Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MITIGASI BENCANA TSUNAMI

Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pengampu: Janes Jainurakhma, M. Kep

Oleh:

Ahmat Tri Atmoko 18.200.84


Anis Khoiriyah 18.200.85
Lilik Hariyati 18.200.88
Suswinarti 18.201.03

PROGRAM STUDI PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng
Aurasia, Lempeng Australia, dan Lempeng Pasifik. Dari aktifitas
lempeng-lempeng tersebut menjadikan Indonesia rawan akan gempa bumi.
Karena Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang dua pertiga
wilayahnya adalah laut, maka terjadinya tsunami akibat gempa bumi
berpotensi besar terjadi. (Rudyanto Dkk, 2010)
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, “tsu” berarti pelabuhan dan
“name” berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai
gelombang/ombak yang besar di pelabuhan. Tsunami dapat diartikan
sebagai gelombang laut yang disebabkan oleh gempabumi dengan pusat di
bawah laut, letusan gunungapi bawah laut, longsor di bawah laut, dan atau
hantaman meteor di laut. (BNPB, 2012).
Penanganan bencana (disaster management) merupakan proses yang
dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-
langkah yang berhubungan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi
pencegahan (preventive), mitigasi, kesiapsiagaan (preparedness), tanggap
darurat, evakuasi, rehabilitasi dan pembangunan kembali (reconstruction).
Sedangkan mitigasi adalah merupakan tindakan-tindakan untuk
mengurangi atau meminimalkan potensi dampak negatif dari suatu
bencana. (Jokowinarno, 2011).
Dengan wilayah Indonesia yang rentan akan bencana gempa bumi
karena berada di jalur cincin gunung api dan 3 lempeng, maka sangat
diperlukan pemahaman masyarakat dan pihak yang berkepentingan
tentang mitigasi bencana terutama tsunami.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan sasaran dapat memahami mitigasi
bencana tsunami.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Sasaran mampu mendefinisikan mitigasi tsunami
2. Sasaran mampu memperagakan mitigasu tsunami saat terjadi
bencana.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Tema
Penanganan / Mitigasi Bencana Tsunami.

2.2 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Update Ilmu Penanganan Cidera Kepala Pada Pasien Kritis
Hari : Selasa
Tanggal : 1-10-2019
Tempat : Ruang Kelas

2.3 Sasaran
Mahasiswa Progsus Angkatan 2018

2.4 Pelaksana
Penanggung Jawab : Lilik Hariyati
Penyuluh : Lilik Hariyati
Moderator : Ahmat Tri Atmoko
Observer : Suswinarti
Fasilitator : Ahmat Tri Atmoko

2.5 Metode Dan Media


Demo dan Power Point

2.6 Pelaksanaan Kegiatan


RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan : Penyuluhan Mitigasi Tsunami
Narasumber : Lilik Hariyati

Kompetensi Dasar
Penanganan saat terjadi bencana tsunami.
Indikator
Mahasiswa mampu mengimplementasikan penanganan evakuasi/mitigasi
ketika terjadi bencana tsunami

Materi Pokok
1. Pengenalan Bencana Tsunami
2. Mitigasi Tsunami

Waktu Materi Kegiatan Metode Pemateri Bahan


14.00- Pengenalan Bencana Ceramah, Lilik PPT
14.30 Tsunami Diskusi Hariyati
WIB
14.30- Mitigasi Tsunami Ceramah, Lilik PPT
15.00 Demo Hariyati
WIB

2.7 Evaluasi
2.7.1 Evaluasi Struktur
1. Persiapan Media
a. PPT
b. Phantom
c. LCD
d. Speaker
2. Persiapan Materi
2.7.2 Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengenal bencana tsunami dan memahami
mitigasi dan evakuasi saat terjadi bencana tsunami.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tsunami merupakan gelombang pasang yang dibangkitkan oleh terjadinya
gempa tektonik, letusan gunung api di lautan, ataupun tanah longsor.
Gelombang pasang (tidal waves) juga bisa dibangkitkan oleh adanya badai,
terutama pada negara yang memiliki pantai dangkal yang cukup panjang dan
lautan cukup luas (Jokowinarno, 2011). Oleh karena tingkat yang sangat
membahayakan maka diperlukan penanganan yang benar dan tepat agar
banyak orang bisa diselamatkan.

3.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan terutama perawat memahami bagaimana
mitigasi bencana tsunami yang benar dan tepat.
MATERI PENYULUHAN
Lampiran Materi
a. Pengertian
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, “tsu” berarti pelabuhan dan
“name” berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai
gelombang/ombak yang besar di pelabuhan. Tsunami dapat diartikan sebagai
gelombang laut yang disebabkan oleh gempabumi dengan pusat di bawah laut,
letusan gunungapi bawah laut, longsor di bawah laut, dan atau hantaman meteor
di laut. (BNPB, 2012).
Data historis menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia
merupakan wilayah rawan bencana Tsunami. Sejak awal tahun 1990 hingga saat
ini saja berdasar data tercatat 9 kali terjadi tsunami dengan korban jiwa lebih dari
2000 meninggal dunia, dimana 3 tsunami terbesar terjadi di P.Babi, NTT,
Banyuwangi, Dan Biak. Yang paling mutakhir adalah bencana Tsunami yang
melanda Pantai Barat-Utara Sumatera, utamanya wilayah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan sebagian Sumatera Utara, yang terjadi pada tanggal 26 Desember
2004, yang telah menelan korban lebih dari 70.000 orang. Dengan demikian
dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini, total korban jiwa akibat bencana
Tsunami mencapai lebih dari 72.000 orang, ditambah dengan hancurnya
infrastruktur dan fasilitas publik lainnya (Ristek, 2012, dalam Wiyatno, 2014)
Daerah-daerah lain yang rawan tsunami di Indonesia, berdasar historis
yang pernah terjadi dan berdasar peta tektonik adalah meliputi daerah sepanjang
pantai Selatan Pulau Jawa dan Bali, Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku,
sebagian Sulawesi dan Pantai Utara Irian Jaya. Dengan demikian, kecuali Pulau
Kalimantan, hampir seluruh wilayah Indonesia adalah rawan Tsunami. Bahwa
belum seluruh daerah rawan bencana Tsunami pernah dilanda Tsunami, secara
statistik hanyalah merupakan persoalan waktu saja. (Wiyatno. 2014).

b. Penyebab Terjadinya Tsunami


1. Gempabumi yang berpusat di laut, diikuti dengan dislokasi/perpindahan
masa tanah/batuan yang sangat besar dibawah air (laut/danau).
2. Longsor di bawah laut.
3. Letusan gunungapi di bawah laut / gunungapi pulau.
4. Hantaman meteor di laut. (BNPB, 2012)

c. Tanda-Tanda Tsunami
1. Pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempabumi besar dan
susut laut.
2. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi sebagai
sumber tsunami dengan waktu tiba tsunami di pantai.
3. Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi
yang sangat kuat.
4. Di Indonesia tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah
gempabumi besar di bawah laut. (BNPB, 2012).

d. Gempa Bumi yang Menyebabkan Tsunami


1. Berpusat di laut.
2. Kekuatan gempa (magnitudo) lebih besar dari 6,8 SR. Kedalaman pusat
gempa tidak lebih dari 70 km. (merupakan gempabumi dangkal).
3. Pola patahan adalah sesar naik/turun. (BNPB, 2012).

Menurut Triton 2009 dalam Rudyanto dkk, 2010 menyebutkan


1. Episenter (Pusat Gempa) terjadi di dasar laut.
2. Kedalaman focus (Sumber Gempa) adalah dangkal, pada umumnya
kurang dari 50 km
3. Magnitudo gempa besar, pada umumnya di atas M = 6,5 SR
4. Gerak pemicu gempa adalah vertikal (dip-slip), bukan horizontal (strike-
slip),
5. Topografi, kelandaian dan bentuk dari pantai sesuai dan
6. Adanya kandungan energy tsunami yang cocok bagi terbentuknya
gelombang yang mampu membenahi dirinya sendiri sehingga berwujud
sebagai suatu gelombang (soliter) bukan gelombang acak.

e. Ketika Terjadi Tsunami


1. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantai surut secara tiba-tiba, segeralah lari menuju ke tempat yang
tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-
teman yang lain.
2. Jika sedang berada di dalam perahu/kapal di tengah laut serta mendengar
berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai.
Arahkan perahu ke laut.
3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan
menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan
pertolongan pertama pada korban. (BNPB, 2012).

f. Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami


1. Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati
pantai dan lautan.
2. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari
menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
3. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke
pantai. Arahkan perahu ke laut.
4. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan
menerjang.
5. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama
pada korban.Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan
gempabumi, air laut dekat pantai (Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, 2008).

g. Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko


1. Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami.
2. Pembangunan tempat evakuasi (shelter) di sekitar daerah pemukiman,
pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berisiko,
penanaman mangrove serta tanaman lainnya di sepanjang garis pantai
untuk meredam gaya air tsunami. (BNPB, 2012).
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di
pinggir pantai tentang tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap
bahaya tsunami.
Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda- tanda akan terjadinyan
tsunami kepada petugas yang berwenang : Kepala Desa, Polisi, Stasiun
Radio, SATLAK PB maupun institusi terkait. (BNPB, 2012).

Mitigasi Bencana
Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya
gempabumi dan tsunami .Namun dengan melihat catatan sejarah para
ilmuwan dapat mengetahui tempat-tempat yang rawan tsunami.
Pengukuran tinggi gelombang dan batas landaan dari kejadian tsunami
masa laluakan berguna untuk memperkirakan dan mengurangi dampak
tsunami di masa depan.
1. Batu-batu pemecah gelombang. Selain batu-batu buatan, kita bisa
memanfaatkan hutan bakau.
2. Pembuatan bangunan tempat menyelamatkan diri.
3. Pembangunan dinding penahan laju tsunami. Diperlukan kerjasama
dengan ahli sipil untuk mengukur kekuatannya. Efek sampingnya, jika
tidak kuat, dinding itu akan roboh terbawa arus dan lebih
membahayakan masyarakat.
4. Pembangunan rumah dengan tiang-tiang kokoh diatas batas tinggi
gelombang tsunami.
5. Selain batu-batu buatan, untuk mengurangi laju tsunami dapat
diupayakan juga dengan memanfaatkan hutan bakau (Mangrove)
(Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008).

h. Referensi
BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Menghadapi Bencana. Jakarta:
BNPB.
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. 2008. Pengenalan
Tsunami. Jakarta: Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral
Jokowinarno. 2011. Mitigasi Bencana Tsunami Di Wilayah Pesisir
Lampung. Jurnal Rekayasa Vol. 15 No. 1, April 2011. Universitas
Lampung.
Rudyanto Dkk. 2010. Pemodelan Tsunami Sebagai Bahan Mitigasi
Bencana Sumenep Dan Kepulauannya. Jurnal Neutrio Vol 2 No 2
Tahun 2010 Fisika UIN Malik Ibrahim Malang.
Wiyatno. 2014. Mitigasi Bencana Tsunami Bagi Komunitas SDN 1
Lendah Kulon Progo. Jurdik FISIKA FMIPA UNY.

Anda mungkin juga menyukai