Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK LINGKUNGAN ABIOTIK, BIOTIK, DAN SOSIAL AKIBAT

GALIAN NON LOGAM DI DAERAH BOGOR

Dosen: .
Penyusun: Vigo Najmiadhim Perdana

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
DAFTAP ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB I…………………………………………………………………………………………..
Latar Belakang……………………………………………………………………………...
Rumusan Masalah………………………………………………………………………….
Tujuan………………………………………………………………………………………..
Manfaat ……………………………………………………………………………………..
BAB II………………………………………………………………………………………….
Lingkungan Pertambagan…………………………………………………………………
Pengertian Lingkungan…………………………………………………………………
Kegiatan Pertambanga…………………………………………………………………
Pertambangan dan Lingkungan Hidup……………………………………………….
Dampak Terhadap Abiotik, Biotik, dan Sosial…………………………………………..
Abiotic…………………………………………………………………………………….
Biotik………………………………………………………………………………………
Sosial………………………………………………………………………………….....
BAB II…………………………………………………………………………………………
Kesimpulan…………………………………………………………………………………
Saran………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimasa kini isu mnegenai dampak kerusakan lingkungan hidup sangat marak
terdengar dimedia seperti televisi, jejaring social, internet, dll. Ironisnya isu ini
bukanlah hoax semata, isu ini nyata terjadi dimana mana di bumi pertiwi.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi
pemerintah terus memperbaharui undang – undang guna melindungi dan
mengawasi lingkungan.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan di Indonesia telah terjadi di mana -


mana. Dari tahun ke tahun yang mana jumlahnya selalu bertambah dan
cenderung tidak dapat terkendali, Kualitas lingkungan hidup sekarang ini
semakin menurun karena tindakan eksploitatif terhadap alam yang berlebihan
tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologinya seperti
kerusakan dan kebakaran hutan, banjir pada waktu musim punghujan, dan
kekeringan pada waktu musim kemarau. dalam hal ini terkurasnya sumber daya
alam. Hal tersebut mencerminkan semakin rusaknya lingkungan hidup.

Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional, akan tetapi kegiatan penambangan juga dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup terutama merubah bentang alam, berubahnya
estetika lingkungan, habitat flora dan fauna menjadi rusak, penurunan kualitas
tanah, penurunan kualitas air, timbulnya debu dan kebisingan. Dampak dari
menurunnya kualitas lingkungan hidup karena terjadinya pencemaran dan
terkurasnya sumber daya alam dapat menimbulkan ancaman terhadap
kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya
system alami yng disebabkan oleh aktivitas pertambangan.

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
peneyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Kegiatan pertambangan sendiri didasari oleh Undang Dasar
1945 pasal 33 ayat 3. Pertambangan merupakan salah satu usaha industri yang
dapat diandalkan untuk mendatangkan devisa negara bagi Indonesia. Selain itu,
industry pertambangan juga menciptakan lapangan kerja di kabupaten dan kota
dimana merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Masalah lingkungan sangat menentukan kehidupan manusia dan makhluk


hidup lainnya, namun sebaliknya manusia juga dapat menentukan keadaan
lingkungan.

B. Rumusan masalah
1. Apa penyebab kerusakan lingkungan
2. Bagaimana penanggulangannya

C. Tujuan
1. Mengetahui dampak aktifitas penambangan
2. Dampak terhadap lingkungan abiotik akibat galian non mineral di daerah
bogor dan tanggerang
3. Dampak terhadap lingkungan biotik akibat galian non mineral di daerah
bogor dan tanggerang
4. Dampak terhadap lingkungan social akibat galian non mineral di daerah
bogor dan tanggerang

D. Manfaat
1. Sebagai pengembangan pengetahuan dalam kegiatan pertambangan
2. Memahami dampak dari kegiatan pertambangan terhadap lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Pertambangan
Kabupaten Bogor memiliki luas sekitar 2.301,95 Km2, atau setara dengan 5,19 %
dari luas Wilayah Propinsi Jawa Barat, di bentuk oleh bentang alam yang sangat
bervariasi, mulai dari dataran hingga perbukitan bergelombang lemah, bergelombang
terjal bahkan hingga pegununggan, yang dipengaruhi oleh kondisi geologi yang ada,
terutama dengan jenis batuan pembentuk dan pola perkembangan tektonik yang telah
berlangsung, sehingga menghasilkan tipe morfologi wilayah yang bervariasi
Secara stratigrafi (urutan batuan) yang menyusun Kabupaten Bogor ini, terbentuk
oleh Tiga mekanisme mandala sedimentasi, yaitu mandala sendimentasi Cekungan
Bogor, mandala sedimentasi Blok Banten dan mandala sedimentasi Paparan Pantai
Utara. Di bagian Barat Kabupaten Bogor, banyak terbentuk mineral-mineral logam
seperti emas, perak, galena, dsb yang diikuti oleh intrusi batuan beku Diorit maupun
Andesit menjadikan objek telitian yang menarik. Sementara di bagian tengah Kabupaten
Bogor banyak dijumpai endapan batugamping, batupasir dan batulempung, batuan-
batuan tersebut merupakan hasil endapan laut dangkal,selanjutnya ditutupi oleh
berbagai produk gunungapi seperti tuf, bentonit, tras, dsb. Kejadian geologi inilah yang
menyebabkan Kabupaten Bogor memiliki komoditas sumberdaya alam tambang ini
menjadi quarry site wilayah kabupaten Bogor.

1. Pengertian lingkungan
Lingkungan Hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, tumbuhan dan hewan, dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
makhluk hidup lain (Siahaan, 2004).
Menurut Rahmadi (2012) lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di
alam dan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Contoh
lingkungan alam yang ada di permukaan bumi adalah sungai, danau, laut,
gunung dan lembah. Lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang sengaja
atau tidak sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya,
misalnya desa, kota, pabrik, rumah, waduk, sawah, tambak, perkebunan.
Istilah lingkungan hidup sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu environment
and human environment yang berarti lingkungan dan lingkungan hidup atau
lingkungan hidup manusia (Daud, 2001) yang mana kemudian istilah ini banyak
dipergunakan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan dalam pembuatan suatu
peraturan. Lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua
benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita. Tidak cukup sampai disitu pengertian atau ruang lingkup
pengertian lingkungan hidup ini luas tidak hanya meliputi bumi dan seisinya
melainkan juga meliputi ruang angkasa (Soemarwoto, 1994).

2. Kegiatan Pertambangan
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan proses
penggalian ke dalam tanah untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil
tambang (Supramono, 2012).
Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses
dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri
mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya
menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari
batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang
tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai
kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan.
Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya
mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan
oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor, 2011).
Berdasarkan hakikatnya yang mana industry pertambangan memiliki sifat
membuka lahan, mengubah bentang alam sehingga mempunyai potensi
merubah tatanan ekosistem suatu wilayah baik dari segi biologi, geologi dan
fisik.

3. Pertambangan dan Lingkungan Hidup


Pertambangan dan lingkungan hidup telah menjadi dua topik yang
berlawanan sepanjang sejarah. Pertambangan selalu dilihat sebagai lahan yang
akan memberikan percepatan devisa, penyedia lapangan kerja, pertumbuhan
ekonomi, perkembangan daerah tertinggal, dan lebih dari itu mengurangi
kemiskinan. Semua ini sepertiiming - iming yang terus ditanamkan untuk
memberi keyakinan bagi rakyat. Hingga hari ini belum ada daerah tambang yang
maju. Padahal, kegiatan ini mendapat dukungan dari negara dan dukungan
modal korporasi/perusahan multi-nasional. kelompok-kelompok kritis seperti
para aktivis lingkungan, akademisi dan berbagai kelompok yang pro-rakyat
melihat pertambangan sebagai monster yang menakutkan.
Dari realitas dapat ditemukan bahwa di kawasan pertambangan selalu terjadi
kekerasan, pelanggaran Hak Asasi Manusia (pengambilan tanah rakyat),
perusakan pencemaran lingkungan dan penggerogotan kedaulatan-kedaulatan
negara. Kedua kelompok ini memiliki analisis bertolak dari substansi yang
berbeda. Kelompok pro pertambangan melupakan aspek lingkungan hidup dan
lebih diaksentuasikan pada aspek ekonomi. Kelompok kontra tambang lebih
menegaskan pada aspek keseimbangan lingkungan hidup dan keberpihakan
kepada masyarakat kawasan.
Sektor pertambangan menjadi primadona yang telah membuat negara
menganaktirikan sektor seperti (cendana, pertanian, perkebunan, perikanan dan
kehutanan). Pertambangan dianggap gampang mendatangkan uang tunai tanpa
membebani pemerintah dengan pengadaan infrastruktur.
Kerusakan lingkungan di kota Bogor, Jawa Barat sendiri sudah kerap kali
terjadi, sayangnya hal ini tidak hanya dikarenakan perusahaan tambang illegal
saja melainkan tambang legal pun turut campur tangan dalam perusakan ini
Ancaman banjir dan longsor siap terjadi kapan saja jika tidak segera di
reklamasi. Banyaknya lahan bekas galian tambang yang di tinggalkan begitu
saja menjadikan Badan Lingkungan Hidup (BLH) geram dan akan mengawal
proses rekalamasi bersama dengan masyarakat.

B. Dampak Terhadap Abiotik, Biotik, dan Sosial


Dampak Lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertambangan
setidaknya terdapat 8 permasalahan terhadap biotik dan abiotik yang
menyangkut aspek ekonomi, politik, social, dan budaya.

1. Abiotik
Pencemaran abiotic di daerah Bogor meliputi pencemaran air dan udara,
erosi dan sedimentasi, longsor, banjir, getaran dan kebisingan. Hal ini terjadi
seiring dengan berlangsungnya kegiatan pertambangan yang tidak
memperhatikan keamanan lingkungan sekitar tambang. Dampak dampak abiotic
yang tercatat di kerap terjadi di daerah Bogor yang mana daerah Bogor sendiri
banyak terdapat usaha pertambangan mineral non logam seperti pasir, krikil,
andesit, batu kapur, dll. Mineral non logam ini sendiri memiliki massa jenis yg
ringan sehingga mudah terbawa angin menyebabkan polusi udara dan terikat
oleh air (air hujan) yang mengalir dan mencemari saluran perairan sehingga
menyebabkan sedimentasi.
Dalam proses penambangannnya sendiri menimbulkan getaran dan
kebisingan dari kegiatan produksi yang menggangu. Selain itu dampak akhirnya
dapat menimbukan longsor dan banjir pada daerah sekitar tambang yang tidak
dilakukan program paska tambang dengan benar.

2. Biotik
Terganggunya flora dan fauna khususnya flora dan fauna endemik, sangat
mungkin terjadi. Bila kita amati pembahasan diatas yang mana menjelaskan sifat
dari pertambangan yaitu membuka lahan, mengubah bentang alam yang mana
dapat berpotensi merubah tananan ekosistem yang mana semula berbentuk
gunung namun kini mendaji taman wisata geologi akibat dari kebijakan paska
tambang tersebut.

3. Social
Masalah seperti kepadatan penduduk dan kesenjangan social juga kerap
terjadi pada pemukiman sekitar tambang. Penyebabnya adalah lapangan kerja.
Iming - Iming pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan masi sangat
menggiurkan untuk menarik pendatang, menang benar jika perusahaan
tambang dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, namun hal ini
menyebabkan kepadatan penduduk di suatu daerah.
Lebih jauhnya lagi hal ini dapat menimbulkan kesenjangan social antara
pekerja tambang dan warga non pekerja tambang yang mana tingkat
ekonominya bebeda dan juga persaingan untuk dapat berkerja di perusahaan
tambang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan
kegiatan pertambangan yang sampai saat ini masi menjadi primadona bagi
sebagian besar masyarakat.
Kegiatan pertambangan yang sejatinya mengelola sumber daya mineral yang
terdapat didalam bumi untuk ke maslahatan bersama terkadang tidak selalu
seperti yang dicita citakan, jikalau memang membuka lahan pekerjaan dirasa
sudah cukup mungkin itu hanya merupakan pandangan sempit belaka.
Keterkaitan pertambangan dan lingkungan hidup merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan lagi sebagai mana hakikat dari pertambangan itu
sendiri merubah bentang alam dan tatanan ekosistem di daerah sekitarnya.
Dampak terhadap lingkungan ini menjadi permasalahan besar mengingat
banyaknya perusahaan tambang yang lalai akan tugasnya untuk
mengembalikan keadaan alam seperti sediakala sehingga terjadi kerugian baik
biotik, abiotic, dan social.

B. Saran
Sebaiknya masyarakat, organisasi social, dan atribut negara saling berkerja
sama dalam mengawasi guna menghindari kecurangan yang kerap dilakukan
oleh perusahaan tambang yang mana itu dapat merugikan masyarakat dan
bahkan lingkungan sekitar agar dapat di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/33784/2/jiptummpp-gdl-anykeputri-42847-2-babi.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/7942/2/HK109637.pdf

N.H.T Siahaan, 2004, Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan, Jakarta,


Erlangga.

T. Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, pustaka PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.2012

M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan


Indonesia, Bandung: P.T. Alumni, 2001

O. Soemarwoto, 1994, Ekologi Lingkungan hidup dan Pembangunan, Djambatan,


1994

G. Supramono, 2012, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia,


Jakarta, Rineka Cipta,

http://rri.co.id/post/berita/336416/daerah/kerusakan_lingkungan_akibat_galian_pasir
_di_kabupaten_bogor_mengancam_keselamatan.html

Anda mungkin juga menyukai