Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LIMBAH PERTAMBANGAN

Disusun Oleh :

Novyta Megananda

XII KP 3 / 19
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber daya
alam yang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya
alam non-hayati. Sumber daya mineral merupakan salah satu jenis sumber daya
non-hayati. Sumber daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Endapan bahan galian pada
umumnya tersebar secara tidak merata di dalam kulit bumi. Sumber daya mineral
tersebut antara lain : minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain.
Sumber daya itu diambil dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia.

Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dengan memperhatikan kelestarian hidup sekitar. Salah satu kegiatan dalam
memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan galian,
tetapi kegiatankegiatan penambangan selain menimbulkan dampak positif juga
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup terutama
perusahaannya, bentang alam, berubahnya estetika lingkungan, habitat flora dan
fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah, penurunan kualitas air atau
penurunan permukaan air tanah, timbulnya debu dan kebisingan.

Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat khusus
dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets atau
diusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan tumbuh atau
tidak dapat diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri pertambangan
merupakan industri dasar tanpa daur, oleh karena itu di dalam mengusahakan
industri pertambangan akan selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas,
baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya. Keterbatasan tersebut
ditambah lagi dengan usaha meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian dalam mengelola
sumberdaya mineral diperlukan penerapan sistem penambangan yang sesuai dan
tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun ekonomis, agar perolehannya dapat
optimal (Prodjosoemanto, 2006 dalam Ahyani, 2011).

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah


Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri
pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota
merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan pertambangan
merupakan suatu kegiatan yang meliputi: Eksplorasi, eksploitasi, pengolahan
pemurnian, pengangkutan mineral/bahan tambang. Industri pertambangan selain
mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap
pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan penambangan yang mengundang
sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan, apalagi
penambangan emas tanpa izin yang selain merusak lingkungan juga
membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si penambang
dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait (Yudhistira,
2008 dalam Ahyani 2011).

Seperti juga perusahaan pertambangan raksasa, masyarakat yang menambang ini


juga dituding sebagai sumber terjadinya degradasi lingkungan. Meskipun
dianggap termasuk sebagai pemicu peristiwa degradasi lingkungan, ancaman yang
paling serius dari mereka ternyata adalah adanya pencemaran merkuri.
Pencemaran ini terjadi sebagai akibat para penambang (dalam hal ini adalah
penambang emas primer) tersebut menggunakan merkuri dalam usaha
memisahkan emas dari material pembawanya. Selanjutnya merkuri yang
tercampur dengan dengan air buangan kemudian mencemari air tanah dan sungai.

1.2 Rumusan Masalah


- Seberapa besar tingkat pencemaran perairan akibat kegiatan penambangan?
- Apakah pengaruhnya terhadap perekonomian nelayan?
- Apakah solusi dari permasalahan tersebut?

1.3 Tujuan
- Mengetahui tingkat pencemaran perairan yang terjadi akibat kegiatan
penambangan.
- Mengetahu pengaruh pencemaran tersebut terhadap perekonomian nelayan.
- Menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

1.4 Manfaat
- Sebagai penambah wawasan mengenai bagaimana menanggulangi pencemaran
perairan akibat kegiatan pertambangan
- Sebagai informasi masyarakat umum
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Kegiatan Pertambangan


Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi Indonesia.
Pembangunan pertambangan bertujuan untuk menyediakan bahan baku bagi
industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan penerimaan negara serta
memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau


batu bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta pasca tambang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa usaha pertambangan bahan-bahan galian dibedakan menjadi 8 (delapan)
macam yaitu:

1. Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk


mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
2. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk,
dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian,
serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
3. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang
meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk
pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak
lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.
4. Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian
dampak lingkungan.
5. Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/atau batu bara dan mineral ikutannya.
6. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan
dan memperoleh mineral ikutan.
7. Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dan/atau batu bara dari daerah tambang dan/atau tempat
pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.
8. Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan mineral atau batu bara.

Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas:


1. Pertambangan mineral; dan
2. Pertambangan batu bara.

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan mineral
adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar
panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Pertambangan mineral
digolongkan atas:
1. Pertambangan mineral radio aktif;
2. Pertambangan mineral logam;
3. Pertambangan mineral bukan logam;
4. Pertambangan batuan.

Sedangkan batu bara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Pertambangan batu bara adalah
pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen
padat, gambut, dan batuan aspal.
2.2 Dampak Kegiatan Penambangan terhadap Perairan
Kegiatan penambangan sangat rentan terhadap isu-isu kerusakan lingkungan. Hal
ini dikaitkan dengan keberadaan bahan tambang itu sendiri yang cukup sulit
diambil sehingga diperlukan proses-proses yang cenderung destruktif. Pada
kegiatan penambangan emas, industri-industri penambangan umumnya
menggunakan bahan kimia berbahaya bahkan tergolong dalam logam berat.
Digunakannya bahan kimia tersebut bertujuan sebagai penghancur batu-batuan
yang mengandung emas, sehingga nantinya emas dan batuan dapat dipisahkan
dengan mudah. Jenis logam berat yang dipergunakan yaitu merkuri (Hg) atau
arsen (As) untuk kegiatan penambangan skala besar.

Pengunaan merkuri (Hg) dalam kegiatan tersebut sering menyebabkan


pencemaran lingkungan, salah satunya pencemaran air. Merkuri (Hg) yang
terbuang ke sungai, pantai, atau badan air dapat mengkontaminasikan ikan-ikan
kecil dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tanaman air (Rusli, 2005).
Selanjutnya ikan-ikan dan makhluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-
ikan atau hewan lainnya yang lebih besar atau masuk melalui tubuh melalui
insang, kerang dapat mengumpulkan merkuri (Hg) dalam cangkang (rumahnya).
Sebagian besar dari senyawa logam berat bersifat toksik, artinya dalam batas,
jumlah, atau konsentrasi tertentu dalam tubuh organisme dapat menyebabkan
kematian.

Di lingkungan perairan merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-


senyawa anorganik dan senyawa organik. Merkuri yang terdapat dalam
limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktivitas mikroorganisme
memenjadi komponen metil merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan
daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh
hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses
bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air,
sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan
hewan air. Sanusi (1980) mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi
merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up
take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekresi.
Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap
ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen.

Penggunaan Merkuri dan sianida dan pembuangan yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan pencemaran air sungai hulu sampai hilir. Jika limbah tambang
dibuang kesungai maka potensi dampak yang dapat ditimbulkan berupa :

1. Pendangkalan tambang, karena ampas tambang yang dibuang bertumpuk


dibadan sungai.
2. Perubahan alur sungai serta tertutupnya aliran sungai yang mengakibatkan
kepunahan spesies tertentu.
3. Banjir disekitar area lokasi buangan diwaktu musim hujan
4. Kekeruhan dialiran sungai terutama kearah hilir akan berakibat pada
kehidupan organisme (terutama bentos) dan ekosistem sungai
5. Kandungan senyawa berbahaya yang terkandung diampas tambang yang
terbawa oleh aliran sungai.

2.3 Dampak Pencemaran Perairan terhadap Perekonomian Nelayan


Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran perairan akibat kegiatan
pertambangan juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan. Dampak
dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil tangkapan
nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa negara Indonesia merupakan negara


maritim, yakni memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Sebagian besar warga
pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan. Para nelayan sangat menggantungkan
hidupnya pada hasil tangkapan di perairan. Dengan keberadaan merkuri serta
bahan-bahan kimia lain yang berbahaya telah menimbulkan pencemaran di
wilayah perairan sehingga mengakibatkan produktivitas perairan menjadi turun
seiring dengan turunnya kualitas badan air. Sifat toksik yang dihasilkan bahan-
bahan kimia tersebut dapat menyebabkan kematian sejumlah ikan yang menjadi
tangkapan para nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pendapatan nelayan yang menurun akibat pencemaran perairan secara tidak


langsung mempengaruhi Gross Domestic Product (GDP) negara Indonesia.
Akibat turunnya kualitas lingkungan, kemiskinan nelayan meningkat. Sebab
secara umum jumlah tangkapan nelayan menjadi berkurang, sehingga masyarakat
nelayan yang hidup dan bergantung pada sumberdaya lautan mengupayakan
berbagai strategi untuk dapat bertahan hidup (survival strategies) dari besarnya
dampak pencemaran. Hal ini mengakibatkan hilangnya mata pencaharian nelayan
yang secara langsung akan menurunkan tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat yang akses terhadap sumberdaya. Menurunnya kesejahteraan ekonomi
akan berdampak pada aspek kehidupan yang lain, misalnya pendidikan dan
kesehatan.

2.3 Solusi Permasalahan


Pada permasalahan ini terdapat dua aspek yang dikenai dampak buruk akibat
kegiatan pertambangan, yaitu aspek lingkungan terutama perairan dan aspek
ekonomi para nelayan. Maka dari itu, solusi yang ditawarkan terbagi menjadi dua
bagian, yakni dari sisi lingkungan (ekologi) dan dari sisi ekonomi.

Dari sisi ekologi, telah diketahui bahwa kegiatan pertambangan yang


mempergunakan bahan kimia berbahaya dapat menurunkan kualitas dan
produktifitas badan perairan. Maka, solusi yang mungkin bisa diterapkan adalah
dengan membangun tanggul atau bendungan di area perairan yang tercemar
limbah logam berat seperti merkuri. Cara ini merupakan adaptasi dari kasus Teluk
Minamata yang juga mengalami pencemaran merkuri. Pada intinya, tanggul yang
dibangun dimaksudkan untuk menjaga air serta lumpur yang tercemar agar tidak
ikut terbawa arus. Selanjutnya bendungan diintegrasikan dengan Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) tersendiri yang berfungsi mengkondisikan kembali
air serta komponen-komponen lain seperti semula atau sesuai dengan baku mutu
lingkungan yang sudah diatur.

Dari sisi ekonomi, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan
strategi-strategi bertahan hidup lain manakala terjadi pencemaran di perairan.
Adapun strategi-strategi secara ekonomi yang dapat diterapkan oleh para nelayan
yaitu:

1. Strategi berbasis modal sosial, misalnya sistem bagi hasil antara nelayan
dengan pedagang.
2. Strategi alokasi sumberdaya manusia, yaitu dengan pelibatan anggota
rumah tangga nelayan dengan diversifikasi kerja.
3. Strategi pola nafkah ganda.
4. Strategi finansial, dengan memanfaatkan tabungan dan inventasi.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kegiatan pertambangan membawa dampak buruk bagi lingkungan
perairan akibat penggunaan senyawa logam berat merkuri (Hg). Merkuri
dapat terakumulasi dalam tubuh organisme yang hidup di perairan dan
bersifat toksik atau mematikan pada konsentrasi tertentu.
2. Pencemaran lingkungan perairan akibat kegiatan pertambangan secara
nyata berpengaruh terhadap perekonomian nelayan. Merkuri yang
mencemari perairan berpotensi menurunkan kualitas dan produktifitas
perairan sehingga mengurangi hasil tangkapan nelayan.
3. Solusi untuk mengatasi dampak pencemaran perairan oleh kegiatan
penambangan terbagi dari sisi ekologi dan ekonomi. Dari sisi ekologi
berupa pembangunan bendungan serta Instalasi Pengolah Limbah (IPAL).
Sedangkan dari sisi ekonomi, khususnya bagi nelayan, dapat dilakukan
dengan penerapan strategi pertahanan hidup substitutif.

3.2 Saran
1. Kegiatan pertambangan di Indonesia harus dipantau secara ketat untuk
menghindari adanya penambangan ilegal yang seringkali mengabaikan
dampak negatif yang timbul pascapenambangan.
2. Setiap industri penambangan perlu melakukan recovery terhadap
lingkungan pada tahap pascaoperasi kegiatan penambangan agar dampak
yang merugikan dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

Sanusi, Harpasis S. 1980. Sifat-Sifat Logam Berat Merkuri Di Lingkungan


Perairan Tropis. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ahyani, M. 2011. Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi
Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat Di Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rusli, Marah. 2005. Analisa Merkuri (Hg) Air Sungai Muara Botung oleh Limbah
Merkuri (Hg) Akibat Penambangan Emas Tradisional di Desa Muara
Botung Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Anda mungkin juga menyukai