Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENGARUH BESAR GELOMBANG AIR LAUT

TERHADAP KERUSAKAN PANTAI


DI PESISIR KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Disusun Oleh:

NAMA : Iqbal Patrianusa

NPM : G1B018110
MATA KULIAH : Metodologi Penelitian
DOSEN : Lindung Zalbuin Mase, S.T., M. Eng., Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posisi Provinsi Bengkulu yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia


mengakibatkan potensi kejadian gelombang tinggi cukup sering terjadi sehingga
berdampak pada pesisir pantai Kabupaten Bengkulu Tengah . Gelombang memiliki
peran penting pada terjadi nya kerusakan pantai, Faktor yang menyebabkan
kerusakan daerah pantai bisa bersifat alami maupun akibat antropogenik. Faktor
alami berasal dari pengaruh proses-proses hidro-oseanografi yang terjadi di laut yang
dapat menimbulkan hempasan gelombang, perubahan pola arus, variasi pasang surut,
serta perubahaiklim (Supriyanto, 2003)

.Pantai di Kabupaten Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu memiliki


panjang pantai sekitar 15 km dan melewati jalan lintas sumatera. Diketahui sepanjang
pesisir pantai terjadi kerusakan pantai dan perubahan garis pantai . Hal itu terjadi
dikarenakan terjangan ombak lantaran angin musim, arah angin yang cenderung
berubah sehingga mengakibatkan penyebaran ombak ke arah tidak tentu sehingga
menyebab kan kerusakan pantai berupa abrasi

Kerusakan pantai akibat pengaruh gelombang dapat ditangani dengan usaha-


usaha secara teknik dan non teknik. Secara teknik penanganan kerusakan pantai
dilakukan dengan perlindungan buatan berupa bangunan pantai. Pada lokasi ini,
perlindungan alami tidak dapat dilakukan karena banyak terjadi kerusakan pantai, di
mana garis pantai sudah sangat dekat dengan fasilitas yang dilindungi seperti daerah
pemukiman, , jalan, dan sebagainya maka perlindungan buatan adalah yang paling
efektif. Adapun penanganan kerusakan pantai secara non teknis dilakukan dengan
memperbaiki sistem kebijakan dan perturan daerah, karena penanganan wilayah
pantai merupakan keterlibatan banyak instansi.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh gelombang terhadap


kerusakan pantai di peisir kabupaten Bengkulu Tengah sebagai salah satu cara untuk
upaya mitigasi kerusakan pantai di kawasan pesisir. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang melakukan
aktivitas di sekitar perairan Kepulauan Mentawai dan bisa dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya maupun instansi yang membutuhkan data ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tingkat kerusakan pantai terhadap gelombang air laut di
Kabupaten Bengkulu Tengah?
2. Bagaimana kategori gelombang yang merusak pantai di Kabupaten Bengkulu
Tengah?
3. Bagaimana implementasi pencegahan pengaruh gelombang air laut terhadap
kerusakan pantai di Kabupaten Bengkulu Tengah?
4. Apakah kerusakan pantai akibat pengaruh gelombang air laut yang di tinjau
dapat direkomendasikan untuk penelitian lanjut guna perencanaan bangunan
pantai?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh gelombang terhadap kerusakan pantai di
Kabupaten Bengkulu Tengah
2. Menganalisis karakteristik gelombang yang ada di pesisir pantai Kabupaten
Bengkulu Tengah
3. untuk mengimpelementasi kan pengaruh gelombang terhadap kerusakan
pantai dalam upaya pencegahan kerusakan pantai dI Kabupaten Bengkulu
Tengah
4. Menentukan lokasi yang direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut guna penyedian perencanaan bangunan pantai
1.4 Manfaat
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengaruh gelombang
yang dapat merusak pantai
2. Memberikan pemahaman tentang perikalu gelombang yang merusak pantai
3. Menjadi pedoman kepada pemerintah atau masyarakat agar dapat
memperhatikan pantai yang rentan terhadap kerusakan untuk meminimalisir
rusaknya pantai akibat gelombang air laut
4. Menjadi pedoman bagi pemerintah atau masyarkat untuk dapat menentukan
titik lokasi yang perlu diperhatikan kerusakan guna untuk melindungi pantai
1.5 Batasan Masalah
1. Lokasi penelitian dilakukan di pesisir pantai Kabupaten Bengkulu Tengah
dengan beberapa tinjauan lokasi pantai
2. Tidak memperhitungkan sedimen pada pantai
3. Menggunakan data kecepatan angina 10 tahun terkahir
4. Pengumpulan data skunder dan primer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelombang Air Laut


Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air laut secara tegak lurus
dengan permukaan air laut dan membentuk kurva/grafik sinusoidal (Holthuijsen,
2007). Gelombang laut timbul akibat adanya gaya pembangkit yang bekerja pada
laut. Gelombang yang terjadi di lautan dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
macam berdasarkan gaya pembangkitnya. Gaya pembangkit tersebut terutama berasal
dari angin, gaya tarik menarik bumi – bulan – matahari atau yang di sebut dengan
gelombang pasang surut dan gempa bumi (Nichols dan Williams 2009).

Pada umumnya gelombang terjadi karena hembusan angin di permukaan air laut.
Daerah di mana gelombang itu dibentuk disebut daerah pembangkitan gelombang
(wave generating area). Gelombang yang terjadi di daerah pembangkitan disebut sea,
sedangkan gelombang yang terbentuk di luar daerah pembangkitan disebut swell.
Ketika gelombang menjalar, partikel air di permukaan bergerak dalam suatu
lingkaran besar membentuk puncak gelombang pada puncak lingkarannya dan
lembah pada lintasan terendah. Di bawah permukaan, air bergerak dalam lingkaran-
lingkaran yang makin kecil. Saat gelombang mendekati pantai, bagian bawah
gelombang akan mulai bergesekan dengan dasar laut yang menyebabkan pecahnya
gelombang dan terjadi putaran pada dasar laut yang dapat membawa material dari
dasar pantai serta menyebabkan perubahan profil pantai. (Triatmodjo,1999)

2.2 Pantai
Menurut Yuwono (1992), Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat
dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik
laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami
dan kegiatan manusia di lingkungan darat. Penjelasan mengenai definisi daerah pantai
dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1. Definisi daerah pantai (Yuwono, 1992).
 Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
 Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang
tertinggi.
 Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan
erosi pantai yang terjadi.
 Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi
pengamanan dan pelestarian pantai.
 Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.

Menurut Triatmodjo (1999), morfologi pantai dan dasar laut dekat pantai akibat
pengaruh terhadap gelombang dibagi menjadi empat kelompok yang berurutan dari
darat ke laut sebagai berikut:

1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali bila
terjadi gelombang badai
2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau muka
pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang tinggi.
3. Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah, memanjang dari
surut terrendah sampai ke garis gelombang pecah.
4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai


(Triatmodjo,1999).

2.3 Kerusakan Pantai


Menurut Hakim (2012), sebetulnya pantai mempunyai keseimbangan dinamis
yaitu cenderung menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu
menghancurkan energi gelombang yang datang. Gelombang normal yang datang akan
mudah dihancurkan oleh mekanisme pantai, sedang gelombang besar/ badai yang
mempunyai energi besar walaupun terjadi dalam waktu singkat akan menimbulkan
erosi. Kondisi berikutnya akan terjadi dua kemungkinan yaitu pantai kembali seperti
semula oleh gelombang normal atau material terangkut 2 ketempat lain dan tidak
kembali lagi sehingga disatu tempat timbul erosi dan di tempat lain akan
menyebabkan sedimentasi (Pranoto, 2007 dalam Hakim, 2012).
Beberapa perbedaan pengertian mengenai perubahan pantai yang mengarah
kepada kerusakan pantai dijelaskan oleh para pakar dan peneliti terdahulu.
Vreugdenhil, 1999 menjelaskan bahwa perubahan garis pantai adalah suatu proses
yang berlangsung terus menerus melalui pelbagai proses baik pengikisan (abrasi)
maupun penambahan (akresi) yang diakibatkan oleh pergerakan sedimen, arus susur
(longshore current), tindakan ombak dan penggunaan tanah (Arief et.al., 2011).
Abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak (Wibowo, 2012). Erosi pantai dengan abrasi pantai
memiliki perbedaan, seperti yang dijelaskan oleh Yuwono (2005) dalam Wibowo
(2012), yaitu bahwa erosi pantai diartikannya sebagai proses mundurnya garis pantai
dari kedudukan semula yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara
pasokan dan kapasitas angkutan sedimen, sedangkan abrasi pantai diartikan dengan
proses terkikisnya batuan atau material keras seperti dinding atau tebing batu yang
biasanya diikuti oleh longsoran dan runtuhan material.
Akresi atau sedimentasi adalah pendangkalan atau penambahan daratan akibat
adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Proses pengendapan ini bisa
berlangsung secara alami dari proses sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Shuhendry, 2004). Dengan kata lain, akresi merupakan peristiwa
bertambahnya daratan di wilayah berdekatan dengan laut karena adanya proses
pengendapan. Akresi juga dapat merugikan masyarakat pesisir, karena selain
mempengaruhi ketidakstabilan garis pantai, akresi juga dapat menyebabkan
pendangkalan muara sungai tempat lalu lintas kapal maupun perahu. Suatu pantai
akan mengalami abrasi, akresi atau tetap stabil tergantung dari sedimen yang masuk
dan yang meninggalkan pantai tersebut.

2.4 Pengumpulan Data


Pelaksanaan penelitian yang dikerjakan , data didukung oleh data-data yang
lengkap, berupa data primer dan data sekunder. Data tersebut diperoleh melalui survei
bangunan dan data desain spektra.
2.4.1 Data Primer
Pengumpulan data sekunder pada prinsipnya dilakukan dengan
caramengunjungi lembaga-lembaga atau instansi-instansi terkait sebagai sumber data
untuk dimintai keterangan mengenai data-data yang berhubungan dengan penelitian
ini. Data-data yang dimaksud meliputi :
a. Data kecepatan angin 10 tahun terakhir dari Kantor Badan Meteorologi
Klimatolog iMaritim Bitung.
b. Peta Lokasi Penelitian dari Software Google Earth.
c. Informasi penduduk, diperoleh dari wawancara dengan penduduk sekitar
mengenai letak awal garis pantai 10 tahun lalu

2.4.2 Data Skunder


Survey data primer adalah pengumpulan data utama melalui survey langsung di
lapangan untuk mendapatkan data akurat yang terjadi dilokasi studi.Inventarisasi dan
identifikasi permasalahan pantai merupakan surveypendahuluan untuk mendapatkan
gambaran mengenai lokasi studi. Survey dilakukan dengan pengamatan langsung dan
wawancara dengan masyarakat sekitar pantai. Data-data yang perlu diinventarisasi
adalah kerusakan pada garis pantai, kondisi pemukiman penduduk maupun fasilitas
umum ditinjau letaknya terhadap garis pantai, dan kejadian fenomena alam laut yang
sering terjadi.

2.4.3 Data Angin


Data angin diperlukan untuk peramalan gelombang. Data yang dipakai minimal
data harian dalam 10 tahun. Data angin yang digunakan adalah data angin dengan
perioda waktu 10 tahun, mulai tahun 2005 sampai dengan tahun tahun 2014 yang
diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi Maritim Bitung.Data angin
tersebut terdiri dari kecepatan, arah dan durasi. Kecepatan angin dinyatakan dalam
satuan knot, dimana 1 knot = 1mil laut/jam, 1 mil laut = 6080 kaki (feet) = 1609.344
m dan 1 knot = 0.515 meter/ detik. Arah angin TEKNO Vol.14/No.65/April 2016
ISSN : 0215-9617 66 dinyatakan dalam 8 penjuru arah angin (utara, timurlaut, timur,
tenggara, selatan, baratdaya, baratdan baratlaut). Dari data angin tersebut dapat
dianalisis pembangkitan gelombang yang diakibatkan oleh angin. Untuk menganalisis
perubahan garis pantai digunakan data angin harian rata-rata.
2.4.4 Peta Lokasi Penelitian
Peta lokasi penelitian didapat dari Software Google Earth. Peta ini dibutuhkan
untuk perhitungan fetch efektif. Panjang fetch efektif ditentukan dengan membangun
garis-garis secara radial yang ditarik dari satu titik tertentu sampai memotong garis
pantai. Jumlah pengukuran ”i” untuk tiap arah mata angin meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (20o searah jarum jam dan 20o
berlawanan jarum jam). Model perubahan garis pantai dilakukan dengan urutan
langkah berikut ini:
1. Tentukan bentuk garis pantai lama (awal) Berdasarkan informasi dari penduduk
sekitar 10 tahun yang lalu garis pantai beo barat yang lama berada ± 50 meter ke
depan dari garis referensi (garis pantai sekarang pada saat pengukuran). Maka
dapat dilihat di gambar 1 garis pantai lama ditandai dengan garis putus-putus.
2. Bagi garis pantai dalam sejumlah sel Untuk mempermudah perhitungan maka
garis pantai yang sudah ditentukan garis pantai lama dibagi beberapa sel atau pias.
Semakin banyak pias atau sel akan lebih baik. Pembagian pias di pantai Beo barat
sepanjang daerah penelitian ini adalah 100 m dan di dibagi menjadi 10 sel atau
pias, dengan lebar (x) tiap pias adalah sama,yaitu 10m.
3. Tentukan berbagai sumber sedimen dan sedimen yang hilang pada seluruh pias.
Sedimen dipantai Beo barat ini dominan berupa pasir, karena pantai ini merupakan
jenis pantai berpasir. Dalam permodelan garis pantai ini hanya diperhitungkan
tranpor sedimen sepanjang pantai.
4. Hitung transport sedimen pada setiap pias berdasarkan tinggi dan periode
gelombang serta sudut datang gelombang.
ρg 2
P1= H 1 Cb Sin αb Cos αb
8
Dimana :
P1 = komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat pecah
(Nm/d/m)
Hb = tinggi gelombang pecah (m)
Cb = cepat rambat gelombang pecah (m/d) =
Db = kedalaman gelombang pecah αb = sudut dating gelombang pecah g =
percepatan gravitasi
Permodelan ini menggunakan rumus CERC,karena paling banyak
digunakan,selain itu tidak memperhitungkan sifat-sifat sedimen dasar, parameter
yang digunakan hanya sedikit saja dan biasa digunakan untuk pantai dengan pasir
agak seragam seperti pantai dilokasi penelitian, beo barat. Dimana : Qs = angkutan
sedimen sepanjang pantai m3/hari
5. Hitung perubahan garis pantai yang telah terjadi sejak 10 tahun tahun lalu hingga
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai