TUGAS PAPER
TENTANG
AMDAL PERTAMBANGAN
ANDRIANO DWICHANDRA
09.110.1044
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber
daya energi yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batubara
sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton
diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batubara berada di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4
di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi
salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas
bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara
ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan
dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Jenis Batubara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya
batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis
batubara, diantaranya adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai
ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai
kandungan air kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai
kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak
dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai
ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri
memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri
berpori dan kadar air diatas 75%.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan
harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri pertambangan
batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baikdari segi aspek fisik, perdagangan,
sosial ekonomi maupun aspek politik.
b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang
dikembalikan ke dalam lubang galian.
c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi
kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan
organik humus atau unsur hara telah tercuci .
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi.
Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena
jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah
konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai
dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat
agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya
adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke
processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah
sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung
pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban
berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara
diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana
batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan
pipa.
Masih ada masalah dalam industri batubara. Kecelakaan dan korban jiwa dalam
tambang batu bara paling banyak terjadi di Cina. Sebagian besar kecelakaan terjadi di
tambang-tambang yang terdapat di kota kecil dan desa, yang seringkali beroperasi secara
tidak sah dimana teknik penambangannya merupakan tambang padat karya dan menggunakan
peralatan yang sangat sederhana. Pemerintah Cina telah mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan tingkat keselamatan, termasuk penutupan paksa tambang-tambang kecil dan
tambang-tambang yang tidak memenuhi standar keselamatan.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat
penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang
berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih
baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi
daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan
tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif
pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat menimbulkan
dampat negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan yang hanya mementingkan
laba, yang tidak menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya.
Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan banyak biaya, yang
bila semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling
mudah dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatakan
kualitas lingkungan dan memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau
dikenal sebagai Internasionalisasi biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit
suatu penambangan berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat penting,
tetapi lebih penting lagi pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan
mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan
teknologi proses.
Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik dalam
ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun pengendaliannya
lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak
memadai apalagi danannya terbatas.
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi
tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda
asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat
perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer
serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta
menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat
dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing),
kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan
karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan
maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan
agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam
bentuk bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para
pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan
tamparannya terhadap industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil
penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan
pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut
mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka
penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan. Seperti
halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah,
Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran
antara lain ;
1. Pencemaran air
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan,
dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop
radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi
radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun
akan memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi
merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan
dan dikonversi menjadi metil merkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan
membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi
merkuri.
2. Pencemaran udara
Polusi atau pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut
logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam
merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit
kronis seperti asma dan bronchitis kronis.
3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah
genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya,
degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini
mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah
dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Karena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn),
Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini
menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek
jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat
menyebabkan kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Batubara dan produk
buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung
berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium,
kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang
sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga
telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air,
tanah, Udara, dan hutan, air Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan
pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga
warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida
(Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat
yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya
menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan
menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang
mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan
nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah
diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi
lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang
berubah.
Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com
mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil
batubara terbesar no.2 setelah Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang
dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar
Ton. Namun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber
wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan
penambanganya.
Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah dasyat. Air dalam
jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan kelangkaan air di banyak
tempat. Polutan beracun yang keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama
penyakit pernapasan akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak balita dan janin
dalam kandungan ibu hamil yang tinggal di sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting,
pembakaran batubara di PLTU adalah sumber utama gas rumah kaca penyebab perubahan
iklim seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang
memperburuk kondisi iklim kita.
Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para pemegang
Kuasa Penambangan sehingga betul-betul melaksanakan AMDAL sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Peraturan perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak
diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman
Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL). Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar
kegiatan yang sudah berjalan atau yang disebut listing, yang didasarkan ada luas jangkuan
kegiatan dan skala produksinnya. Semua kegiatan penambangan yang termasuk dalam daftar
diharuskan membuat AMDAL, sedangkan tidak termasuk dalam daftar diharuskan membuat
UKL dan UPL. Kegiatan yang menyusun AMDAL adalah kegiatan penambangan yang
berada di lokasi yang sensitif terhadap lingkungan seperti hutan lindung, daerah cagar budaya
dan cagar alam. Dalam undang-undang No. 11/1967 mengenai pertambangan telah
dicantumkan pula daerah yang tidak diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan
penambangan antara lain kuburan, cagar budaya, bangunan penting seperti jembatan, instalasi
militer dan sebagainya.
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam
mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batubara yang ada di indonesia.
Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang
dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan
kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat
dihindari. Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari
permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari
energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan
eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan
juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun
pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat
-------------, http://rinirahmiati03.blogspot.com/2012/06/dampak-pertambangan-batu-bara-
terhadap.html.