Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Potensi dan Mitigasi Bencana di Laut

Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan luas wilayah yang sebagian besar adalah
perairan tidak dapat dipisahkan dari narasi kemaritiman. Segala peristiwa dan aktivitas
masyarakat hampir selalu bersinggungan dengan air, baik dalam konteks kelautan maupun dalam
konteks yang lebih luas, meliputi segala perairan yang membentang di tiap daerah. Peran air bagi
masyarakat berkaitan erat dengan fungsi air bagi kehidupan. (Ilham Nur, dkk, tanpa tahun)
Wilayah pesisir di Indonesia sangat kaya akan memberdaya pesisir. Sumber daya pesisir
danvlautan, merupakanvsalah satu modalvdasar pembangunan Indonesiabyang sangat
diharapkan saat ini, disampingbsumberdaya alammdarat. (Diposaptono, 2003)
Memasuki masa kritis dan pemulihan ekonomi bangsa saat oni pembangunan
sumberdaya kelautan pada terus di dorog utuk menjadi adndalan bagi bangsa Indonesia untuk
melakukan pembulihan ekonomi. Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut mendorong pihak-pihak
terkait seperti instansi pemerintah dunia usaha, dan masyarakat unrtk memanfaatkan dan
mengadakan regulasinya masig-masing pihak yang berkepentingan memgang dasar huku,
perraturan dan kebijakan sektoral dan instansi pusat yang berwenang. Bila pihak terkait dalam
menyusun perencaan wilayah pesisirnya tanpa mempertimbangkan perencaan yang disusun
pihak lain, dapat memicu kompetisi pemanfaataan dan tumpang tindihnya perencanaan, yang
pada akhirnya dapat mengurangi efektivitas pengelolaanya, sehingga sumberdaya pesisir akan
mengaklami dgradasi biosifik yang perlu menjadi perhatian, yaitu seperti beralihfungsinya hutan
magrive yang dapat menjadi pelindung pantai terhadap energi gelombang, rusaknyabterumbu
karang, terancamnyabbberbagaibbspesies biota laut, meningkatkanbblaju pencemaran, dan
meningkatkanya lajuberosi dan seimnetasi pantai. . (Diposaptono, 2003)
Untuk mengurangui dampak negatif degradasi biofisik terhadap wilayah pesisir perlu
dilakukan upaya berupa mitigasi. Mitigasi yangbmerupakan sebagai tindakan atau upaya
preventif untukv meminimalkan dampak negatifvbencana yang diantisipasivakan terjadi di masa
datang di suatu daerahvtertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Mitigasi merupakan
tindakan – tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap
masyarakat. (Departemen kelautan dan perikanan, 2004: 2).
Mitigasi merupakanbinvestasibjangka panjang bagi kesejahteraan semuablapisan
masyrakat. Untukvmengatasibmasalah bencana perlu dilakukan upaya mitigasi yang
komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur(pembuatan prasarana dan sarana pengendali)dan
nonvstruktur. Terdapatbkecenderungan bahwa sudah menjadi kebutuhanbuntuk lebih
menitikberatkanbupaya mitigasi ketimbang responbpasca bencana.
2.2.1 Bencana di wilayah laut
a) Tsunami
Terjadinya bencana alam Tsunami divIndonesia sebagian besar banyak
diakibatkan oleh aktivitas gempa tektonik yang terjadi divsepanjang daerah –
daerah subduksiv(Daerah pertemuan lempeng bumi yang dapat membentuk
deretan gunung berapi dan mengakibatkan gempa bumi) dan juga di daerah –
daerah seismic aktif lainnya. Indonesia sendiri berada dalam zona lempenggbumi
yang sangat aktif, sehingga tidak mengherankan jika Indonesia mempunyai
aktivitas tektonik dan vulkanik yang cukup tinggi. Di Indonesia sendiri terdapat
banyak zona sesar (patahan) aktif dan sebaran vulkanik. Beberapa dari sesar dan
gunung berapi tersebut berada di dasar laut, sehingga terjadi gempagbumi dan
letusanggunung berapi di dasarglaut yang kemudian akan dapat menyebabkan
tsunami. Selain kedua penyebab utama terjadinya tsunami tersebut, adanya
longsor bawah lautvyang sering terjadi akibat gempa bumi dan letusan gunung
berapi jugavdapat menyebabkan terjadinya tsunami. . (Diposaptono, 2003)
Tsunami paling besar di Indonesia yang tersatat dalam sejarah adalah
tsunami akibat meletusnya Gunung Krakatau (1883) dimana gelombang ysunamai
mencapai 30 m. kejadian tsunami yang juga membawa korban jiwa dan mayerial
yang tidak sedikiti, yaitu tsunami Flores tahun 1992 (korban jiwa lebih dari 1000
orang) Tsunami akibat gempa bumi di selatan Jawa Timur (1994) (korban jiwa
lebih dari 240 orang), Irian Jaya tahun 1996 (korban jiwa lebih dari 100 orang)
dan lain-lain.
Di Indonesia memiliki beberap kelompok pantai yang rawan bencana
tsunami, yaitu kelompok pantai barat Sumatra, pantai Selatan Pulau Jawa, pantai
utara dan selatan pulau-pulai di Maluku, pantai utara Irian Jaya, dan hampir
seluruh pantai dii Sulawesi. Teluk dan bagian yang melekuk dari pantai sangat
rawan akan bencana ini. Apalagi biasanya para nelayan mencari ikan bermukim di
teluk.
b) Banjir
Problem banjir secara garis besar disebabkan oleh keadaan alam dan ulah
campur tangan manusia, sehingga dalam pemecahannya tidak hanya dihadapkan
pada masalah-masalah teknis saja tetapi juga masalah-masalah yang berhubungan
dengan kepadatam penduduk yang melampaui batas. Yang dimaksud demgan
gejala adalam adalah karena umunya kota-kota pantai terletak di pantai berupa
dataran yang cukup landau dan dilalui oleh sungai-sungai dan ketika pasang
sebagian di bawah permukaan air laut, disamping juga dikarenakan curah hujan
yang cukup tinggi. Fenomena kenaikan paras mula air laut juga merupakan sebab
yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intesnsitas banjir. Hal tersebut
dikarenakan oleh pembendungan akibat kenaikan paras air laut serta
bertambahnya intensitas curah hujan karena pemanasan global. . (Diposaptono,
2003)
Berbagai masalah yang diakibatkan ileh banjir antara lain hilangya rumah,
infrastruktur dan sebagainya, hilangnyabproduksi pertania, hilangnya produksi
tambak,bperubahan habitatbpesisir, peningkatan erosibdan peningkatanberosi dan
peningkatanvsedimentasi.
Daerahvpesisir rawan banjirvdi Indonesia meliputivJakarta, pantura Jawa,
Lampung,vPalembang, Aceh, SumateravBarat, Mando, Minahasa danvPulau
Sumbawa.
c) Erosi
Problem erosi di Indonesia telah mencapai tahapan kritis, karena banyak
lahan yang bernilai ekonomis yang hilang akibat erosi. Erosi pantai di Indonesia
dapat diakibatkan oleh proses alami, aktivitas manusia ataupun kombinasi
keduanya. Akibat aktfitas manusia misalnya pembangunan perlabuhan, reklamasi
pantai (untuk pemukimanm pelabuhan udaram dan industri). Namun demikian
penyebab utamanya adalah gerakan gelombang pada pantai terbuka, seperti pantai
selatan Jawa, Selatan Bali dan beberap areal Kepulauan Sunda. Disamping itu,
karena keterkaitan ekosistem, maka perubahan hidrologis dan aseanografis juga
dapat mengakibatkan erosi kawasan pesisir. Terdapat 17 propinsi dan 68 lokasi
pantai yang mengalami erosi di Indonesia yang memerlukan perhatian dan
penanganan segera. . (Diposaptono, 2003)
2.2.2 Mitigasi Bencana di Laut
a) Konsep Pengelolaan Pesisir Terpadu
Secara manejemen, komsep PPT ini merupakan konsep pembangunan
yang dilakukan secra terpadu, yang mana melibatkanvsemuavpemerintah,
masyarakat, danvswasta sesertavkepentingannya di kawasan pesisir sehingga
PPTbmerepresikan perubahan pendekatan pembangunan di kawasan pesisir
dari reaksioner dan berorientasi pada masalah menjadi terncana, bersifat pra-
empetive, danvmenggunakan pendekatan pengelolaan.
Dengan menggunakan konsep PPT ini, parabpengambilbkebijakan di
wilayahbpesisir dapat mengelola pembangunan yang sifatnya multisektor
beserta dampakbkumulatifnyabdalambbatas-batas keseimbangan yang dapat
di toleransiboleh masyarakat danblingkungan. Keseimbangan dicapai melalui
tiga komponen penting yaitu :
1. Keseimbangancekologis
2. Keseimbangancpemanfaatan, dan
3. Keseimbanganvdalam pencegahan bencana
Dari komponen-komponenvdi atas, makavada tiga tujuan utama dari
pelakasanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu ini, yaitu :
 Melindunginintegritas ekologimdari ekosistme pesisir
 Mencegahmkelebihan material – material yang sifatnya merusak
dan mencegahbhilangnya sumberdaya akibat bencana seperti
pasang yangbekstrim, ombak besar, badai, banjir, bgempa bumi,
tsunami, dan abrasi pantai
 Membantu bdalam menentukan kelayakan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatam wilayahbdan sumberdaya pesisirbdan laut bagi
kepentinganbmanusia seperti perikanan, budidaya,bpelabuhan,
industri,bperumahan,bdan kawasanbwisata.
Referensi:

Sudini, L. P. 2017. Penetapan Alur-Alur Laut Kepulauan Menurut Konvensi Hukum Laut 1982.
Jurnal Hukum dan Pembangunan 3: 303-327

Retno Windari, SH, Msc .2009. Hukum Laut, Zona-Zona Maritim Sesuai Unclos 1982 Dan
Konvensikonvensi Bidang Maritim. Jakarta: GAKUM KAMLA

Undang-Undang Republik Indonesia No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Anda mungkin juga menyukai