Anda di halaman 1dari 26

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA

TSUNAMI DI ACEH

OLEH:

NURUL SAKINAH SABIR


KELAS X.6
0078864524

GURU MATA PELAJARAN


SABARIA, S.Pd., GR.

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

SMA NEGERI 2 SIDENRENG RAPPANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiratn Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran Geografi dengan
topic bencana alam Tsunami ini tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Geografi

Kami berharap tugas ini dapat menambah pengetahuan siswa mengenai masalah bencana
alam khususnya Tsunami, sehingga siswa memiliki bekal teori yang nantinya akan sangat
bermanfaat dalam praktik dan kehidupan sehari-hari.

Tugas ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami berharap kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan tugas ini.

Pangkajene, Januari 2024


DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi bencana alam Tsunami


B. Penyebab terjadinya bencana alam Tsunami
C. Jenis-jenis bencana alam Tsunami
D. Dampak bencana alam Tsunami
E. Carpenanggulangan bencana alam Tsunami.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Visualisasi Tsunami

Gambar 2.2 : Visualisasi terjadinya Tsunami

Gambar 2.3 : Catatan kejadian Tsunami di Indonesia

Gambar 2.4 : Proses terjadinya Tsunami

Gambar 2.5 : Dampak Tsunami

Gambar 2.6 : Kiat menghadapi Tsunami


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bencana alam adalah rangkaian peristiwa yang mengancam atau mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh berbagai arti gejala alam,
baik itu gejala-gejala di perut bumi maupun akibat gejala-gejala cuaca dan perubahan
iklim. Bencana alam berdasarkan yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.[1]
Bencana alam tentu menjadi suatu bencana yang terjadi akibat gejala-gejala alam
yang dampaknya sangat meresahkan masyarakat, terutama masyarakat yang tingal di
kawasan rawan bencana. Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia berada
pada kawasan rawan bencana, baik bencana actual maupun bencana potensial.
Bencana actual dapat dikelompokkan seperti bencana gempa, tsunami, letusan gunung
api, banjir, longsor, dan bencana-bencana bersifat kekininan. Sedangkan bencana
potensial merupakan bencana yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaa alam oleh
generasi sekarang, sehingga memicu terjadinya bencana kekeringan dan
hancurnya keanekaragaman hayati, bencana degradasi lahan dan kelaparan untuk
generasi yang akan dating.[1]
Di Indonesia sering kali terjadi bencana alam, hal ini karena Indonesia berlokasi
di pertemuan tiga lempeng tektonik; lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
lempeng Pasifik.Kondisi itulah yang menimbulkan potensi bencana alam seperti gunung
berapi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Beberapa bencana alam yang terjadi bahkan
cukup besar untuk sampai terasa atau disoroti oleh negara-negara lain.[2]
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan
Pasifik. Akibatnya, Indonesia memiliki tingkat kerawanan gempa baik berkekuatan
rendah maupun tinggi. Ada 7 tsunami yang tercatat pernah terjadi di Indonesia yaitu,
tsunami pangandaran 2006, tsunami aceg 2004, tsunami kepulauan banggai 2000,
tsunami banyuwangi 1994, tsunami flores 1992, tsunami sumba 1977, tsunami sulteng
1968.[3] Berdasarkan penjelasan diatas maka pada kesempatan ini kami akan membahas
lebih mendalam metari tentang bencana alam Tsunami.
B. Rumusan masalah
1. Apakah penyebab terjadinya bencana alam Tsunami di Aceh?
2. Bagaimankah dampak bencana alam Tsunami di Aceh?
3. Bagaimanakah cara penanggulangan bencana alam Tsunami di Aceh?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya bencana alam Tsunami
2. Untuk mengetahui dampak bencana lamat Tsunami
3. Untuk mengetahui cara penanggulangan bencana alam Tsunami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi bencana alam Tsunami


Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami menurut Beni
(2006), adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang sekarang sudah menjadi
istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia. Tsunami berasal dari kata tsu yang
berarti pelabuhan dan nami memiliki arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah
terjadi bencana tsunami akan pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan
yang ditimbulkan, sehingga dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005).[4]

Gambar 2.1: Visualisasi Tsunami


Tsunami merupakan salah satu Bencana Alam yang sering terjadi di Indonesia.
Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi di dasar
samudera, Gunung Meletus, atau longsoran masa batuan di sekitar basin samudera
(Djunire 2009). Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian
alam yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara mendadak yang
biasanya terjadi sesaat setelah terjadi guncangan Gempa Bumi tektonik. Gelombang yang
dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan daerah pemukiman yang berada
di dekat pantai. [4]
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) (2006),
tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan tinggi hingga
lebih dari 900 km/jam, gelombang ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar
laut. Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk dasar laut dengan cepat
karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung berapi ataupun gempa bumi
(Sudrajat 1994). [4]

Gambar 2.2: Visualisasi proses terjadinya Tsunami

Gambar 2.3: Catatan kejadian Tsunami di Indonesia


B. Penyebeb terjadinya Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat
tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor
jarang terjadi.[5]
Gambar 2.4: Proses terjadinya tsunami
Berikut merupakan penyebab terjadinya Tsunami :
1. Tsunami akibat gempabumi
Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya
tsunami akibat gempabumi adalah: 1. Pusat gempa terjadi di dasar laut 2. Kedalaman
pusat gempa kurang dari 60 km Pada tanggal 26 Desember 2004, gempabumi dengan
kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah baratdaya Aceh
membangkitkan gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/jam.
Gelombang ini menjalar ke segala arah dari pusat tsunami dan menyapu wilayah
Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 - 40 km per jam dan tinggi
gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3
jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena
tsunami.
2. Tsunami akibat letusan gunungapi
Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang
dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000
kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai
gedung ini, kirakira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan
menewaskan lebih dari 36000 orang.
3. Tsunami akibat tanah longsor
Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958.
Longsoran ini terjadi karena guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang tsunami
yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi
gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu
pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing ikan yang
tewas.[5]
C. Jenis-jenis Tsunami
Jenis-jenis tsunami dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek eksternal, seperti
waktu terjadinya dan penyebabnya. Secara umum tsunami disebabkan oleh dua hal, yaitu
gempa tektonik dan gempa vulanik yang terjadi pada struktur geologi bumi. Meski
begitu, ada lima jenis tsunami yang paling umum diketahui, yaitu sebagai berikut:
1. Tsunami Lokal
Tsunami lokal adalah jenis tsunami yang berkaitan dengan episentrum gempa yang
terjadi di sekitar area pantai. Dengan begitu waktu tempuh yang diperlukan dari titik
kejadian hingga tiba di bibir pantai sekitar 5-30 menit. Umumnya gempa lokal
berdampak cukup besar, karena gelombangnya sangat terasa meski telah mencapai
area daratan. Selain tsunami lokal biasanya terjadi dalam jarak yang cukup dekat dari
titik pemicu tsunami. Misalnya terjadi di area pesisir pantai atau sekitar 100 kilometer
dari titik tsunami. Pemicu tsunami ini biasanya adalah gempa bumi dan longsor di
bawah laut akibat erupsi gunung berapi. Durasi yang singkat membuat orang akan
kesulitan menyelamatkan diri.
2. Tsunami Regional
Tsunami regional adalah jenis tsunami yang 10 kali lebih besar dari tsunami lokal.
Jarak yang bisa dicapai oleh tsunami jenis ini kurang lebih 100 hingga 1.000
kilometer dari titik terjadinya. Biasanya waktu yang dibutuhkan gelombang mencapai
daratan cukup lama. Setidaknya perlu satu hingga tiga jam untuk menggulung
daratan. Dengan begitu orang-orang memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri
setelah ada informasi. Hanya saja jarak tempuh tsunami yang mencapai 1.000
kilometer nyaris mustahil untuk dicapai dalam waktu tiga jam. Jadi lebih baik segera
mencari tempat tinggi untuk berlindung.
3. Tsunami Jarak
Tsunami jarak juga biasa disebut sebagai ocean wide tsunami atau tele tsunami
merupakan tsunami desktruktif. Artinya jarak tempuh yang bisa dicapai terhitung dari
titik tsunami bawah laut melebihi 1.000 kilometer. Dengan begitu setidaknya butuh
waktu tiga jam untuk tiba di daratan.
Meski begitu, nyaris mustahil untuk menyelamatkan diri dari bencana alam ini. Jenis
ini merupakan yang paling sering terjadi di kawasan pantai yang langsung bertemu
dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Misalnya wilayah Indonesia yang
bertemu langsung dengan samudera menjadi salah satu negara langganan tsunami.
4. Tsunami Meteorologi
Tsunami meteorologi juga biasa disebut meteo-tsunami atau tsunami atmosfer
merupakan suatu fenomena alam yang menyerupai tsunami. Hanya saja tsunami ini
disebabkan oleh adanya gangguan pada atmosfer atau meteorologis seperti
gelombang gravitasi atmosfer, lompatan tekanan, angin topan, saluran depan badai,
dan sebagainya. Skala spasial dan skala temporal yang dihasilkan oleh tsunami
meteorologi sama dengan tsunami pada umumnya dan dampaknya juga bisa sampai
menghancurkan pesisir pantai. Apalagi pesisir yang berada di teluk atau ceruk dengan
amplifikasi kuat. Sebenarnya fenomena ini juga dikenal dengan sebutan rissaga.
5. Microtsunami
Microtsunami adalah jenis tsunami yang berukuran sangat kecil, sehingga akan sulit
untuk diketahui dengan mata telanjang atau visual. Meski begitu tsunami juga cukup
berbahaya karena sulit terdeteksi. Dibutuhkan alat tertentu jika ingin mendeteksi
keberadaan microtsunami.
D. Dampak bencana alam Tsunami
Tsunami menghasilkan gelombang besar dengan arus air yang sangat kuat.
Dampak yang disebabkan oleh tsunami antara lain: Kekuatan dan aliran air yang dibawa
oleh tsunami dapat merusak kapal, kendaraan, dan bangunan hingga menyebabkan
korban luka dan korban jiwa. Menyebabkan korban hilang akibat terbawa arus air yang
menuju ke daratan maupun yang kembali ke laut Terjadi banjir selama beberapa hari
Tsunami berukuran kecil dapat menyebabkan kerusakan pada kapal-kapal yang bersandar
di pelabuhan.[6]
Gambar 2.5: Dampak Tsunami
Seperti dampak bencana alam pada umumnya, dampak tsunami juga dapat
dikategorikan menjadi dampak nyata dan tidak nyata serta dampak langsung dan tidak
langsung. Efek langsung mengacu pada dampak gelombang pada bangunan dan situs
arkeologi. Dampak tidak langsung merujuk pada akibat yang timbul dari peristiwa
tersebut, seperti jatuhnya perekonomian, terganggunya transportasi dan telekomunikasi,
dan sebagainya. Istilah kerusakan dan kerugian mempunyai arti yang sama dengan
dampak langsung dan tidak langsung.[6] Berkaitan dengan itu, berikut beberapa dampak
yang disebabkan oleh tsunami:
1. Penyakit
Gelombang tsunami menyebabkan surutnya air dan memberikan dampak pada
kerusakan infrastruktur seperti instalasi pembuangan limbah dan infrastruktur air
bersih yang digunakan untuk konsumsi manusia. Tsunami mengakibatkan banjir dan
terjadinya pencemaran air. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab tsunami dapat
berdampak berupa munculnya penyakit.
2. Radiasi
Tsunami juga dapat menyebabkan radiasi. Contohnya adalah peristiwa tsunami di
Jepang pada Maret 2011. Melansir dari bapeten.go.id, peristiwa tsunami tersebut
menimbulkan rusaknya empat buah reaktor nuklir di fasilitas nuklir Fukushima.
Akibatnya, beberapa wilayah terdampak radiasi akibat pencemaran dan evakuasi
massal harus dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih luas lagi. Hal tersebut
dikarenakan radiasi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama dan
membahayakan bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk non hidup. Bagi
makhluk hidup, radiasi dapat menyebabkan hilangnya elektron oleh molekul
mempengaruhi struktur DNA (menentukan cacat lahir). Bahkan, nuklir juga
menyebabkan kanker dan bahkan kematian.
3. Angka Kematian yang Tinggi
Jangka waktu yang terdapat pada suatu peristiwa seperti gempa bumi dan munculnya
gelombang tsunami sangat terbatas. Bahkan, proses evakuasi sejak pertama kali
muncul peringatan terjadinya tsunami, belum pasti dapat terselesaikan sebelum
tsunami dating Oleh karena itu, kita hanya akan memiliki sedikit waktu untuk
menyelamatkan diri. Bahkan, bagi orang-orang yang tinggal di pesisir khususnya,
tsunami dapat menyebabkan kematian seketika karena para penduduk pesisir tidak
memiliki waktu untuk melakukan pemetaan perencanaan evakuasi. Tingginya angka
kematian akibat tsunami paling banyak disebabkan karena tenggelam dalam
gelombang air laut. Faktor lainnya, seperti terjebak di reruntuhan, terluka, dan lain
sebagainya.
4. Dampak Terhadap Lingkungan Secara Umum
Selain menghancurkan kehidupan, tsunami juga mempunyai dampak buruk terhadap
lingkungan. Beberapa di antaranya dapat menumbangkan pohon, merusak wadah
bahan kimia, menghancurkan jaringan pipa, sehingga mengakibatkan kontaminasi
lingkungan dengan minyak, asbes, limbah mentah, dioksida, dan polutan beracun
lainnya. Gelombang tsunami juga bisa mengubah topografi dasar laut. Tsunami
menghanyutkan sedimen dasar laut dan merusak ekosistem dasar laut di dasar laut.
Ekosistem tersebut sebagian besar adalah invertebrata seperti cacing, siput, dan
krustasea yang melubangi sedimen dasar laut dan mencampurkannya. Tsunami
mengisi sumber air, seperti danau, sungai, waduk, dan akuifer dengan air asin
sekaligus mencemari tanah. Banjir air laut akibat bencana tersebut menyebabkan
kerusakan salinitas pada air tanah dan tanah di wilayah pesisir negara bagian tersebut,
serta menyebabkan kerusakan akibat garam pada tanaman.
Garam yang disimpan mempengaruhi tanaman dengan menghambat kemampuan
mereka untuk menyerap nutrisi dan air. Oleh karena itu, lahan pertanian tidak dapat
digunakan untuk bercocok tanam dalam jangka waktu tertentu, sehingga berdampak
pada lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Tsunami tidak hanya
menghancurkan kehidupan manusia, tetapi juga menimbulkan dampak buruk
terhadap serangga dan hewan. Mereka dapat mempengaruhi hewan dengan berbagai
cara. Tsunami dapat menumbangkan pohon dan mengakibatkan banyak hewan mati
mengenaskan di bawah pohon tumbang.
Tsunami juga dapat menimbulkan dampak buruk terhadap terumbu karang. Terumbu
karang adalah struktur besar di bawah laut yang terdiri dari tulang-tulang invertebrata
air kolonial yang dikenal sebagai karang. Terumbu karang disebut sebagai hutan
hujan laut. Ketika tsunami terjadi, gelombang air laut akan naik saat memasuki
perairan dangkal dan menghantam terumbu karang. Kekuatan gelombang tsunami ini
sendiri bisa menghancurkan terumbu karang.
Gelombang yang kembali ke laut akan memunculkan banyak puing-puing antara lain
pohon, mobil, furnitur, lemari es, wadah beton, lumpur, dan sebagainya. Puing-puing
yang berat ini akan kembali menghantam terumbu dengan kuat, menghancurkan
terumbu karang yang lemah. Lumpur juga bisa menempel di karang sehingga
membuatnya tertutup. [7]
E. Cara penanggulangan atau mitigasi bencana alam Tsunami.
Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi diartikan sebagai serangkaian upaya
yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik ataupun
penyadaran serta peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

Gambar 2.6: Kiat menghadapi Tsunami


Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat terjadi
gempa besar yang memicu tsunami warga hanya mempunyai waktu 10 hingga 30 menit
untuk menyelamatkan diri. Hal inilah yang disebut dengan waktu emas (golden time).
Keputusan dan tindakan yang diambil dalam rentang waktu yang sempit ini akan menjadi
penentu hidup dan mati seseorang. Berikut ini merupakan beberapak cara
penannggulangan bencana alam tsunami.[8]
1. Membuat tempat berlindung tahan gempa
Jepang adalah salah satu negara yang sering dilanda bencana gempa dan tsunami.
Namun, hal ini tidak menghalangi Jepang untuk tetap bangkit dan menjadi negara
yang maju seperti sekarang. Nah, banyak hal yang dapat kita tiru dari Jepang
untuk menghadapi bencana, salah satunya membuat bangunan tahan gempa.
Gedung tinggi di kota-kota besar di Jepang dirancang agar dapat bergoyang,
bukan terguncang saat gempa melanda. Konstruksi ini menjadikan bangunan lebih
aman. Selain itu, sebagian wilayah pesisir Jepang juga memiliki
tsunami shelter atau tempat berlindung dari tsunami yang juga dirancang tahan
gempa. Kawasan lain juga dilindungi dengan pintu banjir yang dirancang bisa
menahan arus air dari tsunami.
2. Ketahui cara melakukan evakuasi mandiriMemanfaatkan waktu emas atau golden
time sebaik mungkin adalah hal terpenting yang harus kamu lakukan jika kamu
tinggal di wilayah pesisir. Nah, memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
evakuasi mandiri akan sangat membantu.
Evakuasi mandiri adalah tindakan evakuasi yang dilakukan tanpa menunggu
arahan dari petugas. Saat kamu merasakan gempa yang kuat dan lama, maka
kamu harus curiga dan segera lari menjauhi pantai atau bergerak ke daratan yang
lebih tinggi. Pelatihan evakuasi mandiri ini harus termasuk penyediaan jalur dan
tempat evakuasi yang telah disiapkan pemerintah kepada warga di daerah rawan.
3. Pahami status peringatan dini
BMKG biasanya akan mengeluarkan peringatan dini lima menit
setelah gempa terjadi ke wilayah dengan potensi tsunami. Penting untuk kamu
memahami status peringatan ini agar dapat segera melakukan evakuasi.
Peringatan ini diberikan dalam tiga kategori berbeda, yaitu:
 AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan lebih dari tiga meter dan warga
diminta evakuasi segera. Pemerintah daerah setempat harus menyediakan
informasi jelas mengenai jalur dan tempat evakuasi terdekat.
 SIAGA: Tinggi tsunami diperkirakan ada dikisaran 0,5 meter hingga tiga
meter. Pemerintah diharapkan dapat mengerahkan warga untuk evakuasi.
 WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau kecil, warga
tetap diminta untuk menjauhi pantai atau sungai.
4. Tetap tertib dan tidak melebih-lebihkan keadaan
Saat terjadi bencana, jangan melebih-lebihkan kondisi bencana seperti membuat
video berisikan tangisan atau komentar yang menyalahkan pemerintah, apalagi
menyebarkan foto kondisi korban di media sosial. Sebarkanlah tips seputar
mengatasi bencana, peringatan pemerintah, nomor telepon penting call center,
atau update terkini kondisi bencana.
Untuk kamu yang berada di daerah bencana, dianjurkan untuk tetap tertib.
Janganlah bertindak semena-mena karena hal ini hanya akan membahayakan diri
sendiri dan orang lain. Jangan membuat kericuhan saat proses pembagian bantuan
dan tingkatkan solidaritas serta gotong royong.
5. Mengembangkan sistem pemantau agar selalu siap menghadapi bencana
Kembali mencontoh dari Jepang yang memiliki sejarah gempa yang panjang,
mereka telah mempersiapkan sistem respon, prasarana, dan warganya untuk siap
menghadapi potensi bencana. Pemerintah Jepang melakukan investasi besar-
besaran untuk mengembangkan sistem pemantau.
Melalui Badan Meteorologi Jepang (JMA), Jepang mempunyai sistem yang dapat
mengirimkan peringatan tsunami dalam waktu tiga menit dari gempa bumi terjadi.
Mereka juga mempunyai sistem pengeras suara untuk menyiarkan informasi
darurat kepada warga. Untuk di daerah pedesaan, warga juga diberikan radio oleh
pemerintah agar dapat menerima perintah mengungsi. Kesiapan dalam
menghadapi gempa juga telah menjadi bahan latihan untuk anak usia sekolah.
BAB III
METODLOGI PENELITIAN

A. Pengertian metode penelitian deskriptif


Metode penelitian deskriptif merupakan suatu pendekatan penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan karakteristik populasi atau fenomena yang sedang
diteliti secara mendalam, luas, dan terperinci. Metode ini digunakan untuk memecahkan
atau menjawab permasalahan yang sedang dikaji dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul, seringkali melalui tabel, grafik, diagram,
piktogram, perhitungan modus, median, mean, standar deviasi, dan perhitungan
persentase. Penelitian deskriptif tidak digunakan untuk menyusun kesimpulan penelitian
secara umum, namun bertujuan untuk menjelaskan secara spesifik, membuat penjelasan
hasil penelitian lebih kompleks, dan mendeskripsikan fenomena yang ada, baik alamiah
maupun buatan manusia. Nurul sukmadinata
B. Karakteristik metode penelitian deskriptif
Karakteristik metode penelitian deskriptif meliputi:
1. Menggambarkan fenomena secara detail
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan karakteristik populasi
atau fenomena yang sedang diteliti secara mendalam, luas, dan terperinci
2. Tidak ada manipulasi variable
Metode ini tidak menggunakan manipulasi variabel, sehingga hasil penelitian tidak
dapat digeneralisasi ke populasi yang lebih luas
3. Bersifat observasional
Metode penelitian deskriptif bersifat observasional, yaitu mengumpulkan data secara
langsung dari lapangan
4. Menggunakan data kuantitatif dan deskriptif
Penelitian deskriptif menggunakan data kuantitatif dan deskriptif, seperti tabel, grafik,
diagram, piktogram, perhitungan modus, median, mean, standar deviasi, dan
perhitungan persentase
5. Tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
Metode penelitian deskriptif tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas, namun bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan fenomena yang ada,
baik alamiah maupun buatan manusia
6. Banyak digunakan dalam ilmu sosial dan ilmu-ilmu terapan lainnya
Metode penelitian deskriptif umumnya digunakan dalam ilmu sosial dan ilmu-ilmu
terapan lainnya, seperti ilmu sosial, ilmu pengetahuan, dan ilmu kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor penyebab bencana alam Tsunami di Aceh


Penyebab tsunami Aceh 2004 dipicu gempa bumi tektonik yang sangat kuat.
Tulisan Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie
Banda Aceh menjelaskan penyebab terjadinya gempa bumi tektonik. Gempa disebabkan
pergerakan lempeng bumi di bawah pulau Sumatera termasuk provinsi Aceh. Dalam
tulisan berjudul Melihat Potensi Gempabumi dan Tsunami Aceh, ada tiga zona yang bisa
menyebabkan gempa dengan kekuatan tak bisa diperkirakan.
Tiga zona yang bisa jadi penyebab tsunami Aceh 2004 atau gempa lain di wilayah
Sumatera:
1. Zona subduksi
Di zona ini terjadi pertemuan lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah
lempang Eurasia. Lempeng menyusup dengan kecepatan 50-70 mm/tahun di
sepanjang palung Sunda.
2. Zona patahan Sumatera
Zona ini terdiri atas segmen Seulimin, Aceh, Tripaa, Batee, Pelisangan, dan Pidie.
Pergerakan patahan yang rutin atau terjadi seketika dengan kekuatan besar bisa
memicu tsunami.
3. Investigator Fracture Zone (IFZ)
Berikutnya adalah zona patahan yang juga bisa mengakibatkan gempa bumi. Jika
pergerakan patahan melepaskan energi sangat besar, maka tsunami bisa saja terjadi.

Gempa bumi memiliki periode berulang, yang artinya potensi tsunami juga
kembali terjadi di masa depan. Kejadian gempa bumi yang mengawali kronologi dan
penyebab tsunami Aceh 2004 mengingatkan agar memperhatikan sifat periode ulang
gempa.Pentingnya perhatian pada periode gempa juga diingatkan dalam riset Studi
Mekanisme Gempa Bumi Aceh 2004 Menggunakan GPS, yang dilakukan Kelompok
Keahlian Geodesi ITB. Riset menyatakan adanya akumulasi deformasi sebelum terjadi
gempa yang memicu tsunami. Namun hingga 15 hari sebelum gempa tidak terjadi
perubahan yang luar biasa pada permukaan tanah, atau penampakan muka bumi lainnya.
Deformasi hanya terjadi dalam ukuran milimeter yang terus terjadi hingga gempa bumi
dialami warga Aceh. Riset-riset selanjutnya membuktikan kronologi dan penyebab
tsunami Aceh 2004 terjadi pula ratusan tahun sebelumnya. Berbagai studi harus menjadi
bekal pentinhnya membina kesadaran dan mitigasi bencana sejak dini.[9]

B. Dampak bencana alam Tsunami di Aceh


Menurut penelitian berjudul Tsunami Aceh sebagai Bencana Nasional (2017)
yang dilakukan oleh RP Noegroho Darmo Samodra, ada sejumlah sektor yang terdampak
signifikan dari tsunami Aceh, yaitu:
1. Sektor Sosial dan Budaya
Dampak gempa dan tsunami telah mempengaruhi sektor sosial secara masif.
Penilaian kerusakan dan kerugian untuk sektor sosial dan budaya meliputi
perumahan, pendidikan, hingga pelayanan kesehatan. Kerusakan perumahan adalah
kerusakan terbesar akibat dari tsunami melebihi sektor lainnya. Dampak kerugiannya
mencapai Rp. 13,4 triliun, merupakan 32% dari semua kerusakan dan kerugian yang
diakibatkan bencana tersebut.
Sektor pendidikan diperkirakan sebanyak 45.000 siswa dan 1.870 guru hilang. Sekitar
1.962 sekolah rusak dan hancur sehingga kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,041
triliun. Kemudian, sektor kesehatan juga terdampak dengan hancurnya 5 rumah sakit
dan 11 puskesmas.
Untuk sektor keagamaan, data Survei Desa (Podes) menunjukkan bahwa ada sekitar
2.000 masjid, 5,500 meunasah (masjid kecil), 2.150 musala, dan 91 tempat ibadah
yang terdampak. Podes dan Menteri Dalam Negeri memperkirakan, butuh sekitar Rp
776 juta untuk membangun kembali tempat ibadah di Aceh dan Sumatera.
1. Sektor Ekonomi
Di sektor ekonomi, perkiraan kerugian yang terjadi di sektor pertanian dan irigasi
mencapai Rp 2,2 triliun. Sebanyak 320.000 orang kehilangan pekerjaan karena
rusaknya area tanaman pangan dan sawah. Perhitungan ini berdasarkan perkiraan
Kementerian Pertanian pada area sawah seluas 21.000 ha. Di sektor peternakan,
berdasarkan data BPS untuk populasi ternak dan kerusakan lahan pertanian,
diperkirakan 23.300 hewan ruminansia besar, 21.000 ruminansia kecil dan 2,5 juta
unggas hilang. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 126 miliar. Sementara itu di
sektor enterprises, dampak yang terjadi tidak sebesar sektor lainnya. Secara
keseluruhan, kerusakan di sektor ini dinilai sekitar Rp 44 miliar, sementara kerugian
dari pengurangan produksi diperkirakan mencapai Rp 169 miliar.
2. Sektor Infrastruktur
Dampak dari bencana tsunami Aceh di sektor infrastruktur ditandai dengan beberapa
hal. Kerusakan dan kerugian yang mencapai Rp. 8,2 triliun didominasi oleh
kerusakan transportasi (61% dari total dampak) dan irigasi, pengendalian banjir dan
perlindungan pantai (25%), dengan 7,7% energi, 3,4% air dan sanitasi, serta 2,5%
komunikasi. Kerusakan infrastruktur transportasi juga didominasi oleh jalan dan
transportasi darat dengan kerugian sebesar Rp. 3,4 triliun. Fasilitas yang terkena
dampak bencana di daerah pesisir mencakup sekitar 316 km atau 10% jaringan jalan
nasional dan provinsi, 1.900 km jalanan lokal, lebih dari 400 jembatan, dan 30.000
kendaraan. Sektor energi juga mengalami kerusakan sebesar Rp 631 miliar, sebagian
besar ke jaringan distribusi baik listrik maupun pasokan bahan bakar minyak bumi.
Karena itu, fasilitas penyimpanan yang rusak dan beberapa bahan bakar hilang
mencapai total kerusakan sebesar Rp 131 miliar.
3. Psikologis
Dampak Psikologis adalah dampak yang sangat nyata dirasakan oleh masyarakat.
Warga kehilangan tempat tinggal, kehilangan teman dan anggota keluarga, serta
kehilangan seluruh lingkungan dan komunitas. Di lain sisi, interaksi sosial dan
ekonomi juga hilang. Dampak lebih lanjut terasa pada mata pencaharian dan kualitas
hidup yang memburuk bagi banyak warga Aceh. Bencana besar ini telah
menghapuskan modal sosial serta kepercayaan diri para korbannya dalam sekejap.
[10]
C. Upaya penanggulangan bencana alam Tsunami di Aceh
Penanggulangan bencana tsunami di Aceh melibatkan berbagai upaya yang
melibatkan pemerintah, masyarakat, dan organisasi internasional. Berikut beberapa upaya
yang biasanya dilakukan:
1. Sistem Peringatan Dini
Pengembangan sistem peringatan dini yang efektif adalah langkah kunci. Ini
melibatkan instalasi sensor tsunami di perairan, pemantauan aktivitas gempa bumi,
dan sistem komunikasi yang cepat.
2. Evakuasi dan Latihan
Pemerintah setempat dan lembaga terkait harus merancang dan melaksanakan
rencana evakuasi yang baik. Melibatkan masyarakat dalam latihan evakuasi secara
berkala dapat membantu meningkatkan kesiapsiagaan.
3. Pendidikan Masyarakat
Melibatkan masyarakat dalam pemahaman risiko tsunami dan tindakan yang harus
diambil saat terjadi bencana. Ini melibatkan program edukasi di sekolah, pelatihan di
masyarakat, dan kampanye sosial.
4. Infrastruktur Anti-Tsunami
Pembangunan infrastruktur fisik seperti tanggul, pelabuhan yang tahan gempa, dan
rumah yang kokoh dapat membantu mengurangi dampak tsunami.
5. Kesiapsiagaan Instansi Pemerintah
Menyelenggarakan pelatihan dan simulasi reguler untuk petugas penanggulangan
bencana, termasuk Tim SAR (Search and Rescue), petugas medis, dan petugas
keamanan.
6. Penggunaan Teknologi
Menerapkan teknologi canggih seperti sistem pemetaan risiko tsunami, monitoring
gempa bumi real-time, dan sistem informasi geografis (SIG) untuk membantu
pengambilan keputusan.
7. Kerjasama Regional dan Internasional
Kerjasama antarwilayah dan negara dalam menghadapi risiko tsunami sangat penting.
Pertukaran informasi, bantuan teknis, dan dukungan bersama dapat meningkatkan
kesiapsiagaan dan respons.
8. Pemulihan Pasca-Bencana
Membangun kembali wilayah yang terdampak dengan memperhatikan ketahanan
terhadap bencana. Ini melibatkan rekonstruksi infrastruktur, rehabilitasi ekonomi, dan
dukungan psikososial bagi korban.
9. Pengembangan Masyarakat Tangguh Bencana
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan upaya
penanggulangan bencana. Ini termasuk pemberdayaan lokal dan pengembangan
keterampilan untuk menghadapi bencana.

Semua pihak terlibat, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan


masyarakat umum, perlu berperan aktif dalam upaya penanggulangan bencana tsunami
untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi dampaknya. [11][12]

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana alam adalah suatu bencana yang terjadi akibat gejala-gejala alam yang
dampaknya sangat meresahkan masyarakat, terutama masyarakat yang tingal di kawasan
rawan bencana.
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang
dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat
jatuhnya meteor jarang terjadi.
Jenis-jenis tsunami dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek eksternal,
seperti waktu terjadinya dan penyebabnya. Secara umum tsunami disebabkan oleh dua
hal, yaitu gempa tektonik dan gempa vulanik yang terjadi pada struktur geologi bumi.
Seperti dampak bencana alam pada umumnya, dampak tsunami juga dapat
dikategorikan menjadi dampak nyata dan tidak nyata serta dampak langsung dan tidak
langsung. Efek langsung mengacu pada dampak gelombang pada bangunan dan situs
arkeologi. Dampak tidak langsung merujuk pada akibat yang timbul dari peristiwa
tersebut, seperti jatuhnya perekonomian, terganggunya transportasi dan telekomunikasi,
dan sebagainya.
B. Saran
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat berbahaya. Dampak
buruk yang di tibulkan pun sangat besar dan luas. Untuk itu kami menyarankan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana alam termasuk Tsunami.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pak Dosen, “Pengertian Bencana Alam, Jenis, Penyebab, Dampak, dan Contohnya.”
Accessed: Jan. 19, 2024. [Online]. Available: https://dosengeografi.com/pengertian-
bencana-alam/#:~:text=Bencana Alam 1 Pengertian Bencana Alam Bencana
alam,Bencana Alam ... 5 Contoh Bencana Alam

[2] BPBD, “10 Bencana Alam Terbesar di Indonesia, Pernah Tewaskan Sebagian Besar
Penduduk Bumi,” web page.

[3] Aswab Nanda Pratama and Bayu Galih, “Tujuh Tsunami yang Pernah Melanda
Indonesia ,” kompas.com.

[4] Keyra Decequeen, “Makalah Tsunami.” Accessed: Jan. 19, 2024. [Online]. Available:
https://doc.lalacomputer.com/makalah-bencana-alam-tsunami/

[5] Vulcanological Survey Of Indonesia, “Pengenalan Tsunami.” Accessed: Jan. 19, 2024.
[Online]. Available: https://www.bing.com/ck/a?!
&&p=f89517e5c83b158aJmltdHM9MTcwNTUzNjAwMCZpZ3VpZD0yNjg3NmNjZS1h
ZDhmLTZhZmMtMjc3YS03ZjM0YWNkOTZiMTAmaW5zaWQ9NTIzMQ&ptn=3&ver
=2&hsh=3&fclid=26876cce-ad8f-6afc-277a-
7f34acd96b10&psq=pengenalan+tsunai+VSI&u=a1aHR0cHM6Ly93d3cuZXNkbS5nby5
pZC9hc3NldHMvbWVkaWEvY29udGVudC9QZW5nZW5hbGFuX1RzdW5hbWkucGR
m&ntb=1

[6] Intan Rahayu Ningtyas and Serafica Gischa, “Tsunami: Arti, Penyebab dan Dampaknya,”
kompas.com. Accessed: Jan. 19, 2024. [Online]. Available:
https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/24/133000069/tsunami--arti-penyebab-dan-
dampaknya

[7] Annisa Fianni Sisma, “Dampak Tsunami yang Berpengaruh Terhadap Manusia dan
Lingkungan,” katadata. Accessed: Jan. 19, 2024. [Online]. Available:
https://katadata.co.id/safrezi/lifestyle/65045a5c663d5/dampak-tsunami-yang-berpengaruh-
terhadap-manusia-dan-lingkungan

[8] Shabrina Alfari, “5 Cara Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami,” Ruang Guru.
Accessed: Jan. 19, 2024. [Online]. Available: https://www.ruangguru.com/blog/cara-
mitigasi-bencana-gempa-bumi-dan-tsunami#:~:text=5 Cara Mitigasi Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami,sistem pemantau agar selalu siap menghadapi bencana

[9] R. Widiyani, “16 Tahun Tsunami Aceh 2004, Begini Kronologi dan Penyebabnya,”
Detiknews. [Online]. Available: https://news.detik.com/berita/d-5310107/16-tahun-
tsunami-aceh-2004-begini-kronologi-dan-penyebabnya#:~:text=Tiga zona yang bisa jadi
penyebab tsunami Aceh,Pidie. ... 3 3. Investigator Fracture Zone %28IFZ%29

[10] R. A. Mawardi, “Apa Saja Sektor yang Kena Dampak Tsunami Aceh?,” Detik.Com.
Accessed: Jan. 28, 2024. [Online]. Available: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
6189950/apa-saja-sektor-yang-kena-dampak-tsunami-aceh

[11] I. Nurul Laily, “Pengertian Penelitian Deskriptif, Ciri-Ciri, Jenis, dan Pelaksanaannya,”
Katadata. Accessed: Jan. 28, 2024. [Online]. Available:
https://katadata.co.id/iftitah/berita/624689b762261/pengertian-penelitian-deskriptif-ciri-
ciri-jenis-dan-pelaksanaannya

[12] Sukmadinata, “Pengertian Penelitian Deskriptif, Karakter, Ciri-Ciri dan Contohnya,”


Duniadosen.Com. Accessed: Jan. 28, 2024. [Online]. Available:
https://sevima.com/pengertian-penelitian-deskriptif-karakter-ciri-ciri-dan-contohnya/

Anda mungkin juga menyukai