Oleh:
2.3 Sasaran
Mahasiswa Progsus Angkatan 2018
2.4 Pelaksana
Penanggung Jawab : Lilik Hariyati
Penyuluh : Lilik Hariyati
Moderator : Ahmat Tri Atmoko
Observer : Suswinarti
Fasilitator : Ahmat Tri Atmoko
Kompetensi Dasar
Penanganan saat terjadi bencana tsunami.
Indikator
Mahasiswa mampu mengimplementasikan penanganan evakuasi/mitigasi
ketika terjadi bencana tsunami
Materi Pokok
1. Pengenalan Bencana Tsunami
2. Mitigasi Tsunami
2.7 Evaluasi
2.7.1 Evaluasi Struktur
1. Persiapan Media
a. PPT
b. Phantom
c. LCD
d. Speaker
2. Persiapan Materi
2.7.2 Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengenal bencana tsunami dan memahami
mitigasi dan evakuasi saat terjadi bencana tsunami.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tsunami merupakan gelombang pasang yang dibangkitkan oleh terjadinya
gempa tektonik, letusan gunung api di lautan, ataupun tanah longsor.
Gelombang pasang (tidal waves) juga bisa dibangkitkan oleh adanya badai,
terutama pada negara yang memiliki pantai dangkal yang cukup panjang dan
lautan cukup luas (Jokowinarno, 2011). Oleh karena tingkat yang sangat
membahayakan maka diperlukan penanganan yang benar dan tepat agar
banyak orang bisa diselamatkan.
3.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan terutama perawat memahami bagaimana
mitigasi bencana tsunami yang benar dan tepat.
MATERI PENYULUHAN
Lampiran Materi
a. Pengertian
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, “tsu” berarti pelabuhan dan
“name” berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai
gelombang/ombak yang besar di pelabuhan. Tsunami dapat diartikan sebagai
gelombang laut yang disebabkan oleh gempabumi dengan pusat di bawah laut,
letusan gunungapi bawah laut, longsor di bawah laut, dan atau hantaman meteor
di laut. (BNPB, 2012).
Data historis menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia
merupakan wilayah rawan bencana Tsunami. Sejak awal tahun 1990 hingga saat
ini saja berdasar data tercatat 9 kali terjadi tsunami dengan korban jiwa lebih dari
2000 meninggal dunia, dimana 3 tsunami terbesar terjadi di P.Babi, NTT,
Banyuwangi, Dan Biak. Yang paling mutakhir adalah bencana Tsunami yang
melanda Pantai Barat-Utara Sumatera, utamanya wilayah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan sebagian Sumatera Utara, yang terjadi pada tanggal 26 Desember
2004, yang telah menelan korban lebih dari 70.000 orang. Dengan demikian
dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini, total korban jiwa akibat bencana
Tsunami mencapai lebih dari 72.000 orang, ditambah dengan hancurnya
infrastruktur dan fasilitas publik lainnya (Ristek, 2012, dalam Wiyatno, 2014)
Daerah-daerah lain yang rawan tsunami di Indonesia, berdasar historis
yang pernah terjadi dan berdasar peta tektonik adalah meliputi daerah sepanjang
pantai Selatan Pulau Jawa dan Bali, Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku,
sebagian Sulawesi dan Pantai Utara Irian Jaya. Dengan demikian, kecuali Pulau
Kalimantan, hampir seluruh wilayah Indonesia adalah rawan Tsunami. Bahwa
belum seluruh daerah rawan bencana Tsunami pernah dilanda Tsunami, secara
statistik hanyalah merupakan persoalan waktu saja. (Wiyatno. 2014).
c. Tanda-Tanda Tsunami
1. Pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempabumi besar dan
susut laut.
2. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi sebagai
sumber tsunami dengan waktu tiba tsunami di pantai.
3. Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi
yang sangat kuat.
4. Di Indonesia tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah
gempabumi besar di bawah laut. (BNPB, 2012).
Mitigasi Bencana
Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya
gempabumi dan tsunami .Namun dengan melihat catatan sejarah para
ilmuwan dapat mengetahui tempat-tempat yang rawan tsunami.
Pengukuran tinggi gelombang dan batas landaan dari kejadian tsunami
masa laluakan berguna untuk memperkirakan dan mengurangi dampak
tsunami di masa depan.
1. Batu-batu pemecah gelombang. Selain batu-batu buatan, kita bisa
memanfaatkan hutan bakau.
2. Pembuatan bangunan tempat menyelamatkan diri.
3. Pembangunan dinding penahan laju tsunami. Diperlukan kerjasama
dengan ahli sipil untuk mengukur kekuatannya. Efek sampingnya, jika
tidak kuat, dinding itu akan roboh terbawa arus dan lebih
membahayakan masyarakat.
4. Pembangunan rumah dengan tiang-tiang kokoh diatas batas tinggi
gelombang tsunami.
5. Selain batu-batu buatan, untuk mengurangi laju tsunami dapat
diupayakan juga dengan memanfaatkan hutan bakau (Mangrove)
(Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008).
h. Referensi
BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Menghadapi Bencana. Jakarta:
BNPB.
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. 2008. Pengenalan
Tsunami. Jakarta: Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral
Jokowinarno. 2011. Mitigasi Bencana Tsunami Di Wilayah Pesisir
Lampung. Jurnal Rekayasa Vol. 15 No. 1, April 2011. Universitas
Lampung.
Rudyanto Dkk. 2010. Pemodelan Tsunami Sebagai Bahan Mitigasi
Bencana Sumenep Dan Kepulauannya. Jurnal Neutrio Vol 2 No 2
Tahun 2010 Fisika UIN Malik Ibrahim Malang.
Wiyatno. 2014. Mitigasi Bencana Tsunami Bagi Komunitas SDN 1
Lendah Kulon Progo. Jurdik FISIKA FMIPA UNY.