Oleh :
Nama : Hariadi
Nim : 22073110023
Kelas :C
Absen : 09
Jurusan : Dharma sastra
Prodi : hukum agama hindu
Semester : 01
Daftar isi........................................................................................................i
Bab I Pendahuluan :
1.3 Tujuan...................................................................................................... 3
1.4Manfaat Penulisan................................................................................... 4
3.4 Historis....................................................................................................12
Bab IV Penutup :
4.1 Kesimpulan............................................................................................13
4.2 Saran......................................................................................................14
Daftar pustaka.............................................................................................15
Bab I
Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di Indonesia. Pada saat 2004
silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat
sekitar pantai apabila merasakan gempa yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri
menuju tempat yang lebih tinggi karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang termasuk ke dalam daerah
Cincin Api Pasifik (ring of fire). Daerah cincin api pasifik ini sangat rentan terjadi gempa vulkanik
maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga untuk terjadi tsunami andai kata pusat
gempa berada di lautan. Negara-negara yang rawan terkena bencana ini di antaranya adalah
Indonesia, Jepang, Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.manusia
tidak pernah bisa lepas dari alam, dari alam juga kebutuhan manusia terpenuhi. Akan tetapi
karena alam juga manusia disadarkan bahwa bencana akan terjadi kapan saja. Manusia sering
dijumpai oleh segala fenomena alam yang terjadi. Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta
bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kacamata ilmiah atau disiplin ilmu
tertentu. Fenomena juga bisa disebut hal yang luar biasa dalam pandangan manusia, suatu
peristiwa yang tidak biasa tapi sering terjadi pada alam ataumakhluk. Fenomena yang biasa
diketahui yaitu fenomena alam dan fenomena sosial.Fenomena alam adalah peristiwa non-
artifasial(kejadian alami) dalam pandangan fisika dankemudian tidak diciptakan oleh manusia,
meskipun dapat mempengaruhi kehidupan manusia.Fenomena. Fenomena alam merupakan
suatu kejadian yanng benar-benar bukti kekuasaan sang pencipta yaitu Allah.
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan apa itu Tsunami
2. Mendeskripsikan terjadinya Tsunami
3. Mendeskripsikan dampak Tsunami dan persiapan menghadapi Tsunami
1.4 Manfaat
Agar kita dapat mengetahui lebih dalam karakteristik dan mekanisme Tsunami
Serta persiapan untuk menghadapi Tsunami baik dalam tahapan waspada, persiapan saat
terjadi Tsunami dan setelah terjadi Tsunami.
Bab II
Landasan teori
Korban pada bencana Tsunami pada awalnya ditemukan 170.000 orang yang tewas
Tetapi team SAR tetap melakukan pencarian korban dan benar saja, korban tercatat
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan yaitu dengan pengindaran jarak jauh dengan
mencari diinternet dan melihat hasil penelitian orang lain
3.1 Analisis data
A. Pemicu TsunamiTsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air. Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini menuju
ekuilibrium atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat terbentuk dan menyebar
meninggalkan pusat gangguan, sehingga menyebabkan tsunami. Peristiwa-peristiwa yang dapat
menyebabkan perpindahan air seperti ini meliputi gempa bumi bawah laut, longsor yang terjadi
di dasar laut, jatuhnya benda ke dalam air seperti letusan gunung, meteor, atau ledakan senjata
Pemicu tsunami paling umum adalah gempa bumi yang mengakibatkan sekitar 80%–90% dari
seluruh tsunami. Gempa yang paling berpotensi menimbulkan tsunami adalah gempa yang
terjadi pada zona penunjaman (daerah pertemuan dua lempeng yang membenamkan salah
satu lempeng tersebut) yang
dangkal. Tsunami karena Gempa biasanya hanya terjadi oleh Gempa Berkekuatan > 7.0
Magnitudo. Penyebab umum lainnya adalah tanah longsor, baik yang terjadi di bawah laut
maupun yang terjadi di daratan tetapi memindahkan material seperti bebatuan ke laut. Karena
longsor bawah laut sering terjadi akibat gempa, longsor dapat memperparah gangguan pada air
setelah gempa. Penyebab tsunami lainnya adalah aktivitas vulkanik, terutama dari gunung
berapi yang berada di dekat atau dibawah laut.
B. Penanggulangan Tsunami
Pembahasan
Tsunami (serapan dari bahasa Jepang: 津波, arti harfiah: "ombak besar di pelabuhan")
adalah gelombang air besar yang diakibatkan oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi.
Gangguan ini membentuk gelombang yang menyebar ke segala arah dengan kecepatan
gelombang mencapai 600–900 km/jam. Awalnya gelombang tersebut memiliki amplitudo kecil
(umumnya 30–60 cm) sehingga tidak terasa di laut lepas, tetapi amplitudonya membesar saat
mendekati pantai. Saat mencapai pantai, tsunami kadang menghantam daratan berupa dinding
air raksasa (terutama pada tsunami-tsunami besar), tetapi bentuk yang lebih umum adalah
naiknya permukaan air secara tiba-tiba. Kenaikan permukaan air dapat mencapai 15–30 meter,
menyebabkan banjir dengan kecepatan arus hingga 90 km/jam, menjangkau beberapa
kilometer dari pantai, dan menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang besar.Sebab tsunami
yang paling umum adalah gempa bumi bawah laut, terutama yang terjadi di zona penunjaman
dengan kekuatan 7,0 skala magnitudo momen atau lebih. Penyebab lainnya adalah longsor,
letusan gunung, dan jatuhnya benda besar seperti meteor ke dalam air. Secara geografis,
hampir seluruh tsunami terjadi di kawasan Lingkaran Api Pasifik dan kawasan Palung Sumatra di
Samudra Hindia. Risiko tsunami dapat dideteksi dengan sistem peringatan dini tsunami yang
mengamati gempa-gempa berkekuatan besar dan melakukan analisis data perubahan air laut
yang terjadi setelahnya. Jika dianggap ada risiko tsunami, pihak berwenang dapat memberi
peringatan atau mengambil tindakan seperti evakuasi. Risiko kerusakan juga dapat dikurangi
dengan rancangan tahan tsunami, seperti membuat bangunan dengan ruang luas, serta
penggunaan bahan beton bertulang, maupun dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang
cara menyelamatkan diri dari tsunami, seperti pentingnya mengungsi dan menyiapkan rencana
darurat dari jauh-jauh hari.
3.2 Penyebab terjadinya Tsunami
KOMPAS.com – Gelombang pasang tsunami disebabkan oleh adanya perubahan vertikal dasar
laut karena terjadinya gempa bumi di dekat atau di dasar laut.
Gempa bumi mengakibatkan air laut yang luar biasa banyaknya berpindah tempat secara
mendadak.
Gelombang tsunami bergerak keluar dari sumbernya ke segala arah. Gelombanya bisa sangat
panjang hingga menyebrangi lautan.
Di laut dalam, gelombang tsunami dapat bergerak dengan kecepatan 1.000 km per jam,
sedangkan di kawasan pantai, tsunami akan melambat.
Di Indonesia maupun negara-negara lain, gempa bumi bawah laut yang menyebabkan
pergeseran vertikal secara mendadak di dasar laut merupakan penyebab utama tsunami.
Indonesia terletak di kawasan yang memiliki aktivitas seismik yang tertinggi sehingga gempa
bumi sering terjadi.
Hal ini diakibatkan oleh wilayah Indonesia yang dikelilingi oleh area pertemuan lempeng
tektonik dan gempa bumi terjadi pada area pertemuan kedua lempeng tersebut.
Dilansir dari buku Pengantar Pengetahuan tentang Risiko, di Indonesia, terdapat tiga kawasan
lempeng utama yang dapat mengakibatkan tsunami, yakni:
Area pertemuan lempeng ini disebut zona subduksi. Saat lempeng tektonik yang
membentuk kulit luar Bumi tiba-tiba bergerak di wilayah yang biasanya stabil, gempa bumi bisa
terjadi. Selain itu, zona subduksi juga dapat membentuk deretan gunung api.
Gempa bumi pada zona subduksi terjadi ketika ujung dari lapisan yang berada di atas patah dan
bergerak vertikal hingga mengangkat dasar laut dan air di atasnya.
3. 2 Menghadapi Tsunami
Perlu diketahui bahwa tidak semua gempa bumi menyebabkan tsunami, namun sebagian besar
tsunami disebabkan oleh gempa bumi.
Tsunami dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi manusia. Ia dapat memakan
korban jiwa, menghancurkan berbagai bangunan, menghapus pantai, mengubah garis pantai,
dan lain-lain.
Tidak ada yang bisa memprediksi terjadinya gempa bumi dan tsunami. Namun, masyarakat bisa
melakukan upaya-upaya mitigasi untuk meminimalisasi risiko saat gempa bumi dan tsunami
terjadi.
Salah satu cara untuk mengurangi dampak tsunami di antaranya adalah mengetahui bahaya
tsunami, termasuk tanda-tanda alam.
Menghadapi Tsunami
Jepang adalah salah satu negara yang sering dilanda bencana gempa dan tsunami.
Namun, hal ini tidak menghalangi Jepang untuk tetap bangkit dan menjadi negara yang
maju seperti sekarang. Nah, banyak hal yang dapat kita tiru dari Jepang untuk
menghadapi bencana, salah satunya membuat bangunan tahan gempa.
Gedung tinggi di kota-kota besar di Jepang dirancang agar dapat bergoyang, bukan
terguncang saat gempa melanda. Konstruksi ini menjadikan bangunan lebih aman. Selain itu,
sebagian wilayah pesisir Jepang juga memiliki tsunami shelter atau tempat berlindung dari
tsunami yang juga dirancang tahan gempa. Kawasan lain juga dilindungi dengan pintu banjir
yang dirancang bisa menahan arus air dari tsunami. Keren banget ‘kan?
AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan lebih dari tiga meter dan warga diminta evakuasi segera.
Pemerintah daerah setempat harus menyediakan informasi jelas mengenai jalur dan tempat
evakuasi terdekat.
SIAGA: Tinggi tsunami diperkirakan ada dikisaran 0,5 meter hingga tiga meter. Pemerintah
diharapkan dapat mengerahkan warga untuk evakuasi.
WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau kecil, warga tetap diminta untuk
menjauhi pantai atau sungai.
Untuk kamu yang berada di daerah bencana, dianjurkan untuk tetap tertib. Janganlah bertindak
semena-mena karena hal ini hanya akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jangan
membuat kericuhan saat proses pembagian bantuan dan tingkatkan solidaritas serta gotong
royong.
Kembali mencontoh dari Jepang yang memiliki sejarah gempa yang panjang, mereka telah
mempersiapkan sistem respon, prasarana, dan warganya untuk siap menghadapi potensi
bencana. Pemerintah Jepang melakukan investasi besar-besaran untuk mengembangkan sistem
pemantau.
Melalui Badan Meteorologi Jepang (JMA), Jepang mempunyai sistem yang dapat mengirimkan
peringatan tsunami dalam waktu tiga menit dari gempa bumi terjadi. Mereka juga mempunyai
sistem pengeras suara untuk menyiarkan informasi darurat kepada warga. Untuk di daerah
pedesaan, warga juga diberikan radio oleh pemerintah agar dapat menerima perintah
mengungsi. Kesiapan dalam menghadapi gempa juga telah menjadi bahan latihan untuk anak
usia sekolah, lho.
Guys, hal terpenting yang harus kita lakukan saat terjadi bencana adalah tetap bersatu dan
saling membantu. Jangan sebarkan ketakutan, tetapi sebarkanlah pengetahuan agar kita semua
dapat melakukan langkah antisipasi serta penanggulangan bencana dengan cepat. Siapa tahu
kamu akan menjadi seorang ahli yang dapat membantu pemerintah membuat teknologi
pemantau yang berhasil meminimalisir korban saat terjadi bencana gempa dan tsunami.
Bencana yang terjadi di Indonesia dan Samudra Hindia pada tanggal 26 Desember 2004
Gempa bumi Aceh 2004 terjadi pada pukul 07:58:53 WIB hari Minggu, 26 Desember 2004
episentrumnya terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia. Guncangan gempa tersebut
berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan Momen dan IX (Violent) dalam skala intensitas Mercalli.
Gempa bumi megathrust bawah laut terjadi ketika Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh
Lempeng Burma dan memicu serangkaian tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan
yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 m
menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman
pesisir. Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan
sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka,
India, dan Thailand.
Ini adalah gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan durasi patahan
terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit).[10] Gempa ini menyebabkan seluruh
planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci)[11] dan memicu aktivitas gempa di berbagai
wilayah, termasuk Alaska.[12] Episentrumnya terletak antara Pulau Simeulue dan Sumatra.[13]
Penderitaan masyarakat dan negara terdampak mendorong berbagai negara untuk memberi
bantuan kemanusiaan. Masyarakat internasional secara keseluruhan menyumbangkan lebih
dari US$14 miliar (2004) dalam bentuk bantuan kemanusiaan.[14] Peristiwa ini dikenal di
kalangan peneliti sebagai Gempa bumi Sumatra–Andaman.[15][16] Tsunami yang terjadi
sesudahnya mendapat berbagai julukan, termasuk Tsunami Samudra Hindia 2004, Tsunami Asia
Selatan, Tsunami Aceh, Tsunami Indonesia, Tsunami Natal, dan Tsunami Hari Boxing.
Bab IV Penutup
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor atau
letusan gunung berapi yang terjadi di laut
2. Terjadi Tsunami disebabkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air meluap kedaratan, seperti letusan gunung berapi, longsor maupun
Meteor yang jatuh kebumi namun 90% Tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan
korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi Tsunami
baik dalam tahapan waspada, persiapan, saat dan setelah terjadinya Tsunami.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pada bab ini penulis memiliki saran untuk diajukan ke
bencana tsunami, cara evakuasi, dan mempersiapkan bekal apa saja yang
perlu jika bencana tsunami itu datang mengingat untuk kerentanan sosial
Daftar pustaka
Awate, S.J. (2016). Environmental Geography. Raleigh: Lulu Publication. ISBN 978-1-365-
64482-5.
Chock, Gary; Robertson, Ian; Kriebel, David; Nistor, Ioan; Francis, Mathew; Cox, Daniel;
Yim, Solomon (2011). The Tohoku, Japan, Tsunami of March 11, 2011: Effects on Structures
(PDF) (Laporan). Oakland, California: Earthquake Engineering Research Institute.
Dudley, Walter C.; Lee, Min (1988). Tsunami!. Honolulu: University of Hawaii Press. ISBN 978-0-
8248-1125-9.