PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang
Inventarisasi
menjadi
syaratpengusahaan
pertambangan.
Faktor-faktor
yang
positif
kegiatan
penambangan
antara
lain
meningkatkan
kesempatan kerja, meningkatkan roda perekonomian sektor dan sub sektor lain
di sekitarnya, dan menambah penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk
pajak, retribusi ataupun royalti. Namun demikian, kegiatan penambangan yang
tidak berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya
dukung lingkungan serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.Dampak negatif tersebut antara lain
terjadinya gerakan tanah yang dapat menelan korban baik harta benda maupun
nyawa, hilangnya daerah resapan air di daerah perbukitan, rusaknya bentang
alam, pelumpuran ke dalam sungai yang dampaknya bisa sampai ke hilir,
meningkatkan intensitas erosi di daerah perbukitan, jalan-jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut bahan tambang menjadi rusak, mengganggu kondisi air
tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air, terutama bila
penggalian di daerah pedataran, terjadinya Abrasi pada daerah tepi laut, serta
mempengaruhi kehidupan sosial penduduk di sekitar lokasi penambangan.
Dalam hal ini saya mengambil studi kasus didaerah Bangka Barat tepatnya
di Kecamatan Jebus dan Parit Tiga dimana bencana Geologi akibat dari
penambangan
yang
tidak
sesuai
aturan
yang
telah
merusak
dan
I.2.
Perumusan Masalah
I.3.
Lokasi Penelitian
Secara administratif daerah penelitian terletak di Kecamatan Jebus dan parit tiga
,kabupaten Bangka Barat ,Provinsi Kepulauan dengan luas Wilayah 294,470 Km2 dengan
batas batas wilayah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Bencana Alam
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam baik yang secara alami atau yang di
bantu oleh manusia secara tidak langsung seperti banjir,erosi,abrasi,longsor
,gempa bumi, tsunami, kekeringan.
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera ? Jawa - Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.Bencana
alam (Geo-disaster) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang
menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR)
dapat dikelompokkan menjadi bencana geologi (geological hazards), bencana
hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bencana biologi (biological
hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas
lingkungan (environmental degradation).Bencana Geologi sendiri mempunyai
definisi bencana yang terjadi akibat adanya perubahan pada faktor geologinya
dimana itu dapat berupa kestabilan lereng,litologi yang dapat terjadi akibat
gangguan dari manusia seperti akibat dari penambangan.Wilayah Indonesia
terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan
ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan
batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan
kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa
akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti
banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan
berkembangnya
waktu
dan
meningkatnya
aktivitas
manusia,
kerusakan
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam
air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.
Banjir
diakibatkan
oleh
volume
air
di
suatu
badan
air
seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air
keluar dari batasan alaminya.Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah
sesuai perubahan curah hujan namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika
air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan
permukiman lain.Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan
kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Peran pertambangan dalam mendatangkan banjir dapat kita lihat pada proses
penambangannya mulai dari awal proses sampai akhir dimana penambangan
diawali dengan menebas vegetasi penutup tanah,mengupas tanah lapiran atas yang
biasa berguna sebagai derah resapan air dan kemudian menimbun kembali bekas
sehingga mengakibatkan perubahan sifat tanah, menimbulkan erosi yang akan
membuat bahan bahan sedimen semakin cepat menyebabkan proses sedimentasi
sehingga terjadi pendangkalan pada tubuh sungai dan daerah aliran sungai lainnya
yang kemudian pada musim penghujan akan membuat air meluap akibat tidak
dapat tertampung oleh tubuh sungai yang mengakibatkan kebanjiran dan
merugikan masyarakat sekitar.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
2. Tanah longsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masabatuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang
memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya
yang turut berpengaruh.Dalam hal ini kegiatan pertambangan dapat menjadi
faktor pendorong dalam terjadinya tanah longsor dimana akibat aktivitas
penambangan tersebut dapat mempengaruhi kestabilan lereng,serta hilangnya
daerah resapan air dan vegetasi yang dapat membantu menahan gerakan tanah
tersebut serta sistem penambangan yang tidak tepat.
Setelah kegiatan pertambangan juga dapat terjadi longsor akibat tidak adanya
kesadaran dari perusahaan penambangan dan ketegasan pemerintah dalam upaya
penutupan pasca penambangan dimana pengusaha akan membiarkan begitu saja
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
3. Abrasi
Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh geolobang laut maupun arus
laut yang bersifat merusak. Kerusakan ini dapat terjadi oleh alam maupun oleh
manusia dimana faktor dominan terjadi akibat manusia seperti didaerah
penambangan baik itu berupa penambangan non-logam maupun logam.
Penambangan non-logam yang dapat merusak pantai dan mengakibatkan
abrasi adalah penambangan pasir dan batu untuk di jadikan bahan bangunan untuk
pembangunan sedangkan untuk non-logam dapat kita lihat pada daerah-daerah
yang mempunyai hasil sumber daya alam seperti bijih timah,bijih besi dan banyak
lagi yang cara pengambilannya tidak memakai perhitungan yang matang.
4. Kekeringan
Kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan
datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi dan lingkungan. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa
menjadi kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di
Indonesia pada setiap musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada
tanaman pangan dengan intensitas dan luas daerah yang berbeda tiap
tahunnya.
Kekeringan bukan hanya karna faktor alam,kegiatan manusia itu sendiri
dapat menyebabkan kekeringan seperti penambangan dimana kegiatan
penambangan apalagi penambangan dengan sistem terbuka akan membuat
daerah resahap air hilang sehingga air tidak terserap kedaerah resapan air tapi
berkumpul di area kubangan tempat terjadinya penambangan. Dampak yang
akan terjadi dari kekeringan ini akan sangat besar terhadap kelangsungan
hidup warga sekitar karna air sangat diperlukan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
Gambar 4 : Kubangan-kubangan bekas penambangan yang terisi air namun tidak bisa di pakai
akibat tingginya kadar logam berat serta menghilangkan daerah resapan air alami (sumber :
http://marluganababan-electrical.blogspot.co.id/2012/11/dampak-pertambangan-timah-bagi.html)
10
dimana terjadi pada saat pengupasan saat pembukaan area tambang dan
penimbunan kembali tanah pucuk saat penutupan untuk proses reklamasi.
Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub
soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia,
dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah sebagai
media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan
tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik
oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya
lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong
kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab
utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi
penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat
berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah
yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air
(water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara
langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan
akar.
Bila ingin dijabarkan secara rinci mungkin akan banyak lagi dampak
buruk yang mengakibatkan bencana alam bagi manusia dari proses
penambangan namun dikarenakan Indonesia adalah Negara yang sedang
berkembang kebanyakan pemerintah daerah dan pusat lebih mementingkan
berjalannya roda ekonomi tanpa melihat kedepannya yang akan terjadi
berpuluh-puluh tahun lagi bisa saja sebuah pulau seperti pulau bangka akan
tenggelam akibat dari penambangan yang gila-gilaan tanpa adanya upaya
untuk mengembalikan atau meremajakan daerah bekas penambangan.
11
sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Pemanfaatan air
untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air
yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air
akan menurun. Air di bumi ini mengulangi suatu sirkulasi yang terus
menerus yakni penguapan, persipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air
yang ada di permukaan tanah, sungai, danau, dan laut selalu mengalir dan
dapat berubah wujud menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar
matahari dan tiupan angin yang kemudian menguap dan mengumpul
membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses kondensasi yang
kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju ke permukaan laut atau
daratan.
Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagaian langsung menguap ke udara dan
sebagian tiba ke permukaan bumi.
Sebagian dari air yang jatuh ke bumi akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau melalui dahandahan mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat
sinar matahari. Sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi), dimana
bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan
tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai
dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan
kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera
ke sungai-sungai (interflow).
Sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) dengan mengisi
tanah/bebatuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk ke dalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer yang
lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lokasi
pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya
(discharge area). Yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang
lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (groundwater runoff)
limpasan air tanah. Sirkulasi antara air laut dan air darat yang berlangsung terus
menerus secara kontinu ini disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle) (Mori
dkk.,1999)
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
12
13
di
bawah
permukaan
tanah
terdapat
kumpulan
air
yang
14
15
Air tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui ruang
antar butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial. Energi potensial
air tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya (pizometric) pada tempat yang
bersangkutan. Air tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke arah
titik dengan energi potensial rendah. Antara titik-titik dengan energi potensial
sama tidak terdapat pengaliran air tanah (Usmar dkk, 2006).
Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama energi
potensialnya disebut garis kontur muka air tanah atau garis isohypse. Sepanjang
garis kontur tersebut tidak terdapat aliran air tanah, karena arah aliran air tanah
tegak lurus dengan garis kontur. Aliran air tanah tersebut secara umum bergerak
dari daerah imbuh (recharge area) ke daerah luah (discharge area) dan dapat
muncul ke permukaan secara alami maupun buatan (Usmar dkk, 2006).
Keterangan :
Equipotential line (garis-garis dengan ketinggian yang sama)
Flow line (garis aliran)
Gambar 2.3.Jaring-jaring Aliran Air Tanah (Linsley dkk., 1989)
Kelulusan suatu material batuan sangat tergantung pada ukuran besar
butiran serta sistem bukaan yang ada. Suatu lapisan batuan yang mempunyai
angka kelulusan (K) dan tebal (kedalaman) dari zona jenuh air (b), maka dapat
dikatakan lapisan batuan ini mempunyai angka keterusan/Transmissibility (T)
yang dinyatakan dengan persamaan (Linsley dkk., 1986):
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
16
T=K.b
dimana :
T = Transmibisibilitas (m2/hari)
K = Koefisien kelulusan (m/hari)
b = tebal / kedalaman akuifer (m)
dengan rekahan yang meluas hingga jauh ke dalam kerak bumi. Mata air jenis ini
biasanya berupa mata air panas seperti yang dapat kita lihat pada gambar di bawah
ini:
17
18
19
20
21
22
Kandungan air tanah yang ada berasal dari imbuhan, baik secara
langsungdari curahan hujan maupun dari aliran tanah yang terkumpul menuju
daerahlepasan (Dinas Pertambangan dan Energi, 2003). Kuantitas air tanah
dapatdiketahui dengan mengetahui seberapa besar jumlah air hujan yang
menyerapkedalam tanah. Jumlah resapan air tanah dihitung berdasarkan besarnya
curahhujan dan besarnya derajat infiltrasi yang terjadi pada suatu wilayah,
yangkemudian meresap masuk ke dalam tanah sebagai imbuhan air tanah.
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona
takjenuh (zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak
jenuhterdiri dari ruang antara sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh
udara,sementara ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air. Air yang
beradapada zona tak jenuh disebut air gantung (vodose water), sedangkan
yangtersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat
(capillarywater) (Linsley dkk., 1986).
23
Akuifer (aquifer)
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi
yangpermeable baik yang terkonsolidasi (lempung) maupun yang
tidakterkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai
suatubesaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air
(atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis. Pasir
24
dan kerikil merupakan contoh suatu jenis akuifer. Lapisan akifer ini sangat
penting dalam usaha penyadapan air tanah.
Akuifug
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat mengalirkan air
(air sama sekali tidak dapat melewatinya). Batu Granit termasuk jenis ini.
Endapan alluvial
Merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada.
Endapanini terdiri dari bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. Air
tanah padaendapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini tersebar di
daerahdataran.
25
antar
butir
pada
meterial
lepas
maupun
mengisi
Batu gamping
Merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang karena
prosesgeologis diangkat ke permukaan. Air tanah disini terbatas pada
rekahan,rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar di
tempattempatyang dahulu berujud lautan. Karena proses geologis, fisik,
dankimia dibeberapa daerah sebarana endapan batuan ini membentuk
suatumorfolgi khas, yang disebut karts.
26
27
Gambar 2.14. Potongan Cekungan Air Tanah yang terdiri dari Akuifer
Bebas danAkuiferTertekan
28
II.1.8.
sebuah
akuifer
ditentukan
oleh
struktur
geologi
dan
Pendugaan Listrik
Ketahanan listrik dari lapisan yang berbeda-beda tergantung dari
kualitas batuan, derajat kepadatan dan kondisi kelembaban tanah dan jika
arus listrik dialirkan dalam tanah dan gradien tekanan listriknya diukur
diatas permukaan tanah maka kondisi lapisan dapat diperkirakan.
Tabel 2.1. Harga tahanan spesifik listrik umum dari lapisan (Mori, dkk.,
1999).
Pendugaan Seismik
Gelombang seismik yang diakibatkan oleh ledakan merambat
didalam tanah, dipantulkan dan dibiaskan pada batas antara lapisan-lapisa
yang berbeda elastisitasnya serta sebagian gelombang dikembalikan
kepermukaan tanah.
29
ini
adalah
untuk
mengetahui
ketetapan
akuifer
seperti
itu
digunakan
sebagai
koefisien
transmisibilitas
Tahapan pengujian akuifer atau sering disebut dengan tahap pumping yaitu :
Pemompaan
Uji
Penurunan
Bertingkat/
Uji
Surut
Muka
Air
30
air yang tetap. Jadi air yang keluar dari sumur diperkirakan pertama-tama
terjadi pada penurunan permukaan air dan umumnya air yang keluar itu
sama dengan besar pemompaan (Mori dkk., 1999).
Selama waktu pemompaan itu kecil, kapasitas spesifik air yang
keluar yakni besar pemompaan per-satuan penurunan permukaan air relatif
besar. Akan tetapi jika pemompaan menjadi besar, maka besarnya air yang
keluar tahap demi tahap menjadi kecil dan akhirnya kadang-kadang
banyaknya pasir dan lumpur dalam air yang dipompa meningkat
yangdisebabkan oleh pergerakan yang terdapat dalam akuifer (Mori dkk.,
1999).Hal
ini
menunjukan
ketidakmampuan
sumur
dan
untuk
dengan
penurunan
debit
31
(Dinas
Pengelolaan
dan
Gambar 2.15. Diagram Segitiga Piper Kimia Pada Mutu Air Tanah
32
Untuk penyajian hasil analisis kimia air tanah, umumnya dipakai diagram
segitiga Piper. Dengan diagram ini dapat diketahui unsur apa yang paling dominan
yang terkandung dalam airtanah.Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang
menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi
penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air
tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap
air tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah.
Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat
pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zatzat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat
tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis
tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri.
Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah
perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan
pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang
berasal dari air.
tanahberlangsung
Jarak dari daerah
resapan,
dimana
pembentukan
air
tanah
mulaiberlangsung
1. Sifat Fisik
Sifat fisik antara lain warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan,
suhu(Hadipurwo, 2006 dalam Danaryanto dkk., 2008).
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
33
(encer).
Kekeruhan air disebabkan oleh adanya tidak terlarutkan zat yang di
kandung. Sebagai contoh adalah adanya partikel lempung, lanau, juga zat
2. Sifat Kimia
Termasuk dalam sifat kimia adalah kesadahan, jumlah garam terlarut
(totaldissolved solids atau TDS), daya hantar listrik (electric conductance),
keasaman,kandungan ion.
atau
kekerasan
(total
hardness)
dipengaruhi
oleh
34
Jumlah garam terlarut (total dissolved solids atau TDS) adalah jumlah garam yang
terkandung di dalam air. Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut
menurut Hem (1959) tertera seperti pada Tabel 2.2, sedangkan menurut David dan
De Wiest (1996) tertera seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3.Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Hem, 1959 dalam
Danaryanto dkk., 2008)
Tabel 2.4.Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Davis dan De Wiest,
1966 dalam Danaryanto dkk., 2008)
35
Daya
Hantar
Listrik
(DHL
atau
electric
conductance)
adalah
Keasaman Air
Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran mulai dari 1
14. Air yang mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang mempunyai pHlebih
besar/kecil dari 7 disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang mengandunggaram Ca
atau Mg karbonat, bersifat basa (pH 7,5-8), sedangkan yang mempunyaiharga pH
< 7 adalah bersifat asam, sangat mudah melarutkan Fe, sehingga airyang asam
biasanya mempunyai kandungan besi (Fe) tinggi. Pengukuran pH airdilapangan
dilakukan dengan pH meter, atau kertas lakmus (Hadipurwo, 2006dalam
Danaryanto dkk., 2008).
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
36
Kandungan Ion
Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di dalam
airdiukur banyaknya, biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l.
Ionionyang diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, SO4,
CO2,yang biasanya jarang akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun antara lain As,
Pb,Sn, Cr, Cd, Hg, Co (Hadipurwo, 2006 dalam Danaryanto dkk., 2008)3 Sifat
Biologi/BakteriKandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan
banyaknya baktericoli. Untuk standar air minum ada batas maksimum kandungan
coli yangdiperbolehkan (Danaryanto dkk., 2008).
Sifat Biologi/Bakteri
Kandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan banyaknya
bakteri
coli. Untuk standar air minum ada batas maksimum kandungan coli yang
diperbolehkan (Danaryanto dkk., 2008).
membandingkan hasil analisis kimia dari sampel air tanah dilaboratorium dengan
baku mutu/kualitas air minum yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002. Kriteria kualitas air minum disajikan
dalam Tabel 2.6 berikut:
Tabel 2.6.Kriteria Kualitas Air Minum (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/Menkes/SK/VII/2002)
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
37
38
39
40
Keterangan :
mg = miligram
mL = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometric Turbidity Units
TCU = True Color Units
Logam berat merupakan logam terlarut
Standar baku kualitas air minum merupakan parameter yang digunakan
untuk menentukan kualitas air minum. Dengan standar tersebut, dapat diketahui
kualitas air minum layak atau tidak untuk diminum. Standar baku kualitas air
minum harus memenuhi kualitas secara fisik, kimia dan biologi :
a. Standar fisik menetapkan batasan tentang sifat fisik air.
b. Standar kimia menetapkan tentang batasan kandungan sifat dan bahan
kimia yang terkandung di dalam air minum yamasih diperbolehkan dan
tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
c. Standar biologi menetapkan ada atau tidaknya mikroorganisme patogen
dannonpatogen yang terkandung atau hidup di dalam air minum.
d. Secara kasat mata, mungkin kita akan menganggap air terlihat jernih, tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa layak diminum. Sebaliknya, anda
jangan terlalu gegabah dan menganggap air tersebut sudah layak diminum
sbelum mengetahui kandungan bahan kimia dan mikrobiologinya.
Dengan demikian, paling tidak anda dapat mengetahui syarat air yang
layak dan aman diminum serta lebih selektif saat mengkonsumsi air minum.
Untuk lebih amannya, saat mengkonsumsi air minum, sebainya air tersebut
berasal dari perusahaan air minum yang telah mendapatkan lisensi dari
pemerintah. Apabila anda di hadapkan pada pilihan untuk mengonsumsi air
minum dari depot isi ulang, sebaiknya Anda perlu memperhatikan kualitas, cara,
kebersihan pengolahan, dan lokasi sumber airnya. Selain itu, perhatikan juga
lingkungan daerah di sekitar depot dan hasil laboratorium uji kualitas air isi ulang
tersebut.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
41
Beberapa persyaratan air minum yang layak biologinya antara lain sebagai
berikut:
A. Persyaratan Fisika
Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika), antara lain derajat
kekeruhan, bau, rasa, jumlah zat padat terlarut, suhu, dan warnanya. Syarat fisik
air yang layak minum sebagai berikut:
1. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh.
Batas maksimal kekeruhan air layak minum menurut PERMENKES RI
Nomor 416 Tahun 1990 adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air disebabkan
oleh partikel-partikel yang tersuspensi di dalam air yang menyebabkan air
terlihat keruh, kotor, bahkan berlumpur. Bahan-bahan yang menyebabkan
air keruh antara lain tanah liat, pasir dan lumpur. Air keruh bukan berarti
tidak dapat diminum atau berbahaya bagi kesehatan. Namun dari segi
estetika, air keruh tidak layak atau tidak wajar untuk diminum.
2. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar
Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa
tawar. Bau dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas
air. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan
pengecap. Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan. Air yang berbau
busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air
berbau busuk tidak layak dikonsumsi. Bau busuk merupakan sebuah
indikasi bahwa telah atau sedang terjadi proses pembusukan dalam air.
Selain itu, bau dan rasa dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang
terdapat di dalam air.
3. Jumlah Padatan Terapung
Perlu diperhatikan, air yang baik dan layak untuk diminum tidak
mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas
maksimal yang diperbolehkan (1000 mg/l). Padatan yang terlarut di dalam
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
42
air berupa bahanbahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang
mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak
enak, menyebabkan mual, penyebab serangan jantung (cardiacdisease),
dan tixaemia pada wanita hamil.
4. Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8 dari suhu kamar
(27C). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi
terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar
(misalnya, fenol atau belerang) atu sedang terjadi proses dekomposisi
bahan organik oleh mikroorganisme. Jadi, apabila kondisi air seperti itu
sebaiknya tidak diminum.
5. Warna
Warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau
mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang
disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut
truecolor yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Air yang layak dikonsumsi
harus jernih dan tidak berwarna. PERMENKES RI Nomor 416 Tahun
1990 menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak minum
adalah 15 skala TCU.
B. Persyaratan Kimia
Standar baku kimia air layak minum meliputi batasan derajat keasaman,
tingkat kesadahan, dan kandungan bahan kimia organik maupun anorganik pada
air. Persyaratan kimia sebgai batasan air layak minum sebagai berikut:
1) Derajat Keasaman (pH)
pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik
adalah air yang bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari 7
43
44
C. Persyaratan Biologi
Bahan baku air minum harus memenuhi beberapa syarat biologi sebagai
berikut:
1. Tidak Mengandung Organisme Patogen
Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa
mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan
bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit.
Bakteri Salmonella typhi, Sighella dysentia, Salmonella paratyphi, dan
Leptospira. Golongan protozoa seperti Entoniseba histolyca dan Amebic
dysentry. Virus Infectus hepatitis merupakan penyebab hepatitis.
2. Tidak Mengandung Mikroorganisme Non Patogen
Mikroorganisme nonpatogen merupakan jenis mikroorganisme
yang tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan
bau dan rasa yang tidak enak, lendir dan kerak pada pipa. Beberapa
mikroorganisme nonpatogen yang berada didalam air sebagai berikut :
Beberapa jenis bakteri, antara lain Actinomycetes (Moldlikose bacteria),
Bakteri coli (Coliform bacteria), Fecal streptococci, dan Bakteri Besi
(Iron Bacteria). Sejenis ganggang atau Algae yang hidup di air kotor
menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada air. Cacing yang hidup bebas
di dalam air (free living worms).
Peraturan
No.492/MENKES/PER/IV/2010,
Menteri
air
minum
Kesehatan
adalah
air
yang
RI
melalui
45
3. Air Kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Syarat syarat air minum adalah, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan
secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
serta meluasnya penyakit bawaan air (Slamet, 2004).
Menurut Chandra (2007), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan batasan sumber air
yang bersih dan aman tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.
tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
46
Gambar 2.16. Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1945 op. cit.
Martodjojo, 1984)
a. Zona Dataran Pantai Jakarta
Daerah di zona ini mempunyai morfologi yang datar, sebagian
besar di tutupi oleh endapan sungai, dan sebagian lagi oleh lahar gunung
api muda.
b. Zona Bogor
Zona Bogor terletak di sebelah selatan dari Dataran Pantai Jakarta.
Zona ini berbeda dengan zona sebelumnya karena mempunyai morfologi
daerah yang berbukit-bukit, umumnya memanjang barat-timur di seklitar
kota Bogor dan pada daerah sebelah timur Purwakarta membelok ke
selatan membentuk lengkungan di sekitar kota Kadipaten. Perbukitan ini
dinamakan sebagai antiklinorium yang terdiri dari perlipatan kuat lapisan
berumur Neogen (Van Bemmelen, 1945 op. cit. Martodjojo, 1984).
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
47
c. Zona Bandung
Zona Bandung berada di bagian selatan Zona Bogor hanya saja
batas antara keduanya tidak terlalu jelas terlihat karena tertutup oleh
endapan gunung api muda. Zona Bandung merupakan depresi diantara
gunung-gunung (intermountagne depression) (Van Bemmelen, 1945 op.
cit. Martodjojo, 1984). Zona Bandung merupakan puncak geantiklin Jawa
Barat, kemudian runtuh setelah pengangkatan lalu daerah rendah ini
kemudian terisi oleh endapan gunung api muda Van Bemmelen, 1945 op.
cit. Martodjojo, 1984). Pada Zona Bandung ini terdapat beberapa tinggian
terdiri dari endapan sedimen tua yang berada diantara endapan volkanik.
d. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
Batas dari Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dengan Zona
Bandung ini dapat terlihat jelas di lembah Sungai Cimandiri berupa
morfologi perbukitan bergelombang pada lembah Sungai Cimandiri yang
langsung berbatasan dengan dataran tinggi (plateau) dari Pegunungan
Selatan dengan beda tinggi sekitar 200 m.
II.3.2.Stratigrafi
II.3.2.1. Stratigrafi Regional
Martodjojo (1984), membagi Jawa Barat menjadi tiga mandala
sedimentasi yang dikelompokan berdasarkan ciri dan penyebaran sedimen Tersier
48
dari stratigrafi regional di Jawa bagian barat dengan urutan dari utara-selatan,
yaitu :
a. Mandala Paparan Kontinen
Mandala Paparan Kontinen ini terletak hampir sama dengan Zona
Fisiografi Dataran Pantai Jakarta, dicirikan oleh endapan paparan,
umumnya terdiri dari batugamping, lempung dan pasir kwarsa, serta
lingkungan umumnya laut dangkal pada mandala ini pola transgresi dan
regresi jelas terlihat. Struktur geologinya sederhana, sebagai dari
pergerakan isostasi dari batuan dasar(basement).
b. Mandala Cekungan Bogor
Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor meliputi beberapa Zona
Fisografi Van Bemmelen(1949), yaitu : Zona Bogor, Zona Bandung dan
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat. Mandala sedimentasi ini dicirikan
oleh endapan aliran gravitasi berupa fragmen batuan beku dan sedimen.
c. Mandala Banten
Pada Tersier Awal, mandala ini lebih menyerupai Mandala
Cekungan Bogor, sedangkan pada akhir-akhir Tersier cirinya sangat
mendekati Paparan Kontinen. Mandala ini tidak begitu jelas akibat
sedikitnya data yang diketahui.
Berdasarkan pembagian mandala sedimentasi tersebut, daerah penelitian
termasuk dalam Mandala Cekungan Bogor (Gambar 2.3). Pembagian mandala
sedimentasi sebenarnya sering bersifat kurang objektif, terutama menyangkut
sejarah yang menyeluruh dari suatu cekungan dalam waktu yang cukup lama. Hal
ini disebabkan sifat sedimentasi dan status cekungan suatu daerah sering berubah
dari waktu kewaktu.
49
50
51
II.3.2.Struktur Geologi
Struktur geologi regional Jawa Barat dibagi menjadi tiga pola utama yaitu
Pola Meratus, Pola Sumatera, dan Pola Sunda (Martodjojo, 1984) yang
diilustrasikan pada Gambar 3. Pola-pola tersebut merupakan hasil dari aktivitas
lempeng-lempeng yang bekerja di sekitar wilayah regional penelitian dengan arah
tegasan utama yang berbeda-beda yang diinterpretasikan sebagai adanya
perubahan rezim tektonik dari waktu ke waktu.
52
Benua India dan Eurasia yang menimbulkan rollback berumur EosenOlogosen Akhir. Pola ini ditandai oleh sesar utara-selatan baik sesar
mendatar maupun sesar turun, umumnya terdapat di bagian barat wilayah
Jawa Barat dan lepas pantai utara Jawa Barat. Arah sunda ini diartikan
sebagai pola yang terbentuk pada Paparan Sunda
c. Pola Jawa
Pola Jawa berarah barat-timur merupakan pola termuda yang
terbentuk pada Neogen mengaktifkan pola sebelumnya dan mengakibatkan
Pulau Jawa mengalami pola kompresi dengan tegasan berarah utaraselatan. Pola ini diwakili oleh Sesar Beribis, Sesar Cimandiri dan G. Walat
saat Miosen Awal-Pliosen. Cekungan Bogor saat Eosen Tengah-Oligosen
adalah cekungan depan busur magmatik lslu menjadi cekungan belakang
busur magmatik membentuk sesar-sesar anjakan dan lipatan
II.3.4. Hidrologi dan Klimatologi
Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan dalampengendalian dan
pengaturan tata air wilayah tersebut, berdasarkanhidrogeologinya, aliran-aliran
sungai besar di wilayah KabupatenSumedang bersama anak-anak sungainya
membentuk pola Daerah AliranSungai (DAS) yang dapat digolongkan terdiri 3
DAS dengan 6 Sub DASyaitu DAS Cimanuk meliputi Sub DAS Cimanuk Hulu,
Cipeles, CimanukHilir, Cilutung, DAS Citarum meliputi Sub DAS Citarik serta
DASCipunegara meliputi Sub DAS Cikandung.
53
54
55
Sumber
56
Tabel 2.8. Curah Hujan Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2006-2009
57
BAB III
MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT
III.1. Maksud
Adapun maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk mengetahui
Potensi Air Tanah untuk air minum di daerah Kebon Cau, Kec. Ujung Jaya, Kab.
Sumedang, Jawa Barat
III.2. Tujuan
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui Kualitas air, potensi air
tanah serta Kondisi geologi di daerah penelitian untuk menentukan lokasi yang
memiliki potensi air tanah.
III.3. Manfaat
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
58
BAB IV
METODE PENELITIAN
Dalam penentuan potensi air tanah untuk air minum di daerah penelitian,
berdasarkan dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor
1451 K/10/MEM/2000 yaitu dengan memadukan antara kriteria mutu (kualiatas
air tanah) dan kriteria jumlah (kuantitas air tanah), kriteria mutu didapat dari
analisis kimia air tanah yang dibandingkan dengan baku mutu yang dibuat oleh
Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 dan parameter kimia yang dibandingkan
adalah besi (Fe), mangan (Mn), klorida (Cl), sulfat (SO4), nitrit, nitrat, Amoniak
(NH3), dan pH sedangkan kriteria jumlah didapat dari hasil perhitungan debit
mata air di daerah penelitian.
Untuk menentukan potensi airtanah di daerah Kebon Cau, dilakukan
tahapan penelitian, dengan ruang lingkup penyelidikan sebagai berikut :
1. Studi pustaka
2. Pemetaan geologi permukaan
3. Pengukuran debit mata air dan debit sungai
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275
59
4. Pengambilan sampel batuan, air pada sumur dan air pada mata air
5. Penyelidikan laboratorium terhadap sample air
6. Analisa dan evaluasi data untuk menentukan potensi airtanah di daerah
Kebon Cau.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1.
Beberapa formasi dibawah ini yang terdapat pada daerah penelitian, dan
merupakan penyusun dari Cekungan Bogor sebelah utara yaitu:
A. Satuan Batulempung Subang
Satuan ini terdiri dari batulempung berwarna hijau kehitaman
semen silika dan batulempung berwarna hijau agak kecoklatan.
Batulempung Subang mempunyai warna lapuk coklat tua, warna segar
hijau, terdapat nodul rijang, batugamping, ub <0.004 mm, komposisi
silika, ada juga yang komposisi karbonat, lekat, licin (Foto 4.6).
Berdasarkan peneliti terdahulu (Martodjojo,1984)
satuan
60
hornblende, kuarsa,
61
,1984)
satuan
62
63
64
Pada kriteria ini didekati berdasarkan pada debit mata air yang ditemui
dilapangan dengan kriteria :
-
Dari data di atas diketahui bahwa daerah Kebon Cau dan sekitarnya
mempunyai debit < 2 liter perdetik sehingga, jika dimasukkan kedalam kriteria
jumlah maka daerah Kebon Cau dan sekitarnya, termasuk ke dalam kriteria kecil
65
Gambar 5.1. Peta sebaran unsur atau senyawa kimia daerah Kebon Cau
dan Sekitarnya
66
Gambar 5.2. Peta sebaran unsur atau senyawa kimia dan bakteri daerah
Kebon Cau dan Sekitarnya
baik, sedangkan kualitas air yang buruk terdapat di daerah Ujung Jaya karena
mengandung unsur yang melebihi batas maksimum dari Permenkes No
416/Menkes/Per/IX/1990, unsur tersebut adalah mangan, Nitrit dan Zat Organik,
daerah Pasir panday mempunyai kualitas air buruk karena mengandung unsur
Mangan yang berlebihan, daerah Palasari mempunyai kualitas yang buruk karena
air nya mengandung harga kesadahan yang besar, sedangkan daerah Palasah
mempunyai kualitas buruk karena mengandung unsur sulfat yang berlebihan.
67
biologi
yang
diukur
berdasarkan
Permenkes
No
meliputi warna, bau, TDS dan rasa. Berikut adalah data yang didapat di lapangan
berupa (warna, bau dan rasa air) dan dari hasil di laboratorium yang berupa TDS.
sifat fisika air yang diperoleh akan dijabarkan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 2. Sifat fisika Airtanah yang diambil dari sumur gali di daerah Kebon Cau
dan Sekitarnya
68
Jaya dan Wanahayu mempunyai sifat fisika yang baik, dan daerah lain mempunyai
air yang kurang baik karena airnya keruh dan berasa asin. Menurut warga sekitar
seperti warga di daerah Palasah, Timur Gordah dan Cibeuneun, menyatakan
bahwa air di daerah tersebut akan mengendapkan materal berwarna putih setelah
dimasak, ini membuktikan bahwa di daerah penelitian kualitas air berdasarkan
sifat fisika adalah berkualitas jelek dan membuktikan bahwa air yang berada di
daerah tersebut mempunyai harga kesadahan yang tinggi.
Gambar 5. Peta potensi airtanah untuk air minum daerah Kebon Cau
69
Dari peta di atas didapatkan bahwa daerah Kebon Cau dan sekitarnya
mempunyai potensi air tanah nihil dan potensi air tanah rendah. Potensi air tanah
nihil didapatkan pada daerah Ujung Jaya, Palasah, desa Palasari, Gordah,
Wanahayu, mata air barat embutan jati, mata air embutan kopo, mata air embutan
awit ali. Potensi air tanah nihil didapat dari menumpangtindihkan (overlay) antara
kelompok kriteria jumlah, yang diklasifikasikan kecil karena debit mata air
kurang dari 2 liter/ detik, dengan kelompok kriteria mutu yang diklasifikasikan
jelek karena terdapat pencemaran unsur atau senyawa kimia seperti mangan, nitrit,
sulfat, besi, dan zat oganik juga terdapat kadar pH dan kesadahan yang jelek.
Sedangkan potensi air tanah rendah didapatkan di daerah Pasirpanday, Cibeuneun
dan Palasah, potensi air tanah rendah didapat dari menumpangtindihkan (overlay)
antara kelompok kriteria jumlah yang diklasifikasikan kecil, karena debit mata air
kurang dari 2 liter/ detik, dengan kelompok kriteria mutu air yang diklasifikasikan
baik karena tidak terdapat unsur atau senyawa kimia yang melewati batas
maksimum yang ditetapkan menurut Permenkes No 416/ Menkes/ Per/IX/ 1990.
70
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. KESIMPULAN
1. Daerah penelitian tersusun atas 5 satuan batuan dari tua ke muda yaitu
satuan batulempung Subang, satuan batupasir Kaliwangu, satuan
konglomerat Citalang, satuan batupasir tufan Qos dan satuan endapan
alluvial.
2. Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat fisika sebagian besar
jelek karena air berasa asin, keruh dan juga pada saat direbus dan
didiamkan setelah beberapa menit air tersebut akan menampakkan
endapan putih. Kualitas air yang baik dari sifat fisika terdapat pada daerah
Ujung Jaya dan Wanahayu.
3. Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat kimia sebagian besar
baik, sedangkan kualitas air yang buruk terdapat di daerah Ujung Jaya
karena mengandung unsur yang melebihi batas maksimum dari Permenkes
No 416/Menkes/Per/IX/1990, unsur tersebut adalah mangan, Nitrit dan Zat
Organik, daerah Pasir panday mempunyai kualitas air buruk karena
mengandung unsur Mangan yang berlebihan, daerah Palasari mempunyai
kualitas yang buruk karena air nya mengandung harga kesadahan yang
besar, sedangkan daerah Palasah mempunyai kualitas buruk karena
mengandung unsur sulfat yang berlebihan.
4. Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat biologinya adalah
buruk, semua daerah memiliki jumlah bakteri coliform dan fecal coli yang
melimpah.
5. Potensi airtanah di daerah Kebon Cau dan Sekitarnya berdasarkan kriteria
mutu dan kriteria jumlah maka di daerah tersebut mempunyai potensi
airtanah rendah dan potensi air tanah nihil. Potensi air tanah nihil
didapatkan pada daerah Ujung Jaya, Palasah, desa Palasari, Gordah,
Wanahayu. potensi air tanah rendah didapatkan di daerah Pasirpanday,
Cibeuneun dan Palasah.
71
VI.2. SARAN
1. Dengan terbatasnya potensi sumberdaya air di daerah ini, maka diperlukan
pemanfaatan embung-embung sebagai penyimpan air, juga perlunya
pembendungan sungai-sungai agar dapat dikendalikan pada saat musim
hujan dan kemarau airnya dapat dimanfaakan.
2. Perlu kajian geolistrik secara menyeluruh di daerah yang terbatas
sumberdaya airnya, agar dapat menjawab permasalahan airtanah yang
terbatas ini, sehingga dapat dibuatkan zonasi lapisan pembawa air yang
potensial.
3. Air yang tercemar oleh bakteri dapat diatasi dengan memasak air sampai
mendidih sebelum dikonsumsi, karena bakteri akan mati bila berada pada
kondisi suhu yang tinggi.
4. Nitrat sangat mudah bercampur dengan air dan sangat susah untuk
dipisahkan. Ada tiga metode yang digunakan untuk mengurangi jumlah
nitrat di dalam suatu lingkungan.
Demineralisasi akan mengurangi kadar nitrat dan mineral lain di
dalam air. Dalam hal ini, penyulingan air adalah yang paling efektif.
Pertama air dipanaskan, setelah itu uap air yang terbentuk dipindahkan
ketempat lain yang lebih dingin sehingga terbentuk air kembali dan
sisa mineral yang tertinggal akan mengendap di dasar pemanas. Proses
kurang berbahaya.
Pencampuran Cara ini adalah dengan mencampurkan air yang telah
dicemari nitrat dengan air dari sumber yang berbeda dan mempunyai
kadar nitrat yang rendah, sehingga dengan pencampuran kedua air ini
72
DAFTAR PUSTAKA
Djuhaeni dan S. Martodjojo., 1989, Stratigrafi Daerah Majalengka dan
Hubungannya dengan Tatanama Satuan Litostratigrafi di Cekungan Bogor,
Jakarta.
73
Djuri., 1973, Peta Geologi Bersistem Pulau Jawa, Lembar Arjawinangun, skala
1:100000, Direktorat Geologi Bandung.
Efendi. Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2000, Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah,
Jakarta.
Martodjojo. S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Disertasi, Fakultas
Paska Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
Pettijohn, F.j.,1972, Sedimentary rocks, Harper and Brother, New York.
Van Bemmelen R.W, 1949. The Geology of Indonesia .Vol.1A. Martinus Nijhoff,
The Hague, Netherland.
http://eprints.undip.ac.id/34326/5/1965_CHAPTER_II.pdf
(diakses
pada
November 2015)
http://laksmipuspita.blogspot.co.id/2013/11/makalah-air-tanah.html(diakses pada
November 2015)
LAMPIRAN
74