Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Hukum bunga bank sejak dahulu sudah menjadi perbedaan dikalangan Ulama

dan Cendikiawan muslim. Dalam perbedebatan tersebut muncul 3 pendapat yang saling

berbeda satu sama lain. Diantara mereka ada yang memandangnya haram, ada yang

memandangnya syubhat, dan ada pula yang memandangnya mubah. Perbedaan

pendapat tersebut muncul di sebabkan oleh perbedaan metode dan analogi hukum yang

digunakan, misalnya apakah bunga itu identik dengan riba ?

Sebelum diuraikan lebih jauh mengenai hukum bunga bank, terlebih dahulu kita

pahami apa yang dimaksud dengan riba.

Riba adalah tambahan dari modal maksunya, suatu transaksi yang dilakukan

oleh dua orang baik dalam keadaan tunai maupun pinjaman dengan ketentuan bahwa

salah seorang diantaranya memperoleh tambahan dari modal utama pada saat transaksi.

Pada garis besarnya riba terbagi atas 2 macam yaitu riba nasi’ah dan riba-riba fadhl.

Fee maksudnya adalah pungutan dan untuk kepentingan administras, seperti

keperluan kertas, biaya operasional dan lain-lain. Bagi ulama yang membolehkan

pengurangan dana dari peminjam dan pemberi dana kepada penabung (deposito) tidak

ada masalah bila bermuamalah dengan bank.

ii
Pasal I

Pendapat Para Ulama Tentang Masalah Bank Dan Bunga Bank.

Bank menurut undang-undang pokok perbankan tahun 1967 adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang. Dari batasan di atas jelas-jelas dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang. Dari batasan diatas jelas, bahwa usaha bank akan

selalu dikaitkan dengan masalah uang.

Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang lebih di kenal

dengan istilah bunga. Oleh Fuad Muhammad Fachruddin di sebutkan bahwa rente ialah

keuntungan yang diperoleh perusahaan Bank, karena jasanya meminjamkan uang untuk

melancarkan perusahaan orang yang meminjam. Berkat bantuan bank yang

meminjamkan uang kepadanya, perusahaannya bertambah maju dan keuntungan yang

di peroleh juga bertambah banyak.

Menurut Fachruddin, bahwa rente yang di pungut oleh bank itu haram

hukumnya. Sebab pembayaran lebih dari uang yang di pinjamkannya, sedangkan uang

yang lebih dari itu adalah riba, dan riba itu haram hukumnya. Kemudian dilihat dari segi

lain, bahwa bank itu hanya tau menerima untung, tanpa resiko apa-apa. Bank

meminjamkan uang, kemudian renta (bungan) di pungut, sedangkan rente (bunga) itu

semata-mata menjadi keuntungan bank yang sudah di tetapkan keuntungannya. Pihak

bank tidak mau tahu apakah orang yang meminjam uang itu rugi atau untung.

Bank dalam mekanisme kerjanya memberikan bunga (tambahan) kepada orang

yang menyimpan uangnya, sebaliknya bank juga memungut bungan terhadap nasabah

karena adanya tambahan tersebut maka sebagian ulama menganalogikan bunga bank

dalam riba.

ii
Untuk menentukan status hukum bermuamalah yang baik banyak terdapat

perbedaan pendapat dikalangan para ulama atau cendikiawan muslim antaranya :

1. Abu Zahrah guru besar fakultas hukum Univeristas Kairo, Abu A’lal Madudi di

Pakistan, Muhammad Abd Al-A’rabi dan Syech Yusuf Qardawi mengatakan bahwa

bunga bank itu termasuk riba nasi’ah dilarang oleh Islam oleh sebab itu Ummat

Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai bungan kecuali dalam

keadaan darurat : Tetapi secara mutlak beliau mengharamkan.

2. Mustafa Ahmad Az-Zaara’, guru besar hukum Islam dan hukum perdata Universitas

Syari’ah Damaskus mengemukakan bahwa riba yang diharamkan seperti yang

berlaku pada masyarakt Jahiliyah, yang merupakan pemerasan terhadap orang

lemah (miskin) yang bersifat konsumtif, berbeda dengan yang bersifat pruduktif

tidak termasuk haram.

3. Al-Hasan (Perisi) berpendapat bahwa bunga bank sendiri yang berlaku di Indonesia

bukan riba yang diharamkan karena tidak berlipat ganda sebagaimana terdapat

dalam firmanya Al-Imran : 130

Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.

ii
Pasal II

Fee Untuk Agen Proyek

Fee maksudnya adalah pungutan dana untuk kepentingan administrasi, seperti

keperluan kertas, bunga operasional dan lain-lain. Adapun namanya pungutan itu tetap

termasuk bunga. Dengan demikian, persoalan tetap sama seperti uraian terdahulu, yaitu

ada yang setuju dan pula yang menentangnya.

Bagi ulama yang membolehkan pengutan dana dari peminjaman dan pemberi

dana (uang jasa) kepada penabung (deposito), tidak ada masalah, bila bermuamalah

dengan bank. Akan tetapi bagi Ulama yang menyatakan syubhat atau boleh

bermualah dengan bank dalam keadaan darurat (terpaksa), masih mengundang

pertanyaan, sampai kapan masa darurat itu berakhir dan sampai kapan pemahaman

syubhat itu hilang ? Menurut hemat penulis, selama bermuamalah dengan bank-bank

yang ada sekarang, masa darurat itu masih tetap berlaku pengertian syubhat pun

demikian juga. Oleh sebab itu, perlu ada solusi, ada pemecahan masalah yang dihadapi

oleh umat Islam mengenai perbankan ini.

Pada saat ini anggota masyarakat sudah dapat memahami tentang kebaikan Bank

Syari’ah. Sebab, asset bank syari’ah terus meningkat, dari II bank menjadi 130 buah

kantor bank. Perinciannya adalah 37 kantor cabang Bank Muamalat dan Bank Syari’ah

Mandiri : 12 kantor cabang Syari’ah dari tiga bank umum konversional (Bank IFI, Bank

BNI, Bank Jabar) serta 81 bank perkreditan rakyat (BPR), Syari’ah.

ii
Pasal III

Pungutan 10 % Untuk Pimpro (Pimpinan Proyek)

Kalau masih ada sisa kelebihan yang belum di pungut, tidak boleh lagi dipungut,

dan hanya dibenarkan memungut (menagih) modalnya saja tidak boleh lebih, hal ini

berarti mengambil kelebihan itu tetap tidak boleh.

Artinya :

“Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok

hartamu”.

Sebagian ulama kita berpendapat bahwa walaupun ayat yang disebutkan dalam

surat Al-Baqarah, ayat yang terakhir diturunkan, tetapi dalam menetapkan hukumnya

tetap ada kaitannya dengan surat Ali-Imran ayat 130 yaitu haram hukumnya, sekiranya

berlipat ganda.

Ada juga orang mempertanyakan, mengapa pedagang (pengusaha) yang

mengambil kelebihan (keuntungan) lebih besar dapat dibenarkan, sedangkan bank yang

memungut kelebihan atau sedikit saja tidak dibenarkan, mengenai hal ini, barangkali

jawaban yang tepat ialah, bank tidak menanggung resiko rugi, walaupun kelebihan tidak

banyak.

Sedangkan pada pedagang (jual beli), ada kemungkinan menanggung resiko

rugi, karena dalam dunia dagang, tidak mesti terus-menerus beruntung. Pihak bank

tidak mau tahu, apakah para peminjam rugi atau untung malahan barang / jaminan dapat

disita disamping kerugian yang dideritanya.

ii
BAB II

HUKUM ASURANSI MENURUT PANDANGAN ISLAM

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tertanggung jawab hukum kepada pihak

ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang

telah pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang diberdasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Mengenai keuntungan hukum asuransi pada umumnya dalam syari’at Islam

digolongkan ke dalam masalah-masalah Ijtihad. Sebab tidak ada penjelasan resmi bank

dala Al-Qur’an maupun hadist.

K.H.Ahmad Azhar Basyir,M.A mengungkapkan bahwa perjanjian asuransi

adalah hal yang baru yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, dan para

sahabat dari Tabi’in. Untuk mengabul ketetapan hukum dengan menggunakan metode

Ijtihad dapat dipergunakan beberapa cara.

a. Masalah mursalah / untuk kemaslahatan umum.


b. Melakukan mursalah / untuk kemaslahatan umum

Adapun hasil Ijtihat para ahli hukum Islam tentang hukum asuransi di
klasifikasikan :
a. Pendapat pertama, asuransi dengan segala bentuk perwujudannya, di padang haram
menurut ketentuan hukum Islam.
b. Pendapat kedua, asuransi dengan segala bentuknya dapat di terima dalam syari’at
Islam
c. Pendapat ketiga, asuransi diperbolehkan, sedangkan asuransi bersifat komersial
tidak diperbolehkan atau bertentangan dengan syari’at Islam.
d. Pendapat ke empat, asuransi dengan segala jenisnya di pandang syubhat.

ii
Pasa II

Sanksi Hukuman KKN Menurut UU

Menurut udang-undang Republik Indonesai No. 28 Thn 1999 tentang

penyelenggaraan negara yang besih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia menimbang :

a. Bahwa penyelenggaran negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam

meyelenggarakan negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa

mewujudkan masyarakat yang adail dan makmu sebagai tercantum dalam UUD

1945.

b. Bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan

fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab perlu

diletakkan azas-azas negara.

c. Bahwa korupsi, kolusi dan nepotisme tidak hanya dilakukan antara

penyelenggaran negara melaikan antara penyelenggaraan negara dan pihak lain yang

dapat merusak sendiri-sendiri kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara

serta membahayakan eksitensi negara sehingga diperlukan landasan hukum untuk

pencegahan.

d. Bahwa sebagaimana pertimbangan di maksudkan dalam huruf a, b, c, perlu di

bentuk UU tentang penyelenggaraan negera yang bersih dari KKN mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945

2. Ketetapan MPR RI XI MPR 1998 tentang penyelenggaraan Negera yang bersih

dan bebas KKN.

ii
BAB III : PENUTUPO

Pasal I

KESIMPULAN

1. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa

dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang.

Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang lebih di kenal dengan

istilah bungan.

2. Fee adalah pungutan dana untuk kepentingan administrasi, seperti keperluan kertas

biaya operasional dan lain-lain.

Kalau ada kelebihan yang belum dipungut, tidak boleh lag dipungut, dan hanya

dibenarkan memungut (menagih) modalnya saja.

3. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, pihak penanggung mengikat

diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung.

4. Islam adalah agama yang mengatur kehidupan manusia secara lengkap tidak ada

satupun aspek yang dalam kehidupan manusia yang tidak diatur dalam Islam

termasuk korupsi, korupsi diharamkan dalam Islam.

5. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara, perusahaan, untuk

kepentingan pribadi atau orang lain.

ii
Pasal 11

Saran-saran

Semoga makalah ini bermanfaat semua pihak khususnya :

- Semua mahasiswa PTI Al-Hilal Sigli

- Agar tidak KKN dan meraja lela

- Untuk umat Islam agar tidak tejadi riba (bunga)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kepada kita kekuatan lahir, batin serta selawat dan salam keharibaan Nabi Besar

Muhammad SAW. Sehingga kam telah dapat menyelesaikan sebuah makalah yang

sangat sederhana ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Maka untuk itu kami sangat

mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifatnya membangun dari semua

pembaca.

Akhir kata kami mohon semoga Allah SWT memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua mudah-mudahan makalah ini dapat memberi

manfaat kepada kita semua.

Wassalam
Penulis

SALMIATI
NPM. 06216271

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ‘Ala kuni hal.

Tiada yang lebih layak di sanjung selain kepada Allah SWT, serta puji dan

syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua. Dan tiada

yang lebih pantas diteladani selain Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang mulia.

Rentang waktu yang terasa lama bagi penulis mengamati dan menyusun

makalah ini masih “HUKUM ASURANSI MENURUT PANDANGAN Islam”.

Dalam penyusunan makalah ini saya selaku penulis menyadari bahwa makalah

ini masih jauh dari kesempurnaan, karena disebabkan keterbatasan ilmu yang saya

miliki.

Dengan demikian penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari berbagai

pihak.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak pembimbing kami,

yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami semua.

Wassalam
Penulis

RAHMIANI
NPM. 06216264

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

Pasal I Pendapat Ulama Tentang Masalah Bank Da Bunga Bank.... 2

Pasal II Fee Untuk Agen Proyek....................................................... 4

Pasal III Pungutan 10 % Untuk Pimpro (Pimpinan Proyek)............. 5

BAB II HUKUM ASURANSI MENURUT PANDANGAN ISLAM.......... 6

Pasal II Saksi Hukuman KKN Menurut UU..................................... 7

BAB III PENUTUP......................................................................................... 8

Pasal I Kesimpulan............................................................................ 8

Pasal II Saran-saran........................................................................... 9

ii

Anda mungkin juga menyukai