THESIS
Oleh
Raden Denisio Edwin Rikarda S.T.
181920301007
Hari, tanggal :
Tim Pembimbing
Tim Penguji
Penguji I, Penguji II,
Dr. Gusfan Halik S.T., M.T Dr. Yeny Dhokhikah. S.T., M.T
NIP. 19710804 1998 03 10 002 NIP. 19730127 199903 2 002
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Dalam studi ini akan dimodelkan gelombang tsunami dengan beberapa
skenario dan ditambahkan dengan pembuatan struktur bangunan pelindung
sebagai reduksi gelombang tsunami dengan menggunakan software Delft3D.
Software ini dapat memodelkan gelombang tsunami berdasarkan karakteristik
gempa yang dapat diatur letaknya pada posisi gempa sesar atau pada posisi gempa
di lempengan yang termasuk dalam ring of fire. Penelitian ini akan membahas
pengaruh pemecah gelombang offshore sebagai upaya mitigasi struktural terhadap
reduksi waktu tempuh dan tinggi gelombang tsunami yang akan datang.
2
c. Tidak melakukan perhitungan kapasitas ketahanan pemecah gelombang
offshore. perencanaan disain dan dalam pembuatan material pemecah
gelombang offshore.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Gelombang
Gelombang laut menurut Holthuijsen (2007) adalah air laut dengan
gerakan naik turun dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang
membentuk kurva atau grafik sinusoidal. Jika gelombang menjalar dari
4
tempat yang dalam menuju ke tempat yang makin lama makin dangkal, pada
suatu tempat tertentu gelombang tersebut akan pecah dan dilepaskan kepantai
dalam bentuk hempasan ombak sehingga berpotensi untuk menerjang sesuatu
yang ada disekitar ekosistem pantai tergantung besaran dan kecepatan ombak.
Gelombang menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transport sedimentasi dalam arah tegak lurus dan
sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
pantai oleh karena itu gelombang menjadi faktor utama dalam penentuan tata
letak pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan
sebagainya.
Timbulnya gelombang laut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam berdasarkan daya pembangkitnya , gaya pembangkit tersebut terdapat
4 macam yaitu :
a. Gelombang Angin, merupakan Gelombang laut yang muncul karena
adanya angin di permukaan laut. Gelombang ini mempunyai periode
yang sangat bervariasi, ditinjau dari frekuensi kejadiannya, pada saat-
saat tertentu gelombang yang diciptakan oleh angin ini bisa dalam ukuran
besar, hal ini tergantung pada kekuatan angin yang muncul, dan
gelombang angin merupakan gelombang yang paling dominan terjadi di
laut.
Gelombang yang disebabkan oleh angin ini disebut juga
gelombang badai, gelombang tinggi yang muncul pada saat angin
kencang atau badai berlangsung dan reda ketika angin berlalu. Di
Indonesia gelombang tinggi dapat muncul dari arah Samudera Hindia
atau Pasifik bila terjadi siklon dikawasan kedua Samudera tersebut.
Secara lokal, gelombang tinggi dapat muncul pada saat bertiupnya angin
monsoon, yang di Indonesia dikenal dengan musim barat dan musim
timur (Setyawan, 2016).
b. Gelombang Pasang Surut, merupakan gelombang yang disebabkan
oleh gaya tarik bumi terhdap benda-benda langit, benda langit yang besar
pengaruhnya adalah matahari dan bulan. Pasang surut merupakan
5
fenomena naik turunnya permukaan air laut pada periode tertentu
(Kramadibrata, S., 2002). Pasang surut merupakan fenomena naik
turunnya permukaan air laut dengan periode sekitar 12,4 jam atau 24,8
jam. Fenomena pasut ini juga berpengaruh terhadap perubahan dari
bentuk bumi dan atmosfer. Pengamatan pasut dilakukan untuk
mendapatkan tinggi nol dari permukaan air laut yang nantinya kedalaman
suatu titik di dasar perairan atau ketinggian titik di pantai mengacu pada
permukaan laut yang dianggap sebagai bidang referensi atau yang biasa
disebut sebagai datum vertikal. Arus pasang surut disebabkan oleh
fenomena pasang surut yang dapat berubah sesuai dengan tipe dari
pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut dapat memiliki tipe
seperti tipe pasang surut yaitu diurnal atau harian tunggal dimana dalam
satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan untuk daerah yang
memiliki tipe pasang surut semi diurnal atau harian ganda maka dalam
satu hari akan mengalami dua kali perubahan arah arus (Rudimansyah,
Dkk., 2008).
c. Gelombang Tsunami, merupakan gelombang yang terjadi dipicu
oleh beberapa penyebab yakni gempa bumi, gempa laut, letusan gunung
berapi atau hantaman benda langit kedalam laut. (Sugito Dkk., 2008).
Ketika tsunami berada jauh di tengah lautan, gelombangnya tidak
terlihat, akan tetapi begitu mencapai wilayah atau laut dangkal
gelombangnya yang bergerak cepat akan semakin membesar. Tsunami
memiliki karakteristik yang berbeda dengan gelombang pasang (tidal
wave) atau gelombang permukaan (surface wave) yang biasa dijumpai di
pantai. Tsunami bersifat transient dan implusif, artinya semakin melemah
dengan bertambahnya waktu dan mempunyai umur sesaat. Sedangkan
gelombang permukaan bersifat kontinyu dan berlangsung dalam waktu
yang lama dengan periode gelombang hanya beberapa detik
(Cokrobasworo, 2013).
d. Gelombang Badai adalah sebutan untuk fenomena gelombang laut
yang terjadi karena tiupan angin badai, yang ukurannya di atas ukuran
6
gelombang normal, yang melanda ke daratan. Di Indonesia, secara umum
masyarakat menyebut fenomena gelombang ini dengan Gelombang
Pasang. Gelombang badai dapat menyebabkan air laut naik ke daratan
hingga mencapat jarak 200 meter ke dalam daratan dari tepi pantai.
Berbeda dengan tsunami yang terjadi karena gempa, longsoran bawah
laut atau letusan gunungapi bawah laut, fenomena gelombang badai ini
terjadi menyusul terjadinya badai atau tiupan angn yang sangat kencang
di lautan (fenomena meteorologi), tinggi gelombangnya dapat mencapai
belasan meter di daerah dekat sumber angin, dan gelombang terus
berlangsung selama angin bertiup dan reda bersama dengan redanya
tiupan angin. Berkaitan dengan mekanisme pencetusannya, fenomena
gelombang badai ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu yang
berkaitan dengan musim angin tertentu, dan hanya melanda lokasi-lokasi
tertentu pula.
7
polder pada daerah rawan banjir, groin pada daerah pesisir yang rentan
erosi dan pembuatan struktur tahan bencana. Sedangkan mitigasi non
struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan
upaya mitigasi struktural. Mitigasi non struktural antara lain dengan
membuat kebijakan tata guna lahan, kebijakan standarisasi bangunan
tahan bencana dan kebijakan tentang ekplorasi dan kegiatan
perekonomian masyarakat kawasan pesisir.
2. Pada saat atau sesaat setelah kejadian bencana
Penyelamatan korban bencana, termasuk pula usaha pencarian dan
evakuasi (pengungsian) korban. Pemberian bantuan kepada korban
bencana, meliputi pemberian bantuan bahan makanan, pelayanan sosial
(santunan), dan pelayanan medik.
3. Pasca kejadian bencana
Rehabilitasi dan rekonstruksi pada bangunan dan infrstruktur yang
rusak bahkan hancur akibat bencana.
Manajemen bencana merupakan salah satu tanggung jawab
pemerintah pusat maupun daerah bersama-sama masyarakat dalam rangka
mewujudkan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat beserta aset-
aset sosial, ekonomi dan lingkungannya dari kemungkinan terjadinya
bencana.
8
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana,
baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana
sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Secara garis besar
proses penyusunan/penulisan rencana penanggulangan bencana adalah sebagai
berikut :
9
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif
antara lain adalah :
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif
antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
penataan ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan
peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke
daerah yang lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk
mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan
erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.
Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi
yang bersifat non-struktural (berupa peraturan, penyuluhan,
10
pendidikan) dan yang bersifat struktural (berupa bangunan dan
prasarana).
11
tribars, dolos dan sebagainya. Menurut Soedjono dan Soehedy (2011)
semakin dalam suatu perairan maka semakin besar dan kekuatan
gelombang makin kecil atau berkurang. Pemecah gelombang dapat
dibedakan menjadi 3 tipe (B. Triatmodjo, 1999) yaitu:
12
bertulang yang dapat terapung di laut. Dibawah ini merupakan gambar
dari pemecah gelombang sisi tegak:
13
Pemodelan penyebaran gelombang tsunami terbagi menjadi dua yaitu
sumber tsunami dekat (near-field) dan sumber tsunami jauh (far-field) yang
dimana dengan rumusan model pendekatan sumber tsunami jauh menggunakan
sistem koordinat bola dan sumber tsunami dekat menggunakan sistem koordinat
kartesian. Penelitian ini menggunakan sumber tsunami dekat (near-field) sebagai
numerical computation. Pemodelan tsunami dalam pemodelan merupakan hasil
dari sebaran gelombang air laut akibat pembangkitan dari gempa tektonik maupun
vulkanik yang menghasilkan rumusan dan data penelitian tersebut. Persamaan
gelombang dalam model matematika terbagi menjadi beberapa type yaitu shallow
water (non linier dan linier), Boussineq dan Computation Fluid dinamics (Phillip
L-f. Liu. 2013).
14
u = Kecepatan aliran pada sumbu y
w = Kecepatan aliran pada sumbu z
P = Tekanan hidrostatis
g = gravitasi 9,81 m/s
15
pembangkitan gelombang tsunami dari delft3d dashboard hingga simulasi
Delf3D flow yang akan menghasilkan pengurangan gaya gelombang
tsunami yang ditampilkan dalam 2D atau angka dengan skenario yang sudah
dipersiapkan sebelumnya, serta akan ditampilkan genangan atau pemodelan
luapan genangan air laut akibat adanya dinding laut.
Persamaan yang mengatur dalam Delft3D yang dipakai dalam
pemodelan ini menggunakan pendekatan system koordinat kartesian dengan
rumus sebagai berikut :
∂ ζ ∂ [ (d+ ζ )U ] ∂ [ (d +ζ )V ]
+ + =Q ……………………………………….…..
∂t ∂x ∂y
…… (2,6)
Persamaan yang digabungkan pada koordinat kartesian :
w=ω +u σ( ∂ H ∂ζ
+
∂x ∂ x
+v σ) (
∂H ∂ζ
+
∂y ∂y
+ σ
∂ H ∂ζ
+
∂ t ∂t)( )
…………….…..…..…
(2,7)
(2,8)
A=2 Δt √ g H
√ 1
+
1
Δ x Δ y2
2
¿ 1…………….…………..…………….....……...
16
maksimum atau minimum atau nilai yang diturunkan untuk persamaan
gelombang panjang linier 1D tanpa adveksi adveksi mengganti gelombang
dengan periode Td. (Delft3D-FLOW User Manual hal 228, 2014).
4 M. B. Pratama Tidal Flood in Mengetahui banjir - Pemodelan Mengetahui luas banjir dan
Pekalongan:
(2018) pasang surut di Kota Pasang surut dampak penurunan tanah
Utilizing and
17
Operating Open Pekalongan, - Software Deltf3D serta Menunjukkan prediksi
Resources for
termasuk dampak banjir pasang surut hingga
Modeling
penurunan tanah tahun 2050.
dengan software
Delf3D
5 Silvia Chacón- Development of Mengetahui rumusan - Pemodelan rumusan penelitian
a modelling
Barrantes (2015) dan penggunaan dari gelombang hidrodinamis air dan
strategy for
simulation of pemodelan delft3D tsunami morfologi pantai dapat
coastal
- Software Delft3D dipengaruhi oleh beberapa
development due
to tsunamis akibat yaitu badai,
gelombang tinggi dan
beberapa parameter lain
seperti parameter gempa.
18
Lokasi
penelitian
SURVEI PENDAHULUAN
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
19
OK
D
isain Breakwater
SIMULASI
SIMULASI Skenario Breakwater jauh dari pantai
Skenario Breakwater dekat dengan pantai
EVALUASI
Reduksi breakwater pada kecepatan
dan tinggi gelombang tsunami
Tidak
OK
KESIMPULAN
MULAI
SURVEI PENDAHULUAN
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
Desain
Breakwater Horizontal dan diagonal
SIMULASI
20
Tidak
Desain
Breakwater Dekat dari pantai (DDP) dan Jauh dari pantai (JDP)
SIMULASI
EVALUASI
Tinggi dan waktu tempuh tsunami terbaik
yang bisa dicapai.
OK
KESIMPULAN
21
c. Manajemen bencana daerah pesisir pantai,
Puger.
22
d. Data elevasi muka air dan arus laut
e. Data Mitigasi tsunami Jember
f. Peta Jalur evakuasi Tsunami Jember
yang ada di Delft3D tetapi tidak menjadi satu bagian pada software
output.
23
a. Delft3D Dashboard
Pengerjaan awal Delft3D dimulai dengan menentukan ruang kerja
yang disesuaikan pada koordinat area kerja. Pekerjaan ini di jelaskan sesuai
Start
1. Data Toolbox
Pemasukan data toolbox berupa pembuatan kotak kerja dan
dalam penelitian.
Input data berupa densitas air dan rumusan yang di pakai dalam
penelitian.
24
3. Input data Karakteristik Tsunami
Delft3D Flow
b.
flow yang di jelaskan sesuai urutan proses input pada Delft3D flow sebagai
Start
berikut :
Pemasukan data
aliran (flow input)
1. Pengecekan domain Tid
2. Pengecekan waktu ak
Memulai proses software (Running simulation)
3. Menambahkan titik obsevasi penelitian (obsevation point)
Ok
Hasil (output)
Hasil data 2 dimensi (gambar)
Hasil data angka, dll
Finish
Flow Input
1.
data pada Delft3D Dashboard. Dalam tahap ini akan juga digunakan
telah ditentukan.
Running simulation
2.
25
Proses ini adalah proses untuk penentuan hasil yang akan
ditampilkan pada output dalam Delft3D. Dalam proses ini bisa gagal
3. Output
Proses ini adalah hasil dari Delft3D yang dapat dikeluarkan sesuai
format kebutuhan.
26
Breakwater terhadap reduksi gelombang tsunami.
27
3.3.9 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian
Rencana Kegiatan Penilitian dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan, dapat dilihat pada Tabel 3.1
Waktu
No Uraian Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey Pendahuluan :
Identifikasi lokasi daerah penelitian
2 Kajian Pustaka
Mempelajari kajian sebelumnya yang sejenis
3 Pengumpulan data
Data Sekunder
Data Pasang Surut
Data Topografi
Data Batimetri
Mitigasi Bencana Tsunami
Peta Jalur evakuasi Tsunami
4 Seminar proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengolahan Data
Komputasi Metode Delf3D
Rekomendasi disain seawall
28
Lanjutan....
Waktu
No Uraian Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
7 Hasil penelitian
8 Kesimpulan dan saran
9 Publikasi
10 Seminar hasil
11 Revisi seminar akhir
12 Persiapan siding
13 Sidang
29
BAB IV PEMBAHASAN
dengan nilai positif (+) untuk daerah dibawah muka air sedangkan nilai
negatif (-) adalah daerah diatas muka air (tinggi tanah). Delft3D
Gambar 4.1 :
Research sites
Gambar 4.1. Domain penelitian berada di Pantai Puger menggunakan Delft 3D dashboard
di pantai selatan Jawa. Domain simulasi terdiri dari 1091 sel arah M dan
740 sel (Grid) arah N atau luas wilayah penelitian 250.166.33348 km.
Ukuran setiap sel adalah 0,005 x 0,005 derajat atau dalam satuan meter 1
sel adalah 500 meter. Lokasi penelitian yang dilingkari merupakan pantai
30
yang ada di jember dengan tiga titik observasi (OBS) yaitu Tanjung
4.1 :
panjang, lebar, arah patahan dan lain-lain. Dari 2 data tersebut maka
31
selatan jawa di area jawa tengah-jawa timur. Berikut adalah tabel
Nama longitude latitude Magnitude Dept Strike Dip slip Fault Length Faulth Width
(o) (o) (Mw) h (o) (o) (Km) (Km)
(Km)
Maramai dan Tinti yaitu di Tanjung Pelindu, Pantai Puger Dan Pantai
Watu Ulo. Data ini akan di pandukan dengan data simulasi sebagai bahan
4.2 :
32
Gambar 4.2 Titik penelitian sebagai bahan validasi
(gambar diperoleh dari jurnal Maramai dan Tinti 1994)
N Koordinat Hasil
Lokasi Data observasi Persentase
o simulasi
latitude longitude
1 Tanjung Pelindu -8.32 113.32 3,2 m 3,42 m 6.875 %
2 Pantai Puger -8.38 113.43 4,88-5,85 m 5,96 m 11.09 %
3 Pantai Watu Ulo -8.44 113.56 6,5 - 7,5 m 7,15 m 2.14 %
Hasil yang diperoleh dari model simulasi menunjukkan bahwa
antara model data observasi adalah reduksi di Pantai Watu Ulo, terdapat
tersebut diambil dari 3 titik observasi yang berada di sekitar garis pantai
33
yang masih tergenang air laut, hal ini dikarenakan kondisi sel yang masih
terlalu besar sehingga kondisi hasil simulasi tidak dapat tergenang air
tertinggi dipatahan didapatkan hingga 3,5 meter dan dengan surut air di
tsunami tersaji pada Gambar 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 :
34
Gambar 4.4 Pembangkitan gelombang skenario 1
(tsunami banyuwangi 1994)
35
Gambar 4.6 Pembangkitan gelombang skenario 3
(Tsunami Gabungan karakterisitik gempa Banyuwangi 1994 dan Pangandaran 2006)
waktu setiap 5 menit guna melihat waktu dan titik tertinggi dari capaian
gelombang tsunami tersebut. Berikut hasil grafik dari ke 3 skenario tersaji pada
Gambar 4.7 :
36
simulasi pada 3 titik OBS tersaji pada Tabel 4.4 :
digunakan Fourier analysis. Fitur ini tidak terikat waktu dan hanya dapat
37
tsunami. Pengamatan tsunami Pangandaran memiliki waktu tercepat
tsunami.
dilanjutkan dalam skema mitigasi yang baik. Titik OBS ini berbeda
dengan Titik validasi tsunami, titik ini ditempatkan pada daerah muara
1. Titik OBS
OBS 1. terletak di dekat pantai dan di tepi dari aliran sungai
yaitu pada Sel M: 918 N :623 Tersaji pada Gambar 4.9 :
38
Gambar 4.9 Titik OBS 3 adalah sel yang bersilang pada Delft3d
Maka didapatkan 3 lokasi titik OBS baru tersaji pada tabel 4.5 :
39
3 Breakwater
Horizontal
Gambar 4.10 Lokasi pemecah gelombang yang berada Dekat Dengan Pantai (DDP)
2 Breakwater
Horizontal
Gambar 4.11 Lokasi pemecah gelombang yang berada Jauh Dari Pantai (JDP)
40
a. Grafik di titik OBS 1
Gambar 4.12 Perbandingan peletakan 2 jenis pemecah gelombang pada lokasi OBS 1
Gambar 4.13 Perbandingan peletakan 2 jenis pemecah gelombang pada lokasi OBS 1
41
Simulasi 1 Breakwater H DDP Breakwater H JDP
No Lokasi Ketinggia
Waktu Waktu Ketinggian Waktu Ketinggian
n
(Menit) (Menit) (meter) (Menit) (meter)
(meter)
1 OBS 1 39 m 1.3384 m 40 m 1.5514 40 m 1.2427 m
2 OBS 2 35 m 5.4140 m 37 m 7.1067 37 m 5.3046 m
3 OBS 3 35 m 5.9103 m 37 m 5.8798 37 m 5.8340 m
3 Breakwater
Diagonal
Gambar 4.14 Lokasi pemecah gelombang yang berada Dekat Dari Pantai (DDP)
42
gelombang.
2 Breakwater
Diagonal
Gambar 4.15 Lokasi pemecah gelombang yang berada Jauh Dari Pantai (JDP)
43
Gambar 4.16 Perbandingan peletakan 2 jenis pemecah gelombang pada lokasi OBS 1
Gambar 4.17 Perbandingan peletakan 2 jenis pemecah gelombang pada lokasi OBS 1
pantai tidak ada yang memenuhi dalam syarat reduksi tinggi gelombang.
44
Berikut pengelompokan pemecah gelombang berdasarkan letak yang
gelombang lepas pantai (offshore) yang berlokasi Jauh dari pantai dalam
45
upaya reduksi tsunami ketika akan masuk kedalam sungai serta akan
Gambar 4.18 Perbandingan simulasi dari tinggi pemecah gelombang Horizontal pada OBS 1
46
Gambar 4.19 Perbandingan simulasi dari tinggi pemecah gelombang Horizontal pada OBS 2
47
Pemodelan pemecah gelombang diagonal akan digunakan 1
skenario yaitu skenario 1. Simulasi Pemecah gelombang Diagonal terbagi
dalam 10 simulasi yang terukur dari minus 1 meter sampai minus 10
meter dibawah permukaan air laut. Simulasi ini juga mempunyai time
step 1 menit dalam 1 jam untuk mengukur kecepatan dan tinggi tsunami
pada titik OBS. Hasil akan disajikan di 3 titik OBS. Berikut hasil dari
simulasi tersebut tersaji pada Gambar 4.20 dan Gambar 4. :
a. Hasil simulasi di OBS 1
Gambar 4.20 Perbandingan simulasi dari tinggi pemecah gelombang Diagonal pada OBS 1
Gambar 4.21 Perbandingan simulasi dari tinggi pemecah gelombang Diagonal pada OBS 1
48
Hasil menunjukan keseluruhan simulasi dapat mereduksi kecepatan
dan tinggi dari tsunami. Pada grafik pemecah gelombang diagonal di
OBS 2 terlihat kerapatan penurunan dalam reduksi gelombang tsunami
untuk itu perlu dilakukan analisa lebih lanjut. Berikut hasil yang
dipadukan dengan rumus green formula :
49
gelombang diagonal. Hal ini dilakukan guna melihat keberfungsian
pemecah gelombang diagonal dalam menahan dan membelokan
berdasarkan kenaikan tinggi dan kecepatan tsunami di titik obs tersebut.
Penelitian ini menggunakan 1 skenario yaitu skenario 1 dengan dua
pemecah gelombang minus 1 hwl dan telah disimulasikan sebelumnya.
Berikut koordinat OBS tambahan :
Tabel 4.12. Perbandingan waktu dan tinggi tsunami
Gambar 4.22 Perbandingan simulasi tinggi pemecah gelombang Diagonal dan horizontal -1 HWL
50
Gambar 4.23 Perbandingan simulasi tinggi pemecah gelombang Diagonal dan horizontal -1 HWL
Gambar 4.24 Perbandingan simulasi tinggi pemecah gelombang Diagonal dan horizontal -1 HWL
51
pembelokan dari pemecah gelombang diagonal. Hal ini bisa dari
indicator kecepatan tsunami yang juga melambat pada OBS 4, sehinngga
dapat di mungkinkan juga prilaku gelombang tsunami tidak dapat
diprediksi setelah melewati pemecah gelombang tersebut. Perlu ada
kajian lebih lanjut untuk hal tersebut.
4.4. Nilai efektivitas Bangunan Pemecah Gelombang.
dalam persentase dari setiap titik OBS dan dari pemodelan yang telah
tinggi pemecah gelombang minus 1 meter dari permukaan air laut. Hasil ini
baik yang berada dekat dari pantai dan jauh dari pantai layak untuk
52
efekttifitas pemecah gelombang. Berikut perhitungan yang digunakan :
Faktor reduksi=(1-(Vx/Vv))*100
Keterangan : Vx = kecepatan untuk titik observasi
Vv= Kecepatan Validasi pada skenario
kecepatan tsunami dari angka 2,5 persen hingga 7,9 persen. Persentase
hwl dengan persentase waktu paling efektif dari 4,88 persen hingga 7,9
persen. Hasil ini juga dapat dilihat dari diagram persentase keberfungsian
terlampir.
53
4.4.2 Reduksi terhadap Tinggi tsunami
baik yang berada dekat dari pantai dan jauh dari pantai layak untuk
OBS pantai Puger yang telah diperhitungkan adalah dari 1,3 m hingga
Faktor
Reduksi=(1-(hx/hv))*100
54
Gambar 4.27 Perbandinngan efektifitas Pemecah gelombang Horizontal
Dari hasil ketiga titik OBS pemecah gelombang dapat mereduksi Tinggi
tsunami dari angka 8,04 persen hingga 31,18 persen. Persentase reduksi
dengan persentase reduksi tinggi tsunami dari 23,5 persen hingga 31,18
persen. Hasil ini juga dapat dilihat dari diagram persentase keberfungsian
tsunami dari pemodelan yang satu tipe. Hasil persentase terendah pada
hwl.
(skenario 3)
efektivitas ini dilakukan pada titik OBS seperti pada pemecah gelombang
pada muara sungai dan di wilayah laut berbatasan dengan pantai. Untuk
55
mengetahui faktor reduksi pemecah gelombang maka dibutuhkan waktu
tempuh dan tinggi tsunami pada skenario 3 di setiap titiik OBS. Berikut
Dari hasil ketiga OBS didapatkan faktor reduksi dari 4,88 persen
hingga 7,9 persen. Hasil ini juga menunjukan hasil angka reduksi yang
dari tinggi gelombang tsunami. Nilai yang di ukur disini adalah nilai
56
OBS 3 5.75 m 5.356 m 6.852%
Dari hasil ketiga OBS didapatkan faktor reduksi dari 6,85 persen
hingga 28,47 persen. Hasil ini tidak sebaik pada skenario 1 dengan
gelombang lepas pantai yang berada dekat dengan pantai tidak terlalu
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi dengan 3 skenario didapatkan ketinggian
mencapai darat (OBS 1) berkisar 40 menit dan kembali normal pada 170
menit. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa gempa bumi yang berasal
dari lokasi patahan bumi akan menghasilkan tsunami yang lebih besar dari
kecepatan tsunami hingga 7,9 persen dan tinggi gelombang yang tereduksi
gelombang lepas pantai dengan tinggi hwl minus 1 dan letak pemecah
dapat tereduksi dari kecepatan dan tinggi tsunami. Hasil menunjukan angka
58
gelombang dari hasil ini berfariasi dari angka 6,85 persen sampai 28,47
dengan nilai rata-rata efektivitas 7,9 persen pada kecepatan dan nilai rata-
5.2 Saran
memiliki akurasi data yang baik. Pada simulasi selanjutnya bisa digunakan
bathymetri dan topografi yang lebih halus agar didapatkan data run up tsunami
gelombang terrsebut.
59
DAFTAR PUSTAKA
Cokrobasworo, M., Sambodho, K., Armono, D., Arief, J., dan Hakim, R. (2013).
Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger Jember,
1(1), 1–5.
Hakima, B. Al., Wibowo, M., Kongko, W., Irfania, M., Hendriyono, W., dan
Gumbira G. (2014). Hydrodynamics Modeling of Giant Seawall in
Semarang Bay. Science Direct.
60
Holthuijsen L.H. (2007). Waves in Oceanic and Coastal Waters. New York:
Cambridge University Press.
Imteaz M. A., Imamura F., dan Naser J. 2009. Governing Equations For Multi-
Layered Tsunami Waves. Science of Tsunami Hazards, Vol. 28, No. 3, page
171.
Latief, H., Puspito, N.T., dan Imamura, F., 2000, Tsunami catalog and zones in
Indonesia, Journal of Natural Disaster Science, Volume 22, Number 1, pp.
25-43
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 356 hlm. Jakarta.
61
Sambodho, K. 1997. Penggunaan Metode Numerik Untuk Memprediksi
Penjalaran dan Tinggi Gelombang Tsunami. Tugas Akhir. Ocean
Engineering., Sepuluh Nopember Institut Of Technology. Surabaya.
62
LAMPIRAN
1.
Penentuan lokasi Pengamatan dari Jurnal The 3 June 1994 Java Tsunami: A Post-Event Survey of the Coastal Effects
Koordinat
No Lokasi
latitude longitude
1 Tanjung Pelindu -8.32 113.32
2 Pantai Puger -8.38 113.43
3 Pantai Watu Ulo -8.44 113.56
63
2. Lokasi Titik OBS pada Delft3d
a. Penentuan titik lokasi penelitian Observasi 1
a. Penentuan lokasi titik pada Lokasi 1(tanjung Pelindu) yaitu
113.321 - -8.401198 Dengan koordinat sel pada M= 889 dan N 619
64
c. Penentuan lokasi titik pada Lokasi 3 (pantai Watu Ulo yaitu
113.558 - -8.481527 dengan koordinat sel M=936, N=603
65
4. Tabel Analisa untuk grafik ketinggian tsunami di OBS 2 titik 4
Dept
Data didasarkan pada lokasi 2 dengan kode M=911 dan N=611 (koordinat 113.43 - -8.38)
h Waktu
(m) Skenario 1 (BWI 1994) Skenario 2 (PGDRN 2006) Skenario 3 (Gabungan di patahan)
-55.5 00:05:00 -0.003030929 -0.003030929 -0.003030929
55.5 00:10:00 -0.003030929 -0.003030929 -0.003030929
55.5 00:15:00 -0.003030929 -0.003030929 -0.003030929
55.5 00:20:00 -0.003030929 -0.003030929 -0.003030929
55.5 00:25:00 -0.003030929 -0.010968739 -0.003030929
55.5 00:30:00 -0.135913406 -0.128509567 -0.03764712
55.5 00:35:00 -0.877214693 0.468831844 -0.9358717
55.5 00:40:00 0.883869121 0.090977334 -3.791213268
55.5 00:45:00 1.619777943 0.011776638 10.15011336
55.5 00:50:00 0.557297386 -0.307498136 5.523854379
55.5 00:55:00 -0.155771849 -0.135381926 1.155273661
55.5 01:00:00 -2.029721743 -0.416373987 -5.516185527
55.5 01:05:00 -0.611440449 -0.196558005 -9.48302035
55.5 01:10:00 -0.756949627 0.062021594 1.747949692
55.5 01:15:00 -0.925620678 -0.127510675 -6.021310454
55.5 01:20:00 1.951484896 0.151594752 1.968006903
55.5 01:25:00 0.053166012 0.12543329 2.03164381
55.5 01:30:00 0.311391292 0.507716804 0.092569348
55.5 01:35:00 1.217056453 0.296484112 0.180811135
55.5 01:40:00 0.356629265 0.271687026 0.40076933
55.5 01:45:00 0.485501403 -0.132603666 6.376213256
55.5 01:50:00 0.693113718 -0.316281883 4.635670316
55.5 01:55:00 -1.395323277 -0.313995789 0.235524993
55.5 02:00:00 -1.244169241 -0.071014536 -5.207344372
55.5 02:05:00 -0.289288496 -0.103076646 -5.51958312
55.5 02:10:00 -0.138854265 0.109796113 -0.535130522
55.5 02:15:00 0.688468724 0.193986998 2.272474872
55.5 02:20:00 0.36759281 -0.030809077 2.742711377
55.5 02:25:00 0.839079144 0.178621144 0.304649983
55.5 02:30:00 -0.217804607 -0.00386696 0.049308774
55.5 02:35:00 -0.142702767 -0.208238928 -0.633772339
55.5 02:40:00 0.278978745 -0.156832869 0.114193083
55.5 02:45:00 0.148248123 0.044298393 0.787440593
55.5 02:50:00 0.145364052 0.096776053 0.981346049
55.5 02:55:00 -0.104412385 0.146109096 0.280214498
55.5 03:00:00 -0.215992234 -0.049961112 -0.68754652
55.5 03:05:00 -0.390408129 -0.066681635 -1.046327432
55.5 03:10:00 -0.053711083 -0.007028794 -1.759501506
55.5 03:15:00 -0.274082329 -0.045876381 -0.613959521
55.5 03:20:00 0.345440993 -0.003827718 1.220274459
55.5 03:25:00 0.010825409 -0.017309763 0.009445938
66
Tabel Analisa untuk grafik ketinggian tsunami di OBS 2 titik Lanjutan…..
Dept Waktu Data didasarkan pada lokasi 2 dengan kode M=911 dan N=611 (koordinat 113.43 - -8.38)
h
Skenario 1 (BWI 1994) Skenario 2 (PGDRN 2006) Skenario 3 (Gabungan di patahan)
(m)
55.5 03:30:00 0.191312122 -0.116381133 -0.061179962
55.5 03:35:00 -0.013562413 0.008498835 -0.126663218
55.5 03:40:00 -0.018373112 -0.047392144 0.259999308
55.5 03:45:00 0.129360907 0.140408907 0.468586732
55.5 03:50:00 0.180766481 0.189410441 0.663782788
55.5 03:55:00 -0.089802252 0.099318423 0.538702848
55.5 04:00:00 0.171472609 -0.049599996 0.63007867
55.5 04:05:00 0.057666852 -0.010561076 -0.681566757
55.5 04:10:00 -0.156752782 -0.06064557 -0.487345811
55.5 04:15:00 -0.43719589 0.026634261 -0.283010231
55.5 04:20:00 -0.093251779 -0.02844513 -0.31817774
55.5 04:25:00 0.131473238 -0.143618661 0.412148352
55.5 04:30:00 0.096860993 -0.07887608 0.20748175
55.5 04:35:00 -0.095865013 -0.023410383 -0.885931945
55.5 04:40:00 -0.020421132 -0.014534998 -0.484884012
55.5 04:45:00 -0.170634375 0.092605751 -0.098962161
55.5 04:50:00 0.018035343 0.116435009 0.630481528
55.5 04:55:00 0.551380721 0.016647524 0.978297923
55.5 05:00:00 0.601830116 -0.009445161 1.225579557
55.5 05:05:00 0.004975774 -0.070598574 0.869443914
55.5 05:10:00 -0.222622878 -0.04608839 -0.449152503
55.5 05:15:00 -0.379806184 -0.208039926 -1.70531476
55.5 05:20:00 -0.273847409 -0.114136295 -1.134791032
55.5 05:25:00 -0.41481886 0.000310858 -0.939385782
55.5 05:30:00 0.033636796 0.011184826 -0.472006166
55.5 05:35:00 0.117933347 0.081101018 0.378042834
55.5 05:40:00 0.3877682 0.079282335 1.467381359
55.5 05:45:00 -0.142037324 0.033385278 1.421955548
55.5 05:50:00 0.237428616 -0.041304192 0.541687875
55.5 05:55:00 0.165631662 0.064325162 -0.279214149
55.5 06:00:00 -0.19737003 0.06356216 -0.269122814
Data pada kolom skenario telah dikalikan dengan rumusan menggunakan Green formula berikut
1
η2 h 1 4
adalah contoh pengerjaannya : =( )
η1 h 2
Diketahui tinggi pada skenario 1 adalah -0.000624457 dan kedalaman -55 Maka
dihitung =((55/0.1)^0.25)* -0.000624457 = -0.003030929
67
68
5. Fourier Analysis
a. Gambar Fourier
Gambar Fourier simulasi tsunami Banyuwangi 1994 Gambar Fourier simulasi tsunami Gabungan
OBS 1 Titik lokasi 2 ketinggian 1,4 m OBS 2 Titik lokasi 3 ketinggian 1,8 m OBS 2 Titik lokasi 3 ketinggian 2,6 m
69
Hasil fourier tinggi gelombang tsunami di laut koordinat kedalaman di laut koordinat Tinggi tsunami di darat kordinat validasi data
Skenario 1 1.4 1.2 1.7 2.32 20 8.4 3.07 4.51 5.15 3.2 4.88-5.85 6.5-7.5
1.4 1.6 2.6 3.56 3.63 5.73 3.42 3.93 7.15
1.5 1.8 2.5 2.46 12 6.09 3.34 5.96 6.98
0.5 0.7 0.7 36.1 55.5 32.5 2.18 3.40 2.97
Skenario 2 0.40 0.20 0.30 2.32 20 8.4 0.88 0.75 0.61
0.50 0.20 0.30 3.56 3.63 5.73 1.22 0.49 0.83
0.40 0.30 0.30 2.46 12 6.09 0.89 0.99 0.84
0.20 0.10 0.20 36.1 55.5 32.5 0.87 0.49 0.85
Skenario 3 4.2 4.9 6.3 2.32 20 8.4 9.22 18.43 19.07
4.1 9.1 6.10 3.56 3.63 5.73 10.01 22.34 16.78
4.9 6.7 6.7 2.46 12 6.09 10.91 22.18 18.72
2.4 2.7 3.2 36.1 55.5 32.5 10.46 13.10 13.59
c. Perhitungan Analisa menggunakan fourier
70
6. Lokasi OBS 4, OBS 5, dan OBS 6
OBS 4 b. OBS 5 c. OBS 6
71
7. Grafik perbedaan Pemecah gelombang H DDP dan Pemecah gelombang D DDP
Pemecah gelombang H DDP dari Obs 1, Obs 2 dan Obs 3,
72
Pemecah gelombang D DDP dari Obs 1, Obs 2 dan obs 3.
73
8.
74
9. Perhitungan kecepatan tsunami
a. Tabel perhitungan kecepatan tsunami
Tabel kecepatan tsunami pada skenario 3
perhitungan jarak Kecepatan
no koordinat tengah dari patahan koordinat hasil dms obs 1 hasil pengurangan jarak hasil dms
ideal tsunami
1 113.706°-113.706° 113° 16' 13.8" 113° 24' 50.76" 0° 43' 57,36" 82.8449 km 102,436
239.7 Km
2 -11.006°- -10.586° -10° 33' 7.2" -8° 24' 21.24" 2° 23'24.56" 239.1484 km
koordinat T
koordinat hasil kecepata Kecepatan Kecepatan
no tengah dari obs jarak jarak tsunami
tsunami Konversi n breakwater H h-1 breakwater D h-1
patahan sampai
16.2260
1 112.6815 112° 40' 53.4" 113° 24' 50.76" 0° 44' 57,36"
5
253.09 39 108.1581 41 102.8821 41 102.8821
239.148
-10.796 -10° 47' 45.6" -8° 24' 21.24" 2° 23' 24,36"
4
24.1906
2 -134.2735 112° 40' 53.4" 113° 28' 4.44" 0°48' 50.64"
2
240.37 35 114.4619 38 105.4254 38 105.4254
242.978
-257.751 -10° 47' 45.6" -8° 23' 19.32" 2° 10' 24,36"
5
3 -381.2285 112° 40' 53.4" 113° 27' 55.08" 0° 47' 41.28" 22.0157 241.51 35 115.0048 38 105.9254 37 108.7883
75
7
-504.706 -10° 47' 45.6" -8° 23' 38.4" 2° 9' 88" 240.503
76
b. contoh perhitungan jarak tempuh tsunami
c. Memperhitungkan Efektivitas
Diketahui kecepatan tsunami sebagai berikut :
77
Keterangan : Vx = kecepatan untuk titik observasi
Vv= Kecepatan Validasi pada skenario
78
Faktor Reduksi=(1-(hx/hv))*100
Keterangan : hx = Tinggi untuk titik observasi
hv= tinggi Validasi pada skenario
Breakwater Horizontal
breaakwa-
Breakwa-
ter ter
--10H DDP
hwl 20%
breaakwa-20%
ter -1 hwl
20% breaakwa-
ter -1 hwl
39%
Persentase Efektifitas
Pemecah Gelombang
Breakwater H DDP
7%6% breaakwater -1 hwl
32%
breaakwater -5 hwl
55%
breaakwater --10 hwl
79
Gambar efektifitas breakwater Horizontal sejenis
Breakwater D DDP
9% breaakwater -1 hwl
11% 25%
breaakwater -5 hwl
breaakwater --10 hwl
55%
80