Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang

cukup melimpah yang harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk


kepentingan perekonomian nasional ataupun daerah. Kegiatan penambangan
sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan. Selain
itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan konflik diakibatkan
tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan.Berlakunya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan
pengelolaan sumber daya alam khususnya pertambangan kepada masing-masing
daerah. Kewenangan untuk pengelolaan pertambangan dari tingkat pusat hingga
kabupaten/kota telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dengan adanya dua peraturan
tersebut seharusnya semakin memperkuat posisi pemerintah daerah dalam hal
ini pemerintah tingkat Kabupaten/Kota. Namun, sangat disayangkan pemerintah
Kabupaten/Kota belum memaksimalkan kekuatan hukum ini dalam penegakan
upaya pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan.

Inventarisasi

usahadan lokasi penambangan dan pemberian ijin penambangan lebih


menitikberatkanpada unsur penerimaan pajak dan retribusi. Pengaturan Upaya
PengelolaanLingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
belum

menjadi

syaratpengusahaan

pertambangan.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi pengelolaanpenambangan bahan galian adalah faktor ekonomi,


pendidikanmasyarakat, peraturan daerah yang belum tetap serta ketegasan
pemerintah daerah, dan sosialisasi yang kurang.Diperlukan segera peraturan
daerah yang mengatur secara teknis pengelolaanpenambangan bahan galian.
Setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif.
Dampak

positif

kegiatan

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

penambangan

antara

lain

meningkatkan

kesempatan kerja, meningkatkan roda perekonomian sektor dan sub sektor lain
di sekitarnya, dan menambah penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk
pajak, retribusi ataupun royalti. Namun demikian, kegiatan penambangan yang
tidak berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya
dukung lingkungan serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.Dampak negatif tersebut antara lain
terjadinya gerakan tanah yang dapat menelan korban baik harta benda maupun
nyawa, hilangnya daerah resapan air di daerah perbukitan, rusaknya bentang
alam, pelumpuran ke dalam sungai yang dampaknya bisa sampai ke hilir,
meningkatkan intensitas erosi di daerah perbukitan, jalan-jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut bahan tambang menjadi rusak, mengganggu kondisi air
tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air, terutama bila
penggalian di daerah pedataran, terjadinya Abrasi pada daerah tepi laut, serta
mempengaruhi kehidupan sosial penduduk di sekitar lokasi penambangan.
Dalam hal ini saya mengambil studi kasus didaerah Bangka Barat tepatnya
di Kecamatan Jebus dan Parit Tiga dimana bencana Geologi akibat dari
penambangan

yang

tidak

sesuai

aturan

yang

telah

merusak

dan

mengakibatkan bencana bagi penduduk sekitar.

I.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah yang dapat


dibahas berupa:
- Bencana alam yang terjadi akibat penambangan ?
- Mitigasi yang dapat kita lakukan baik itu sebelum,saat dan
sesudah bencana alam terjadi ?
- Peran seorang geologis dalam menyikapi masalah tersebut ?

I.3.

Lokasi Penelitian
Secara administratif daerah penelitian terletak di Kecamatan Jebus dan parit tiga

,kabupaten Bangka Barat ,Provinsi Kepulauan dengan luas Wilayah 294,470 Km2 dengan
batas batas wilayah sebagai berikut :
a.

Sebelah Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

b.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jebus

c.

Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Kelabat

d.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jebus

Gambar 1.1 Peta Lokasi penelitian

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Bencana Alam
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam baik yang secara alami atau yang di
bantu oleh manusia secara tidak langsung seperti banjir,erosi,abrasi,longsor
,gempa bumi, tsunami, kekeringan.
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera ? Jawa - Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.Bencana
alam (Geo-disaster) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang
menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR)
dapat dikelompokkan menjadi bencana geologi (geological hazards), bencana
hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bencana biologi (biological
hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas
lingkungan (environmental degradation).Bencana Geologi sendiri mempunyai
definisi bencana yang terjadi akibat adanya perubahan pada faktor geologinya
dimana itu dapat berupa kestabilan lereng,litologi yang dapat terjadi akibat
gangguan dari manusia seperti akibat dari penambangan.Wilayah Indonesia
terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan
ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan
batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan
kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa
akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti
banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan
berkembangnya

waktu

dan

meningkatnya

aktivitas

manusia,

kerusakan

lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah


kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan
kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada
tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember,
Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun
pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan
dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini
bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar)
menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan
mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin
berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan
kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko
bencana.

II.1.1.Bencana Alam Akibat Penambangan


Tidak dapat kita pungkiri bahwa selain kekayaan alam Indonesia juga
tekenal akan bencana alamanya dimana bencana alam itu sendiri tidak hanya
karna faktor alam namun ada faktor dari luar yang mempercepat terjadinya
bencana tersebut seperti penataan kota yang kurang memperhatikan lingkungan
dan penambangan baik itu yang resmi maupun yang ilegal. Dampak kegiatan
pertambangan terhadap lingkungan dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
Aspek Fisik
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

Kegiatan pembukaan lahan/penyiapan lahan akan mengakibatkan hilangnya


tanaman penutup tanah, baik pohon maupun cover crop. Hilangnya tanaman
penutup ini mengakibatkan permukaan tanah menjadi rawan terhadap erosi oleh
air maupun angin. Hilangnya tanaman tumbuhan pada areal tersebut, perubahan
nutrisi lapisan tanah karena pengaruh panas, terjadinya erosi oleh air permukaan
serta penurunan kualitas tanah.
Aspek Kimia
Penurunan kualitas kimiawi air permukaan, air tanah, udara serta tanah akibat
masuknya unsur kimia yang berasal dari kegiatan pertambangan yang melampaui
baku mutu yang telah ditetapkan. Kegiatan sarana penunjang juga mempunyai
potensi pencemaran, misalnya kegiatan bengkel peralatan berat, power plant,
gudang penyimpanan bahan, rumah sakit/poliklinik, depot BBM, dll. Kegiatankegiatan tersebut berpotensi melepaskan limbah cair, padat maupun gas ke
lingkungan dengan karakteristik fisik maupun kimiawi berbeda.
Aspek Biologi
Pembukaan lahan dalam skala luas akan mengurangi jumlah dan jenis tumbuhan
lokal, dapat menimbulkan kepunahan terutama jenis/spesies indemik daerah
tersebut. Spesies flora dan fauna indemik pada umumnya sangat rentan terhadap
perubahan lingkungan, sehingga upaya untuk mengembalikan keberadaan jenis
tersebut pada suatu kondisi rekayasa akan sulit berhasil.
Berikut adalah bencana alam yang dapat terjadi akibat dari penambangan yang
tidak memperhatikan lingkungan dan merugikan masyarakat.
1. Banjir

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

Gambar II.1 : Banjir Bangka Barat pada awal tahun 2015(sumber:http://www.covesia.com)

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam
air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.
Banjir

diakibatkan

oleh

volume

air

di

suatu

badan

air

seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air
keluar dari batasan alaminya.Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah
sesuai perubahan curah hujan namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika
air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan
permukiman lain.Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan
kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Peran pertambangan dalam mendatangkan banjir dapat kita lihat pada proses
penambangannya mulai dari awal proses sampai akhir dimana penambangan
diawali dengan menebas vegetasi penutup tanah,mengupas tanah lapiran atas yang
biasa berguna sebagai derah resapan air dan kemudian menimbun kembali bekas
sehingga mengakibatkan perubahan sifat tanah, menimbulkan erosi yang akan
membuat bahan bahan sedimen semakin cepat menyebabkan proses sedimentasi
sehingga terjadi pendangkalan pada tubuh sungai dan daerah aliran sungai lainnya
yang kemudian pada musim penghujan akan membuat air meluap akibat tidak
dapat tertampung oleh tubuh sungai yang mengakibatkan kebanjiran dan
merugikan masyarakat sekitar.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

2. Tanah longsor

GambarII.2 : longsor pada daerah tambang yang menewaskan 99 orang (sumber:http://www.koransindo.com)

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masabatuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang
memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya
yang turut berpengaruh.Dalam hal ini kegiatan pertambangan dapat menjadi
faktor pendorong dalam terjadinya tanah longsor dimana akibat aktivitas
penambangan tersebut dapat mempengaruhi kestabilan lereng,serta hilangnya
daerah resapan air dan vegetasi yang dapat membantu menahan gerakan tanah
tersebut serta sistem penambangan yang tidak tepat.
Setelah kegiatan pertambangan juga dapat terjadi longsor akibat tidak adanya
kesadaran dari perusahaan penambangan dan ketegasan pemerintah dalam upaya
penutupan pasca penambangan dimana pengusaha akan membiarkan begitu saja
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

bekas penambangan tanpa ada kewajiban untuk mereklamasi atau meremajakan


kembali daerah tersebut.

3. Abrasi
Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh geolobang laut maupun arus
laut yang bersifat merusak. Kerusakan ini dapat terjadi oleh alam maupun oleh
manusia dimana faktor dominan terjadi akibat manusia seperti didaerah
penambangan baik itu berupa penambangan non-logam maupun logam.
Penambangan non-logam yang dapat merusak pantai dan mengakibatkan
abrasi adalah penambangan pasir dan batu untuk di jadikan bahan bangunan untuk
pembangunan sedangkan untuk non-logam dapat kita lihat pada daerah-daerah
yang mempunyai hasil sumber daya alam seperti bijih timah,bijih besi dan banyak
lagi yang cara pengambilannya tidak memakai perhitungan yang matang.

Gambar II.3 : Abrasi akibat penambangan liar (sumber : www.bawean.net)

4. Kekeringan
Kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan
datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi dan lingkungan. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa
menjadi kendala dalam peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di
Indonesia pada setiap musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada
tanaman pangan dengan intensitas dan luas daerah yang berbeda tiap
tahunnya.
Kekeringan bukan hanya karna faktor alam,kegiatan manusia itu sendiri
dapat menyebabkan kekeringan seperti penambangan dimana kegiatan
penambangan apalagi penambangan dengan sistem terbuka akan membuat
daerah resahap air hilang sehingga air tidak terserap kedaerah resapan air tapi
berkumpul di area kubangan tempat terjadinya penambangan. Dampak yang
akan terjadi dari kekeringan ini akan sangat besar terhadap kelangsungan
hidup warga sekitar karna air sangat diperlukan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.

Gambar 4 : Kubangan-kubangan bekas penambangan yang terisi air namun tidak bisa di pakai
akibat tingginya kadar logam berat serta menghilangkan daerah resapan air alami (sumber :
http://marluganababan-electrical.blogspot.co.id/2012/11/dampak-pertambangan-timah-bagi.html)

5. Kerusakan tubuh tanah


Kerusakan tubuh tanah dapat dikategorikan kepada bencan alam karna
dapat mengancam kelangsungan hidup seseorang maupun kelompok orang
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

10

dimana terjadi pada saat pengupasan saat pembukaan area tambang dan
penimbunan kembali tanah pucuk saat penutupan untuk proses reklamasi.
Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub
soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia,
dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah sebagai
media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan
tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik
oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya
lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong
kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab
utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi
penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat
berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah
yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air
(water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara
langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan
akar.
Bila ingin dijabarkan secara rinci mungkin akan banyak lagi dampak
buruk yang mengakibatkan bencana alam bagi manusia dari proses
penambangan namun dikarenakan Indonesia adalah Negara yang sedang
berkembang kebanyakan pemerintah daerah dan pusat lebih mementingkan
berjalannya roda ekonomi tanpa melihat kedepannya yang akan terjadi
berpuluh-puluh tahun lagi bisa saja sebuah pulau seperti pulau bangka akan
tenggelam akibat dari penambangan yang gila-gilaan tanpa adanya upaya
untuk mengembalikan atau meremajakan daerah bekas penambangan.

II.1. Mitigasi Bencana Alam


6.
7. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air yang terdiri
dari 97,5 % air laut, 1,75% berbentuk es, dan 0,73% berada di daratan
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

11

sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Pemanfaatan air
untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air
yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air
akan menurun. Air di bumi ini mengulangi suatu sirkulasi yang terus
menerus yakni penguapan, persipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air
yang ada di permukaan tanah, sungai, danau, dan laut selalu mengalir dan
dapat berubah wujud menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar
matahari dan tiupan angin yang kemudian menguap dan mengumpul
membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses kondensasi yang
kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju ke permukaan laut atau
daratan.
Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagaian langsung menguap ke udara dan
sebagian tiba ke permukaan bumi.
Sebagian dari air yang jatuh ke bumi akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau melalui dahandahan mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat
sinar matahari. Sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi), dimana
bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan
tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai
dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan
kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera
ke sungai-sungai (interflow).
Sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) dengan mengisi
tanah/bebatuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk ke dalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer yang
lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lokasi
pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya
(discharge area). Yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang
lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (groundwater runoff)
limpasan air tanah. Sirkulasi antara air laut dan air darat yang berlangsung terus
menerus secara kontinu ini disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle) (Mori
dkk.,1999)
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

12

Siklus hidrologimerupakansirkulasiair yang tidak pernah berhenti dari


atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi.

Gamnbar 2.1. Siklus Hidrologi

II.1.2.Proses Terbentuknya Air Tanah


Air laut karena panas matahari berubah menjadi uap air. Oleh angin uap air
tersebut ditiup ke atas daratan, pada tempat yang berelevasi tinggi uap tersebut
akan mengalami pemampatan, dan setelah titik jenuhnya terlampaui akan jatuh
kembali ke bumi sebagai air hujan. Air hujan sebagian besar akan mengalir di
permukaan sebagai air permukaan seperti sungai, danau, atau rawa. Sebagian kecil
akan meresap ke dalam tanah, yang bila meresap terus hingga zona jenuh akan
menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan diuapkan kembali
lewat tanaman yang kita kenal dengan evapotranspiration. Penguapan evaporation
terjadi langsung pada tubuh air yang terbuka.
Sedangkan aliran permukaan akan bermuara kembali ke laut, dan proses
hidrogeologi di atas akan berlangsung lagi, demikian seterusnya. Selain air sungai
dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama
dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

13

rumah tangga maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah,


ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai 70%.
Sebenarnya

di

bawah

permukaan

tanah

terdapat

kumpulan

air

yang

mempersatukan kumpulan air yang ada dipermukaan.


Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Air bawah tanah atau sering
disangka dengan air tanah, adalah air yang terdapat pada ruang antar butir batuan
atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan
beberapa ratus meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos
air atau biasa disebut permeable dan ada pula yang tidak lolos atau kedap air yang
biasa disebut impermeable. Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir,
batuapung, dan batuan yang retak-retak, sedangkan lapisan kedap air antara lain
terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung. Sebetulnya tanah lempung
dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak dapat lagi
menyerap air.
Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap
(infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang
selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,
pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau
badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987).
Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi
dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur
hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan,
tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air
permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi pemompaan, pencemaran
terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian
sebaliknya.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

14

II.1.3.Pergerakan Air Tanah


Air meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya garavitasi
bumi.Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air,
menyebabkanpori-pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda.
Setelahhujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air (zona aerasi).
Sejumlahair beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada poripori yangkecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila
kapasitasretensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air akan bergerak
kebawahkedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di
dalam zonajenuh air ini disebut air tanah (Linsley dkk., 1989).

Gambar 2.2.Pergerakan Air Tanah (Linsley dkk., 1989)


Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerakan air bawah permukaan
tanah antara lain adalah (Usmar dkk, 2006) :

Perbedaan kondisi energi di dalam air tanah itu sendiri


Kelulusan lapisan pembawa air (Permeabilty)
Keterusan (Transmissibility)
Kekentalan (viscosity) air tanah

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

15

Air tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui ruang
antar butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial. Energi potensial
air tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya (pizometric) pada tempat yang
bersangkutan. Air tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke arah
titik dengan energi potensial rendah. Antara titik-titik dengan energi potensial
sama tidak terdapat pengaliran air tanah (Usmar dkk, 2006).
Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama energi
potensialnya disebut garis kontur muka air tanah atau garis isohypse. Sepanjang
garis kontur tersebut tidak terdapat aliran air tanah, karena arah aliran air tanah
tegak lurus dengan garis kontur. Aliran air tanah tersebut secara umum bergerak
dari daerah imbuh (recharge area) ke daerah luah (discharge area) dan dapat
muncul ke permukaan secara alami maupun buatan (Usmar dkk, 2006).

Keterangan :
Equipotential line (garis-garis dengan ketinggian yang sama)
Flow line (garis aliran)
Gambar 2.3.Jaring-jaring Aliran Air Tanah (Linsley dkk., 1989)
Kelulusan suatu material batuan sangat tergantung pada ukuran besar
butiran serta sistem bukaan yang ada. Suatu lapisan batuan yang mempunyai
angka kelulusan (K) dan tebal (kedalaman) dari zona jenuh air (b), maka dapat
dikatakan lapisan batuan ini mempunyai angka keterusan/Transmissibility (T)
yang dinyatakan dengan persamaan (Linsley dkk., 1986):
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

16

T=K.b
dimana :

T = Transmibisibilitas (m2/hari)
K = Koefisien kelulusan (m/hari)
b = tebal / kedalaman akuifer (m)

II.1.4. Munculan Air Tanah


Air tanah dapat muncul ke permukaan secara alami, seperti mata air,
maupun karena perbuatan manusia, lewat sumur bor. Mata air adalah keluaran
terpusat dari airtanah yang muncul di permukaan sebagai suatu aliran air dan
keluar secara alamiah/dengan sendirinya.
Mata air ditilik dari penyebab pemunculan dapat digolongkan menjadi dua, yakni:

Akibat dari kekuatan non gravitasi.


Akibat kekuatan-kekuatan gravitasi.
Termasuk golongan yang pertama adalah mata air yang berhubungan

dengan rekahan yang meluas hingga jauh ke dalam kerak bumi. Mata air jenis ini
biasanya berupa mata air panas seperti yang dapat kita lihat pada gambar di bawah
ini:

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

17

Gambar 2.4. Sistem Termal Musim Semi


Mata air gravitasi adalah hasil dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik.
Secara umum jenis-jenisnya dikenal sebagai berikut:

Gambar 2.5 Jenis Sistem Gravitasi


Mata air depresi (depression springs) terbentuk karena permukaan tanah
memotong muka airtanah.
Mata air sentuh (contact springs) terbentuk karena lapisan yang lulus air
yang dialasi oleh lapisan yang relatif kedap air teriris oleh muka tanah.
Mata air artesis (artesian spring) terbentuk oleh pelepasan air di bawah
tekanan dari akuifer tertekan pada singkapan akuifer atau melalui bukaan
dari lapisan penutup.
Mata air pipaan atau rekahan (tubular or fracture springs) muncul dari
saluran, seperti lubang pada lava atau saluran pelarutan, atau muncul dari
rekahan-rekahan batuan padu yang berhubungan dengan air tanah.
Munculan air tanah ke permukaan karena perbuatan manusia lewat sumur
bor dapat dilakukan dengan menembus seluruh tebal akuifer atau hanya
menembus sebagian saja dari tebal akuifer.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

18

II.1.5.Wadah Air Tanah


Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan
dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air-mata
air disebut aquifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi
yang dapat bertindak sebagai wadah .
Wadah air tanah yang disebut tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan
dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai
aquitard. Lapisan yang sama dapat juga menutupi, yang menjadikan air tanah
dalam tersebut di bawah tekanan. .
Semua aquifer mempunyai dua sifat yang mendasar yaitu :
Kapasitas menyimpan air tanah
Kapasitas mengalirkan air tanah.
Sebagai lapisan kulit bumi, maka akuifer membentang sangat luas,
menjadi semacam reservoir bawah tanah. Pengisian akuifer ini dilakukan oleh
resapan air hujan kedalam tanah. Sesuai dengan sifat dan lokasinya dalam siklus
hidrologi, maka lapisan akuifer mempunyai fungsi ganda sebagai media
penampung (storage fungtion) dan media aliran (conduit fungtion). Aliran air
tanah dapat dibedakan dalam aliran akuifer bebas (unconfined aquifer) atau
akuifer terkekang (confined aquifer) (Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Akuifer tertekan (confined aquifer)


Merupakan lapisan rembesan air yang mengandung kandungan air
tanah yang bertekanan lebih besar dari tekanan udara bebas/tekanan
atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari
lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Muka air tanah dalam kedudukan
ini disebut pisometri, yang dapat berada diatas maupun dibawah muka
tanah. Apabila tinggi pisometri ini berada diatas muka tanah, maka air
sumur yang menyadap akuifer jenis ini akan mengalir secara bebas. Air
tanah dalam kondisi demikian disebut artoisis atau artesis. Dilihat dari

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

19

kelulusan lapisan pengurunganya akuifer tertekan dapat dibedakan


menjadi akuifer setengah tertekan (semi-confined aquifer) atau tertekan
penuh (confined aquifer) dan dapat disebut pula dengan akuifer dalam
(Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Gambar 2.6. Confined aquifer dan Unconfined aquifer


(Todd, 1959 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005)

Akuifer bebas/tak tertekan (unconfined aquifer)


Merupakan lapisan rembesan air yang mempunyai lapisan dasar
kedap air, tetapi bagian atas muka air tanah lapisan ini tidak kedap air,
sehingga kandungan air tanah yang bertekanan sama dengan tekanan udara
bebas/tekanan atmosfir. Ciri khusus dari akuifer bebas ini adalah muka air
tanah yang sekaligus juga merupakan batas atas dari zona jenuh akuifer
tersebut, sering disebut pula dengan akuifer dangkal.
Beberapa macam Unconfined Aquifer (Kodoatie dan Sjarief, 2005) :
1. Akuifer Terangkat ( Perched Aquifer)
Merupakan kondisi khusus, dimana air tanah pada akuifer ini
terpisah dari air tanah utama oleh lapisan yang relatif kedap air
dengan penyebaran tebatas, dan terletak diatas muka air tanah
utama

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

20

Gambar 2.7. Akuifer Terangkat (perched aquifer)


2. Akuifer Lembah (Valley Aaquifer) Merupakan akuifer yang berada
pada suatu lembah dengan sungai sebagai batas (inlet atau outlet).
Dapat dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu di daerah yang
banyak curah hujannya (humidzone), dimana pengisian air sungai
yang ada di akuifer ini diisi melalui infiltrasi dari daerah-daerah
yang sama tingginya dengan ketinggian sungai. Dan juga di daerah
gersang (arid zone), dimana pengisian (infiltrasi) ke akuifer tidak
ada akibat dari curah hujan. Pengisian air berasal dari sungai ke
akuifer dengan aliran pada akuifer searah aliran sungai.

(a) Pada daerah yang banyak hujannya (humid zone)

(b) Pada daerah yang gersang (arid zone)


Gambar 2.8.Valley Aquifer pada daerah humid dan arid

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

21

3. Alluvial Aquifer Merupakan akuifer yang terjadi akibat proses fisik


baik pergeseran sungai maupun perubahan kecepatan penyimpanan
yang beragam dan heterogen disepanjang daerah aliran sungai atau
daerah genangan (flood plains). Akibatnya kapasitas air di akuifer
ini menjadi besar dan umumnya air tanahnya seimbang
(equillibrium) dengan air yang ada di sungai. Didaerah hulu DAS
umumya air sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan mengisi
akuifer ini.Sedangkan di hilir muka air tanah di akuifer lebih tinggi
dari dasar sungai, dan akuifer mengisi sungai terutama pada musim
kemarau.

Gambar 2.9.Alluvial aquifer dengan sungai di atasnya

Gambar 2.10.Potongan Melintang Beberapa Akuifer


(Davis and DeWiest, 1966 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005)

II.1.6.Keterdapatan atau Kuantitas Air Tanah

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

22

Kandungan air tanah yang ada berasal dari imbuhan, baik secara
langsungdari curahan hujan maupun dari aliran tanah yang terkumpul menuju
daerahlepasan (Dinas Pertambangan dan Energi, 2003). Kuantitas air tanah
dapatdiketahui dengan mengetahui seberapa besar jumlah air hujan yang
menyerapkedalam tanah. Jumlah resapan air tanah dihitung berdasarkan besarnya
curahhujan dan besarnya derajat infiltrasi yang terjadi pada suatu wilayah,
yangkemudian meresap masuk ke dalam tanah sebagai imbuhan air tanah.
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona
takjenuh (zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak
jenuhterdiri dari ruang antara sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh
udara,sementara ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air. Air yang
beradapada zona tak jenuh disebut air gantung (vodose water), sedangkan
yangtersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat
(capillarywater) (Linsley dkk., 1986).

Gambar 2.11.Lokasi dan jenis aliran air tanah


(Toth, 1990 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005)
Air tanah adalah bagian dari air yang ada dibawah permukaan tanah
(subsurface water), yakni yang berada di zona jenuh air (zone of
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

23

satuation).Keterdapatan air tanah pada zona jenuh akan mengisi ruang-ruang


antara butir
batuan rongga-rongga batuan.

Gambar 2.12.Air Tanah Pada Zona Jenuh


(Linsley dkk., 1986 dan Seyhan, 1990)
Apabila ditijau dari sifanya terhadap air batuan tersebut dapat dibedakan
atas(Kodoatie dan Sjarief, 2005):

Akuifer (aquifer)
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi
yangpermeable baik yang terkonsolidasi (lempung) maupun yang
tidakterkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai
suatubesaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air
(atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis. Pasir

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

24

dan kerikil merupakan contoh suatu jenis akuifer. Lapisan akifer ini sangat
penting dalam usaha penyadapan air tanah.

Aquiclude (lapisan kedap air)


Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
kedap air (impermeable) dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangt
kecil sehingga tidak memungkinkan air untuk melewatinya. Dapat
dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu
confined aquifer. Lempung adalah salah satu jenis dari aquiclude.

Aquitard (semi impervious layer)


Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
permeable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih
memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang
sangat lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan
bawah suatu semi confined aquifer. Misalnya lempung pasiran.

Akuifug
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat mengalirkan air
(air sama sekali tidak dapat melewatinya). Batu Granit termasuk jenis ini.

Litologi/penyusun batuan dari lapisan akuifer di Indonesia yang penting


adalah(Usmar dkk., 2006):

Endapan alluvial
Merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada.
Endapanini terdiri dari bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. Air
tanah padaendapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini tersebar di
daerahdataran.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

25

Endapan vulkanik muda


Merupakan endapan hasil kegiatan gunung berapi, ang terdiri dari
bahanbahanlepas maupun padu. Ai tanah pada endapan ini menempati
baikruang

antar

butir

pada

meterial

lepas

maupun

mengisi

rekahan/ronggabatuan padu. Endapan ini tersebar disekitar wilayah


gunung berapi.

Batu gamping
Merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang karena
prosesgeologis diangkat ke permukaan. Air tanah disini terbatas pada
rekahan,rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar di
tempattempatyang dahulu berujud lautan. Karena proses geologis, fisik,
dankimia dibeberapa daerah sebarana endapan batuan ini membentuk
suatumorfolgi khas, yang disebut karts.

II.1.7. Cekungan Air Tanah


Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk
menjaga keberadaan dan ketersediaan sumber daya air tanah salah satunya dengan
memiliki suatu system monitoring penggunaan air tanah yang dapat
divisualisasikan dalam data spasial dan atributnya. Dalam Undang-undang
Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah yang
didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan
pelepasan air tanah berlangsung. Menurut Danaryanto, dkk. (2004), Cekungan Air
Tanah di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Cekungan Air Tanah Bebas (unconfined aquifer)
b. Cekungan Air Tanah Tertekan (confined aquifer )
Cekungan Air Tanah ini tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan total
besarnya potensi masing-masing Cekungan Air Tanah adalah :
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

26

a. Cekungan Air Tanah Bebas : Potensi 1.165.971 juta m/tahun


b. Cekungan Air Tanah Tertekan : Potensi 35.325 juta m/tahun
Elemen Cekungan Air Tanah adalah semua air yang terdapat di bawah
permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan.
Dalam UU Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah
(groundwater basin).
Cekungan Air Tanah didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Daerah Cekungan
Air Tanah sering juga disebut sebagai daerah aluvial.
Beberapa criteria tentang CAT berdasar PP No. 43 Tahun 2008 antara lain:
a. Mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis dan
atau kondisi hidraulik air tanah. Batas hidrogeologis adalah batas fisik
wilayah pengelolaan air tanah. Batas hidrogeologis dapat berupa batas
antara batuan lulus dan tidak lulus air, batas pemisah air tanah, dan batas
yang terbentuk oleh struktur geologi yang meliputi, antara lain,
kemiringan lapisan batuan, lipatan, dan patahan.
b. Mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu
sistem pembentukan air tanah. Daerah imbuhan air tanah merupakan
kawasan lindung air tanah, di daerah tersebut air tanah tidak untuk
didayagunakan, sedangkan daerah lepasan air tanah secara umum dapat
didayagunakan, dapat dikatakan sebagai kawasan budidaya air tanah.
Memiliki satu kesatuan sistem akuifer: yaitu kesatuan susunan akuifer,
termasuk lapisan batuan kedap air yang berada di dalamnya. Akuifer dapat
berada pada kondisi tidak tertekan atau bebas dan tertekan.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

27

Gambar 2.13. Daerah Cekungan Air Tanah


Cekungan Air Tanah di Indonesia terdiri atas akuifer bebas atau biasa
disebut unconfined aquifer dan akuifer tertekan atau confined aquifer. Akuifer
bebas merupakan akuifer jenuh air. Lapisan pembatasnya, yang merupakan
aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan
atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Sedangkan akuifer tertekan
atau confined aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan
atas dan lapisan bawah yang kedap air atau aquiclude dan tekanan airnya lebih
besar dari tekanan atmosfer.

Gambar 2.14. Potongan Cekungan Air Tanah yang terdiri dari Akuifer
Bebas danAkuiferTertekan

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

28

II.1.8.

Pendugaan Air Tanah


Keadaan

sebuah

akuifer

ditentukan

oleh

struktur

geologi

dan

bentuktopografi. Tahap dasar dalam penyelidikan air tanah yaitu penyelidikan


permulaantopografi dan geologi, pengukuran air, pendugaan fisik, pemboran uji
dan ujiakuifer. Pendugaan fisik dan pemboran uji termasuk dalam pendugaan air
tanah.Pendugaan fisik yang dilakukan dalam pendugaan air tanah antara lain
(Mori dkk.,1999):

Pendugaan Listrik
Ketahanan listrik dari lapisan yang berbeda-beda tergantung dari
kualitas batuan, derajat kepadatan dan kondisi kelembaban tanah dan jika
arus listrik dialirkan dalam tanah dan gradien tekanan listriknya diukur
diatas permukaan tanah maka kondisi lapisan dapat diperkirakan.
Tabel 2.1. Harga tahanan spesifik listrik umum dari lapisan (Mori, dkk.,
1999).

Pendugaan Seismik
Gelombang seismik yang diakibatkan oleh ledakan merambat
didalam tanah, dipantulkan dan dibiaskan pada batas antara lapisan-lapisa
yang berbeda elastisitasnya serta sebagian gelombang dikembalikan
kepermukaan tanah.

II.1.9.1. Pumping Test


SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

29

Pumping Testdisebut juga dengan uji akuifer. Dimana maksud dari


ujiakuifer

ini

adalah

untuk

mengetahui

ketetapan

akuifer

seperti

koefisienpermeabilitas dan koefisien penampungan (storage coefficient). Jadi, uji


akuiferitu sangat penting untuk perencanaan sumur dan pengontrolannya. Jika
koefisienpermeabilitas

itu

digunakan

sebagai

koefisien

transmisibilitas

(Koefisienpermeabilitas dikali dengan tebal akuiher), maka perhitungannya akan


lebihmudah (Mori dkk., 1999).
Untuk mendapatkan hasil uji akuifer yang baik maka terutama
diperlukankondisi-kondisi sebagai berikut (Mori dkk., 1999) :

Sumur pembuangan sedapat mungkin mempunyai konstruksi yang

dapatmengeluarkan air tanah dari seluruh akuifer yang akan diuji.


Permukaan air tanah sumur pembuangan harus terlihat dengan baik
padasumur-sumur pengamatan. Jadi saringan sumur pembuangan dan
sumursumurpengamatan harus dipasang pada akuifer yang sama. Sumur
sumurpengamatan harus terletak pada bagian-bagian atas dan bawah dari
gradienhidrolik dengan sumur pembuangan sebagai titik pusat. Rumus
yangditerapkan untuk uji akuifer itu dibagi dalam 2 jenis, yakni rumus
tidakkeseimbangan dengan konsep waktu dan rumus keseimbangan
tanpakonsep waktu.

Tahapan pengujian akuifer atau sering disebut dengan tahap pumping yaitu :

Pemompaan Uji Pendahuluan (Trial Pumping Test)


Pertama-tama dilakukan uji pendahuluan yang dilakukan selama
3jam berturut-turut dengan debit maksimum, dipasang pompa dengan
debitpemompaan 3 liter/detik. Pada tahap ini dilakukan pengamatan
terhadappenurunan muka asli air tanah pada sumur pengamatan (Dinas
Pengelolaandan Pendayagunaan Air Tanah, 2008).

Pemompaan

Uji

Penurunan

Bertingkat/

Uji

Surut

Muka

Air

SecaraBertahap (Step draw-down test).


Air dapat dipompa secara berturut-turut dari sumur artinya
kondisibesarnya pemompaan yang tetap dapat diperoleh pada permukaan
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

30

air yang tetap. Jadi air yang keluar dari sumur diperkirakan pertama-tama
terjadi pada penurunan permukaan air dan umumnya air yang keluar itu
sama dengan besar pemompaan (Mori dkk., 1999).
Selama waktu pemompaan itu kecil, kapasitas spesifik air yang
keluar yakni besar pemompaan per-satuan penurunan permukaan air relatif
besar. Akan tetapi jika pemompaan menjadi besar, maka besarnya air yang
keluar tahap demi tahap menjadi kecil dan akhirnya kadang-kadang
banyaknya pasir dan lumpur dalam air yang dipompa meningkat
yangdisebabkan oleh pergerakan yang terdapat dalam akuifer (Mori dkk.,
1999).Hal

ini

menunjukan

ketidakmampuan

sumur

dan

untuk

menghindarinyadilakukan uji surut muka air secara bertahap.


Sebelum dilakukan uji surut muka air secara bertahap, sumur
harusdidiamkan selama minimum 12 (dua belas) jam, tanpa pemompaan.
Besarair pemompaan ditingkatkan tahap demi tahap dan pada setiap
besarnyapemompaan akan ditemukan permukaan air yang seimbang.
Kemudianbesarnya pemompaan dikurangi tahap demi tahap sampai
ditemukanpermukaan air yang seimbang. Pemompaan dilakukan tiap
tahapannyaselama 3 jam dengan besarnya debit pemompaan bertahap.
Kemudian darihasil pengujian tersebut dapat dinyatakan dengan grafik
hubungan antarabesarnya pemompaan air (Q) dengan besarnya penurunan
permukaan air(s) (Dinas Pengelolaan dan Pendayagunaan Air Tanah,
2008).

Pemompaan Uji Menerus (Constant rate pumping test)


Setelah itu dilakukan pengujian debit secara terus menerus selama
+ 48 jam, pengujian ini dilakukan untuk pengamatan penurunan muka air
tanah dan apabila didapatkan penurunan muka air yang drastis serta
mempengaruhi sumur-sumur lain yang ada maka dilakukan uji
pemompaan

dengan

penurunan

debit

Pendayagunaan Air Tanah, 2008).

II.1.10. Mutu Air Tanah


SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

31

(Dinas

Pengelolaan

dan

Air tanah sejak terbentuk di daerah imbuh dan mengalir ke daerah


luahnya, melalui ruang antara dari batuan penyusun akuifer. Dalam perjalanan
tersebut air tanah banayk melarutkan mineral batuan serta dipengaruhi oleh
kondisi lingkungannya. Oleh sebab itu, mutu air tanah dari satu tempat ke tempat
lain sangat beragam tergantung dari jenis batuan, di mana air tanah tersebut
meresap, mengalir, dan berakumulasi, serta kondisi lingkungan.
Mutu air tanah dinyatakan menurut sifat fisik, kandungan unsur kimia,
ataupun bakteriologi. Persyaratan mutu air tanah telah dibakukan berdasarkan
penggunaannya, seperti mutu air untuk air minum, air irigasi, maupun industri.
Beberapa unsur utama kandungan air tanah - 1,0 hingga 1000 mg/l - adalah
sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, dan khlorida. Kandungan
khlorida yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bersumber dari air
limbah sampai kepada interusi air laut.
Sementara kandungan nitrat sebagai unsur sekunder - 0,01 hingga 10 mg/l
bersumber dari limbah manusia, tanaman, maupun pupuk buatan.

Gambar 2.15. Diagram Segitiga Piper Kimia Pada Mutu Air Tanah

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

32

Untuk penyajian hasil analisis kimia air tanah, umumnya dipakai diagram
segitiga Piper. Dengan diagram ini dapat diketahui unsur apa yang paling dominan
yang terkandung dalam airtanah.Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang
menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi
penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air
tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap
air tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah.
Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat
pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zatzat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat
tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis
tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri.
Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah
perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan
pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang
berasal dari air.

II.1.10.1. Klasifikasi Air Tanah


Kualitas air tanah ditentukan oleh tiga sifat utama, yaitu: sifat fisik, sifat
kimia, dan sifat biologi/bakteriologi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
sifat fisik dan sifat kimia air tanah yaitu (Dinas Pertambangan dan Energi, 2003):

Jenis litologi akuifer, tempat terdapat/terakumulasinya air tanah


Kondisi batuan dan lingkungan lainnya, dimana pergerakan air

tanahberlangsung
Jarak dari daerah

resapan,

dimana

pembentukan

air

tanah

mulaiberlangsung
1. Sifat Fisik
Sifat fisik antara lain warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan,
suhu(Hadipurwo, 2006 dalam Danaryanto dkk., 2008).
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

33

Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya,

baikberupa suspensi maupun terlarut.


Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang mempunyai

aromayang terkandung dalam air.


Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung

dalam air tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.


Kekentalan air dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalamnya.
Semakin banyak yang terkandung akan semakin kental. Disamping itu
apabila suhunya semakin tinggi, maka kekentalannya akan semakin kecil

(encer).
Kekeruhan air disebabkan oleh adanya tidak terlarutkan zat yang di
kandung. Sebagai contoh adalah adanya partikel lempung, lanau, juga zat

organik ataupun mikroorganisme.


Suhu air juga merupakan sifat fisik dari air. Suhu ini dipengaruhi oleh
keadaan sekeliling, seperti musim, cuaca, siang-malam, tempat ataupun
lokasinya.

2. Sifat Kimia
Termasuk dalam sifat kimia adalah kesadahan, jumlah garam terlarut
(totaldissolved solids atau TDS), daya hantar listrik (electric conductance),
keasaman,kandungan ion.

Kesadahan atau Kekerasan


Kesadahan

atau

kekerasan

(total

hardness)

dipengaruhi

oleh

adanyakandungan Ca dan Mg. Kesadahan ada dua macam, yaitu kesadahan


karbonatdan kesadahan non karbonat (Danaryanto dkk., 2008). Air dengan
kesadahantinggi sukar melarutkan sabun, oleh karenanya air tersebut perlu
dilunakkanterlebih dahulu. Klasifikasi air tanah berdasarkan kesadahan dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.2.Klasifikasi air berdasarkan kesadahan (Hem, 1959; Sawyer dan
Mc.Carty, 1994 dalam Danaryanto dkk., 2008)

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

34

Jumlah garam terlarut (total dissolved solids atau TDS) adalah jumlah garam yang
terkandung di dalam air. Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut
menurut Hem (1959) tertera seperti pada Tabel 2.2, sedangkan menurut David dan
De Wiest (1996) tertera seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Hem, 1959 dalam
Danaryanto dkk., 2008)

Tabel 2.4.Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Davis dan De Wiest,
1966 dalam Danaryanto dkk., 2008)

Daya Hantar Listrik

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

35

Daya

Hantar

Listrik

(DHL

atau

electric

conductance)

adalah

sifatmenghantarkan listrik air. Air yang banyak mengandung garam akan


mempunyaiDHL tinggi. Pengukurannya dengan alat Electric Conductance Meter
(EC Meter), yang satuannya adalah mikro mhos/cm atau mhos/cm atau sering
ditulis umhos.
Air tanah pada umumnya mempunyai harga 100 5000 umhos.
BesaranDHL dapat dikonversikan menjadi jumlah garam terlarut (mg/l), yaitu 10
mmhos/cm = 640 mg/l atau 1 mg/l = 1,56 umhos/cm (1,56 U S/cm)
(Danaryantodkk., 2008).
Hubungan antara DHL dengan jumlah garam terlarut secara tepat
perlubanyak koreksi seperti temperatur pengukuran, maupun tergantung juga
denganjenis garam yang terlarut, tetapi secara umum angka tersebut diatas sedikit
banyakdapat mewakili. Hubungan antara harga DHL dan macam air seperti
terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.5.Klasifikasi air berdasarkan harga DHL (Hadipurwo, 2006 dalam
Danaryanto dkk., 2008)

Keasaman Air
Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran mulai dari 1

14. Air yang mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang mempunyai pHlebih
besar/kecil dari 7 disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang mengandunggaram Ca
atau Mg karbonat, bersifat basa (pH 7,5-8), sedangkan yang mempunyaiharga pH
< 7 adalah bersifat asam, sangat mudah melarutkan Fe, sehingga airyang asam
biasanya mempunyai kandungan besi (Fe) tinggi. Pengukuran pH airdilapangan
dilakukan dengan pH meter, atau kertas lakmus (Hadipurwo, 2006dalam
Danaryanto dkk., 2008).
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

36

Kandungan Ion
Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di dalam

airdiukur banyaknya, biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l.
Ionionyang diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, SO4,
CO2,yang biasanya jarang akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun antara lain As,
Pb,Sn, Cr, Cd, Hg, Co (Hadipurwo, 2006 dalam Danaryanto dkk., 2008)3 Sifat
Biologi/BakteriKandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan
banyaknya baktericoli. Untuk standar air minum ada batas maksimum kandungan
coli yangdiperbolehkan (Danaryanto dkk., 2008).

Sifat Biologi/Bakteri
Kandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan banyaknya

bakteri
coli. Untuk standar air minum ada batas maksimum kandungan coli yang
diperbolehkan (Danaryanto dkk., 2008).

II.1.10.2. Standar Kualitas Air Tanah


Cara penetuan kualitas/mutu air tanah untuk berbagai keperluan yaitu :

Standar Kualitas Air Minum


Penilaian kualitas air tanah untuk keperluan air minum dilakukan dengan

membandingkan hasil analisis kimia dari sampel air tanah dilaboratorium dengan
baku mutu/kualitas air minum yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002. Kriteria kualitas air minum disajikan
dalam Tabel 2.6 berikut:
Tabel 2.6.Kriteria Kualitas Air Minum (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/Menkes/SK/VII/2002)
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

37

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

38

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

39

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

40

Keterangan :
mg = miligram
mL = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometric Turbidity Units
TCU = True Color Units
Logam berat merupakan logam terlarut
Standar baku kualitas air minum merupakan parameter yang digunakan
untuk menentukan kualitas air minum. Dengan standar tersebut, dapat diketahui
kualitas air minum layak atau tidak untuk diminum. Standar baku kualitas air
minum harus memenuhi kualitas secara fisik, kimia dan biologi :
a. Standar fisik menetapkan batasan tentang sifat fisik air.
b. Standar kimia menetapkan tentang batasan kandungan sifat dan bahan
kimia yang terkandung di dalam air minum yamasih diperbolehkan dan
tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
c. Standar biologi menetapkan ada atau tidaknya mikroorganisme patogen
dannonpatogen yang terkandung atau hidup di dalam air minum.
d. Secara kasat mata, mungkin kita akan menganggap air terlihat jernih, tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa layak diminum. Sebaliknya, anda
jangan terlalu gegabah dan menganggap air tersebut sudah layak diminum
sbelum mengetahui kandungan bahan kimia dan mikrobiologinya.
Dengan demikian, paling tidak anda dapat mengetahui syarat air yang
layak dan aman diminum serta lebih selektif saat mengkonsumsi air minum.
Untuk lebih amannya, saat mengkonsumsi air minum, sebainya air tersebut
berasal dari perusahaan air minum yang telah mendapatkan lisensi dari
pemerintah. Apabila anda di hadapkan pada pilihan untuk mengonsumsi air
minum dari depot isi ulang, sebaiknya Anda perlu memperhatikan kualitas, cara,
kebersihan pengolahan, dan lokasi sumber airnya. Selain itu, perhatikan juga
lingkungan daerah di sekitar depot dan hasil laboratorium uji kualitas air isi ulang
tersebut.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

41

Beberapa persyaratan air minum yang layak biologinya antara lain sebagai
berikut:

A. Persyaratan Fisika
Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika), antara lain derajat
kekeruhan, bau, rasa, jumlah zat padat terlarut, suhu, dan warnanya. Syarat fisik
air yang layak minum sebagai berikut:
1. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh.
Batas maksimal kekeruhan air layak minum menurut PERMENKES RI
Nomor 416 Tahun 1990 adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air disebabkan
oleh partikel-partikel yang tersuspensi di dalam air yang menyebabkan air
terlihat keruh, kotor, bahkan berlumpur. Bahan-bahan yang menyebabkan
air keruh antara lain tanah liat, pasir dan lumpur. Air keruh bukan berarti
tidak dapat diminum atau berbahaya bagi kesehatan. Namun dari segi
estetika, air keruh tidak layak atau tidak wajar untuk diminum.
2. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar
Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa
tawar. Bau dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas
air. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan
pengecap. Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan. Air yang berbau
busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air
berbau busuk tidak layak dikonsumsi. Bau busuk merupakan sebuah
indikasi bahwa telah atau sedang terjadi proses pembusukan dalam air.
Selain itu, bau dan rasa dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang
terdapat di dalam air.
3. Jumlah Padatan Terapung
Perlu diperhatikan, air yang baik dan layak untuk diminum tidak
mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas
maksimal yang diperbolehkan (1000 mg/l). Padatan yang terlarut di dalam
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

42

air berupa bahanbahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang
mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak
enak, menyebabkan mual, penyebab serangan jantung (cardiacdisease),
dan tixaemia pada wanita hamil.
4. Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8 dari suhu kamar
(27C). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi
terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar
(misalnya, fenol atau belerang) atu sedang terjadi proses dekomposisi
bahan organik oleh mikroorganisme. Jadi, apabila kondisi air seperti itu
sebaiknya tidak diminum.
5. Warna
Warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau
mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang
disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut
truecolor yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Air yang layak dikonsumsi
harus jernih dan tidak berwarna. PERMENKES RI Nomor 416 Tahun
1990 menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak minum
adalah 15 skala TCU.

B. Persyaratan Kimia
Standar baku kimia air layak minum meliputi batasan derajat keasaman,
tingkat kesadahan, dan kandungan bahan kimia organik maupun anorganik pada
air. Persyaratan kimia sebgai batasan air layak minum sebagai berikut:
1) Derajat Keasaman (pH)
pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik
adalah air yang bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari 7

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

43

dikatakan air bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat


basa. Menurut PERMENKES RI Nomor 416 Tahun 1990, batas
pH minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-8,5. Khusus
untuk air hujan, pH minimumnya adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air
dapat mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air dengan pH kurang dari 7
akan terasa asam dilidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7.
2) Kandungan Bahan Kimia Organik
Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam
jumlah yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu,
tubuh membutuhkan air yang mengandung bahan kimia organik. Namun,
apabila jumlah bahan kimia organik yang terkandung melebihi batas dapat
menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi karena bahan kimia
organik yang melebihi batas ambang dapat terurai jadi racun berbahaya.
Bahan kimia organik tersebut antara lain NH4, H2S, SO42-, dan NO3.
3) Kandungan Bahan Kimia Anorganik
Kandungan bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak
melebihi jumlah yang telah ditentukan. Bahan-bahan kimia yang termasuk
bahan kimia anorganik antara lain garam dan ionion logam (Fe, Al, Cr,
Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
4) Tingkat Kesadahan
Kesadahan air disebabkan adanya kation (ion positif) logam
dengan valensi dua, seperti Ca2+ Mn2+, Sr2+, Fe2+ dan Mg2+. Secara umum,
kation yang sering menyebabkan air sadah adalah kation Ca2+ dan Mg2+.
Kation ini dapat membentuk kerak apabila bereaksi dengan air sabun.
Sebenarnya, tidak ada pengaruh derajat kesadahan bagi kesehatan tubuh.
Namun,
kesadahan air dapat menyebabkan sabun atau deterjen tidak bekerja
dengan baik (tidak berbusa). Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 416
Tahun 1990, derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum
adalah 500 mg per liter.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

44

C. Persyaratan Biologi
Bahan baku air minum harus memenuhi beberapa syarat biologi sebagai
berikut:
1. Tidak Mengandung Organisme Patogen
Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa
mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan
bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit.
Bakteri Salmonella typhi, Sighella dysentia, Salmonella paratyphi, dan
Leptospira. Golongan protozoa seperti Entoniseba histolyca dan Amebic
dysentry. Virus Infectus hepatitis merupakan penyebab hepatitis.
2. Tidak Mengandung Mikroorganisme Non Patogen
Mikroorganisme nonpatogen merupakan jenis mikroorganisme
yang tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan
bau dan rasa yang tidak enak, lendir dan kerak pada pipa. Beberapa
mikroorganisme nonpatogen yang berada didalam air sebagai berikut :
Beberapa jenis bakteri, antara lain Actinomycetes (Moldlikose bacteria),
Bakteri coli (Coliform bacteria), Fecal streptococci, dan Bakteri Besi
(Iron Bacteria). Sejenis ganggang atau Algae yang hidup di air kotor
menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada air. Cacing yang hidup bebas
di dalam air (free living worms).

II.2. Pengertian Air Minum


Menurut

Peraturan

No.492/MENKES/PER/IV/2010,

Menteri
air

minum

Kesehatan
adalah

air

yang

RI
melalui

prosespengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan


dan dapat langsung diminum. Jenis air minum menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga


2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

45

3. Air Kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Syarat syarat air minum adalah, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan
secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
serta meluasnya penyakit bawaan air (Slamet, 2004).
Menurut Chandra (2007), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan batasan sumber air
yang bersih dan aman tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.

Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit


Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
Tidak berasa dan tidak berbau
Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.

II.3. Geologi Regional dan Geologi Daerah Penelitian


II.3.1. Fisiografi
II.3.1.1. Fisiografi Regional
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

46

Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi


dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1945 op. cit.
Martodjojo, 1984), yaitu :

Zona Dataran Pantai Jakarta ( Coastal Plains Of Batavia )


Zona Bogor ( Bogor Zone )
Zona Bandung ( Bandung Zone )
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat ( Southern Mountains of west
Java)

Gambar 2.16. Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1945 op. cit.
Martodjojo, 1984)
a. Zona Dataran Pantai Jakarta
Daerah di zona ini mempunyai morfologi yang datar, sebagian
besar di tutupi oleh endapan sungai, dan sebagian lagi oleh lahar gunung
api muda.
b. Zona Bogor
Zona Bogor terletak di sebelah selatan dari Dataran Pantai Jakarta.
Zona ini berbeda dengan zona sebelumnya karena mempunyai morfologi
daerah yang berbukit-bukit, umumnya memanjang barat-timur di seklitar
kota Bogor dan pada daerah sebelah timur Purwakarta membelok ke
selatan membentuk lengkungan di sekitar kota Kadipaten. Perbukitan ini
dinamakan sebagai antiklinorium yang terdiri dari perlipatan kuat lapisan
berumur Neogen (Van Bemmelen, 1945 op. cit. Martodjojo, 1984).
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

47

Daerahini juga tersusun oleh beberapa intrusi yang mempunyai intrusi


yang lebih terjal.

c. Zona Bandung
Zona Bandung berada di bagian selatan Zona Bogor hanya saja
batas antara keduanya tidak terlalu jelas terlihat karena tertutup oleh
endapan gunung api muda. Zona Bandung merupakan depresi diantara
gunung-gunung (intermountagne depression) (Van Bemmelen, 1945 op.
cit. Martodjojo, 1984). Zona Bandung merupakan puncak geantiklin Jawa
Barat, kemudian runtuh setelah pengangkatan lalu daerah rendah ini
kemudian terisi oleh endapan gunung api muda Van Bemmelen, 1945 op.
cit. Martodjojo, 1984). Pada Zona Bandung ini terdapat beberapa tinggian
terdiri dari endapan sedimen tua yang berada diantara endapan volkanik.
d. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
Batas dari Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dengan Zona
Bandung ini dapat terlihat jelas di lembah Sungai Cimandiri berupa
morfologi perbukitan bergelombang pada lembah Sungai Cimandiri yang
langsung berbatasan dengan dataran tinggi (plateau) dari Pegunungan
Selatan dengan beda tinggi sekitar 200 m.

II.3.1.2. Fisiografi Daerah Penelitian


Daerah penelitian merupakan perbukitan berelief sedang sampai kasar
dengan ketinggian 25 meter sampai 500meter di atas permukaan laut, dan
termasuk ke dalam Mandala Cekungan Bogor.

II.3.2.Stratigrafi
II.3.2.1. Stratigrafi Regional
Martodjojo (1984), membagi Jawa Barat menjadi tiga mandala
sedimentasi yang dikelompokan berdasarkan ciri dan penyebaran sedimen Tersier

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

48

dari stratigrafi regional di Jawa bagian barat dengan urutan dari utara-selatan,
yaitu :
a. Mandala Paparan Kontinen
Mandala Paparan Kontinen ini terletak hampir sama dengan Zona
Fisiografi Dataran Pantai Jakarta, dicirikan oleh endapan paparan,
umumnya terdiri dari batugamping, lempung dan pasir kwarsa, serta
lingkungan umumnya laut dangkal pada mandala ini pola transgresi dan
regresi jelas terlihat. Struktur geologinya sederhana, sebagai dari
pergerakan isostasi dari batuan dasar(basement).
b. Mandala Cekungan Bogor
Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor meliputi beberapa Zona
Fisografi Van Bemmelen(1949), yaitu : Zona Bogor, Zona Bandung dan
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat. Mandala sedimentasi ini dicirikan
oleh endapan aliran gravitasi berupa fragmen batuan beku dan sedimen.
c. Mandala Banten
Pada Tersier Awal, mandala ini lebih menyerupai Mandala
Cekungan Bogor, sedangkan pada akhir-akhir Tersier cirinya sangat
mendekati Paparan Kontinen. Mandala ini tidak begitu jelas akibat
sedikitnya data yang diketahui.
Berdasarkan pembagian mandala sedimentasi tersebut, daerah penelitian
termasuk dalam Mandala Cekungan Bogor (Gambar 2.3). Pembagian mandala
sedimentasi sebenarnya sering bersifat kurang objektif, terutama menyangkut
sejarah yang menyeluruh dari suatu cekungan dalam waktu yang cukup lama. Hal
ini disebabkan sifat sedimentasi dan status cekungan suatu daerah sering berubah
dari waktu kewaktu.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

49

Gambar 2.17. Cekungan Bogor(Martodjojo, 1984) dan Lokasi Daerah Penelitian

Gambar 2.18. Stratigrafi Cekungan Bogor menurut Soejono (1984)

II.3.2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian


Beberapa formasi dibawah ini yang terdapat pada daerah penelitian, dan
merupakan penyusun dari Cekungan Bogor sebelah utara yaitu :
Daerah penelitian tersusun atas 5 satuan batuan dari tua ke muda yaitu satuan
batulempung Subang, satuan batupasir Kaliwangu, satuan konglomerat Citalang,
satuan batupasir tufan Qos dan satuan endapan alluvial

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

50

Gambar 2.19. Peta Geologi Daerah Penelitian

Gambar 2.20. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian


SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

51

II.3.2.Struktur Geologi
Struktur geologi regional Jawa Barat dibagi menjadi tiga pola utama yaitu
Pola Meratus, Pola Sumatera, dan Pola Sunda (Martodjojo, 1984) yang
diilustrasikan pada Gambar 3. Pola-pola tersebut merupakan hasil dari aktivitas
lempeng-lempeng yang bekerja di sekitar wilayah regional penelitian dengan arah
tegasan utama yang berbeda-beda yang diinterpretasikan sebagai adanya
perubahan rezim tektonik dari waktu ke waktu.

Gambar 2.21. Pola Umum Struktur Jawa Barat (Martodjojo,1984)


a. Pola Meratus
Mempunyai arah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Yang merupakan
pola tertua dan terbentuk pada 80-53 juta tahun yang lalu (Kapur AkhirEosen Awal). Pola meratus yang dihasilkan oleh tektonik kompresi diduga
merupakan arah awal penunjaman lempeng Samudera Indo-Australia ke
bawah Paparan Sunda. Naik Rajamandala serta sesar-sesar lainnya.
Meratus lebih diartikan sebagai arah yang mengikuti pola busur umur
Kapur yang menerus ke Pegunungan Meratus di Kalimantan (Katili, 1974,
dalam Martodjojo, 1984).
b. Pola Sunda
Mempunyai arah utara-selatan (N-S). Yang terbentuk pada 53-32
juta tahun yang lalu (Eosen Awal-Ologosen Awal). Pola sunda dihasilkan
oleh tektonik regangan disebabkan oleh penurunan kecepatan tumbukan
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

52

Benua India dan Eurasia yang menimbulkan rollback berumur EosenOlogosen Akhir. Pola ini ditandai oleh sesar utara-selatan baik sesar
mendatar maupun sesar turun, umumnya terdapat di bagian barat wilayah
Jawa Barat dan lepas pantai utara Jawa Barat. Arah sunda ini diartikan
sebagai pola yang terbentuk pada Paparan Sunda
c. Pola Jawa
Pola Jawa berarah barat-timur merupakan pola termuda yang
terbentuk pada Neogen mengaktifkan pola sebelumnya dan mengakibatkan
Pulau Jawa mengalami pola kompresi dengan tegasan berarah utaraselatan. Pola ini diwakili oleh Sesar Beribis, Sesar Cimandiri dan G. Walat
saat Miosen Awal-Pliosen. Cekungan Bogor saat Eosen Tengah-Oligosen
adalah cekungan depan busur magmatik lslu menjadi cekungan belakang
busur magmatik membentuk sesar-sesar anjakan dan lipatan
II.3.4. Hidrologi dan Klimatologi
Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan dalampengendalian dan
pengaturan tata air wilayah tersebut, berdasarkanhidrogeologinya, aliran-aliran
sungai besar di wilayah KabupatenSumedang bersama anak-anak sungainya
membentuk pola Daerah AliranSungai (DAS) yang dapat digolongkan terdiri 3
DAS dengan 6 Sub DASyaitu DAS Cimanuk meliputi Sub DAS Cimanuk Hulu,
Cipeles, CimanukHilir, Cilutung, DAS Citarum meliputi Sub DAS Citarik serta
DASCipunegara meliputi Sub DAS Cikandung.

Tabel 2.7.Pengelompokan Daerah Aliran Sungai (DAS) di KabupatenSumedang


Tahun 2009

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

53

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

54

Gambar 2.22 Peta DAS Kabupaten Sumedang


Secara umum terjadi penurunan kuantitas curah hujan dan jumlah hari
hujan dibanding dengan keadaan selama tahun sebelumnya. Dari tabel diketahui
rata-rata kuantitas curah hujan tahun 2009 adalah 1.883Mm, mengalami
penurunan dibanding tahun 2008 adalah 2.403Mm, begitu pula dengan jumlah
hari hujan, mengalami penurunan yaitu 108 Hh pada tahun 2009 dari 132 Hh pada
tahun 2008. Pada tahun 2009 jumlah hari hujan terbesar berada di Kecamatan
Tanjungkerta yaitu sebesar 138 hari hujan (Hh) dan yang terkecil adalah
Kecamatan Jatigede yaitu hanya 68 Hh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.8 dibawah ini.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

55

Tabel 2.8. Curah Hujan Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun


2006-2009

Sumber

: Kabupaten Sumedang dalam Angka Tahun 2010

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

56

Tabel 2.8. Curah Hujan Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2006-2009

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

57

BAB III
MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT
III.1. Maksud
Adapun maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk mengetahui
Potensi Air Tanah untuk air minum di daerah Kebon Cau, Kec. Ujung Jaya, Kab.
Sumedang, Jawa Barat

III.2. Tujuan
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui Kualitas air, potensi air
tanah serta Kondisi geologi di daerah penelitian untuk menentukan lokasi yang
memiliki potensi air tanah.

III.3. Manfaat
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

58

Manfaat dari seminar ini diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengetahuan serta memahami tentangbagaimana air tanah untuk air minum, serta
dapat memperoleh informasi daerah/ lokasi yang paling berpotensi air tanah untuk
air minum di daerah Kebon Cau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat.

BAB IV
METODE PENELITIAN
Dalam penentuan potensi air tanah untuk air minum di daerah penelitian,
berdasarkan dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor
1451 K/10/MEM/2000 yaitu dengan memadukan antara kriteria mutu (kualiatas
air tanah) dan kriteria jumlah (kuantitas air tanah), kriteria mutu didapat dari
analisis kimia air tanah yang dibandingkan dengan baku mutu yang dibuat oleh
Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 dan parameter kimia yang dibandingkan
adalah besi (Fe), mangan (Mn), klorida (Cl), sulfat (SO4), nitrit, nitrat, Amoniak
(NH3), dan pH sedangkan kriteria jumlah didapat dari hasil perhitungan debit
mata air di daerah penelitian.
Untuk menentukan potensi airtanah di daerah Kebon Cau, dilakukan
tahapan penelitian, dengan ruang lingkup penyelidikan sebagai berikut :
1. Studi pustaka
2. Pemetaan geologi permukaan
3. Pengukuran debit mata air dan debit sungai
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

59

4. Pengambilan sampel batuan, air pada sumur dan air pada mata air
5. Penyelidikan laboratorium terhadap sample air
6. Analisa dan evaluasi data untuk menentukan potensi airtanah di daerah
Kebon Cau.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1.

Geologi Daerah Kebon Cau

Beberapa formasi dibawah ini yang terdapat pada daerah penelitian, dan
merupakan penyusun dari Cekungan Bogor sebelah utara yaitu:
A. Satuan Batulempung Subang
Satuan ini terdiri dari batulempung berwarna hijau kehitaman
semen silika dan batulempung berwarna hijau agak kecoklatan.
Batulempung Subang mempunyai warna lapuk coklat tua, warna segar
hijau, terdapat nodul rijang, batugamping, ub <0.004 mm, komposisi
silika, ada juga yang komposisi karbonat, lekat, licin (Foto 4.6).
Berdasarkan peneliti terdahulu (Martodjojo,1984)

satuan

batulempung Subang mempunyai lingkungan pengendapan dataran pasang


surut (tidal flat) dengan didukung data lapangan berupa dominan lempung
berstruktur masif dan perlapisan dengan semen karbonat dan silika,
kemudian terdapat nodul-nodul berupa rijang, batu gamping yang
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

60

menunjukkan imbrikasi jurus perlapisan. Umur satuan batulempung


Subang, menurut (Martodjojo, 1984) adalah Miosen akhir. Satuan
batulempung Subang tersebar kurang lebih meliputi 20% di sebelah
selatan daerah penelitian yang meliputi Daerah Embutan dan dusun Ci
Pelang.

Foto 1. Satuan batulempung Subang , memperlihatkan warna abu-abu


kehijauan, lekat dan licin cuaca cerah, arah kamera Timur laut.
B. Satuan Batupasir Kaliwangu
Satuan batuan ini terdiri dari batupasir berwarna cokelat muda
mengandung moluska dengan sisipan batupasir tufaan, batulempung dan
sisipan konglomerat. Pasir, coklat muda, perlapisan, (0.25-0.125 mm),
subrounded-subangular, derajat pemilahan buruk, kemas terbuka. Terdapat
fragmen mineral

hornblende, kuarsa,

cangkang moluska, matrik

hornblende, cangkang moluska, semen karbonat. Berdasarkan analisis


petrografis mempunyai nama Calcareous Lithic Wacke (Klasifikasi
Pettijohn, 1972 (modifikasi)), berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur
klastik, semen karbonat, komposisi terdiri dari lithic (pecahan batuan),
piroksen, feldspar, kuarsa, glaukonit dan mineral opak dengan butiran
berukuran 0,05 2,5 cm, bentukmenyudut tanggung.
Berdasarkan peneliti terdahulu (Martodjojo ,1984) satuan batupasir
Kaliwangu mempunyai lingkungan pengendapan Intertidal Zone atau
dataran pasang surut pada tepi laut (marginal sea), dengan didukung data
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

61

lapangan berupa dominan pasir mengandung fosil moluska, dan terdapat


sisipan konglomerat yang mengandung moluska, hal ini menunjukkan
bahwa lingkungan pengendapan dipengaruhi laut dan darat sehingga dapat
disimpulkan bahwa satuan batupasir Kaliwangu diendapkan di lingkungan
dataran pasang surut pada tepi laut (marginal sea). Umur Satuan batupasir
kaliwangu menurut (Martodjojo, 1984) adalah Pliosen awal. Satuan
batupasir Kaliwangu tersebar kurang lebih meliputi 5% daerah penelitian
yang meliputi Daerah Embutan Pasir, Kopo dan Awitali.

Foto 2. Kenampakan dari dekat batupasir yang berwarna coklat muda


karena mengalami pelapukan, cuaca cerah, arah kamera tenggara
C. Satuan Konglomerat Citalang
Satuan konglomerat Citalang terdiri dari konglomerat berwarna
cokelat semen karbonat, batupasir tufan berwarna cokelat muda, dan
breksi berwarna merah. Konglomerat , coklat tua, perlapisan, subroundedrounded, ub 2-64mm, derajat pemilahan baik, kemas terbuka, fragmen
rijang, batugamping, matrik rijang, semen kalsit. Berdasarkan analisis
petrografis, mempunyai nama Calcareous Lithic Arenite (Klasifikasi
Pettijohn, 1972 (modifikasi)), berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur
klastik, semen karbonat, komposisi terdiri dari lithic (pecahan batuan),
piroksen, feldspar, kuarsa, glaukonit dan mineral opak dengan butiran
berukuran 0,05 0,3 mm, bentuk menyudut tanggung.
Berdasarkan peneliti terdahulu (Martodjojo

,1984)

satuan

konglomerat Citalang mempunyai lingkungan pengendapan Fluvial,


SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

62

dengan didukung data lapangan berupa dominan konglomerat, dengan


sisipan breksi dan batupasir. Semua ciri menandakan suatu hasil endapan
sungai teranyam (braided). Umur Satuan batukonglomerat Citalang
menurut (Martodjojo, 1984) adalah Pliosen akhir. Satuan konglomerat
Citalang tersebar kurang lebih meliputi 35% di tengah daerah telitian yang
meliputi Daerah embutan awit ali, embutan kopo dan embutan pasir.

Foto 3. Singkapan Satuan Konglomerat Citalang di daerah Embutan kopo.


Kenampakan dari dekat Satuan Konglomerat Citalang terlihat warna coklat
muda. Arah kamera barat laut, cuaca cerah.
D. Satuan Batupasir Tufan Qos
Satuan ini terdiri dari batupasir tufan, sisipan lempung tufan
berwarna putih kekuningan, terdapat batupasir merah dan, konglomerat
tufan mengandung batuapung. Batupasir tufan berwarna putih hingga
putih abu-abu, ub 0.125-0.0625 mm mempunyai komposisi silika.
Berdasarkan analisis petrografis, mempunyai nama Lithic Arenite
(Klasifikasi Pettijohn, 1972), berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur klastik,
komposisi terdiri dari lithic (pecahan batuan), feldspar, kuarsa, dan mineral
opak dengan butiran berukuran 0,05 0,3 cm, bentuk menyudut tanggung.
Berdasarkan peneliti terdahulu (Martodjojo ,1984) satuan batupasir
tufan Qos mempunyai lingkungan pengendapan fluvial, dengan didukung
data lapangan berupa dominan batupasir tufan berstruktur silang siur
dengan sisipan konglomerat yang mempunyai fragmen batugamping,
andesite, batuapung. Umur Satuan batupasir tufan Qos menurut
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

63

(Martodjojo, 1984) adalah Plistosen. Satuan batupasir tufan Qos tersebar


kurang lebih meliputi 15% daerah penelitian yang meliputi daerah sebelah
utara meliputi daerah banggala, Palasari

Foto 4. Kenampakan dari dekat Satuan batupasir tufaan, terlihat warna


putih abu-abu memperlihatkan kenampakan yang lapuk dan warna abu-abu
warna yang tidak lapuk. Arah kamera barat, cuaca cerah
E. Satuan Endapan aluvial
Satuan endapan aluvial terdiri dari material lepas dan berupa
endapan yang belum mengalami kompaksi, berukuran pasir kerakal.
Tekstur disusun oleh hasil berbagai jenis rombakan batuan yang belum
terkonsolidasi, namun dalam bentuk endapan.

Foto 5. Satuan endapan aluvial di sungai Ci Haur. Terlihat aliran sungai


yang membawa material-material lepas berukuran pasir-kerakal. Arah
kamera selatan, cuaca cerah.
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

64

V.2. Potensi Air Tanah


Penentuan potensi air tanah didasarkan atas dua kelompok kriteria yang
berkaitan dengan penilaian jumlah dan mutu air tanah (menurut Keputusan
Menteri dan Sumber Daya Mineral nomor 1451 K/10/MEM/2000) :
Kelompok kriteria jumlah

Pada kriteria ini didekati berdasarkan pada debit mata air yang ditemui
dilapangan dengan kriteria :
-

besar, jika debit mata air lebih dari 10 liter/detik


sedang, jika debit mata air antara 2.0-10 liter/detik
kecil, jika debit mata air kurang dari 2.0 liter/detik
Tabel 6.1. Harga debit mata air daerah Kebon Cau dan sekitarnya

Dari data di atas diketahui bahwa daerah Kebon Cau dan sekitarnya
mempunyai debit < 2 liter perdetik sehingga, jika dimasukkan kedalam kriteria
jumlah maka daerah Kebon Cau dan sekitarnya, termasuk ke dalam kriteria kecil

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

65

Kelompok kriteria mutu


Dari sisi mutu kelayakan air bawah tanah untuk keperluan air minum,
didasarkan atas kandungan unsur atau senyawa anorganik utama seperti besi (Fe),
mangan (Mn), khlorida (Cl), nitrat (NO3), nitrit (NO2), sulfat (SO4), derajad
keasaman (pH), jumlah zat padat terlarut (TDS), kesadahan, logam berat dan zat
organik.

Gambar 5.1. Peta sebaran unsur atau senyawa kimia daerah Kebon Cau
dan Sekitarnya

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

66

Gambar 5.2. Peta sebaran unsur atau senyawa kimia dan bakteri daerah
Kebon Cau dan Sekitarnya

Analisis Sifat Kimia Air pada Sumur Gali


Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat kimia sebagian besar

baik, sedangkan kualitas air yang buruk terdapat di daerah Ujung Jaya karena
mengandung unsur yang melebihi batas maksimum dari Permenkes No
416/Menkes/Per/IX/1990, unsur tersebut adalah mangan, Nitrit dan Zat Organik,
daerah Pasir panday mempunyai kualitas air buruk karena mengandung unsur
Mangan yang berlebihan, daerah Palasari mempunyai kualitas yang buruk karena
air nya mengandung harga kesadahan yang besar, sedangkan daerah Palasah
mempunyai kualitas buruk karena mengandung unsur sulfat yang berlebihan.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

67

Analisis Sifat Biologi Air pada Sumur Gali


Sifat

biologi

yang

diukur

berdasarkan

Permenkes

No

416/Menkes/Per/IX/1990 adalah berdasarkan bakteri coliform dan fecal coli. Di


daerah penelitian diambil sampel air secara acak dan mewakili, yaitu pada daerah
Cimahi dan Pasir Panday. Dan dari pemeriksaan terhadap sampel didapatkan
bahwa pada ke dua daerah tersebut terdapat bakteri coliform sebesar 2400/ 100ml
dan fecal coli pada daerah Cimahi sebesar 43/100ml dan pada daerah Pasir
Panday sebesar 150/100ml. Bila dibandingkan dengan batas maksimum dari
Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990 sebesar 50/100 ml maka pada daerah
tersebut mempunyai kualitas air yang jelek.

Analisis Sifat Fisika Air pada Sumur Gali


Parameter-parameter fisika yang digunakan dalam menentukan kualitas air

meliputi warna, bau, TDS dan rasa. Berikut adalah data yang didapat di lapangan
berupa (warna, bau dan rasa air) dan dari hasil di laboratorium yang berupa TDS.
sifat fisika air yang diperoleh akan dijabarkan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 2. Sifat fisika Airtanah yang diambil dari sumur gali di daerah Kebon Cau
dan Sekitarnya

Dari data diatas didapatkan bahwa hampir seluruh daerah penelitian


mempunyai sifat fisika yaitu berwarna putih (keruh), tidak berbau dan berasa asin,
dan dari tabel diatas daerah yang mempunyai kualitas yang baik dari sifat fisika
adalah daerah Ujung Jaya, Wanahayu, karena di lapangan, sampel air dari Ujung
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

68

Jaya dan Wanahayu mempunyai sifat fisika yang baik, dan daerah lain mempunyai
air yang kurang baik karena airnya keruh dan berasa asin. Menurut warga sekitar
seperti warga di daerah Palasah, Timur Gordah dan Cibeuneun, menyatakan
bahwa air di daerah tersebut akan mengendapkan materal berwarna putih setelah
dimasak, ini membuktikan bahwa di daerah penelitian kualitas air berdasarkan
sifat fisika adalah berkualitas jelek dan membuktikan bahwa air yang berada di
daerah tersebut mempunyai harga kesadahan yang tinggi.

Gambar 5. Peta potensi airtanah untuk air minum daerah Kebon Cau

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

69

Dari peta di atas didapatkan bahwa daerah Kebon Cau dan sekitarnya
mempunyai potensi air tanah nihil dan potensi air tanah rendah. Potensi air tanah
nihil didapatkan pada daerah Ujung Jaya, Palasah, desa Palasari, Gordah,
Wanahayu, mata air barat embutan jati, mata air embutan kopo, mata air embutan
awit ali. Potensi air tanah nihil didapat dari menumpangtindihkan (overlay) antara
kelompok kriteria jumlah, yang diklasifikasikan kecil karena debit mata air
kurang dari 2 liter/ detik, dengan kelompok kriteria mutu yang diklasifikasikan
jelek karena terdapat pencemaran unsur atau senyawa kimia seperti mangan, nitrit,
sulfat, besi, dan zat oganik juga terdapat kadar pH dan kesadahan yang jelek.
Sedangkan potensi air tanah rendah didapatkan di daerah Pasirpanday, Cibeuneun
dan Palasah, potensi air tanah rendah didapat dari menumpangtindihkan (overlay)
antara kelompok kriteria jumlah yang diklasifikasikan kecil, karena debit mata air
kurang dari 2 liter/ detik, dengan kelompok kriteria mutu air yang diklasifikasikan
baik karena tidak terdapat unsur atau senyawa kimia yang melewati batas
maksimum yang ditetapkan menurut Permenkes No 416/ Menkes/ Per/IX/ 1990.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

70

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. KESIMPULAN
1. Daerah penelitian tersusun atas 5 satuan batuan dari tua ke muda yaitu
satuan batulempung Subang, satuan batupasir Kaliwangu, satuan
konglomerat Citalang, satuan batupasir tufan Qos dan satuan endapan
alluvial.
2. Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat fisika sebagian besar
jelek karena air berasa asin, keruh dan juga pada saat direbus dan
didiamkan setelah beberapa menit air tersebut akan menampakkan
endapan putih. Kualitas air yang baik dari sifat fisika terdapat pada daerah
Ujung Jaya dan Wanahayu.
3. Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat kimia sebagian besar
baik, sedangkan kualitas air yang buruk terdapat di daerah Ujung Jaya
karena mengandung unsur yang melebihi batas maksimum dari Permenkes
No 416/Menkes/Per/IX/1990, unsur tersebut adalah mangan, Nitrit dan Zat
Organik, daerah Pasir panday mempunyai kualitas air buruk karena
mengandung unsur Mangan yang berlebihan, daerah Palasari mempunyai
kualitas yang buruk karena air nya mengandung harga kesadahan yang
besar, sedangkan daerah Palasah mempunyai kualitas buruk karena
mengandung unsur sulfat yang berlebihan.
4. Kualitas air pada sumur gali penduduk menurut sifat biologinya adalah
buruk, semua daerah memiliki jumlah bakteri coliform dan fecal coli yang
melimpah.
5. Potensi airtanah di daerah Kebon Cau dan Sekitarnya berdasarkan kriteria
mutu dan kriteria jumlah maka di daerah tersebut mempunyai potensi
airtanah rendah dan potensi air tanah nihil. Potensi air tanah nihil
didapatkan pada daerah Ujung Jaya, Palasah, desa Palasari, Gordah,
Wanahayu. potensi air tanah rendah didapatkan di daerah Pasirpanday,
Cibeuneun dan Palasah.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

71

VI.2. SARAN
1. Dengan terbatasnya potensi sumberdaya air di daerah ini, maka diperlukan
pemanfaatan embung-embung sebagai penyimpan air, juga perlunya
pembendungan sungai-sungai agar dapat dikendalikan pada saat musim
hujan dan kemarau airnya dapat dimanfaakan.
2. Perlu kajian geolistrik secara menyeluruh di daerah yang terbatas
sumberdaya airnya, agar dapat menjawab permasalahan airtanah yang
terbatas ini, sehingga dapat dibuatkan zonasi lapisan pembawa air yang
potensial.
3. Air yang tercemar oleh bakteri dapat diatasi dengan memasak air sampai
mendidih sebelum dikonsumsi, karena bakteri akan mati bila berada pada
kondisi suhu yang tinggi.
4. Nitrat sangat mudah bercampur dengan air dan sangat susah untuk
dipisahkan. Ada tiga metode yang digunakan untuk mengurangi jumlah
nitrat di dalam suatu lingkungan.
Demineralisasi akan mengurangi kadar nitrat dan mineral lain di
dalam air. Dalam hal ini, penyulingan air adalah yang paling efektif.
Pertama air dipanaskan, setelah itu uap air yang terbentuk dipindahkan
ketempat lain yang lebih dingin sehingga terbentuk air kembali dan
sisa mineral yang tertinggal akan mengendap di dasar pemanas. Proses

ini memerlukan energi dan tenaga yang sangat besar


Pertukaran ion Cara ini adalah dengan menukar substansi lain yang
serupa sehingga akan mengambil alih tempat yang seharusnya diikat
oleh nitrat. Zat yang sering digunakan adalah klorida yang relatif

kurang berbahaya.
Pencampuran Cara ini adalah dengan mencampurkan air yang telah
dicemari nitrat dengan air dari sumber yang berbeda dan mempunyai
kadar nitrat yang rendah, sehingga dengan pencampuran kedua air ini

diharapkan kadar nitrat dapat diturunkan.


5. Pencegahan agar air tidak tercemar bakteri, nitrit, nitrat dan zat organik
adalah dengan memperhatikan kebersihan disekitar sumur, seperti jarak
antara jamban dengan sumur tidak boleh terlalu dekat, minimal berjarak
10 m, karena pencemaran air oleh bakteri, nitrit, nitrat dan zat organik ada
kaitannya dengan tinja atau kotoran seperti sampah
SEMINAR GEOLOGI TIPE II
Guntur Hardinal Gultom
410012275

72

DAFTAR PUSTAKA
Djuhaeni dan S. Martodjojo., 1989, Stratigrafi Daerah Majalengka dan
Hubungannya dengan Tatanama Satuan Litostratigrafi di Cekungan Bogor,
Jakarta.

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

73

Djuri., 1973, Peta Geologi Bersistem Pulau Jawa, Lembar Arjawinangun, skala
1:100000, Direktorat Geologi Bandung.
Efendi. Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2000, Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah,
Jakarta.
Martodjojo. S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Disertasi, Fakultas
Paska Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
Pettijohn, F.j.,1972, Sedimentary rocks, Harper and Brother, New York.
Van Bemmelen R.W, 1949. The Geology of Indonesia .Vol.1A. Martinus Nijhoff,
The Hague, Netherland.
http://eprints.undip.ac.id/34326/5/1965_CHAPTER_II.pdf

(diakses

pada

November 2015)
http://laksmipuspita.blogspot.co.id/2013/11/makalah-air-tanah.html(diakses pada
November 2015)

LAMPIRAN

SEMINAR GEOLOGI TIPE II


Guntur Hardinal Gultom
410012275

74

Anda mungkin juga menyukai