Disusun oleh :
SYERINA
PO7120120008
a) Karakteristik Tsunami
Pembahasan mengenai tsunami tidak akan lepas dari ombak yang terjadi di
lautan. Sebab baik tsunami ataupun ombak, keduanya sama-sama menunjukkan
kejadian berupa gelombang air laut. Akan tetapi pada keduanya ada perbedaan, di
mana ombak merupakan kejadian normal dan tsunami adalah bencana.
Ombak adalah gelombang air laut yang terjadi karena adanya tiupan angin,
sementara tsunami adalah gelombang air laut yang disebabkan oleh adanya
aktivitas geologi bumi.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari gelombang tsunami berdasarkan
pengamatan dari bencana tersebut, yaitu:
Panjang gelombang air laut pada tsunami dapat melebihi 150 kilometer dari
bibir pantai.
Kecepatan gelombang tsunami menyamai kecepatan pesawat jet yaitu kurang
lebih 800 km/jam. Pada dasarnya kecepatan tersebut sangat bergantung
terhadap kedalaman laut, jika terjadi di laut dalam maka kecepatannya bisa
mencapai 1.000 km/jam.
Panjang gelombang antara dua puncak gelombang tsunami di laut lepas bisa
melebihi 100 kilometer dan selisih waktu terbentuknya kedua puncak
gelombang tersebut kurang lebih 10 menit hingga 1 jam.
Kecepatan gelombang akan menurun ketika sudah mencapai area pantai
dangkal, teluk, dan muara sungai. Namun tinggi gelombang justru akan terus
bertambah, sehingga resiko kerusakan yang ditimbulkan semakin besar.
Perubahan tinggi gelombang tsunami disebabkan oleh terjadinya konversi
energi yang awalnya berbentuk energi kinetik lalu menjadi energi potensial.
Konversi energi ini jugalah yang mengakibatkan penurunan kecepatan
gelombang dan peningkatan tinggi gelombang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan
bahwa karakteristik
tsunami dipengaruhi oleh kedalaman gempa, panjang gelombang tsunami, dan
juga kecepatan gelombang.
b) Jenis Tsunami
Meski begitu, ada lima jenis tsunami yang paling umum diketahui, yaitu
sebagai berikut:
• Tsunami Lokal
Tsunami lokal adalah jenis tsunami yang berkaitan dengan episentrum gempa
yang terjadi di sekitar area pantai. Dengan begitu waktu tempuh yang diperlukan
dari titik kejadian hingga tiba di bibir pantai sekitar 5-30 menit. Umumnya gempa
lokal berdampak cukup besar, karena gelombangnya sangat terasa meski telah
mencapai area daratan.
Selain tsunami lokal biasanya terjadi dalam jarak yang cukup dekat dari titik
pemicu tsunami. Misalnya terjadi di area pesisir pantai atau sekitar 100 kilometer
dari titik tsunami. Pemicu tsunami ini biasanya adalah gempa bumi dan longsor di
bawah laut akibat erupsi gunung berapi. Durasi yang singkat membuat orang akan
kesulitan menyelamatkan diri.
• Tsunami Regional
Tsunami regional adalah jenis tsunami yang 10 kali lebih besar dari tsunami
lokal. Jarak yang bisa dicapai oleh tsunami jenis ini kurang lebih 100 hingga
1.000 kilometer dari titik terjadinya. Biasanya waktu yang dibutuhkan gelombang
mencapai daratan cukup lama.
Setidaknya perlu satu hingga tiga jam untuk menggulung daratan. Dengan
begitu orang-orang memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri setelah ada
informasi. Hanya saja jarak tempuh tsunami yang mencapai 1.000 kilometer
nyaris mustahil untuk dicapai dalam waktu tiga jam. Jadi lebih baik segera
mencari tempat tinggi untuk berlindung.
• Tsunami Jarak
Meski begitu, nyaris mustahil untuk menyelamatkan diri dari bencana alam
ini. Jenis ini merupakan yang paling sering terjadi di kawasan pantai yang
langsung bertemu dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Misalnya
wilayah Indonesia yang bertemu langsung dengan samudera menjadi salah satu
negara langganan tsunami.
• Tsunami Meteorologi
Skala spasial dan skala temporal yang dihasilkan oleh tsunami meteorologi
sama dengan tsunami pada umumnya dan dampaknya juga bisa sampai
menghancurkan pesisir pantai. Apalagi pesisir yang berada di teluk atau ceruk
dengan amplifikasi kuat. Sebenarnya fenomena ini juga dikenal dengan
sebutan rissaga.
• Microtsunami
Seperti telah disebutkan, penyebab utama tsunami adalah gempa vulkanik dan gempa
tektonik. Akan tetapi kebanyakan gempa yang terjadi disebabkan oleh adanya gempa
tektonik di bawah laut.
Berikut ini adalah beberapa syarat yang berpotensi tsunami menurut Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi, yaitu:
Pusat gempa tektonik atau gempa vulkanik harus terjadi di bawah dasar laut.
Kedalaman pusat gempa tidak mencapai 60 kilometer.
Magnitude atau kekuatan gempa melebihi 6.0 Skala Richter.
Patahan yang mengakibatkan gempa adalah sesar naik dan sesar turun.
Sementara itu, King (1972) dan Anhert (1996) sependapat mengenai faktor yang memicu
terjadinya tsunami. Menurut keduanya, ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab
bencana alam ini, yaitu:
Ada retakan yang terjadi di dasar laut dan diiringi dengan suatu gempa bumi.
Retakan yang dimaksud adalah zona planar yang bersifat lemah dan bergerak
melalui wilayah kerak bumi.
Ada tanah longsor yang terjadi baik di atas lautan atau di bawah laut, kemudian
longsoran tersebut menimpa air dengan keras.
Ada aktivitas dari gunung api yang lokasinya dekat dari pantai atau memang
terletak di bawah air. Gunung api tersebut bisa terangkat atau mengalami tekanan
layaknya pergerakan pada suatu retakan.
2. Erosi
Abrasi pantai merupakan suatu proses pengikisan material pantai, pada umumnya
diakibatkan oleh gelombang dan arus laut. Selain itu dapat pula disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti konstruksi bangunan pada pantai, penambangan pasir pada pantai, dan
penebangan ekosistem pelindung pantai. Abrasi pantai merupakan permasalahan di daerah
pantai yang dapat menimbulkan kerugian akibat dari rusaknya pemukiman dan fasilitas-
fasilitas yang ada di kawasan pantai (Triatmodjo, 2012).
Faktorfaktor yang mempengaruhi kecepatan abrasi pada suatu kawasan pesisir adalah
(Prawiradisastra, 2003) :
1) Besar dan arah gelombang atau arus laut.
2) Kecepatan sedimentasi material dari daratan.
3) Struktur vegetasi wilayah pesisir.
4) Kedalaman laut di lepas pantai.
5) Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak
6) Stabilitas posisi garis pantai akibat adanya penghalang.
3. Gelombang Ekstrim
Gelombang dapat menjadi ekstrim ketika dibangkitkan oleh angin badai yang terjadi di
perairan laut. Gelombang dikatakan ekstrim berdasarkan dampak kerusakan yang
ditimbulkan, berupa rusaknya bangunan pantai, menyebabkan abrasi pantai dan dapat pula
ditinjau dari penghambatan aktivitas pelayaran, perikanan yang umumnya sehari-hari
berlangsung di suatu perairan tertentu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam Perka
BNPB No.2 tahun 2012 menyatakan, tinggi gelombang diatas satu meter ditetapkan sebagai
gelombang yang memiliki ancaman sedang dan tinggi.
Angin puting beliung adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk
hubungan antara awan kumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus
dengan permukaan tanah. Angin puting beliung muncul dalam banyak ukuran namun
umumnya berbentuk corong kondensasi yang terkihat jelas yang ujungnya yang menyentuh
buimi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing.
Tornado adalah angin kencang yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90
km/jam yang berlangsung 5-30 menit akibat adanya perbedaan tekanan yang sangat besar
dalam area skala yang sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan cumulunimbus
(Cb) Penyebab alam terjadinya angin puting beliung disebabkan karenaudara
panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung. Selain itu
juga karena didalam awan terjadi arus udara naik keatas yang kuat.
Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara
yang naik ke atas puncak awan.Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada
musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul,
akibat radiasi matahari disiang hari tumbuh awan secara vertical, selanjutnya didalam awan
tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan udara yang tinggi.
Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi
secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
Kebanyakan puting beliung mempunyai angin salju 175 km/j atau kurang,dengan
lebar 250 kaki (75 meter), dan bergerak beberapa kilometer sebelum lenyap. Walau
bagaimanapun , setengah putting beliung mempunyai salju 480km/j, dengan lebar lebih dari
1,6 km, dan boleh bergerk melebihi 100 kilometer.
Angin puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal dan berlapis-lapis (awan
Cb) dekat dengan permukaan bumi, dimana jenis awan ini biasanya berbentuk bunga kol dan
pertumbuhannya menjulang vertikal sampai pada ketinggian lebih dari 30.000 ft, dan bisa juga
berasal dari multi sel awan, dengan luasan area horizontalnya sekitar 0-5 Km Angin puting
beliung kejadiannya singkat antara 3-5 menit setelah itu diikuti angin kencang yang
berangsur-angsur kecepatannya melemah.
Angin puting beliung biasanya mempunyai kecepatan dapat mencapai 40-50 Km/jam
atau lebih dengan durasi yang sangat singkat dan tidak sama dengan fenomena badai yang
sering melanda di negara Amerika, Australia, Filipina, Jepang, Korea maupun China. Jadi
wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata, sedangkan angin kencang
dapat berlangsung lebih dari 30 menit bahkan bisa lebih dari satu hari dengan kecepatan rata-
rata 20-30 knot.
Puting beliung ini biasanya terjadi pada saat musim peralihan atau pada saat cuaca
hujan atau di musim hujan yang hujannya masih banyak terjadi pada siang hari atau malam
hari, karena memang fenomena nya selalu terjadi setelah lepas pukul 13.00 – 17.00 waktu
setempat, namun demikian tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada malam hari
- Puting beliung merupakan dampak dari awan Cumulonimbus yang biasa tumbuh selama
periode musim hujan, tetapi tidak semua pertumbuhan awan Cumulonimbus akan
menimbulkan angin puting beliung
- Kehadirannya belum dapat diprediksi
- Terjadi secara tiba-tiba (2-5 menit) pada area skala yang sangat local
- Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner
- Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan
- Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah
5. LIKUIFAKSI
Pencairan tanah atau likuifaksi tanah (bahasa Inggris: soil liquefaction) adalah suatu
perilaku tanah yang mengalami perubahan tiba-tiba dari kondisi padat ke kondisi mencair,
atau memiliki sifat seperti air berat. Fenomena ini lebih mungkin terjadi pada tanah
berbutiran renggang atau moderat dengan penyaluran air (drainase) yang buruk, seperti pada
pasir lanauan (silty sand) atau pasir dan kerikil yang dilapisi atau mengandung lapisan
sedimen kedap.
Sewaktu terjadi, misalnya pada peristiwa gempa bumi, pasir renggang cenderung untuk
mengalami penurunan volume, yang menyebabkan peningkatan tekanan air pori dan,
akibatnya, penurunan kekuatan geser (shear strength), yaitu penurunan tegangan efektif.
s ' =s –u
Modulus geser pasir menurun bersamaan dengan turunnya tegangan efektif. Kekuatan geser
pasir menurun dengan (tegangan efektif) tan f. Dengan begitu tanah berpasir menjadi
melunak (mencair). Pada kasus yang ekstrim, tegangan efektif menjadi nol. Tegangan efektif
adalah ketika terjadi adanya gaya kontak antar butiran pasir. Tegangan efektif nol
menyatakan tidak
adanya gaya kontak tersebut. Sehingga butiran pasir benar-benar mengapung bebas dalam
air. Sehingga pasirpun menjadi seperti mencair. Oleh karenanya, ketika hal itu terjadi maka
tanah tersebut tidak mampu menoppang beban diatasnya dan menyebabkan amblasnya
bangunan, miring ataupun longsor.
DAFTAR PUSTAKA
[12.45,4/10/2022] http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
ZDIzN2Y0ZDAwNzAxMzcyNjIwMzBiYzFmMDI1NmVlMzZhYmNkM2VlYw==.pdf