Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEKNOLOGI SARPRAS RUMAH SAKIT

KONSEP PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT TAHAN


GEMPA DI INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : Safari Hasan, S.IP., MMRS

Disusun oleh :

Salmaqonita Khusnul Irvani Sari (S1 ARS-10821025)

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


KEDIRI
20223
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terletak di wilayah Cincin Api


Pasifik, yang dikenal sebagai salah satu daerah paling aktif secara seismik di
dunia. Negara ini sering kali mengalami gempa bumi dengan kekuatan yang
cukup signifikan, yang dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada
bangunan dan infrastruktur. Salah satu infrastruktur yang sangat penting
dalam kondisi darurat seperti gempa bumi adalah rumah sakit.

Rumah sakit memainkan peran yang sangat krusial dalam


memberikan pelayanan kesehatan darurat kepada masyarakat yang
terdampak bencana. Namun, dalam situasi gempa bumi, rumah sakit sendiri
juga dapat mengalami kerusakan serius atau bahkan runtuh. Hal ini dapat
menghambat upaya penyelamatan dan perawatan medis yang diperlukan
oleh korban gempa.

Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan konsep


pembangunan rumah sakit tahan gempa di Indonesia. Rumah sakit tahan
gempa dirancang dan dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip
rekayasa struktural yang tahan terhadap guncangan gempa. Mereka
memiliki sistem struktural yang kuat, desain arsitektur yang tahan gempa,
dan sistem mekanikal dan elektrikal yang dapat beroperasi selama dan
setelah gempa.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menjadi saksi dari


beberapa gempa bumi yang merusak, seperti gempa bumi di Lombok pada
tahun 2018 dan gempa dan tsunami di Palu pada tahun 2018. Bencana-
bencana ini telah menyoroti kebutuhan mendesak untuk memperkuat
infrastruktur kesehatan, termasuk rumah sakit, agar dapat bertahan dan
berfungsi selama kondisi darurat.

Pembangunan rumah sakit tahan gempa juga sejalan dengan upaya


pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ketahanan bencana di negara ini.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan standar konstruksi yang ketat
untuk bangunan tahan gempa, termasuk rumah sakit. Namun, masih ada

2
banyak tantangan dalam implementasi dan pemenuhan standar ini secara
menyeluruh.

Dalam konteks ini, penulisan makalah tentang konsep pembangunan


rumah sakit tahan gempa di Indonesia sangat relevan dan penting. Makalah
ini akan membahas prinsip-prinsip perencanaan, desain struktural, sistem
mekanikal dan elektrikal, pengelolaan risiko, serta studi kasus tentang rumah
sakit tahan gempa di Indonesia. Melalui penelitian ini, diharapkan akan
tercapai pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya rumah sakit tahan
gempa dalam menyelamatkan nyawa dan memberikan perawatan medis
yang efektif selama kondisi darurat gempa bumi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran gempa bumi di Indonesia?
2. Bagaimana perencanaan rumah sakit tahan gempa?
3. Apa saja sistem struktural tahan gempa?
4. Bagaimana sistem elektrikal dan mekanikal yang tahan gempa?
5. Bagaimana pengelolaan resiko dan keamanan tahan gempa?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran gempa bumi di Indonesia.
2. Mengetahui tata perencanaan rumah sakit yang tahan gempa.
3. Dapat mengidentifikasi sistem struktural tahan gempa.
4. Dapat mengetahui sistem elektrikal dan mekanikal yang tahan gempa.
5. Mengetahui cara pengelolaan resiko dan keamanan tahan gempa.
A. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah wawasan terkait konsep
pembangunan rumah sakit yang tahan gempa.
2. Bagi institusi
Sebagai tambahan materi pegangan bagi pengajar untuk mata
kuliah yang terkait dengan pembangunan rumah sakit tahan gempa.
3. Bagi masyarakat
Sebagai sarana masyarakat untuk memahami apa itu konsep
bangunan tahan gempa dan rumah sakit mana saja yang sudah
menerapkan konsep tersebut.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

4
A. Pengertian Perubahan Sosial

1. Gambaran umum tentang gempa bumi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan

terhadap gempa bumi di dunia. Dimana secara geografis, Indonesia

terletak di wilayah Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai kawasan

paling aktif secara seismik di dunia. Berikut ini adalah beberapa poin

mendetail tentang gempa bumi di Indonesia:

a. Letak Geografis: Indonesia berada di antara dua lempeng tektonik

besar, yaitu Lempeng Eurasia di sebelah utara dan Lempeng Indo-

Australia di sebelah selatan. Wilayah ini merupakan zona

pertemuan lempeng tektonik yang aktif, yang menyebabkan

aktivitas gempa bumi yang tinggi.

b. Sumber Gempa Bumi: Gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh

proses subduksi yang terjadi ketika lempeng Indo-Australia berada

di bawah lempeng Eurasia. Sehingga proses tersebut menghasilkan

zona subduksi yang panjang di sepanjang garis pantai barat

Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Maluku. Selain itu, Indonesia

juga terletak di atas palung laut yang dalam, seperti Palung Jawa

dan Palung Sunda, yang menjadi sumber gempa bumi.

c. Gempa Bumi Megathrust, merupakan salah satu jenis gempa bumi

yang paling sering terjadi di Indonesia. Gempa ini terjadi di zona

subduksi ketika tekanan yang terakumulasi akibat pergerakan

lempeng melepaskan energi secara tiba-tiba.

d. Skala Gempa: Gempa bumi di Indonesia memiliki rentang skala

yang cukup luas, mulai dari gempa kecil hingga gempa besar. Skala

gempa umumnya diukur menggunakan Skala Richter atau

Magnitudo Moment (Mw).

5
e. Frekuensi Gempa: Karena letak Indonesia yang berada di Cincin

Api Pasifik, Indonesia mengalami gempa bumi dengan frekuensi

yang tinggi. Beberapa daerah yang paling sering terkena dampak

gempa adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan

Papua.

f. Dampak Gempa: Gempa bumi di Indonesia memiliki potensi

dampak yang serius. Selain kerusakan pada bangunan dan

infrastruktur, gempa juga dapat menyebabkan kerugian jiwa dan

luka-luka. Gempa yang cukup kuat juga dapat memicu tsunami,

longsor, atau letusan gunung berapi. Penting bagi Indonesia untuk

terus meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan terhadap gempa

bumi. Upaya mitigasi risiko gempa, seperti peningkatan

perencanaan dan konstruksi bangunan tahan gempa, sistem

peringatan dini, dan pelatihan evakuasi, menjadi sangat penting

dalam mengurangi dampak gempa bumi di masa depan.

2. Daerah rawan gempa dan peta seismisitas di Indonesia

Kondisi tektonik Indonesia berada pada pertemuan lempeng besar

dan kecil dunia menyebabkan daerah tersebut berpotensi untuk

mengalami kejadian gempa. Empat lempeng utama yang mengelilingi

Indonesia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng laut

Filipina, dan lempeng Pasifik. Penelitian lanjutan menggunakan

informasi geodetik, geologis, dan seismologis menunjukkan bahwa

tektonik Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa lempeng kecil, yaitu

lempeng Burma, Sunda, Laut Banda, Laut Maluku, Timor, Kepala

6
Burung, Maoke, dan Woodlark (PUSGEN, 2017)

Sumber: PUSGEN, 2017

a. Wilayah Indonesia yang rawan akan gempa

 Mentawai

 Lampung

 Selat sunda

7
 Banten

 Selatan Bali

 Sulawesi Utara

 Aceh

 Sorong

 Matano, Sulawesi Tengah

 Lembang

b. Zona sesar aktif yang patut diwaspadai

 Sesar Lembang (Jawa Barat)

 Sesar Matano (Sulawei Tengah)

 Sesar Sorong (Papua Barat)

 Sesar Segmen (Aceh)

3. Dampak gempa bumi terhadap infrastruktur kesehatan

Gempa bumi dapat menimbulkan dampak yang serius terhadap

infrastruktur kesehatan, termasuk rumah sakit dan fasilitas medis

lainnya. Beberapa dampak yang umum terjadi adalah sebagai berikut:

a. Kerusakan Bangunan: Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan

fisik pada bangunan rumah sakit. Guncangan yang kuat dan

getaran yang dihasilkan oleh gempa dapat merusak struktur

bangunan, termasuk dinding, lantai, atap, dan fondasi. Kerusakan

ini dapat mengakibatkan runtuhnya bangunan atau merusak bagian

penting seperti ruang operasi, ruang rawat intensif, atau fasilitas

penunjang lainnya.

b. Gangguan Infrastruktur: Selain kerusakan pada bangunan, gempa

bumi juga dapat mengganggu infrastruktur penting dalam rumah

sakit. Misalnya, sistem listrik yang dapat terganggu atau bahkan

8
putus, menyebabkan matinya alat-alat medis, sistem pendingin

udara, atau sistem penerangan. Sistem air dan sanitasi juga dapat

terganggu, menghambat pasokan air bersih dan pengelolaan limbah

medis.

c. Ketidakmampuan Operasional: Setelah terjadinya gempa bumi,

rumah sakit yang mengalami kerusakan akan kesulitan dalam

melanjutkan fungsi operasionalnya. Kerusakan bangunan dan

infrastruktur dapat membuat fasilitas tidak dapat digunakan

sepenuhnya atau bahkan harus ditutup sementara waktu. Hal ini

mengakibatkan penurunan kapasitas pelayanan kesehatan darurat

dan penundaan perawatan bagi pasien yang membutuhkan.

d. Keterbatasan Sumber Daya: Gempa bumi juga dapat menyebabkan

sumber daya di rumah sakit menjadi terbatas. Dalam situasi darurat

setelah gempa, pasokan air, bahan bakar, dan persediaan obat-

obatan dapat menjadi terbatas. Selain itu, terjadinya gempa bumi

dapat menyebabkan gangguan dalam logistik dan transportasi,

yang menghambat pasokan peralatan medis dan perlengkapan

lainnya.

e. Lonjakan Pasien: Gempa bumi sering kali menyebabkan lonjakan

pasien yang membutuhkan perawatan medis darurat. Rumah sakit

yang sudah beroperasi dengan kapasitas penuh sebelum gempa,

harus menghadapi peningkatan beban kerja yang signifikan.

Sehingga akan terjadi masalah dengan keterbatasan tempat tidur,

sumber daya manusia, dan peralatan medis untuk merawat pasien

darurat dengan efektif.

Dalam menghadapi dampak gempa bumi, penting bagi rumah sakit

untuk memiliki perencanaan mitigasi bencana yang baik. Ini termasuk

9
penggunaan teknologi dan desain bangunan tahan gempa, sistem

cadangan untuk listrik dan pasokan air, serta penyusunan rencana

evakuasi dan tanggap darurat. Peningkatan kesadaran dan pelatihan

bagi staf medis juga penting agar mereka siap menghadapi situasi

darurat dan memberikan perawatan yang diperlukan dengan efektif

dalam kondisi pascagempa.

B. Perencanaan rumah sakit tahan gempa


1. Prinsip-prinsip perencanaan rumah sakit tahan gempa
Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip penting dalam merancang dan
membangun rumah sakit tahan gempa:
a. Patuh terhadap Peraturan dan Standar: Rumah sakit yang
menerapkan konsep tahan gempa harus mematuhi peraturan dan
standar konstruksi bangunan tahan gempa yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat. Termasuk pula dalam memahami kode
bangunan tahan gempa, standar struktural, persyaratan bahan
bangunan, dan desain arsitektur yang sesuai.
b. Evaluasi Risiko Gempa: Rumah sakit tahan gempa harus
melibatkan evaluasi risiko gempa dalam perencanaan dan
desainnya. Ini melibatkan analisis kerentanan struktural dan
fungsional bangunan terhadap guncangan gempa, serta identifikasi
potensi bahaya seperti patahan aktif atau zona subduksi di sekitar
wilayah rumah sakit.
c. Desain Struktural yang Tahan Gempa: Rumah sakit tahan gempa
harus dirancang dengan sistem struktural yang mampu menahan
dan menyalurkan beban gempa. Ini termasuk penggunaan elemen
struktural yang kuat, seperti dinding pemikul beban, sistem rangka
baja, dan fondasi yang kokoh. Desain struktural juga harus
mempertimbangkan kemampuan bangunan untuk meredam getaran
gempa.
d. Penggunaan Material Tahan Gempa: Pemilihan material yang tepat
sangat penting dalam membangun rumah sakit tahan gempa.
Material yang tahan terhadap guncangan dan deformasi akibat
gempa, seperti beton bertulang, baja struktural, dan penggunaan

10
isolator gempa, dapat membantu mengurangi kerusakan struktural
saat terjadi gempa.
e. Sistem Mekanikal dan Elektrikal yang Tahan Gempa: Rumah sakit
tahan gempa harus memiliki sistem mekanikal dan elektrikal yang
dirancang untuk berfungsi selama dan setelah gempa. Ini
melibatkan penggunaan sistem pemasok listrik cadangan, sistem
pendingin udara yang tahan guncangan, serta sistem air dan
sanitasi yang dapat beroperasi secara mandiri atau dengan
pasokan sumber daya alternatif.
f. Perencanaan Ruang dan Evakuasi Darurat: Perencanaan ruang
yang efektif dalam rumah sakit tahan gempa melibatkan
penempatan strategis ruang penting seperti ruang operasi, ruang
rawat intensif, dan area perawatan darurat. Selain itu, perlu ada
perencanaan evakuasi darurat yang jelas dan dilatih dengan baik,
termasuk rute evakuasi, titik pertemuan, dan prosedur evakuasi
yang dapat diikuti oleh staf dan pasien.
g. Pelatihan dan Kesadaran Staf: Semua staf rumah sakit harus dilatih
dan disadarkan tentang prosedur darurat dan tanggap gempa.
Pelatihan ini harus mencakup tindakan saat gempa terjadi, prosedur
evakuasi, perawatan pasien darurat, dan penanganan stres dan
trauma pasien dan staf.
Prinsip-prinsip ini harus diterapkan secara holistik dan terintegrasi
dalam perencanaan, desain, konstruksi, dan operasional rumah sakit
tahan gempa. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, rumah sakit dapat
menjadi lebih tahan terhadap guncangan gempa dan tetap berfungsi
dalam memberikan pelayanan kesehatan penting saat terjadi kondisi
darurat gempa bumi.
2. Peraturan dan standar konstruksi bangunan tahan gempa di Indonesia
Berikut adalah peraturan dan standar konstruksi bangunan tahan
gempa yang ditetapkan oleh pemerintah:
a. SNI-1727:2013, Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan
Gedug Dan Struktur Lain.
b. SNI-1726:2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Gedung Dan Non-Gedung.

11
c. SNI-2847:2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung.
d. SNI-1726: 2019, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung.
3. Desain struktural dan arsitektur tahan gempa
Desain arsitektur dan struktural yang tahan gempa pada rumah
sakit mencakup beberapa aspek penting sebagai berikut:
a. Sistem Struktural yang Tahan Gempa: Rumah sakit yang tahan
gempa harus dirancang dengan sistem yang mampu menahan
beban dan getaran gempa. Beberapa teknik yang umum digunakan
termasuk:
 Rangka Pemikul Gempa (Moment Resisting Frame): Sistem ini
menggunakan rangka baja atau beton bertulang dengan
kekakuan dan kekuatan yang cukup untuk menahan
guncangan gempa. Rangka pemikul gempa memberikan
stabilitas struktural pada bangunan dan mampu menyalurkan
gaya-gaya horizontal yang timbul akibat gempa.
 Sistem Dinding Pemikul Beban (Shear Wall System): Dinding
pemikul beban merupakan elemen struktural yang dirancang
untuk menahan beban lateral gempa. Dinding-dinding ini
terletak di sepanjang bangunan dan mampu menyerap getaran
gempa dan meminimalkan pergeseran lateral bangunan.
 Sistem Hibrif (Hybrid System): Sistem hibrif menggabungkan
elemen-elemen dari rangka pemikul gempa dan dinding
pemikul beban. Kombinasi ini mengoptimalkan kekuatan dan
kekakuan bangunan dalam menahan guncangan gempa.
b. Penggunaan Material Tahan Gempa: Pemilihan material yang tepat
sangat penting dalam desain struktural tahan gempa. Material yang
umum digunakan termasuk beton bertulang, baja struktural, dan
isolator gempa. Beton bertulang dan baja struktural memiliki
kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menahan guncangan
gempa, sedangkan isolator gempa dapat meredam getaran dan
mengurangi transmisi guncangan ke struktur utama.
c. Pemisahan dan Pengisolasian Struktur: Desain struktural tahan
gempa juga mencakup pemisahan dan pengisolasian struktur

12
utama dari elemen non-struktural, seperti peralatan medis dan
penutup dinding. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan pada
elemen non-struktural yang dapat membahayakan keselamatan
pasien dan staf selama gempa.
d. Konsep Arsitektur Tahan Gempa: Desain arsitektur rumah sakit
tahan gempa juga mempertimbangkan beberapa aspek, seperti:
 Simetri dan Keseimbangan: Bangunan harus dirancang dengan
simetri dan keseimbangan yang baik untuk mendistribusikan
gaya gempa secara merata ke seluruh struktur.
 Fasilitas Tangga dan Ruang Terbuka: Desain arsitektur harus
mencakup fasilitas tangga darurat yang aman dan mudah
diakses serta ruang terbuka yang memadai untuk evakuasi
darurat.
 Penempatan dan Proteksi Peralatan Medis: Penempatan
peralatan medis kritis, seperti mesin MRI atau alat bedah, harus
mempertimbangkan faktor tahan gempa. Peralatan ini harus
ditempatkan dengan stabil dan dilindungi dari getaran gempa
yang berlebihan.
 Ventilasi dan Pencahayaan Alami: Desain arsitektur juga harus
mempertimbangkan sistem ventilasi yang efektif untuk
memberikan pasokan udara yang cukup dan pencahayaan
alami yang memadai bagi kenyamanan dan keselamatan
pasien dan staf, termasuk dalam situasi darurat gempa bumi.
Melalui kombinasi desain struktural yang kuat dan desain arsitektur
yang tahan gempa, rumah sakit dapat meningkatkan ketahanan dan
kesiapan mereka dalam menghadapi gempa bumi serta menjaga
keamanan dan keselamatan pasien dan staf di dalamnya.
C. Sistem struktural tahan gempa
1. Jenis-jenis sistem struktural yang digunakan pada rumah sakit tahan
gempa
Sistem struktur berdasarkan wilayah gempa rendah, sedang, dan
tinggi dibedakan menjadi tiga juga yaitu sistem pemikul momen biasa,
menengah, dan khusus:
a. Sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB)

13
Metode ini digunakan untuk penghitungan struktur gedung yang
masuk pada zona satu dan dua, masudnya adalah diperuntukkan
untuk wilayah yang memiliki tingkat gempa rendah
b. Sistem rangka pemikul momen menengah (SRPMM)
Metode ini digunkan pada wilayah yang memiliki tingkat gempa
yang sedang. Yaitu perhitungan struktur gedung yang masuk pada
zona tiga dan empat.
c. Sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
Metode ini diperuntukkan bagi wilayah yang masuk pada zona
lima dan enam, yaitu wilayah dengan tingkat gempa yang tinggi.
2. Teknologi dan inovasi dalam sistem struktural tahan gempa
Di Indonesia, terdapat beberapa teknologi dan inovasi dalam sistem
struktural tahan gempa yang sudah banyak dijumpai. Beberapa di
antaranya termasuk:
a. Teknologi Rangka Pemikul Gempa Khusus (Special Moment
Resisting Frame - SMRF): SMRF adalah teknologi rangka pemikul
gempa yang dirancang khusus untuk menghadapi guncangan
gempa dengan kekakuan dan kekuatan yang tinggi. Sistem ini
menggunakan kolom dan balok yang diperkuat dengan beton
bertulang atau baja struktural yang kokoh. SMRF telah banyak
digunakan dalam konstruksi rumah sakit tahan gempa di
Indonesia.
b. Isolator Gempa: Isolator gempa adalah perangkat yang dipasang
di antara fondasi dan struktur utama bangunan untuk mengurangi
getaran yang ditransmisikan ke bangunan selama gempa. Isolator
gempa dapat berupa isolator berbasis karet, logam, atau bahan
elastomer lainnya. Penggunaan isolator gempa pada rumah sakit
di Indonesia telah menjadi inovasi yang membantu meningkatkan
ketahanan terhadap gempa.
c. Teknologi Base Isolation: Base isolation adalah pendekatan
teknologi yang melibatkan pemisahan struktur bangunan dari
fondasinya dengan menggunakan bantalan khusus yang mampu
meredam dan mengisolasi getaran gempa. Dengan menggunakan
base isolation, getaran yang ditransmisikan ke struktur bangunan

14
dapat dikurangi secara signifikan. Teknologi ini telah diterapkan
pada beberapa rumah sakit tahan gempa di Indonesia.
d. Dinding Pemikul Gempa Menggunakan Bata Ringan Terpasang:
Teknologi ini melibatkan penggunaan bata ringan terpasang yang
dikombinasikan dengan struktur dinding pemikul beban untuk
meningkatkan kekuatan dan kekakuan dinding. Bata ringan
terpasang memiliki keunggulan dalam hal berat yang lebih ringan,
kecepatan pemasangan yang lebih cepat, serta memberikan daya
serap getaran gempa yang baik. Teknologi ini telah banyak
digunakan pada proyek rumah sakit di Indonesia.
e. Teknologi Penggunaan Struktur Pracetak (Precast): Teknologi
struktur pracetak melibatkan produksi elemen struktural seperti
kolom, balok, dan panel dinding dalam kondisi pabrik dan
kemudian dipasang di lokasi konstruksi. Pendekatan ini
memberikan keuntungan dalam hal efisiensi waktu dan biaya,
serta meningkatkan kualitas dan kekuatan struktur. Teknologi
pracetak telah digunakan secara luas pada pembangunan rumah
sakit tahan gempa di Indonesia.
Penting untuk dicatat bahwa terus ada perkembangan dan
inovasi baru dalam teknologi struktural tahan gempa. Oleh
karena itu, penting untuk mengikuti perkembangan terkini
dalam industri konstruksi dan berkonsultasi dengan para ahli
dalam memilih teknologi yang paling sesuai untuk proyek
rumah sakit tahan gempa di Indonesia.
D. Sistem elektrikal dan mekanikal tahan gempa
1. Sistem listrik tahan gempa
Sistem listrik yang tahan gempa pada rumah sakit adalah aspek
penting dalam memastikan bahwa operasional dapat dilakukan secara
berkelanjutan selama dan setelah terjadinya gempa. Beberapa elemen
dan fitur yang terkait dengan sistem listrik adalah sebagai berikut:
a. Sistem Pemasok Listrik Cadangan: Rumah sakit tahan gempa tentu
harus dilengkapi dengan sistem pemasok listrik cadangan yang bisa
berfungsi dengan baik selama listrik padam akibat dari gempa.
Biasanya, dalam hal ini mencakup penggunaan generator listrik
darurat yang diaktifkan secara otomatis saat terjadi pemadaman.

15
Generator ini akan menyediakan pasokan listrik yang diperlukan
untuk peralatan medis, penerangan, dan sistem kritis lainnya di
rumah sakit.
b. Distribusi Daya yang Terpisah: Sistem listrik harus dirancang
dengan memisahkan jalur distribusi daya antara pasokan listrik
utama dan pasokan listrik cadangan. Ini membantu memastikan
bahwa jika terjadi kerusakan pada satu jalur, jalur lainnya tetap
berfungsi untuk mendukung kebutuhan kritis. Sistem ini sering
melibatkan penggunaan panel listrik terpisah untuk pasokan listrik
utama dan cadangan.
c. Proteksi dan Penstabil Tegangan: Sistem listrik yang tahan gempa
harus dilengkapi dengan perangkat proteksi seperti peralatan
pemutus sirkuit dan peralatan penstabil tegangan. Pemutus sirkuit
dapat mengisolasi bagian-bagian jaringan yang rusak dan
mencegah kerusakan lebih lanjut. Penstabil tegangan dapat
menjaga tegangan listrik tetap stabil dan dalam rentang yang aman
untuk peralatan medis yang sensitif terhadap fluktuasi tegangan.
d. Pemilihan Kabel yang Tahan Gempa: Pemilihan kabel yang tahan
gempa sangat penting dalam sistem listrik rumah sakit. Kabel harus
dirancang untuk dapat menahan guncangan gempa dan
menghindari kerusakan yang dapat mengganggu aliran listrik. Kabel
yang fleksibel dan memiliki kekuatan mekanis yang baik dapat
mengurangi risiko kerusakan akibat guncangan gempa.
e. Penempatan yang Aman: Komponen sistem listrik seperti panel
listrik, generator, dan peralatan terkait harus ditempatkan dengan
aman dan sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.
Pemilihan tempat yang aman dan tahan gempa serta pemasangan
yang tepat akan membantu melindungi sistem listrik dari kerusakan
selama gempa.
f. Uji Coba dan Pemeliharaan Rutin: Sistem listrik yang tahan gempa
harus diuji secara rutin dan menjalani pemeliharaan berkala untuk
memastikan bahwa semua komponen berfungsi dengan baik. Uji
coba dan pemeliharaan ini meliputi uji generator, pengecekan
sistem pemutus sirkuit, pengecekan kondisi kabel, serta

16
pemantauan dan pengujian berkala pada peralatan penstabil
tegangan.
Penting untuk melibatkan ahli listrik dan insinyur yang
berpengalaman dalam merancang dan membangun sistem
listrik yang tahan gempa. Mereka akan mempertimbangkan
faktor-faktor desain struktural dan persyaratan teknis yang
relevan untuk memastikan bahwa sistem listrik dapat berfungsi
dengan baik selama kondisi darurat gempa bumi.
2. Sistem air dan sanitasi tahan gempa
Sistem sanitasi yang tahan gempa pada rumah sakit menjadi
penting untuk memastikan kelangsungan operasional fasilitas dan
menjaga kebersihan serta kesehatan pasien dan staf selama dan
setelah terjadinya gempa. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait
dengan sistem sanitasi yang tahan gempa:
a. Pasokan Air Bersih yang Tahan Gempa: Sistem sanitasi yang tahan
gempa harus mempertimbangkan pasokan air bersih yang aman
dan stabil. Pipa air, tangki penyimpanan, dan peralatan terkait harus
dirancang dan dipasang dengan memperhatikan faktor gempa.
Penggunaan pipa fleksibel yang tahan gempa dan pengencang
khusus dapat mengurangi risiko kerusakan pada jaringan pipa saat
terjadi guncangan gempa.
b. Pengelolaan Limbah Medis yang Aman: Rumah sakit harus memiliki
sistem pengelolaan limbah medis yang tahan gempa. Tempat
penampungan limbah medis harus dirancang dengan baik dan
kokoh untuk mencegah kebocoran atau kerusakan saat terjadi
gempa. Sistem ini juga harus melibatkan prosedur yang tepat untuk
penanganan, pemindahan, dan pemrosesan limbah medis yang
sesuai dengan standar kesehatan dan lingkungan.
c. Sistem Saluran Pembuangan yang Tahan Gempa: Saluran
pembuangan, termasuk saluran air limbah dan sistem toilet, harus
dirancang untuk tahan gempa. Penggunaan material yang tahan
gempa, seperti pipa PVC fleksibel, dapat membantu mengurangi
risiko keretakan atau kerusakan saluran selama gempa. Penting
juga untuk memperhatikan desain yang memungkinkan aliran yang
lancar dan mencegah penumpukan atau tersumbatnya saluran.

17
d. Sistem Pengolahan Air Limbah: Rumah sakit tahan gempa harus
memiliki sistem pengolahan air limbah yang dapat berfungsi selama
dan setelah terjadi gempa. Sistem ini dapat melibatkan penggunaan
bak pengolahan air limbah atau instalasi pengolahan air limbah
yang dirancang untuk menangani beban dan mengolah limbah
medis secara efektif. Perawatan dan pemeliharaan rutin sistem
pengolahan air limbah juga penting untuk menjaga kinerja sistem
yang optimal.
e. Pemeliharaan Higiene yang Dapat Dijalankan saat Gempa: Selama
gempa, penting untuk memastikan pemeliharaan kebersihan dan
higiene yang memadai di rumah sakit. Ini meliputi penyediaan
tempat cuci tangan dengan sabun atau pembersih tangan berbasis
alkohol yang mudah diakses, penyediaan fasilitas toilet yang aman
dan bersih, serta kebijakan dan prosedur pemeliharaan kebersihan
yang diperkuat selama situasi darurat gempa.
3. Sistem komunikasi dan teknologi informasi tahan gempa
Sistem komunikasi dan teknologi informasi yang tahan gempa pada
rumah sakit sangat penting untuk menjaga konektivitas, koordinasi, dan
akses terhadap informasi yang kritis selama dan setelah terjadinya
gempa. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan sistem
komunikasi dan teknologi informasi yang tahan gempa:
a. Infrastruktur Komunikasi yang Tahan Gempa: Rumah sakit tahan
gempa harus memiliki infrastruktur komunikasi yang kuat dan tahan
gempa. Ini meliputi penggunaan kabel dan peralatan komunikasi
yang tahan gempa serta sistem pemadam kejut (shock-proof) untuk
melindungi peralatan elektronik. Penggunaan bahan dan konstruksi
yang kokoh pada ruang server atau pusat komunikasi juga penting
untuk mengurangi risiko kerusakan pada peralatan inti. Jaringan
b. Komunikasi Berkecepatan Tinggi: Jaringan komunikasi yang
berkecepatan tinggi dan handal sangat penting dalam rumah sakit
tahan gempa. Ini memungkinkan transfer data yang cepat, seperti
hasil tes medis, rekam medis elektronik, dan informasi penting
lainnya. Penggunaan kabel serat optik yang tahan gempa dan
teknologi nirkabel yang handal dapat meningkatkan kecepatan dan
keandalan jaringan komunikasi.

18
c. Sistem Telepon Darurat: Rumah sakit tahan gempa harus memiliki
sistem telepon darurat yang tahan gempa. Sistem ini dapat
mencakup telepon darurat yang tersedia di berbagai lokasi strategis
dalam rumah sakit, termasuk di area perawatan pasien, ruang
operasi, dan pusat komando. Telepon darurat ini harus dapat
berfungsi selama pemadaman listrik dan harus terhubung dengan
sistem komunikasi darurat eksternal.
d. Sistem Notifikasi Darurat: Sistem notifikasi darurat yang tahan
gempa dapat digunakan untuk memberi tahu dan mengoordinasikan
staf rumah sakit selama situasi darurat gempa. Ini dapat mencakup
penggunaan pengumuman suara, sinyal visual seperti lampu
darurat, atau pesan teks otomatis yang dikirim ke perangkat
komunikasi staf.
e. Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System - GIS):
Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk memetakan dan
memvisualisasikan data geografis terkait gempa, seperti peta risiko
gempa, lokasi sumber daya medis, atau rute evakuasi. Penggunaan
GIS membantu dalam pengambilan keputusan yang cepat dan
efektif selama dan setelah terjadinya gempa.
f. Pusat Komando dan Kontrol: Rumah sakit tahan gempa dapat
memiliki pusat komando dan kontrol yang dilengkapi dengan
teknologi informasi dan komunikasi yang canggih. Pusat ini
berfungsi sebagai titik koordinasi utama selama situasi darurat
gempa, di mana staf dapat memantau dan mengelola data,
mengambil keputusan strategis, serta berkomunikasi dengan tim
dan sumber daya terkait.
Penting untuk melibatkan ahli teknologi informasi dan komunikasi
yang berpengalaman dalam merancang dan mengimplementasikan
sistem komunikasi dan teknologi informasi yang tahan gempa. Mereka
akan mempertimbangkan persyaratan teknis, standar keamanan, serta
regulasi yang relevan untuk memastikan sistem dapat beroperasi
dengan baik dan menjaga konektivitas selama kondisi darurat gempa
bumi.

E. Pengelolaan resiko dan keamanan

19
1. Analisis resiko gempa dan penilaian kerentanan rumah sakit terhadap
gempa
Analisis risiko gempa dan penilaian kerentanan rumah sakit
terhadap gempa merupakan proses penting dalam merancang dan
membangun rumah sakit tahan gempa. Berikut adalah beberapa
langkah umum yang dilakukan dalam analisis risiko gempa dan
penilaian kerentanan rumah sakit:
a. Analisis Risiko Gempa: Langkah pertama adalah melakukan
analisis risiko gempa untuk memahami tingkat bahaya dan potensi
kerusakan yang mungkin terjadi pada lokasi rumah sakit. Hal ini
melibatkan:
 Mengumpulkan data seismik: Mengidentifikasi dan
mengumpulkan data seismik terkini, termasuk sejarah gempa,
lokasi patahan aktif, dan karakteristik gempa di wilayah rumah
sakit.
 Evaluasi kerentanan seismik: Mengevaluasi potensi kerusakan
akibat gempa pada struktur, sistem mekanikal dan elektrikal,
serta fasilitas kesehatan penting seperti ruang operasi dan area
perawatan intensif.
 Penilaian dampak sosial dan ekonomi: Menganalisis dampak
sosial dan ekonomi yang mungkin timbul akibat kerusakan atau
gangguan operasional rumah sakit saat terjadi gempa.
b. Penilaian Kerentanan Rumah Sakit: Setelah analisis risiko gempa,
langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian kerentanan rumah
sakit terhadap gempa. Ini melibatkan:
 Pemeriksaan bangunan: Memeriksa struktur bangunan rumah
sakit secara mendetail untuk mengidentifikasi kelemahan,
kerusakan, atau kekurangan yang mungkin membuat bangunan
rentan terhadap gempa.
 Evaluasi sistem dan peralatan: Melakukan evaluasi terhadap
sistem mekanikal dan elektrikal, termasuk saluran pipa,
jaringan listrik, dan peralatan kritis seperti generator cadangan,
untuk memastikan kesiapan dan tahan gempa.
 Penilaian kapasitas: Mengukur kapasitas dan daya tampung
rumah sakit dalam menghadapi guncangan gempa, termasuk

20
kapasitas penerimaan pasien darurat, pasokan air, dan
kemampuan evakuasi.
 Tinjauan protokol darurat: Mengevaluasi protokol darurat dan
prosedur evakuasi yang ada, serta melibatkan staf rumah sakit
dalam proses penilaian untuk mendapatkan masukan dan
pemahaman yang komprehensif.
c. Identifikasi dan Prioritasi Tindakan Perbaikan: Berdasarkan hasil
analisis risiko dan penilaian kerentanan, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi dan memprioritaskan tindakan perbaikan yang
perlu dilakukan. Ini dapat mencakup:
 Perbaikan struktural: Memperkuat struktur bangunan dengan
menggunakan teknik dan material yang tahan gempa, seperti
memperkuat dinding, kolom, atau fondasi.
 Peningkatan sistem mekanikal dan elektrikal: Memastikan
sistem mekanikal dan elektrikal yang kritis memiliki keandalan
dan tahan gempa yang cukup, termasuk pemeliharaan dan
penggantian peralatan yang rusak atau usang.
 Peningkatan protokol darurat: Memperbarui protokol darurat
dan melibatkan staf dalam pelatihan dan latihan evakuasi untuk
meningkatkan kesiapan dan respons saat terjadi gempa.
d. Pemantauan dan Evaluasi Berkala: Setelah implementasi tindakan
perbaikan, penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
berkala terhadap sistem dan struktur rumah sakit. Ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
perubahan kondisi yang memerlukan tindakan perbaikan tambahan.
2. Sistem peringatan dini gempa bumi dan evakuasi darurat
Di Indonesia, terdapat beberapa sistem peringatan dini gempa bumi
dan evakuasi darurat yang telah dikembangkan untuk memberikan
peringatan dan panduan kepada masyarakat saat terjadi gempa bumi.
Beberapa sistem yang ada meliputi:
a. BMKG - InaTEWS: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Indonesia mengoperasikan sistem peringatan dini gempa
bumi yang dikenal sebagai InaTEWS (Indonesia Tsunami Early
Warning System). Sistem ini menggunakan jaringan sensor gempa
bumi untuk mendeteksi dan memonitor gempa, dan kemudian

21
mengirimkan peringatan kepada masyarakat melalui berbagai
saluran komunikasi, termasuk SMS, aplikasi seluler, dan media
sosial.
b. Sistem Peringatan Dini Tsunami: Selain sistem peringatan dini
gempa bumi, Indonesia juga memiliki sistem peringatan dini tsunami
yang dikelola oleh BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). Sistem ini menggunakan jaringan sensor laut
untuk mendeteksi potensi tsunami dan mengeluarkan peringatan
kepada wilayah yang berpotensi terkena dampak.
c. Sistem Sirine dan Pengeras Suara: Beberapa daerah di Indonesia
dilengkapi dengan sistem sirine dan pengeras suara yang dapat
digunakan untuk memberikan peringatan dini gempa bumi dan
tsunami. Sirine ini dipasang di tempat-tempat strategis dan akan
berbunyi saat terjadi gempa bumi atau diterimanya peringatan
tsunami.
d. Aplikasi Seluler dan Situs Web: Terdapat juga aplikasi seluler dan
situs web yang menyediakan informasi peringatan dini gempa bumi.
Contohnya adalah aplikasi "Info BMKG" yang dikembangkan oleh
BMKG, yang memberikan informasi terkini tentang gempa bumi,
termasuk peringatan dini.
Selain sistem peringatan dini, penting juga untuk memiliki sistem
evakuasi darurat yang memadai. Beberapa langkah yang dilakukan
untuk evakuasi darurat di Indonesia antara lain:
a. Pembentukan Tempat Evakuasi: Daerah rawan gempa bumi dan
tsunami memiliki tempat evakuasi yang telah ditentukan. Tempat-
tempat ini biasanya merupakan daerah yang tinggi dan aman dari
ancaman gempa bumi atau tsunami. Masyarakat diajarkan untuk
mengarahkan diri mereka ke tempat evakuasi tersebut saat terjadi
gempa bumi atau mendapat peringatan dini tsunami.
b. Sistem Pengangkutan dan Evakuasi: Pemerintah setempat
menyediakan sarana pengangkutan darurat, seperti bus atau
kendaraan evakuasi, untuk membantu masyarakat mencapai tempat
evakuasi dengan aman dan cepat.
c. Penyuluhan dan Pelatihan: Masyarakat diberikan penyuluhan dan
pelatihan tentang tindakan evakuasi darurat saat terjadi gempa bumi

22
atau tsunami. Ini meliputi pemahaman tentang rute evakuasi,
prosedur keamanan, titik pertemuan, dan tindakan pencegahan
lainnya untuk mengurangi risiko cedera selama evakuasi.
d. Pemantauan dan Koordinasi: Pemerintah dan lembaga terkait terus
memantau kondisi dan memberikan instruksi dan koordinasi kepada
masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi selama situasi
darurat gempa bumi atau tsunami.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap


gempa bumi di dunia. Dimana secara geografis, Indonesia terletak di wilayah
Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai kawasan paling aktif secara seismik
di dunia. Kondisi tektonik Indonesia berada pada pertemuan lempeng besar

23
dan kecil dunia menyebabkan daerah tersebut berpotensi untuk mengalami
kejadian gempa.

Gempa bumi dapat menimbulkan dampak yang serius terhadap


infrastruktur kesehatan, termasuk rumah sakit dan fasilitas medis lainnya.
Dampak yang ditimbulkan dapat berupa kerusakan bangunan, gangguan
infrastruktur, ketidakmampuan operasional, keterbatasan sumber daya dan
lonjakan pasien secara drastis.Oleh karena itu, perencanaan rumah sakit
anti gempa harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip perencanaan rumah sakit tahan gempa


2. Evaluasi Risiko Gempa
3. Desain Struktural yang Tahan Gempa
4. Penggunaan Material Tahan Gempa
5. Sistem Mekanikal dan Elektrikal yang Tahan Gempa
6. Perencanaan Ruang dan Evakuasi Darurat
7. Pelatihan dan Kesadaran Staf
Bahkan penting juga dalam merencanakan dan membangun sistem,
listrik, sanitasi serta sistem komunikasi dan teknologi informasi untuk
mengatisipasi bahaya gempa yang datang secara tiba-tiba. Hal tersebut
harus dilakukan agar rumah sakit siap dan dapat tetap beroperasi seperti
seharusnya dalam kondisi gempa.
B. Saran
Diharapkan untuk setiap rumah sakit untuk segera mengadopsi konsep
rumah sakit tahan gempa, dimana rumah sakit adalah tempat yang dituju
pertama kali saat tee\rjadi sebuah bencana. Oleh karena itu, penting bagi
rumah sakit untuk dapat tetap beroperasi dalam kondisi apapun.

24
25

Anda mungkin juga menyukai