Anda di halaman 1dari 16

Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan Sekitar

TUGAS PAPER

TENTANG

KEADAAN LINGKUNGAN DI SEKITAR AREA PERTAMBANGAN BATUBARA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH :

AMDAL PERTAMBANGAN

YANG DI SUSUN OLEH :

ANDRIANO DWICHANDRA

09.110.1044

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber
daya energi yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batubara
sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton
diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batubara berada di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4
di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi
salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas
bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara
ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan
dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis


sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk
memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan
hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi
(ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian,
karena pada tataran implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi
luas yang dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum
pidana sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran darat atau perusakan
lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma hukum
lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-undangan yang
disebabkan tumpang tindih kepentingan antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka selain urgennya
sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula pemberdayaan upaya-upaya lain untuk
mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat
degradasi fungsi lingkungan hidup.

Jenis Batubara

Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya
batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis
batubara, diantaranya adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.

1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai
ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai
kandungan air kurang dari 8%.

2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai
kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak
dijumpai di Australia.

3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai
ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.

4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri
memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.

5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri
berpori dan kadar air diatas 75%.

Metode Penambangan Batubara


Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan investasi yang besar
terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.

Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan
harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri pertambangan
batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baikdari segi aspek fisik, perdagangan,
sosial ekonomi maupun aspek politik.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua


metode yaitu (Sitorus, 2000) :

1. Penambangan permukaan (surface atau shallow mining) , meliputi tambang terbuka


penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.

2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan seperti

a. Menimbulkan lubang besar pada tanah.

b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang
dikembalikan ke dalam lubang galian.

c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.

d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi
kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan
organik humus atau unsur hara telah tercuci .

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan-perusahaan


yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Mining) . Penambangan batubara
dengan sistem tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga
terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.

Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang


dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral,
(Suhala eta/., 1995).

Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi.
Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena
jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah
konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai
dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat
agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya
adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke
processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah
sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem


hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Pengangkutan Batu Bara

Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung
pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban
berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara
diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana
batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan
pipa.

Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran


berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT) sampai kapal
berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton (Jt) batubara
diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah tersebut
diangkut melalui laut.

Pengangkutan batubara dapat sangat mahal – dalam beberapa kasus, pengangkutan


batubara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batubara. Tindakan-tindakan
pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batubara untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.
Keselamatan pada Tambang Batubara

Industri batubara sangat memperhatikan masalah keselamatan. Tambang batubara


bawah tanah yang dalam memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi daripada batubara
yang ditambang pada tambang terbuka. Meskipun demikian, tambang batu bara modern
memliki prosedur keselamatan standar kesehatan dan keselamatan serta pendidikan dan
pelatihan pekerja yang sangat ketat, yang mengarah pada peningkatan yang penting dalam
tingkat keselamatan baik di tambang bawah tanah maupun tambang terbuka.

Masih ada masalah dalam industri batubara. Kecelakaan dan korban jiwa dalam
tambang batu bara paling banyak terjadi di Cina. Sebagian besar kecelakaan terjadi di
tambang-tambang yang terdapat di kota kecil dan desa, yang seringkali beroperasi secara
tidak sah dimana teknik penambangannya merupakan tambang padat karya dan menggunakan
peralatan yang sangat sederhana. Pemerintah Cina telah mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan tingkat keselamatan, termasuk penutupan paksa tambang-tambang kecil dan
tambang-tambang yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Kerusakan Lingkungan dan kaitannya dengan pertambangan

Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah, memanfaatkan


dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batubara, panas bumi dan minyak dan
gas. Seharusnya kegiatan pertambangan memanfaatkan sumberdaya alam dengan
berwawasan lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.

Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan


yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan
kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa
banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat
penambangannya.

Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat
penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang
berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih
baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi
daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan
tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif
pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat menimbulkan
dampat negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan yang hanya mementingkan
laba, yang tidak menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya.

Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan banyak biaya, yang
bila semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling
mudah dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatakan
kualitas lingkungan dan memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau
dikenal sebagai Internasionalisasi biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit
suatu penambangan berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat penting,
tetapi lebih penting lagi pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan
mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan
teknologi proses.

Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik dalam
ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun pengendaliannya
lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak
memadai apalagi danannya terbatas.

Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh


kegiatan penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Hal ini
disebabkan kerena dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil harus
dikupas sehingga hilanglah media untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak
keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah yang memerlukan waktu ribuan tahun
untuk proses pembentukannya.

Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil dan bopeng-bopengnya permukaan


bumi, penambangan juga menghasikan gerusan batu, mulai dari yang kasar sampai yang
halus yang merupakan sisa atau ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya selalu
menggunung di lokasi penambangan atau dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir
dan sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa berakibat pada pencemaran sungai
yang menyebabkan ekosistem sungai bisa terganggu. Manusia yang ditinggal disekitar sungai
juga akan terkena dampak dari pencemaran ini.

Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah


lingkungan dan dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah
bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah
keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;

Kedua, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan antara


lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing serta
buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari
berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;

Ketiga, pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan


kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan
tambang dan gempa.

Dampak Penambangan Batubara

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi
tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda
asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat
perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).

a. Dampak Terhadap Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer
serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta
menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat
dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing),
kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan
karena transportasi alat dan pengangut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan
maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan
agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam
bentuk bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para
pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan
tamparannya terhadap industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil
penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan
pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut
mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka
penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan. Seperti
halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah,
Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran
antara lain ;

1. Pencemaran air

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air
menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan,
dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop
radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi
radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun
akan memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi
merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan
dan dikonversi menjadi metil merkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan
membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi
merkuri.

2. Pencemaran udara

Polusi atau pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut
logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam
merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit
kronis seperti asma dan bronchitis kronis.
3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah
genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya,
degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini
mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah
dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan


batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan prasarana
pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan, dampak penurunan kesuburan
tanah oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah
pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil atau overburden). Pengupasan tanah pucuk
dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana
susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi
dari lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan
tanah tersebut.

b. Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia,


munculnya berbagai penyakit antara lain :

1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Karena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn),
Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini
menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek
jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat
menyebabkan kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Batubara dan produk
buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung
berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium,
kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang
sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga
telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air,
tanah, Udara, dan hutan, air Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan
pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga
warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida
(Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat
yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

c. Dampak Sosial Dan Kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum

Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara


berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan,
meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang
ditimbulkan.

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya
menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan
menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang
mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan
nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah
diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi
lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang
berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com
mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil
batubara terbesar no.2 setelah Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang
dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar
Ton. Namun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber
wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan
penambanganya.

Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Para


pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya
dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga
membantu kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.

Pembakaran Batubara Dan Ancaman Terbesar Terhadap Iklim Kita

Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah dasyat. Air dalam
jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan kelangkaan air di banyak
tempat. Polutan beracun yang keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama
penyakit pernapasan akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak balita dan janin
dalam kandungan ibu hamil yang tinggal di sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting,
pembakaran batubara di PLTU adalah sumber utama gas rumah kaca penyebab perubahan
iklim seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang
memperburuk kondisi iklim kita.

Pertambangan Batubara Yang Ditinggalkan Dan Limbah Pembakaran Batubara

Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di saat


pembakarannya. Di ujung rantai kepemilikannya, terdapat pertambangan batubara yang
ditinggalkan setelah dieksploitasi habis, limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam
yang rusak tanpa pernah akan bisa kembali seperti sediakala.
Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis, meninggalkan segudang
masalah untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lubang-lubang raksasa, drainase
tambang asam, dan erosi tanah hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak
adalah adalah kondisi permanen yang tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang
dilakukan untuk mengembalikannya.

Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan kesehatan


masyarakat, tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan
dari limbah tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.

Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan kerusakan yang


diakibatkan oleh energi kotor ini—masing-masing dengan caranya sendiri. Kerusakan ini
nyata dan mematikan.

Lingkungan Pasca Tambang

Kegiatan pasca tambang pembangunan yang berkelanjutan semestinya menghasilkan


output yaitu pemanfaatan yang optimal dan bijak terhadap sumberdaya alam yang tak
terbaharukan, serta berkesinambungan terhadap keseterdiaan sumber daya alam. Adanya
dampak ekologis dari kegiatan pasca tambang memacu untuk dipikirkan terlebih dahulu, serta
dilakukan penelitian dan penaatan ruang karena bila tidak dilakukan kompehensip, maka
penutupan tambang hanya akan meninggalakan kerusakan bentang alam dan lingkungan.
Untuk itu diperlukan upaya penanggulanan pencemaran dan kerusakan lingkungan pada saat
operasi maupun pasca ditutupnya usa tambang sebagai berkesinambungan yang pada intinya
adalah upaya yang bisa untuk menghilangkan dampak dari kegiatan tambang dengan
melakukan suaru gran desain dan krontruksi kegiatan tambang yang berdampak lingkungan
yang dikenal dengan AMDAL.

Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para pemegang
Kuasa Penambangan sehingga betul-betul melaksanakan AMDAL sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Peraturan perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak
diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman
Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL). Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar
kegiatan yang sudah berjalan atau yang disebut listing, yang didasarkan ada luas jangkuan
kegiatan dan skala produksinnya. Semua kegiatan penambangan yang termasuk dalam daftar
diharuskan membuat AMDAL, sedangkan tidak termasuk dalam daftar diharuskan membuat
UKL dan UPL. Kegiatan yang menyusun AMDAL adalah kegiatan penambangan yang
berada di lokasi yang sensitif terhadap lingkungan seperti hutan lindung, daerah cagar budaya
dan cagar alam. Dalam undang-undang No. 11/1967 mengenai pertambangan telah
dicantumkan pula daerah yang tidak diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan
penambangan antara lain kuburan, cagar budaya, bangunan penting seperti jembatan, instalasi
militer dan sebagainya.

Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambanga Batubara

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam
mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batubara yang ada di indonesia.
Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang
dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan
kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat
dihindari. Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari
permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari
energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh


penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (Control atau protective)


yaitu pengembangan sarana jalan atau jalur khusus untuk pengangkutan batubara
sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian)
akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker)
agar meminimalkan risiko terpapar atau terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan
terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya
reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah
perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang atau kawah
batubara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan
penambangan batubara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
(law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk
membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi
perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian
lingkungan.
KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan

eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan

juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun

pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat

diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan

sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana.

Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang


bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar
bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut
setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan tindakan
perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana.
DAFTAR PUATAKA

-------------, http://rinirahmiati03.blogspot.com/2012/06/dampak-pertambangan-batu-bara-

terhadap.html.

Anda mungkin juga menyukai