan janin
dalam kandungan ibu hamil yang tinggal di sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting,
pembakaran batubara di PLTU adalah sumber utama gas rumah kaca penyebab perubahan
iklim seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang
ditinggalkan setelah dieksploitasi habis, limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam
tambang asam, dan erosi tanah hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak
adalah adalah kondisi permanen yang tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang
masyarakat, tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan
dari limbah tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.
diakibatkan oleh energi kotor ini—masing-masing dengan caranya sendiri. Kerusakan ini
output yaitu pemanfaatan yang optimal dan bijak terhadap sumberdaya alam yang tak
dampak ekologis dari kegiatan pasca tambang memacu untuk dipikirkan terlebih dahulu, serta
dilakukan penelitian dan penaatan ruang karena bila tidak dilakukan kompehensip, maka
penutupan tambang hanya akan meninggalakan kerusakan bentang alam dan lingkungan.
Untuk itu diperlukan upaya penanggulanan pencemaran dan kerusakan lingkungan pada saat
operasi maupun pasca ditutupnya usa tambang sebagai berkesinambungan yang pada intinya
adalah upaya yang bisa untuk menghilangkan dampak dari kegiatan tambang dengan
melakukan suaru gran desain dan krontruksi kegiatan tambang yang berdampak lingkungan
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam
mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di
indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan
yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia
dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat
dihindari.
dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-
pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan
mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari
ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar
dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan
nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat
penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law
enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina
Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan
eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan
juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun
pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat
Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang bisa
dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas
kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat
diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga