Disusun Oleh :
KELAS / SEM : B / IV
FISIKA
2017
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
kasih setia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang mengusung tema
pengelolaan Sumber Daya Alam Pertambangan Batu Bara ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Djeli
Tulandi, M.Si selaku Dosen pembimbing mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya
Alam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perjuangan bangsa Indonesia yang menjadi
dasar pancasila. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.
Penyusun,
Steefani Sumilat
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber daya
alamyang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non-
hayati. Sumber daya mineral merupakan salah satu jenis sumber daya non-hayati.Sumber
daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam baik dari segikualitas maupun
kuantitasnya. Endapan bahan galian pada umumnya tersebar secaratidak merata di dalam
kulit bumi. Sumber daya mineral tersebut antara lain: minyak bumi, emas, batu
bara,perak,timah,dan lain-lain.
Sumber daya itu diambil dandimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia.Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional,oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat
denganmemperhatikan kelestarian hidup sekitar. Salah satu kegiatan dalam
memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan galian, tetapi
kegiatan penambangan selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup terutama perusahaannya,bentang
alam,berubahnya estetika lingkungan, habitat flora dan fauna menjadi rusak, penurunan
kualitas tanah,penurunan kualitas air atau penurunan permukaan air tanah, timbulnya
debu dankebisingan.
Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat
khususdibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets
ataudiusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan tumbuh atau
tidak dapat diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri pertambangan merupakan
industridasar tanpa daur, oleh karena itu di dalam mengusahakan industri pertambangan
akanselalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi, jenis,
jumlahmaupun mutu materialnya.
Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usahameningkatkan keselamatan kerja
serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian dalam mengelola
sumberdaya mineral diperlukan penerapan sistempenambangan yang sesuai dan tepat,
baik ditinjau dari segi teknik maupun ekonomis,agar perolehannya dapat optimal
(Prodjosoemanto, 2006 dalam Ahyani, 2011).
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tingkat pencemaran perairan yang terjadi akibat kegiatanpenambangan
2. Mengetahui pengaruh pencemaran tersebut terhadap perekonomian nelayan.
3. Menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas) . Sektor pertambangan, khususnya
pertambangan umum, menjadi isu yang menarik khususnya setelah Orde Baru mulai
mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu
memerlukan dana yang besar untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan
pemerintah relatif kecil, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
mengundang investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-
luasnya di Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya
dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU
No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut
pemerintah memilih mengembangkan pola Kontrak Karya (KK) untuk menarik
investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK, investor bertindak sebagai kontraktor dan
pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak dikenal istilah
konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian yang ditemukan
investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai
kontraktor. Pertambangan dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan
cara hancurkan gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.
2. Pertambangan adalah kegiatan paling merusak alam dan kehidupan sosial yang
dimiliki orang kaya dan hanya menguntungan orang kaya.
3. Pertambangan adalah lubang besar yang menganga dan digali oleh para
pembohong (Mark Twian)
4. Pertambangan adalah industri yang banyak mitos dan kebohongan
Ada beberapa fase yang harus dilalui oleh perusahaan sebelum melakukan
eksploitasi. Saat proses tersebut di lalui oleh perusaan, maka saat itu pula
beredar mitos-mitos pertambangan di masyarakat.
4
2. Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang
energi dan bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan
peningkatan pengawasan yang menyeluruh.
3. Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk
keperluan ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta
kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Sebab
minyak bumi sumber utama pemakaian energi yang penggunaannya terus
meningkat, sedangkan jumlah persediaannya terbatas. Karena itu perlu adanya
pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batu bara, tenaga air,
tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
4. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya
disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran
lingkungan ini biasanya lebih dari pada diluar pertambangan. Keadaan tanah,
air dan udara setempat di tambang mempunyai pengarhu yang timbal balik
dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh
CO sangat dipengaruhi oleh keaneka ragaman udara, pencemaran oleh tekanan
panas tergantung keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara setempat.
5. Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu
mulai dari pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta
penelitian deposit bahan galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin
sampai penggunaan bahan tambang yang mengakibatkan gangguan pad
lingkungan, maka perlua adanya perhatian dan pengendalian terhadap bahaya
pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor
yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
6. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi,
eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian
menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran
terhadap lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan kerusakan
flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan
keluarnya gas-gas/uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan.
5
tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat menikmati hasil
pembangunan pertambangan ini.
D. Kecelakaan di Pertambangan
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-
kecelakaan yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh
dari tanah. Kecelakan baik itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledaka-ledakan maupun
akibat pencemaran atau keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan-
tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya memakai pakaian pelindung
saat bekerja dalam pertambangan seperti topi pelindung, boot, baju kerja, dan lain-
lain.
Dalam rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan
gangguan keseimbangan ekosistem baik itu berada dalam lingkungan pertambangan
ataupun berada di luar lingkungan pertambangan, maka perlu adanya pangawasan
lingkungan terhadap:
1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan
2. Kecelakaan pertambangan
3. Penyehatan lingkungan pertambangan
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul
Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang
terdapat di Porong, Sidoarjo, Jawa timur. Tragedi semburan lumpur lapindo yang
terjadi beberapa tahun silam, setidaknya menjadi\ bukti adanya kelalaian pekerja
tambang minyak yang lupa menutup bekas lubang untuk mengambil minyak bumi.
Semburan di Porong, Sidoarjo bukan fenomena baru di kawasan Jawa Timur.
Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar, Rungkut,
Purwodadi, Jawa Tengah.
6
kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu
berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll.) baik
kebijakan dan pembangunan fisik dan departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada
pengelolaan dampak kesehatan.
7
G. Dampak dari Pertambangan Batu Bara
a. Pencemaran air
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan
air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan
di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang
drastis.
a. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.
Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan
ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influenza, bronchitis dan
pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.
8
b. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil
tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan
habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga
pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara
permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini
mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada
emisi gas rumah kaca.
9
3. Dampak Sosial dan kemasyarakatan
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
http://rossiamargana.blogspot.co.id/2012/11/masalah-lingkungan-dalam-pembangunan.html
http://alfonsusrock.blogspot.co.id/2015/01/masalah-lingkungan-yang-ditimbulkan.html
http://prabowofcb.blogspot.co.id/2014/03/lingkungan-dalam-pembangunan.html
12