Anda di halaman 1dari 16

Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami

// Rubrik Pendidikan · Majalah 1000guru · February 2012 //

Mitigasi bencana gempa yang dilakukan oleh pemerintah ialah memberi peringatan dini saat
terjadi gempa bumi. Sedangkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya bahaya tsunami, telah
dipasang beberapa alat peringatan tsunami di beberapa perairan Indonesia di antaranya di
Samudra Hindia sepanjang pantai barat Sumatera, Selat Sunda, Utara dan Pulau Komodo. Saat
ini telah terpasang lebih dari 90 alat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan Indonesia.

Alat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan Indonesia (Sumber: www.beritajakarta.com)

Jepang telah membangun dinding penahan tsunami setinggi 4,5 – 10 meter pada daerah pantai
yang padat penduduk. Ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokkaido tahun 2011 lalu di area
Tohoku, tinggi gelombang tsunami mencapai 30 m. Dinding penahan terlampaui namun dapat
mengurangi kecepatan tsunami. Korban jiwa memang tidak terhindarkan. Dinding semacam ini
dapat digunakan di Aceh atau daerah lainnya (Pangandaran) yang rawan Tsunami, namun
efektivitas dinding penahan tersebut perlu dilakukan penelitian. Pembuatan model dengan alat
sentrifugal dan uji laboratorium dapat mensimulasikan tinggi gelombang yang dikehendaki.

Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh dari
bencana dan kondisi yang peka dalam rangka mengurangi bencana yang lebih besar di kemudian
hari. Oleh karena itu, seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri atau
bagian/elemen dari ancaman.

Tsunami Early Warning System (TEWS) adalah upaya untuk mitigasi bencana tsunami. Hal
sederhana yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk yang berada di
sekitar kota/pantai yang memiliki potensi tsunami adalah memberi peringatan melalui sirene atau
televisi/radio lokal yang dapat dengan segera mensosialisasikan akan terjadinya Tsunami.
Menurut pengalaman di Aceh ada jeda waktu sekitar 30 menit sampai gelombang mencapai
pantai. Saat ini di daerah yang rawan seperti Aceh dan Pangandaran sedang disiapkan perangkat
alat pendeteksi dini untuk memperkirakan terjadinya gempa maupun tsunami.

Sudah menjadi keharusan bagi Indonesia untuk memiliki suatu sistem peringatan dini tsunami
TEWS yang terintegrasi, apalagi dengan pengalaman yang menimpa negeri semaju Jepang yang
tetap kewalahan menghadapi tsunami. Sejauh ini, Indonesia telah menerima bantuan beberapa
unit buoy dari Jerman, Norwegia, dan beberapa negara sahabat. Bahkan beberapa waktu lalu,
Indonesia juga telah menerima satu unit buoy dari Amerika Serikat.

Buoy adalah sebuah alat pendeteksi tsunami (Deep-Ocean Assessment and Reporting of
Tsunami/DART) yang terapung di permukaan laut dan merupakan bagian dari skema teknologi
TEWS yang disandingkan dengan perangkat OBU (Ocean Bottom Unit) yang terpasang di dasar
laut. OBU dipasang bersama seismometer untuk mendeteksi kekuatan gempa di dasar laut.
Ketika terjadi getaran gempa, OBU akan mengirimkan informasi kekuatan gempa ke buoy yang
dilengkapi dengan penerima GPS (Global Positioning System) untuk memberikan data posisi
derajat lintang dan derajat bujur unit yang terapung. Kemudian, buoy langsung memberikan
informasi lewat satelit pemancar untuk diteruskan ke master station yang ada di daratan. Jika
kekuatan gempa mengindikasikan akan ada tsunami, pihak terkait yang berada di master station
segera memberikan informasi ke beberapa institusi untuk memberikan peringatan dini kepada
masyarakat berupa alarm maupun penyiaran darurat radio dan televisi.

Skema kerja TEWS (Sumber: www.majalaheindonesia.com)

Selain itu prinsip TEWS harus pula memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan


gempa.
Konstruksi bangunan tahan gempa biasanya di desain agar memberikan rasa aman bagi
penghuninya terhadap bencana gempa. Dengan mengikuti konstruksi yang tahan gempa
ini, dampak gempa dapat diminimalkan sehingga korban jiwa akibat runtuhnya bangunan
juga akan lebih sedikit.
2. Penguatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas terbaik.
Setiap bangunan tentunya harus memiliki standar kualitas bangunan yang baik. Dengan
mengikuti standar yang ada, bangunan akan kokoh dan dapat bertahan terhadap
goncangan atau getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi. Bangunan yang mengikuti
standar ialah bangunan yang dibuat dengan perencanaan yang matang agar aman dan
nyaman untuk ditempati.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
Kegiatan pembangunan fasilitas umum seperti sekolah, pasar, rumah sakit, dan yang
lainnya juga harus memiliki standar kualitas yang tinggi. Rumah sakit terutama sebagai
fasilitas umum yang sifatnya penting dalam kondisi darurat saat bencana harus memiliki
bangunan yang kuat.
4. Pengaturan daerah pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan gempa bumi.
5. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
Kegiatan zonasi dapat dilakukan dengan bantuan ilmu terapan seperti Sistem Informasi
Geografi (SIG) yang mampu memberikan gambaran dari kondisi/fenomena yang terjadi
di permukaan bumi. Indonesia sudah sarat pengalaman gempa. Oleh karena itu, selain
mempelajari proses terjadinya gempa bumi, kita masih harus mau belajar dari
pengalaman masa lalu agar mampu meminimalkan dampak gempa bumi. Untuk jangka
panjang, pemerintah bersama-sama peneliti ilmu geofisika perlu membuat peta zonasi
gempa bumi tektonik. Peta semacam ini secara global sudah ada, namun perlu
dikembangkan peta yang lebih rinci, misalnya peta zonasi gempa untuk setiap provinsi
atau bahkan setingkat kabupaten, disertai dengan peraturan bangunan tahan gempa. Di
samping itu, perlu diupayakan untuk merapatkan jaringan seismograf (alat pendeteksi dan
pencatat gempa bumi) di seluruh wilayah Indonesia, sehingga peta bencana dapat dibuat
per kecamatan atau bahkan per desa.Untuk jangka pendek, perlu dilakukan riset yang
lebih rinci di setiap segmen patahan (sesar) aktif seperti Sesar Opak (Bantul), Sesar
Menoreh (Kulon Progo), serta sesar-sesar mikro aktif lainnya, yang sering memicu
terjadinya gempa bumi tektonik. Perlu juga disarankan kepada penduduk untuk tidak
bermukim di wilayah yang diperkirakan rawan gempa bumi. Selain itu, studi deformasi
kerak bumi dilakukan dengan jalan pemantauan dan monitoring gempa bumi mikro,
pergerakan kerak bumi, memetakan sesar-sesar aktif, dan mempelajari karakteristik
seismologi suatu daerah. Memang benar terjadinya gempa bumi tidak dapat kita cegah,
tetapi para pakar dapat memprediksi dan melakukan langkah antisipasi.
6. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan
cara – cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang konsen terhadap mitigasi bencana. Pendidikan dan penyuluhan ini penting
bagi masyarakat di daerah rawan gempa dan sekaligus rawan tsunami.
IDENTIFIKASI DAN MITIGASI BENCANA ALAM GEMPA BUMI

a. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah peristiwa alam berupa getaran atau goncangan tanah yang terjadi pada
kulit bumi dan umumnya diawali dengan patahnya lapisan tanah/batuan dalam kulit bumi,
gunung meletus, runtuhnya dinding/atap gua serta lepasnya energi secara mendadak. Gempa
yang terjadi akibat proses pergerakan lempeng disebut gempa bumi tektonik.

b. Parameter Gempa Bumi

• Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time - OT)

• Lokasi pusat gempabumi (Episenter)

• Kedalaman pusat gempabumi (Depth)

• Kekuatan Gempabumi (Magnitudo)

c. Karakteristik Gempa Bumi

• Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat

• Lokasi kejadian tertentu

• Akibatnya dapat menimbulkan bencana

• Berpotensi terulang lagi

• Belum dapat diprediksi

• Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

d. Akibat Gempa Bumi


• Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
• Likuifaksi ( liquifaction)
• Longsoran Tanah
• Tsunami

• Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)

Gambar Akibat Gempa bumi

e. Jalur Gempa Bumi Indonesia

Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng
tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng
Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatip ke arah barat.

Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan
kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga
rawan tsunami.
- Pemetaan wilayah rawan gempa bumi di Indonesia

a) Wilayah sangat atif, memiliki magnitudo lebih dari 8 skala richter. Wilayah ini meliputi daerah
Halmahera, Kepulauan Maluku, dan Panatai Utara Papua.
b) Wilayah aktif, memiliki magnitudo 8-7 skala richter. Wilayah ini mencakup daerah lepas
Pantai Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Pulau Banda di Kepulauan Maluku.
c) Wilayah lipatan dan retakan, memiliki magnitudo kurang dari 7 skala richter. Wilayah ini
meliputi pantai barat Sumatera, Kepulauan Suna, Sulawesi Tengah.
d) Wilayah lipatan dengan/tanpa retakan, memiliki magnitudo kurang dari 7 skala richter.
Wilayah ini meliputi Sumatera, JAwa bagian utara, dan Kalimantan bagian timur.
e) Wilayah gempa kecil, memiliki magnitudo kurang dari 5 skala richter dan jarang terjadi
gempa bumi. Wilayah ini meliputi pantai timur Sumatera dan Kalimantan Tengah.
f) Wilayah stabil, yaitu wilayah yang tidak pernah mengalami gempa (tidak ada catatan wilayah
gempa). Wilayah ini meliputi pantai selatan Papua dan Kalimantan bagian barat.

g. Apa yang kita siapkan ?

- Sebelum Terjadi Gempa

A. Kunci Utama adalah


 Mengetahui apa itu gempa bumi
 Memastikan struktur rumah terhindar dari gempa bumi
 memeriksa bangunan agar terhindar dari bahaya gempa bumi.

B. Kenali Lingkungan Tempa Anda Bekerja

 Mengetahui letak pintu agar kita bisa menyelamatkan diri dan catat nomor telepon penting
yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
 Belajar melakukan P3K
 Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran

C. Persiapan Rutin pada tempat Anda bekerja dan tinggal

 Perabotan harus menempel pada dinding supaya lebih aman


 Simpan bahan yang mudah terbakar dengan baik
 Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.
D. Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempabumi adalah akibat kejatuhan material

 Benda yang berat seharusnya berada pada bagian bawah


 Memeriksa benda yang tergantung supaya tidak mudah jatuh saat gempa bumi

E. Alat yang harus ada di setiap tempat

 Kotak P3K
 Senter/lampu battery
 Radio
 Makanan dan air

- Saat Terjadi Gempa


A. Jika Anda berada di dalam bangunan

 Lindungi badan anda dari reruntuhan (meja, dll)


 Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan
 Lari ke luar apabila masih bisa

B. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka

 Jauhi dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon, dll
 Perhatikan tempat anda berlindung
C. Jika Anda sedang mengendarai mobil

 Keluar, turun dan menjauh dari mobil

D. Jika Anda tinggal atau berada di pantai

 Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.


E. Jika Anda tinggal di daerah pegunungan

 Apabila terjadi gempa bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

- Sesudah terjadi gempabumi

A. Jika Anda berada di dalam bangunan

 Keluar dari bangunan dengan tertib


 Jangan menggunakan lift, gunakan tangga biasa.
 Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.
 Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.
B. Periksa lingkungan sekitar Anda

 Periksa apabila terjadi kebakaran.


 Periksa apabila terjadi kebocoran gas.
 Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek listrik.
 Periksa aliran dan pipa air.

C. Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat
reruntuhan.
D. Jangan berjalan di daerah sekitar gempa kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.

E. Mendengarkan informasi.

 Dengarkan informasi mengenai gempa bumi (apabila terjadi gempa susulan).


 Jangan mudah terpancing oleh isyu atau berita yang tidak jelas sumbernya.

F. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang
terjadi

G. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada tuhan YME demi keamanan dan keselamatan kita
semua.
Relawan Bencana Alam

Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa BumiJika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba,
berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan di manapun anda berada.

 Di dalam rumah

Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan
keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh
anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan
bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
 Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika
gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat
lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.
 Di luar rumah

Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau
kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame.
Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.
 Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas
atau satpam.
 Di dalam lift

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan
getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti,
keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer
gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
 Di kereta api

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta
dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta.
Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
 Di dalam mobil

Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda
akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan,
pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus
mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
 Di gunung/pantai

Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di
pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda
tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
 Beri pertolongan

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar.
Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat
kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada
di sekitar anda.
 Dengarkan informasi

Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan,
penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang
benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi.
Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas
Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan
gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara -
cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi

Posko PMI siaga bencana

Anda mungkin juga menyukai