Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia tidak mungkin terlepas dari adanya gempa bumi. Gempa dapat terjadi
disemua daerah. Beberapa lempeng bumi bertemu dan beradu atau berbenturan sejak
dahulu, di kepulauan Indonesia ini. Banyak tempat rawan akan gempa dan tsunami di
Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia secara geografis maupun geologi
merupakan negara kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yang
bertemuan, yaitu: lempeng Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina.
Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatra Utara tanggal 26 Desember 2004 lalu sangatlah luar biasa.
Hempasan ombak yang merasuk jauh ke pantai menghancurkan daratan. Kota-kota yang
terletak di sepanjang pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara, terutama dari Banda Aceh
hingga Meulaboh, dibuat porak poranda.
Peristiwa ini menyebabkan kerusakan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Hampir 230,000 orang tewas — 160,000 di Provinsi Aceh — kebanyakan mereka adalah
wanita dan anak-anak.  Masyakarat terkoyak, mata pencaharian hilang, keluarga, sekolah
dan fasilitas kesehatan hilang terbawa arus besar. Selain itu, terdapat kerusakan skala
besar dan sumber daya yang besar pula. Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama
dalam rehabilitasi daerah tersebut dan memulihkan dengan lebih baik. Tidak hanya
Indonesia yang mengalami kerusakan akibat gempa 8,9 skala richter dengan episentrum
di sekitar Meulaboh itu, tetapi juga negara-negara yang terletak di teluk Banggali dan
juga jauh hingga Benua Afrika.
Gempa bumi ini tergolong terbesar keempat sepanjang sejarah. Efek dari gempa
bumi dan tsunami ini bukan hanya seketika, tetapi mendunia. Istilah tsunami begitu
sering diungkapkan oleh warga. Selain itu dampak buruk tsunami yang diakibatkan oleh
gelombang yang sangat dahsyat dengan ketinggian ketika masuk ke daratan bisa
mencapai 15 meter dan kecepatan bagai pesawat tempur.
Keadaan pesisir pantai pasca tsunami mengalami kerusakan, sebagian besar
vegetasi pelindung kawasan pesisir mati akibat hantaman gelombang. Vegetasi yang mati
meliputi hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Akibatnya,
hutan kawasan pesisir yang rusak tersebut secara alami juga akan mengalami perubahan.
Hal ini disebabkan karena pusat terjadinya gempa berada di sekitar Samudera Hindia
(Suryawan dan Mahmud, 2005). Secara fisik hutan mangrove berfungsi sebagai peredam
hempasan gelombang.
Banyak orang menjadi sangat takut dengan tsunami, seperti semua gempa yang
terjadi segera dianggap dan dihubungkan dengan akan terjadinya gelombang tsunami.
Dari hal ini menjadi penting agar segera melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi
mengenai bencana alam yang benar kepada masyarakat. Masyarakat dipersiapkan dan
diwaspadai terhadap setiap ancaman yang akan terjadi. Akan tetapi, sikap ini harus
disertai dengan pemahaman yang benar. Saatnya secara sadar diberikan pengajaran
kepada seluruh masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana,
karena pemahaman yang keliru bukan hanya merugikan, tetapi dapat membahayakan diri
sendiri.
Bencana berlalu, namun masih menyisahkan duka yang mendalam menyelimuti
Indonesia. Banyaknya korban jiwa, yang telah terindetifikasi maupun hanyut dilaut luas.
Bukan hanya itu, kehancuran sendi-sendi perekonomian di Aceh serta permasalan
lingkungan yang sangat kompleks. Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan
rekonstruksi. Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena
bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi
bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara
lebih baik.

1
B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan dibagi beberapa pokok masalah berdasarkan uraian latar belakang
di atas, yaitu:
 Siklus tsunami
 Kerusakan pasca tsunami
 Upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami
 Upaya perencanan tata ruang pasca tsunami

C. Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang, maka makalah ini bertujuan untuk dapat
memahami bagaimana siklus tsunami, bagaimana karusakan pasca tsunami yang
berdampak pada kesehatan lingkungan serta kesehatan korban. Selain itu memberikan
informasi upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami dan mengetahui upaya perencanan
tata ruang pasca tsunami.
Dengan demikian kita sebagai warga negara Indonesia dapat paham ataupun
mengenal kriteria bencana dalam negaranya sendiri. Selain itu, kita juga dapat menilai
dan menganalisis bagaimana perkembangan serta pengawasan akan bencana yang akan
terjadi maupun yang telah terjadi.

D. Manfaat
Penulisan makalah ini diaharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca
atas pemberikan informasi ini, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih
rinci kepada pembaca terutama dengan adanya tafsir ilmi yang dapat menambah
ketaqwaan kita kepada Sang Pencipta atas tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah
SWT yang dapat dipahami oleh orang-orang yang berakal.
Hal ini telah dijelaskan pada surah Āli ‘IMRĀN (3:190) “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal,” Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis serta
pembacanya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana
Bencana adalah suatu kejadian peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Bencana Alam ialah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
Daerah rawan bencana yaitu Suatu daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap
suatu bencana akibat kondisi geografis, geologis, dan demografis serta akibat ulah
manusia.
Sedangkaan rawan bencana merupakan kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang Pedoman Teknis xvi
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak
buruk bahaya tertentu.

B. Sejarah Singkat Bencana Alam Terbesar di Indonesia


Indonesia dikenal sebagai negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, maupun
letusan gunung berapi dll. Sejarah bencana yang tergolong besar di Indonesia seperti,
pada 27 Agustus 1983 terjadi bencana alam berupa meletusnya gunung Krakatau di selat
sunda. Selain itu sejarah baru ditorehkan yaitu bencana alam gempa besar di Aceh pada
26 December 2004, mengakibatkan tsunami berskala 8,7 pada skala Richter di barat Aceh
dan oleh dua gempa besar di Kepulauan Nicobar dan Andaman, India, yang terjadi dalam
selang waktu dua jam kemudian. Bencana ini menewaskan sekitar 150.000 penduduk di
kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.

C. Gempa Besar Pemicu Tsunami di Aceh


Dalam Al-Qur’an telah diberikan penjelasan tentang bumi yang bergerak dan
sering menimbulkan gempa bumi, Allah SWT member beberapa isyarat dan petunjuk,
misalnya dalam QS az-Zalzalah (99:1-4)

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Apabila bumi
digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-
beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi
begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya,  karena sesungguhnya Tuhanmu
telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar
dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka
(balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan

3
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. QS az-
Zalzalah (99:1-4).
Menurut peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi dan Geofisika, gempa
berskala kecil dan besar banyak melanda Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara hingga
Sumatera. Pusat gempa sebagian besar di perairan yang relatif dekat dengan pulau-pulau
tersebut. Hal ini berhubungan dengan adanya pertemuan lempeng benua di dasar laut, dan
diketahui bahwa sebagai tempat bertemunya tiga lempeng benua terdapat di bawah
perairan Indonesia. tiga lempeng benua tersebut ialah, lempeng Hindia atau Indo-
Australia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur.
Gempa yang terjadi di perairan barat Nanggroe Aceh Darussalam, Nicobar, dan
Andaman, hari minggu 26 Desember lalu merupakan akibat dari interaksi lempeng Indo-
Astralia dan Eurasia. Gempa-gempa besar pada skala magnitudo 5,8 hingga 9,0 berpusat
di dasar laut pada kedalaman 10 kilimeter tergolong gempa dangkal, namun telah
menimbulkan gelombang tsunami yang menerjang wilayah pantai di Asia Tenggara dan
Asia Selatan, yang berada di sekitar tiga pusat gempa tersebut.
Gempa berskala besar, kata Dr.Prih Haryadi kepala Pusat Sistem Data dan
Informasi Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), menimbulkan patahan
berdimensi ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa hingga memicu gempa lain.
Gempa di Aceh menimbulkan dampak kegempaan hingga radius 200 kilometer.
Diantaranya memicu gempa di Kepulauan Nicobar di sebelah utara pusat gempa pada
jarak 550 kilometer serta mengguncang Pulau Andaman.
Selain menimbulkan getaran yang kuat, gempa kali ini juga menyebabkan
timbulnya deformasi vertikal di sumber gempa. Deformasi berupa penurunan permukaan
dasar laut tersebut mengakibatkan penjalaran energi kinetik menjadi gelombang tsunami
di pantai. Daerah yang rawan tsunami adalah daerah yang berpantai landai dan berupa
teluk. Pada daerah teluk, energi gelombang terperangkap hingga naik ke darat.
Ancaman gempa tsunami berada sepanjang pertemuan lempeng mulai dari timur
kepulauan Maluku, selatan Nusa Tenggara dan Jawa, hingga barat Sumatera. Umumnya,
gempa subduksi di laut yang berkekuatan minimal 6,2 pada skala Richter sudah dapat
menimbulkan gelombang tsunami. Namun, yang lebih kecil dari itupun dapat
menimbulkan gelombang pasang, bergantung pada lokasinya dan pola subduksi serta
topografi dasar laut.

Gempa di Meulaboh dilaporkan bukan saja telah menimbulkan tsunami di


daerah barat NAD, tetapi juga menerjang pulau Sabang. Gempa di Nicobar yang
berkekuatan 7,3 skala Richter ini yang dipicu oleh gempa meulaboh, dan gempa tersebut
pula menyebabkan timbulnya tsunami di Songla dan Phuket (Thailand),menurut
perkiraan Dr.Prih.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Heri Haryono, gempa
yang posisinya di dekat Pulau Simeulue (NAD) itu terjadi karena mekanisme kompresi
atau subduksi, yaitu lempeng Samudra Hindia menujam bagian bawah lempeng Asia
Tenggara (yang merupakan subduksi lempeng Benua Eurasia). Karena hal yang terjadi
adalah gempa subduksi, yang menyebabkan menunnya permukaan dasar laut di tempat
pertemuan lempeng tersebut, maka akan timbul gelombang laut yang merambat dan
menerjang pantai di dekatnya.

Sebelum penurunan permukaan dasar laut, terjadi pecahnya batuan dibawah


lempeng benua yang tidak kuat menahan subduksi lempeng dan terjadi pergeseran.
Dengan adanya pergeseran, tiba-tiba menimbulkan guncangan tanah (gempa bumi)
disertai pelentingan batuan, terjadi di bawah pulau dan dasar laut. Hal ini
menggoyangkan air laut hingga menimbulkan gelombang laut yang lebih akrab disebut
sebagai tsunami. Tsunami biasanya ditandai dengan air laut yang surut setelah gempa
bumi. Beberapa menit setelah pantai surut terjadilah gelombang membalik yang sangat
besar.

4
Gambar 1 Proses Terjadinya Gempa Dan Stunami

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, ayat pertama Surah
az-Zalzalah dengan amat jelas menyebutkan goncangan bumi akibat gempa bumi yang
dahsyat. Gempa bumi dengan magnitude sekitar 9,2 seperti terjadi di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam (NAD) yang menimbulkan tsunami, menghancurkan dalam sekejap
sebagian wilayah NAD dan bahkan menerjang sebagian pantai dikawasan lautan hindia.
Dasar laut terkoyak dengan panjang hamper 1000 km.
Pada ayat kedua dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, secara ilmiah memang demikian keadaanya seperti pembahasan diatas
yang telah dijelaskan oleh para ahli mengenai pecahnya batuan bawah lempeng akibat
subduksi.
Kemudian ayat ketiga, Dan manusia bertanya, “apa yang terjadi pada bumi ini?”.
Pertanyaan ini sering terucapkan ketika terjadi gempa bumi. Saat gempa bumi dahsyat di
Aceh, hamper semua berfikir dan bertanya apakah ini kiamat?. Selanjutnya pada ayat
keempat Allah berfirman “ Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya”. Peristiwa
gempa bumi dapat terekam dalam tubuh batuanatau ditubuh tanah (soil). Berita-berita
yang tersimpan dalam formasi geologi itu dibaca kembali oleh para ahli geologi, seperti
tubuh fosil terumbu karang ataupun tsunami yang terekam pada bentuk endapan
sendimen.
Sebagian mufassir memahami ayat 1-4 QS az-Zalzalah sebagai gambaran awal
kiamat, sebagian lain berpendapat bahwa itu merupakan gambaran yang dapat terjadi
sekarang, sebelum kiamat sebagai peringatan bagi manusia.
D. Berbagai Permasalah Pada Kesehatan Lingkungan Pasca Tsunami
Peristiwa besar yang dialami daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 26
Desember 2004 lalu, tetutama dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan yang ada
sangatlah beragam, seperti terganggunya kesehatan masyarakat Aceh maupun kesehatan
lingkungan setelah terjadinya tsunami. Dalam hal ini akan lebih banyak pembahasan
mengenai kesehatan lingkungan, karena faktor penyebab yang paling banyak
mempengaruhi kesehatan korban ialah adanya gangguan lingkungan yang diakibatkan
oleh gelombang besar tsunami. Selain itu, lingkungan sekitar harus segera di perbaikan
darurat (sementara) untuk pengungsian, pelayanan kesehatan maupun kegiatan lainnya
yang dibutuhkan bagi para korban. Gangguan kesehatan lingkungan serta dampaknya.
a. Jenazah Dan Bangkai Hewan
Menurut buku terbitan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), Environmental
Health in Emergencies and Disaster: a Practical Guide, menggungkapkan bahwa
jenazah umumnya tidak menimbulkan gangguan kesehatan serius, kecuali jika
mencemari sumber air minum dengan tinja atau terinfeksi oleh tifus atau pes yang bisa
disebarkan lalat atau kutu

5
Jenazah tidak menimbulkan ancaman kesehatan jika ditangani secara benar,
dikarenakan kuman penyakit tidak bertahan lama dalam tubuh manusia yang telah mati,
kecuali HIV yang bisa bertahan sampai enam hari. Selain itu, petugas yang menangani
jenazah berisiko tertulartuberkulosis, penyakit yang menular lewat darah (hepatitis B dan
C serta HIV) serta infeksi pencernaan. Tuberkilosis bisa menular melalui udara jika
kuman terbang ke udara dari sisa udara di paru jenazah, paparan penyakit melalui darah
terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah korban.

Sedangkan infeksi pencernaan terjadi karena pada umumnya jenazah


mengekuarkan tinja. Penularan kuman bisa terjadi jika petugas tidak mencuci tangan
dengan sabun secara bersih. Mayat yang mencemari sumber air juga bisa menyebabkan
infeksi pencernaan.

b. Kondisi Tempat Pengungsian


Terbatasnya tempat pengungsian terutama dalam hal daya tampung korban,
menjadikan banyaknya orang berkumpul dipenampungan, keadaan yang lelah, stress
ditambah cuaca dingin, berangin, dan hujan akan memudahkan terjadinya wabah infeksi
saluran pernapasan, mulai dari pilek, bronchitis, sampai pneumonia (radang paru).
Masalah tuberkolusis juga bisa bertambah dalam jumlah dan keparahan.

c. Sanitasi Air
Adanya genangan air dan kotoran sisa bencana serta kekurangan pasokan air
bersih merupakan beberapa pencemaran air yang terjadi pasca bencana tsunami. Selain
itu menurunnya kualitas kebersihan akan menimbulkan berbagai penyakit kulit.
Menurut salah satu pengajar di Department Kedokteran Komunitas FKUI,
gelombang laut yang membanjiri dan menyapu berbagai kotoran berpotensi mencemari
sumber air bersih. Karena itu, perlu diwaspadai penyakit yang ditimbulkanoleh
tercemarnya air (waterborne disease), seperti diare atau muntaber dan kolera.

6
d. Pencemaran Makanan Dan Minuman
Menurut sebuah artikel mengenai dampak tsunami terhadap hygiene sanitasi
makanan dan air, terbitan media Media Litbang Kesehatan. Terdapat laporan Kejadian
Luar Biasa (KLB), kasus keracunan makanan diderah Tanah Pasir yang menyebabkan
274 penderita mengalami keracunan makanan. Jumlah penderita yang dirawat sebanyak
38 orang dengan tanda-tanda pusing, dan muntah. Dari hasil penelitian dampak tsunami
terhadap higiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan di beberapa Barak pengungsi
Nanggroe Aceh Darussalam antara lain, 166 spesimen diperiksa ternyata 35,5%
terkontaminasi kuman pathogen. Perilaku penjamah 55,1% belum melakukan higiene
sanitasi dengan benar, kemungkinan disebabkan kondisi rumah/tempat tinggal (barok)
masih dalam keadaan darurat. kondisi barak satu dengan barak lain hanya dibatasi oleh
dinding, 5-12 keluarga menggunakan dapur bersama-sama, sehingga kemungkinan terjadi
pertukaran/pinjam meminjam alat masak. Kemudian dari hasil pemeriksa laboratorium,
penyebab keracunan makanan tersebut adalah kuman Staphylococcus aureus dan
keracunan zat kimia nitrit.

E. Perencanaan Aceh pasca tsunami


Untuk mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda
akibat proses geologi yang tidak berhenti tersebut, perlu dilakukan mitigasi. Upaya
mitigasi itu antara lain menyiapkan data dan informasi daerah rawan gempa dan tsunami,
pemerintah menata daerah rentan tinggi dengan menata ulang lokasi, menyosialisasi
pemahaman dan bencana gempa dan tsunami, masyarakat perlu menyadari bahwa mereka
bertempat tingal di derah rentan bencana, memehami aktivitas apa yang harus
dihindarkan sesuai dengan sifat serta jenis bencana tersebut, dan mengetahui cara
menyelamatkan diri,
Beberapa dosen dari Institut Teknologi Bandung dari departemen Teknik Geologi,
yaitu Deny Juanda, Budi Brahmantyo, dan Bandono, serta dari Departemen Perencanaan
Wilayah dan Kota, yaitu Johny Patta dan Andi Oetomo, rabu (5/1) di gedung Rektorat
ITB, menyampaikan sejumlah usulan dan pemikiran yang bisa dilakukan pemerintah
serta semua pihak untuk membangun kembali Banda Aceh.
Budi mengatakan, Aceh merupakan daratan yang datar dengan tanah alluvial yang
terbentuk karena endapan. Derah yang datar menjadikannya ideal unuk dijadikannya ibu
kota karena daerah datar sangat baik untuk dibangun dan diakses diwilayah lain
cenderung terbuka. Namun, Banda Aceh juga rawan bencana. Selain itu, menurut Deny,
Aceh diapit dua patahan. Kedua daerah patahan lebih tinggi dari Aceh. Sehingga menjadi
faktor penyebab wilayah ini rawan gempa dan rawan tsunami karena terdapat pantai.
Dengan demikian, apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai
kota yang multi bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat
memperkecil dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah
korban saat bencana terjadi dimasa mendatang.

 Kontruksi Tahan Gempa


Bilamana melihat ke negara Jepang yang sering dilanda gempa, fondasi rumah
penduduknya disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. Pada umumnya rumah-rumah
disana terdiri dari bahan kayu dan kertas. Bentuj mejanya dibuat rendah sampai
mendekati lantai sehingga tidak memerlukan kursi. Lemarinya pun kebanyakan menyatu
dengan dinding dengan penutup yang dapat digeser. Penerapan desain rumah serta isinya
tersebut dibentuk sedemikian rupa agar bila terjadi gempa, baik bahan bangunan maupun
furniturnya sedapat mungkin tidak mencederai penghuni rumah.
Indonesia pun sebenernya merupakan negara dengan berbagai intensitas genpa
menengah sampai tinggi sehingga rancangan bangunan sepatutnya memperhitungkan
kemunginan itu. Menurut Dr. Ir Iwayan Sengara, dosen Departemen Teknik Sipil ITB,
sebenarnya ada peraturan yang membahas rancang bangun tahan gempa. Rancangan
bangun sesuai ketentuan yang dirumuskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
tentang Peraturan Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun 2002. Namun,
peraturan ini relative baru sehngga sosialisasinya masih terbatas.

7
 Penggalakkan Penanaman Bakau
Daerah yang mengalami bencana terbesar dari tsunami adalah Banda Aceh, Lhok
Nga, dan Meulabboh. Bencana tersebut selain diakibatkan oleh tingginya gelombang
tsunami, juga di perparah oleh tata ruang yang kurang ramah bencana dan rusaknya
lingkungan. Rumah dibangun dekat pantai. Tidak ada sabuk hijau (green belt).
Mangrove hanya tinggal sedikit yang hanya tumbuh di beberapa tempat. Selain itu, ada
beberapa fakta-fakta mengenai keadaan gelombang pasang yang menghantam Aceh.
Pertama, gelombang tsunami akan semakin jauh masuk ke daratan jika kondisi pesisir
miskin mangrove.

F. Jenis Kegiatan atau Upaya Penanggulangan Pasca Bencana


 Penanggulangan Bencana adalah Serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
 Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah Serangkaian kegiatan
bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/bahaya yang
berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, mensiapsiagakan sumber daya
kesehatan, menanggapi kedaruratan kesehatan, dan memulihkan (rehabilitasi),
serta membangun kembali (rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak
akibat bencana secara lintas‐program dan lintassektor.
 Rehabilitasi adalah Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara Pedoman Teknis xxiv
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
 Rekonstruksi adalah Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pasca bencana.

G. Jenis-Jenis Kegiatan Waspada Bencana


 Kegiatan Pencegahan Bencana adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
 Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana
dan/atau bila memungkinkan meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang
mungkin terjadi.
 Mitigasi adalah Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
bencana.
 Kesiapsiagaan adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
 Penilaian risiko adalah Suatu evaluasi terhadap semua unsure yang berhubungan
dengan pengenalan bahaya serta dampaknya terhadap lingkungan tertentu.

BAB III

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa
peristiwa besar yang dialami daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 26 Desember 2004 lalu,
tetutama dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan yang ada sangatlah beragam, seperti
terganggunya kesehatan masyarakat Aceh maupun kesehatan lingkungan setelah terjadinya
tsunami. Upaya penanggulanagan dan pencegahan permasalahan kesehatan pasca tsunami, yaitu
penanganan jenazah yang baik, perbaikan dan pengawasan kualitas air bersih, pengendalian
kesehatan lingkungan pengungsian, serta Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman.
Selain itu, Perencanaan NAD pasca tsunami sebagai upaya meminimalkan dampak pasca
tsunami maupun bencana yang akan terjadi di masa mendatang. Misalnya penggalakkan hutan
mangrove, kontruksi tahan gempa dan perencanaan yang lainnya.

B. Saran
Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami. Barulah
sebaiknya dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan terintegrasi.
Artinya pemulihan itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis kerusakan, analisis risiko,
rencana restrukturisasi, dan perbaikan lingkungan. Maka dalam tahap rehabilitasi harus
dibuat sedemikian rupa agar mampu meredam tsunami di kemudian hari sehingga
dampaknya bisa diminimalkan.
Apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai kota yang multi
bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil
dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat
bencana terjadi dimasa mendatang. Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
dengan membuat tata ruang yang ramah bencana.

DAFTAR PUSTAKA

9
Kompas Media Nusantara. 2005. Bencana Gempa Dan Tsunami Nanggroe Aceh
Darussalam & Sumatera Utara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Kementrian Agama RI, 2012. Penciptaan Bumi Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.
Jakarta : Kementrian Agama RI
Keanekaragaman Vegetasi Mangrove Pasca Tsunami di Kawasan Pesisir Pantai Timur
Nangroe Aceh Darussalam, B I O D I V E R S I T A S, ISSN: 1412-033X,
Volume 8, Nomor 4 Oktober 2007, Halaman: 262-265

Emergency_and_humanitarian_action_Technical_quide_for_Health_Crisis_Response_in
_Disaster ( Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana)

10
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Indonesia Merdeka ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas sekolah. Penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
“TSUNAMI ACEH” ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

Teupin Raya, November 2022


Wassalam,

Penyusun

i11
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................ 2
D. Manfaat..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A. Definisi Bencana....................................................................... 3
B. Sejarah Singkat Bencana Alam Terbesar di Indonesia............. 3
C. Gempa Besar Pemicu Tsunami di Aceh................................... 3
D. Berbagai Permasalahan Pada Kesehatan Lingkungan Pasca....
Tsunami.................................................................................... 5
E. Perencanaan Aceh Pasca Tsunami............................................ 7
F. Jenis Kegiatan atau Upaya Penanggungalangan Pasca.............
Bencana..................................................................................... 8
G. Jenis-Jenis Kegiatan Waspada Bencana................................... 8

BAB III PENUTUP...................................................................................... 9


A. Simpulan................................................................................... 9
B. Saran......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10

ii 12

Anda mungkin juga menyukai