Disusun Oleh :
Ketua Panitia
Praktik Kebidanan Komunitas
Asrawaty, ST.Keb.,M.Tr.Keb
NIP.198608222010012001
Menyutujui Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi S.Tr Kebidanan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KRISIS KEBENCANAAN
DESA BEKA KECAMATAN MAROWOLA
KABUPATEN SIGI
Tanggal 13 Juni – 08 Juli 2022
Ketua Panitia
Praktik Kebidanan Komunitas
Asrawaty, ST.Keb.,M.Tr.Keb
NIP.198608222010012001
Menyutujui Mengetahui
Kepala Desa Beka Ketua Prodi S.Tr Kebidanan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktik manajemen krisis
Kebencanaan yang dilaksanakan Dusun 1 Desa Beka. Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat kelengkapan kegiatan Praktik manajemen
krisis kebencanaan Mahasiswa Kemenkes Politeknik Kesehatan Palu Jurusan
kebidanan.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih banyak
kekurangan. Namun, dengan adanya bantuan dan arahan dari berbagai pihak
sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan
ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
a. Nasrul, SKM., M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan kemenkes Palu yang
telah memberikan izin pelaksanakaan kegiatan.
b. Nuzuluddin, SH., M.Si, Camat di Wilayah Kecamatan Marawola yang telah
mengizinkan wilayah Kecamatan Marawola sebagai wahana praktik
mahasiswa.
c. Sumiaty, SST., MPH Ketua jurusan Kebidanan sebagai penaggung jawab
kegiatan
d. Muliani, S.Kep, NS., M.Sc ketua Program Studi DIV kebidanan penanggung
jawab operasional pelaksanan kegiatan.
e. Asrawaty, ST.Keb.,M.Tr.Keb ketua panita praktik manajemen krisis bencana
f. Wiji sulaini, SKM Sekretaris panitia praktik manajemen krisis bencana
g. Henrietta Imelda Tondong, SKM, MPH bendahara panita praktik manajemen
krisis bencana
h. Kepala Desa Beka beserta seluruh staf yang telah menfasilitasi lokasi serta
memberi banyak dukungan selama kegiatan berlangsung.
i. Bidan Desa dan kader-kader di masing-masing dusun yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing kami selama praktik.
j. Masyarakat Desa Beka yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan mahasiswa.
k. Dosen-dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
mendampingi kami selama memberi asuhan kepada masyarakat.
iv
l. Seluruh Mahasiswa peserta praktik manajemen krisis bencana yang telah
bekerja sama dengan baik.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ...............................................................................3
D. Asuhan Komplementer....................................................................23
vi
I. Kegaiatan Tambahan.........................................................................37
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................47
B. Saran ...............................................................................48
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tsunami, gunung meletus, banjir kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
Kedua, bencana non alam yaitu epidemic dan wabah penyakit. Mengacu pada
UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana perlindungan terhadap
kelompok rentan termasuk dalam Penyelenggaraan Tanggap Darurat (pasal
48e), prioritas untuk mendapatkan penyelamatan, evakuasi pengamanan,
pelayanan kesehatan, dan psikososial (pasal 55) Kelompok rentan yang
dimaksud di sini adalah ibu hamil ibu menyusui, balita, orang cacad, manula
Undang-Undang no 24 tahun 2007 ini sangat jelas tersiral peran penting
seorang bidan dalam menjalankan tugas profesionalnya pada kondisi darural.
Bidan merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang menjalankan perannya
dalam memberikan pelayanan pada kondisi darurat, dengan tetap berpedoman
pada Kompetensi seorang bidan.
2
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu membantu dan melaksanakan
Pelayanan kebidanan pada kondisi krisis bencana untuk dapat memiliki
sistem secara efektif menangani tanggapan terkoordinasi, sumber daya, dan
persyaratan komunikasi internal dan eksternal selama dan setelah situasi
krisis bencana diKec. Marowola desa Beka dusun 1.
b. Tujuan Khusus
a. Bagi Mahasiswa:
1 Mampu mengidentifikasi focal point/coordinator untuk kesehatan
reproduksi organisasi ataupun individu di desa beka dusun 1.
2 Mampu melakukan simulasi penanggulangan kebencanaan disektor
kesehatan pada kelompok rentan didesa beka dusun 1
3 Mampu mengidentifikasi dan melakukan pencegahan kekerasan seksual
dan memenuhi kebutuhan penyintas prevent SV in communities and
health facilities.
4 Mampu melakukan pencegahan penularan dan mengurangi kesakitan
dan kematian karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS).
5 Mampu melakukan pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan
neonatus dengan penerapan asuhan komplementer.
6 Mampu melakukan pencegahan kehamilan yang tidak dikehendaki
metode kontasepsi untuk memenuhi kebutuhan, informasi dan
konseling.
7 Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi koprehensif, terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan reproduksi sesegerah mungkin dengan
menentukan sasaran sesuai kebutuhan KIT.
8 Mampu melakukan pendampingan psikososial ( Trauma healing ) pasca
bencana.
9 Mampu melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Pra-Krisis
Secepat apa pun tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi
suasana kritis tidak berarti mengabaikan berbagai langkah persiapan.
Fase pra-krisis adalah fase dilakukannya berbagai pencegahan dan
persiapan. Tindakan pencegahan melibatkan pencarian cara atau
pendekatan untuk mengurangi risiko yang dapat berujung pada krisis.
Sementara itu, tindakan persiapan lebih menitikberatkan pada
pembuatan rencana manajemen krisis, memilih anggota tim
manajemen krisis, termasuk melatih anggota tim sehingga dapat
beradaptasi dengan krisis nantinya.
Respon Krisis
Seperti namanya, fase ini merupakan saat para seluruh tim
manajemen krisis bertindak langsung menangani krisis. Adapun yang
respon krisis adalah perkataan maupun perlakukan yang dilakukan
oleh manajemen ketika krisis terjadi. Tim humas atau PR organisasi
juga memiliki peranan penting dalam situasi ini. Mereka bertugas
untuk mendampingi proses dalam menyampaikan pesan ke berbagai
pihak atau instansi terkait.
Pasca-Krisis
Ketika krisis telah dilalui, organisasi biasanya dapat kembali
melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. Kendati demikian, tim
manajemen krisis tidak lantas berhenti melakukan
pemantauan. Organisasi diharapkan dapat tetap memenuhi komitmen
yang telah disepakati ketika masa krisis. Jika komitmen tersebut
dilakukan, maka perlu adanya informasi berupa pemberitahuan yang
disampaikan kepada beberapa pihak terkait atau masyarakat. Di
samping itu, pengelolaan krisis tersebut juga diharapkan menjadi
dorongan bagi organisasi untuk melakukan persiapan lebih baik bila
terjadi krisis di masa mendatang.
3. Tahapan-Tahapan Krisis
Sebuah krisis melalui berbagai tahapan sebelum akhirnya
menimbulkan kekacauan. Adapun tahapan krisis adalah sebagai berikut.
5
Tahap Prodromal
Tahap ini merupakan gejala krisis. Berbagai kejadian yang
berpotensi menjadi krisis masih diabaikan karena organisasi masih
dapat beroperasi seakan tidak terjadi apa-apa. Adapun beberapa contoh
gejala krisis antara lain adanya perbedaan pendapat antarmanajemen,
adanya tuntutan kenaikan upah, dan sebagainya.
Tahap Akut
Tahap ini biasanya diindikasikan oleh munculnya berbagai
kerusakan, reaksi mulai berdatangan, dan isu-isu mulai menyebar luas.
Adapun tantangan utama dalam menangani tahap ini adalah intensitas
dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak.
Tahap Kronis
Organisasi telah merasakan dampak pada krisis yang terjadi dan
bahkan tidak dapat memprediksi kapan krisis akan berakhir. Di tahap
inilah baru sebagian besar organisasi melakukan introspeksi besar-
besaran hingga melakukan reformasi melalui berbagai kebijakan
strategis.
Tahap Resolusi
Tahap ini merupakan tahap penyembuhan, yakni saat organisasi
mampu melalui krisis. Organisasi sudah dapat kembali melakukan
operasional sebagaimana mestinya. Krisis merupakan hal yang sangat
dihindari karena dapat mengganggu kestabilan sebuah organisasi.
Kendati demikian, krisis juga akan selalu muncul sebagai sebuah
siklus. Untuk itulah, manajemen krisis sebagai upaya untuk menekan
dan menyelamatkan keberlangsungan organisasi akibat krisis perlu
dilakukan dengan tepat dan cepat.
B. Asuhan Kebidanan pada manajemen Krisis
Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan
masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai
seorang profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya
pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang
tepat sehingga tercapai pengambilan keputusan dan menghasilkan asuhan yang
6
bermutu. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis salah satu kemampuan yang
harus dimiliki seorang profesi bidan yaitu berpikir kritis. Metode yang
digunakan dalam kajian ini adalah dengan melakukan analisis dan kajian
pustaka terhadap beberapa referensi yang mendukung. Beberapa referensi
dikutip dan dikaji kemudian dibuat analisisnya terkait dengan topic kajian ini.
Berpikir kritis merupakan seni, gambaran sikap sebagai bidan dalam
menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di
dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta
aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan
memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini. Setelah keputusan
terbentuk maka bidan dapat bejalan ketahap tindakan dalam manajemen
asuhan kebidanan. Setiap melakukan tindakan manajemen asuhan kebidanan,
seorang profesi bidan selalu berpikir kritis dan menjelaskan tujuan dari setiap
tindakan tersebut.
C. Geografis Desa dan Peta Dusun/Desa
Desa Beka merupakan salah satu desa yang berada di kacamatan
Marowola . luas wilayah Desa Beka secara keseluruhan adalah seluas 9,66
Km². Desa Beka kecamatan Marowola secara tepografi merupakan daerah
dataran rendah dan berbuktitan. Wilayah Desa Beka Secara orbitasi ( jarak
dari pusat pemerintahan ) jarak dari pusat pemerintahan kecamatan sejauh 4
Km, jarak dari pusat pemerintahan kota sejauh 10 Km, jarak dari ibu kota
kabupaten sejauh 5 Km dan jarak dari ibu kota provinsi sejauh 10 Km.
Wilayah yang berada di desa Beka terbagi menjadi 3 Dusun, 16 RT dengan
jumlah KK mencapai 927 KK.
Desa Beka memiliki jumlah penduduk Desa Beka terdiri dari 3.040 jiwa
berdasarkan Pamutaharian data pada tahun 2022. Struktur penduduk desa
Beka menurut jenis kelamin adalah sekitar 1.567 orang laki-laki, dan 1.473
orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar 927 kepala keluarga.
Gambaran Pendidikan Masyarakat desa Beka sebagai Berikut : Sarjana ( 15
orang ), Akademic / D1 – D3 ( 5 Orang ), SMA/SMU ( 470 Orang ), SMP
( 75 orang ), Sekolah Dasar (162 Orang ), Taman Kanak-kanak ( 105 orang ),
sesuai dengan data tahun 2015.masyarakat desa Beka secara umum memiliki
7
potensi pada sector pertanian dan perkebunan. Desa Beka memiliki beberapa
fasilitas kesehatan yaitu terdapat 3 posyandu dan 1 polindes/pustu. Jumlah
Kelompok Rentan antara lain :
D. Peta Desa/Dusun
8
9
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL KEGIANTAN
A. Sosialisasi KIT
1. Pengertian
Kit adalah suatu alat atau bahan yang dapat diberikan kepada
korban untuk mengganti peralatan yang hilang saat bencana atau tanggap
darurat sehingga masih bisa melakukan pelayanan seperti sediakala. kit
terdiri dari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan
kesehatan dalam situasi darurat.
10
Jerigen air
Baju
Pakaian dalam
Selimut
Handuk
Sendal Jepit
Masker kain
Hands sanitizer
Pembalut
Tongkat
Alas tidur
Kaos Kako
Kelambu Bayi
Baby oil
Popok
11
(ukuran besar) 80-100
4. Baju hamil lengan 1 Minimal lingkar dada 100
pendek/lengan Minimal lingkar panggul
panjang 110
5. Selimut 1
6. Sabun mandi 3 buah (85 Minimal expired 2 tahun
gram)
7. Pasta gigi 3 buah (75 Minimal expired 2 tahun
gram)
8. Sampo 3 botol (80 Minimal expired 2 tahun
ml)
9. Sikat gigi 1
12
Lembar
3. Pembalut Bersalin 3 Pak
4. Baju kancing Depan 2 Pasang
5. Celana Dalam 3
Lembar
6. Selimut 1
Lembar
7. Sabun Mandi 3 Buah
8. Pasta Gigi 3 Buah
9. Sikat Gigi 1 Buah
10. Sampo 3 Buah
11. Handuk 1
Lembar
12. Sarung 1 Buah
13. Sandal 1 Buah
14. Sisir 1 Buah
15. Senter + Baterai 1 Buah
16. Peluit 1 Buah
17. Jerigen air 1 Buah
18. Tas warna Oranye dengan tulisan kit ibu 1 Buah
pasca melahirkan
19. Katalog di dalam dan di luar tas 2
Lembar
13
2. Pakaian Katun 12 Pasang
3. Sarung Tangan Dan Kaki 12 Pasang
4. Selimut Gendongan 1 Lembar
5. Topi 1 buah
6. Kelambu 1 Lembar
7. Kain Bedong 12 Lembar
8. Sabun Mandi 3 Batang
9. Baby Oil 1 Botol
10. Handuk 1 Lembar
11. Minyak Telon 3. Botol
12. Tas 1 Buah
13. Tissue Basah 1 Buah
14. Katalog di dalam dan di luar tas 2 Lembar
14
16. Jerigen Air 2 Buah
\\
Sosialisasi Dusun 3 Beka
29 juni 2022
15
Pertama, lokasi titik kumpul harus mudah dijangkau, bebas
hambatan, dan berada pada jarak yang aman dari bahaya, termasuk
memperhitungkan kemungkinan bahaya runtuhan gedung, bahaya
kebakaran, dan banjir,longsor dan bahaya lainnya.
Pastikan juga lokasi titik kumpul tidak menghalangi
kendaraan penanggulangan keadaan darurat, baik mobil pemadam
kebakaran atau ambulans. Hindari menentukan lokasi titik kumpul
di area yang terdapat banyak instalasi listrik, lalu lintas ramai, atau
medan berbahaya.
2) Luas Area
Titik kumpul juga harus cukup besar untuk menampung
seluruh orang yang berada di tempat bencana (termaksud
masyarakat,anak-anak dan orang tua) agar tidak berdesak-desakan
atau membatasi pergerakan jika terjadi ledakan atau keadaan
darurat sekunder.
Menurut Permen PUPR No.14 Tahun 2017, titik kumpul
dapat berupa jalan atau ruang terbuka. Tempat parkir yang luas dan
ruang terbuka lainnya dapat dijadikan sebagai titik kumpul yang
aman. Menjadikan lobi atau dekat area pintu keluar bukanlah solusi
yang tepat.
3) Keamanan
Titik kumpul juga harus cukup jauh dari bahaya langsung
lainnya, sehingga tidak ada orang yang berada dalam bahaya
tambahan selama keadaan darurat. Ini dapat mencakup area di
dekat sungai, pohon besar, pagar, atau penghalang lainnya.
Hal ini tentu harus diimbangi dengan kemudahan untuk
menjangkau titik kumpul. Salah satu tantangan yang sering
dihadapi saat menentukan titik kumpul adalah menemukan lokasi
pada jarak yang aman dan mudah diakses oleh masyarakat berusia
lanjut atau penyandang disabilitas.
4) Penanda Titik Kumpul
16
Titik kumpul harus ditandai dengan jelas menggunakan
rambu K3 titik kumpul. Rambu K3 titik kumpul harus dipasang
cukup tinggi sehingga tidak tertutup oleh pejalan kaki atau
kendaraan yang melintas dan cukup besar untuk dilihat dalam
kondisi pencahayaan yang buruk. Rambu K3 Titik Kumpul
Pastikan rambu K3 titik kumpul yang Anda pasang sudah sesuai
standar ISO 7010 dan direkomendasikan menggunakan bahan
luminous atau glow in the dark yang dapat menyala/memendarkan
cahaya sendiri dalam kondisi gelap.
b. Jalur Evakuasi
Jalur Evakuasi adalah jalur yang menghubungkan tempat
hunian/titik kumpul dengan TES dan jalur yang menghubungkan TES
dengan Tempat Evakuasi Akhir (TEA). JEB dapat berupa berbagai
kelas jalan, mulai dari jalan lingkungan, jalan lokal hingga pengumpul.
mencoba jalur ini dibuat dengan rute yang mungkin
dilakukan/menghindari areal yang mungkin dilalui/imbas bencana
secara langsung maupun tidak langsung.
Jalur evakuasi terbagi menjadi dua yaitu:
1) Tempat Evakuasi Sementara yang selanjutnya disingkat TES
adalah tempat berkumpul sementara bagi pengungsi saat terjadi
bencana. TES berupa lapangan terbuka yang aman dari jalur
terjangan material gunungapi maupun lahar dan dekat dengan JEB.
2) Tempat Evakuasi Akhir yang selanjutnya disingkat TEA adalah
tempat berkumpul akhir bagi pengungsi yang dapat berfungsi
sebagai tempat hunian sementara saat terjadi bencana. Salah satu
syarat utama TEH adalah ketentuan lokasi harus di luar KRB
Gunung Merapi
17
Pemasangan rambu petunjuk arah menuju titik kumpul dan rambu titik
kumpul ini harus tepat agar lokasi titik kumpul dapat ditempuh dengan
mudah dalam waktu singkat. Fungsi jalur evakuasi, pintu keluar darurat,
dan penandaannya sangat penting bagi bangunan gedung, terutama pada
saat terjadi keadaan darurat. Upaya ini dilakukan untuk menormalisasi
keadaan dan mencegah atau meminimalkan cedera, kerusakan aset, serta
kerugian material.
Tak ada satupun dari kita yang ingin terjadi bencana, namun upaya
tanggap darurat sangat penting dan mutlak dibutuhkan termasuk
keberadaan jalur evakuasi. Jalur evakuasi ini sangat penting digunakan
sebagai tindakan penyelamatan dari segala bencana seperti kebakaran,
gempa bumi dan banjir. Semakin cepat waktu evakuasi yang dapat
dilakukan, semakin besar jumlah orang yang selamat dari bencana. Dan
hal itu berlaku juga sebaliknya.
3. Dokumentasi Kegiatan
18
Dusun 2 Desa Beka
Dusun 1 Desa Beka
19
alat kelamin atau hal-hal yang berbau porno pada anak, membuat,
mendistribusikan dan menampilkan film yang mengandung adegan
anak-anak dalam pose atau tindakan tidak senonoh serta membiarkan
anak menyaksikan aktifitas seksual yang dilakukan orang lain. Pelaku
kekerasan seksual terhadap anak 68% adalah orang terdektnya, seperti
kerabat, keluarga atau kenalan namun tidak menutup kemungkinan
jika pelakunya adalah orang asing.
b. HIV AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menginfeksi sel darah putih dan menyebabkan penurunan imunitas
manusia (WHO, 2014 dalam Pusdatin Kemenkes, 2014). Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
kerusakan sistem kekebalan tubuh bukan disebabkan oleh penyakit
bawaan namun disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV) (Ovany et al., 2020).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang
tergolong familia retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh
HIV pada penderita yang terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4)
yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh (Satiti et al.,
2019). Akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus
HIV, seseorang sangat rentan terhadap berbagai macam peradangan
seperti tuberkulosis, kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan,
otak dan kanker. Stadium AIDS memerlukan pengobatan
antiretroviral (ARV) untuk mengurangi jumlah virus HIV di dalam
tubuh, sehingga kesehatan penderita dapat pulih kembali (Ramni et
al., 2018).
20
Sebagai orang tua, dalam mengatasi kekerasan seksual pada anak
kita harus tetap bersikap tenang, fokus dalam mencari solusi serta
memberikan pengertian pada anak bahwa kekerasan seksual yang
dialami bukan salahnya. Memberikan edukasi atau pembekalan bagi
anak untuk mencegah kekerasan seksual juga penting dilakukan
dengan melihat tahapan sebagai berikut :
1) Usia 18 bulan – 2 tahun
Mengajari nama-nama anggota tubuh
2) Usia 3 -5 tahun
Memberitahu bagian tubuh mana yang bersifat pribadi dan tidak
boleh disentuh atau terlihat oleh orang lain
3) Usia 6 – 8 tahun
Memberikan pemahaman untuk membedakan mana sentuhan biasa
dan mana sentuhan yang berpotensi menyebabkan kekerasan
seksual.
4) Usia 9 – 12 tahun
Mulai mendiskusikan aturan perilaku seksual yang diterima oleh
keluarga dengan menyampaikan pendidikan seksual secara terbuka
namun tidak vulgar sesuai dengan tingkat pemahamannya.
5) Usia 13 – 18 tahun
Mengajak anak untuk berbicara tentang seksualitas agar anak tidak
mencari tahu sendiri dari sumber yang salah dengan membuatnya
merasa nyaman membahas hal tersebut.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
kekerasan seksual pada anak antara lain membuka komunikasi dan
menjalin kedekatan dengan anak, berbicara mengenai kekerasan
seksual pada waktu yang tepat dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami anak, mengenali dimana dan bersama siapa anak sering
menghabiskan waktunya serta cepat tanggap jika mengetahui
terjadinya kekerasan seksual pada anak atau orang lain.
b. Pentingnya Edukasi HIV/AIDS
21
Edukasi tentang HIV AIDS sangat penting untuk diberikan kepada
siapa saja, khususnya anak-anak. Tindakan ini dilakukan sebagai cara
mencegah HIV dan AIDS, yang nantinya bisa anak terapkan hingga
dewasa kelak. Kendalanya, masih banyak yang menganggap bahwa
edukasi tentang HIV AIDS pada anak adalah sebuah hal tabu. Padahal,
dengan memberikan edukasi pada anak dengan cara yang tepat, ia bisa
menjadi agen pemutus rantai penyebaran virus HIV/AIDS di
lingkungan tempatnya tinggal dan bergaul.
Tidak sekadar itu, memberikan edukasi pada anak mengenai
HIV/AIDS juga bisa membuatnya lebih peduli terhadap ODHA.
Karena pada dasarnya, ODHA bukanlah seseorang yang harus dijauhi,
melainkan dirangkul dan diberikan motivasi positif agar ia bisa terus
semangat menghadapi virus yang menggerogoti tubuhnya. Edukasi
tentang HIV/AIDS juga penting pada bencana agar dapat menjaga diri
dari halhal yang tidak diinginkan karena saat bencana sudah pasti laki
laki dan perempuan bersatu ditempat yang sama.
3. Dokumentasi Kegiataan
Edukasi HIV AIDS Dusun 1 Beka Edukasi Kekerasan Seksual Dusun 1 Beka
29 juni 2022 29 juni 2022
22
Edukasi HIV AIDS Dusun 3 Beka Edukasi Kekerasan Seksual Dusun 3
29 juni 2022 Beka
24 juni 2022
D. Asuhan Komplementer
1. Pengertian Asuhan Komplementer
Menurut WHO ( Woeld Healt Organization ), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvesional yang bukan berasal
dari Negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu missalnya,
bukan tersemasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan
secara turun-temurun pada suatu Negara.
Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non
konvesional yang ditujuk untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat meliputi upaya promotif,preventif,kuratif dan rehabilitative
yang diperoleh melalui pendidikan. terstruktur dengan kualitas, keamanan,
dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik
(ilmu yang meliputi anatomi, biokimia, histologi, biologi sel dan
molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi yang dijadikan dasar ilmu
kedokteran klinik) yang belum diterima dalam kedokteran konvesional.3
Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari penerapan
pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan
kebidanan Yang berkesinambungan mulai dari peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (prefentif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
atau pemulihan kesehatan (rehabilitative).
a. Asuhan Komplementer Akrupresur pada ibu hamil, Pasca Salin(Nifas)
Bidan memiliki peran yang sangat krusial terhadap
23
peningkatankualitas ibu dan anak salah satunya pada pelayanan ante
natal care (GlobalHealth Workforce Alliance, Kementerian Kesehatan
RI, 2011). Bidandiharapkan dapat mengupgrade kompetensi dalam
memberikan pelayananatau asuhan secara komprehensif dan
komplementer. Salah satu pelayanankomplementer yang dapat
diberikan oleh bidan kepada ibu hamil adalahmelakukan terapi
akupresur. Terapi akupresure berguna untuk kesehatan ibuhamil.
Akupresur merupakan terapi komplementer dengan prinsip
healingtouch yang lebih menunjukkan perilaku caring pada pasien
sehingga dapatmemberikan perasaan tenang, nyaman dan rileks. Ada
juga yang menyatakanakupresur adalah seni penyembuhan kuno
dengan menggunakan jari untukmenekan titik-titik penyembuhan
secara bertahap yang merangsangkemampuan tubuh untuk
penyembuhan secara alami (Noviyanti, 2016).Melalui terapi
akupresur, tubuh akan melepaskan ketegangan otot,meningkatkan
sirkulasi darah dan meningkatkan kekuatan hidup energi tubuh(qi)
untuk membantu penyembuhan. Terapi akupresur dapat digunakan
untukmenghilangkan rasa sakit dan meringankan nyeri otot
punggung(Noviyanti,2016).
b. Asuhan Komplementer Pijat Bayi pada Bayi & Balita
Di usia enam minggu, bayi ibu mulai menjadi lebih responsif, ia
mungkin lebih rileks dan siap untuk pijatan yang lebih menyeluruh,
yang memberikan Anda peluang lebih besar untuk membangun ikatan
dan merangsang indranya, hingga menjadikan aktivitas pijat bayi lebih
berkualitas.
Pijat bayi adalah cara yang baik untuk berkomunikasi bersama bayi
ibu, serta memperkenalkan cara bermain yang menyenangkan padanya.
Berikut adalah usapan tambahan yang dapat Anda tambahkan ke dalam
rutinitas pijat bayi.
c. Asuhan Komplementer Pijat Punggung ,Terapi Musik klasik dan
senam lansia pada lansia
24
Massage punggung merupakan suatu sentuhan tangan yang
dilakukukan dengan cara gerakan stroking, petrisage, friction dan
skin rolling dengan tujuan dapat meningkatkan terhadap kualitas
tidur lansia, karena terapi tersebut memiliki kemampuan untuk
menghasilkan respon relaksasi yang membuat tubuh menjadi rileks
dan merasa nyaman ketika memasuki waktu istirahat atau waktu
tidur.
Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan dalam
menurunkan tingkat depresi pada lansia adalah terapi musik.
Mendengarkan musik dapat mempengaruhi sistem saraf otonom
(sistem saraf simpatis dan parasimpatis) yang dapat menghasilkan
respon relaksasi.
senam lansia adalah serangkaian gerak atau latihan fisik yang
dilakukan oleh orang lanjut usia untuk meningkatkan kemampuan
fungsionalnya. Jenis aktivitas ini memiliki gerakan yang teratur,
terarah, dan terencana, yang disesuaikan dengan berbagai
perubahan tubuh pada lansia.
2. Pentingnya Asuhan Komplementer Yang diberikan Pasca bencana pada
ibu hamil,nifas, BBL, Balita, Remaja dan Lansia
Keperawatan komplementer dapat di gunakan dalam intervensi
pada korban pasca bencana khususnya terapi accupresure dan terapi bekam
untuk mengatasi nyeri dan hipertensi serta trauma healing dengan Art
therapy untuk mengatasi gangguan psikologi.
a) Pentingnya Asuhan Komplementer Akrupresur pada ibu hamil dan ibu
Nifas, Pentingnya Asuhan ini Yaitu :
1) Dapat Manajemen Stress dan keseimbangan tubuh energi
2) Dapat Meringankan Nyeri
3) Berkaitan dengan Bersalin
b) Pentingnya Asuhan Komplementer Pijat Bayi pada Bayi & Balita,
Pentingnya Asuhan ini Yaitu :
1) Menenangkan serta mengurangi frekuensi menangis pada bayi
25
2) Memperlancar pencernaan, serta mengurangi sakit perut, gas dan
sembelit
3) Menambah berat badan harian
4) Membantu bayi lebih mudah beradaptasi dengan tidur malam, dan
membantunya tidur lebih nyenyak
5) Meredakan sesak napas dan rasa tak nyaman pada saat tumbuh gigi
6) Membantu pembentukan, koordinasi serta kelenturan ototnya
dengan baik.
7) Meningkatkan kesadaraan tubuhnya
8) Meningkatkan sistem kekebalan
9) Menjadikan tekstur kulitnya lebih baik
10) Membantu Anda dan bayi Anda merasa tenang dan rileks
11) Meningkatkan rasa percaya diri Anda dalam memegang bayi
Anda
c) Pentingnya Asuhan Komplementer Pijat Punggung ,Terapi Musik
klasik dan senam lansia pada lansia, Pentingnya Asuhan ini :
1) Melancarkan aliran darah
2) Meredakan ketegangan dibagian atas punggung
3) Meredakan nyeri punggung bawah
4) Mengatasi osteoarthritis tulang belakang
5) Mengatasi fibromyalgia
6) Mengurangi kecemasan
3. Dokumentasi kegiataan
26
Asuhan Komplementer Pada BBL dan Asuhan Komplementer pada Lansia
Balita ( pijatan mmengurangi stress dan
( Pijat bayi balita ) menurunkan hipertensi )
27
DUSUN 3 DESA BEKA
Asuhan Komplementer pada Lansia ( Senam Asuhan Komplementer Pada BBL &
Jantung sehat ) Balita (Pijat Bayi )
27 Juni 2022 28 Juni 2022
28
berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah;
serta menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya.
3. Dokumentasi Kegiatan
29
menyebutkan angka kejadian anak akibat masalah gizi di Indonesia
sebesar 37,2%, dan tentunya gangguan pertumbuhan ini akan mengganggu
perkembangannya. Maka, orangtua harus bertemu dengan kembang
anaknya terutama pada usia <2 tahun.
Tumbuh kembang, adalah suatu kegiatan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan pemantauan (status gizi kurang atau buruk,
anak pendek), penyimpangan perkembangan (terlambat bicara), dan
penyimpangan mental emosional anak (gangguan konsentrasi dan
hiperaktif). tumbuh kembang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan anak serta menemukan secara dini adanya gangguan
tumbuh sehingga dapat segera ditindaklanjuti agar hasilnya lebih baik.
pertumbuhan dan perkembangan pada 1.000 hari pertama kehidupan
membuat pemantauan tumbuh kembang anak sangat penting pada usia ini.
1.000 hari pertama kehidupan dihitung mulai dari saat pembuahan di
dalam rahim ibu sampai anak berusia 2 tahun. Pada anak usia 2 tahun.
tinggi sudah mencapai setengah dari orang dewasa dan perkembangan
otaknya sudah mencapai 80% dari otak dewasa.
2. Pentingnya pemantauan tumbuh kembang pada bayi dan balita pada situasi
bencana
Pemantauan tumbuh kembang bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak serta menemukan secara dini
adanya gangguan tumbuh kembang sehingga dapat ditindaklanjuti segera
agar hasilnya lebih baik.
Terjadi bencana pemenuhan kebutuhan makanan untuk anak-anak
masih menjadi kendala dapur umum yang ada pada saat bencana pun
masih berfokus menyediakan makanan untuk orang dewasa belum terpikir
untuk memberikan makanan anak-anak balita yang kebutuhannya sangat
spesifik. Kebutuhan makanan anak-anak dan balita memang lebih spesifik
dari pada makanan orang dewasa hal ini terkait porsi makanan anak-anak
yang berbeda dengan orang dewasa yang disesuaikan dengan tumbuh
kembang anak, Kebutuhan makanan untuk anak-anak balita saat dan
30
setelah terjadi bencana pun sama dengan makanan yang harus dipenuhi
setiap kali anak makan makanan tersebut di setiap makanan
Bila Kekurangan gizi hingga menyebabkannya jatuh sakit proses
pemulihan kondisi anak akan lebih sulit untuk membutuhkan waktu yang
lama, Anak usia balita adalah kelompok yang paling rentan terkena
gangguan gizi begitu asupan makanan berkurang maka berat badannya
bisa langsung turun dalam waktu singkat. Pada kondisi kekurangan gizi
maka anak menjadi rentan terkena berbagai penyakit yang akan semakin
memperberat kondisi kurang gizi.
Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak yang
memberikan pengasuhan. Ibu harus dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk melakukan stimulasi tumbuh kembang
anak. Kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh
pengasuhan keluarga terutama orang tua. Ibu sangat berperan dalam
stimulasi dan deteksi dini penyimpangan perkembangan. Berdasarkan
penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu dapat digunakan sebagai
deteksi dini masalah perkembangan anak. Deteksi dini penting dalam
menemukan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan yang ditemukan lebih awal akan
mendapatkan intervensi sangat berharga untuk mencegah kecacatan
permanen. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian pada masyarkat ini adalah dengan metode pendekatan, yaitu
dalam bentuk sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan terhadap mitra tentang
penyuluhan tumbuh kembang balita, artinya para peserta dituntut aktif
dalam mengikuti selama kegiatan berlangsung. Kompetensi yang akan
dibentuk ditandai dengan indikator peningkatan pengetahuan peserta
tentang permasalahan apa saja terkait tumbuh kembang balita serta
memahami penanganan yang tepat pada tumbuh kembang balita yang
meliputi pengukuran hingga deteksi dini. Pengetahuan ibu diukur dengan
menggunakan menggunakan pre test sebelum kegiatan dan post test
setelah diberikan pengetahuan.
31
3. Dokumentasi
Pemantauan tumbuh kembang bayi dan Pemantauan tumbuh kembang bayi dan
balita Dusun 1 Beka balita Dusun 2 Beka
25 juni 2022 25 juni 2022
32
2. Pentingnya Membangun Ketangguhan Desa Melalui Forum Siaga
Bencana Desa/Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa.
Mengapa perlu membangun tim Siaga Bencana karena Seluruh
masyarakat desa tinggal dan hidup didaerah rawan bencana seperti
Banjir bandang dan Gempa bumi. Bencana yang selalu datang dan
berulang dan semakin meningkat dampaknya. Tumbuhnya kesadaran
ingin selamat dan menyelematkan orang lain dari setiap ancaman
bencana. Keinginan untuk melakukan sesuatu, yang dapat
menghilangkan atau mengurangi ancaman, kerentanan dan peningkatan
Kapasitas. Meningkatkan kemandirian masyarakat dan ketahanan
ekonomi.
3. Dokumentasi kegiatan
33
Besar (PSBB) di daerah masing masing (khususnya bagi daerah yang
menerapkan PSBB). Evakuasi banjir dalam panduan ini adalah untuk
evakuasi dalam masa krisis peringatan Banjir, yaitu sesaat setelah terjadi
Hujan dan sampai setelah ancaman banjir dinyatakan selesai. Pada saat-
saat tersebut masyarakat harus segera evakuasi menuju tempat yang aman
(tempat evakuasi yang telah ditetapkan, dataran tinggi, atau menjauh dari
sungai).
2. Pentingnya Evakuasi Mandiri Pada Kelompok Rentan Di Situasi Bencana
Masyarakat harus memahami pentingnya evakuasi mandiri saat
menghadapi bencana seperti Banjir dan bencana lainnya. Hal ini sangat
penting agar bisa meminimalisasi dampak yang diakibatkan jika fenomena
alam itu terjadi.
Cara evakuasi mandiri harus dipahami setiap warga baik saat
berada di dalam maupun luar rumah. Selain memahami tindakan yang
harus diambil ketika terjadi bencana, upaya mitigasi inipun harus
dilengkapi oleh fasilitas pendukung yang berada di sekitar kita.
3. Dokumentasi Kegiatan
a. Tehnik 1 dengan 1 penolong
1) Fiksasi kepala dengan kedua tangan memegang bahu
2) Angkat korban hinggah posisi duduk
3) Silangkan kedua tangan korban kedepan dada korban
4) Angkat korban hinggah posisi berdiri
5) Lingkari kepala Anda dengan salah satu lengan korban
6) Biarkan korban yang terluka menginjak kaki Anda
b. Tehnik 2
34
1) Fiksasi kepala dengan kedua tangan memegang bahu
2) Angkat korban hinggah posisi duduk
3) Silangkan kedua tangan korban kedepan dada korban
4) Angkat korban hinggah posisi berdiri
5) Lingkari kepala Anda dengan salah satu lengan korban
6) Tangan kanan memegang paha kiri ( begitu pula sebaliknya ).
Kemudian korban diangkat.
c. Tehnik 3
1) Fiksasi kepala dengan kedua tangan memegang bahu
2) Angkat korban hinggah posisi duduk
3) Silangkan kedua tangan korban kedepan dada korban
4) Memasukkan tanggan melalui sela – sela ketiak memengan tangan
angkat korban hinggah berdiri.
5) Kalungkan 2 lengan korban keleher anda dan berdiri didepan
korban
6) Angkat korban dengan kedua tangan memegang paha.
35
2) Penolong kedua merapikan bagian ekstremitas korban
3) Penolong pertama mengangkat korban hinggah posisi duduk
4) Penolong pertama menyilangkan tangaan korban didepan dada
korban dan mengangkat korban hinggah berdiri
5) Kedua penolong menggabungkan lengan masing – masing korban
6) Korban Menginjak masing – masing kaki penolong sebagai
penopang untuk berjalan
e. Tehnik 5
1) Penolong pertama mengfiksasi kepala dan mengangkat korban
2) Penolong kedua merapikan bagian ekstremitas korban
3) Penolong pertama melalui sela – sela ketiak menyilangkan tangan
korban kedepan dada korban
4) Penolong kedua bersiap memegang kaki dan melingkari lipatan
bawah lutut
5) Kedua penolong secara bersama mengangkat korban
36
2) Salah satu penolong melakukan fiksasi pada kepala, penolong
lainnya berada dibagiaan bawah kepala korban memasukkan
tangannya kebagian bawah tubuh korban. Tangan antar penolong
yang berada dibadan korban saling menyilang atau salah satu
tangan penolong berada diatas tangan penolong lain.
3) Korban diangkat keatas lutut penolong dengan posisi sepeti dipeluk
4) Korban didekap didada penolong dari sisi duduk/ jongkok menuju
posisi berdiri, badan Tim evakuasi, untuk menjaga otot punggung.
5) Penolong berdiri, korban diangkat.
I. Kegiatana Tambahan
1. Sosialisasi cuci tangan di SD NEGERI BEKA
6 Langkah Mencuci Tangan adalah cara mencuci tangan yang benar
sesuai standar World Health Organisation (WHO) dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir merupakan
cara terbaik untuk membunuh kuman. Namun bila tidak tersedia, Mama
dan keluarga juga dapat menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol
60% sebagai gantinya. Kendati demikian, penggunaan hand sanitizer tidak
dibenarkan jika tangan terdapat kuman yang sangat kotor dan sulit
bersihkan.
a. Pentingnya Mencuci Tangan 6 Langkah
Cuci Tangan adalah untuk menjaga kebersihan diri, mencegak
infeksi silang dan sebagai pelindung diri. Sedangkan manfaat dari cuci
tangan antara lain:
37
1. Untuk menghindari penularan penyakit melalui tangan
2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan)
3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar
4. Supaya tidak menjadi agen penularan bibit penyakit kepada orang
lain
Sebelum mencuci tangan, pastikan juga bahwa di rumah terdapat
sabun dan sumber air mengalir yang bersih.
Alirkan air terlebih dahulu, lalu letakkan sabun (dapat sabun cair
atau sabun batang) pada tangan. Jauhkan tangan dari air selama
mencuci tangan.
b. Cara Mencuci Tangan Dengan Benar
Berikut ini cara mencuci tangan yang benar, yaitu:
1) Basahi kedua tangan kamu dari telapak tangan sampai
pertengahan lengan dengan air bersih yang mengalir (hangat
atau dingin).
2) Tuangkan sabun secukupnya dan oleskan ke kedua tangan
kamu hingga menutupi seluruh permukaan tangan.
3) Gosok kedua telapak dan punggung tangan kamu secara
bergantian. Jangan lupa gosok juga jari-jari tangan dan sela-
sela jari sampai bersih. Lalu, bersihkan juga bagian bawah
kuku. Bersihkan kedua ibu jari tangan dengan cara
menggenggam dan memutar ibu jari secara bergantian.
4) Gosok tangan setidaknya selama 20 detik atau sama dengan
menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ dari awal sampai
akhir sebanyak dua kali.
5) Bilas tangan dengan baik di bawah air bersih yang mengalir.
6) Keringkan tangan dengan menggunakan handuk bersih atau di
bawah hand dryer.
38
c. Dokumentasi Kegiataan
39
supaya masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan penyakit
hipertensi.
c. Dokumentasi kegiantan
Penyuluhan Hipertensi pada lansia Dusun 1 Penyuluhan Hipertensi pada lansia Dusun 2
Beka Beka
30 juni 2022 30 juni 2022
3. Stunting
a. Pengertian stunting
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak
(pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu
yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya
dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
b. Pentingnya penyuluhan stanting
Tujuan kegiatan ini adalahmemberikan pemahaman kepada ibu
tentang gizi balita, tentang pencegahan stunting, sehingga dapat
meningkatkan gizi balita melalui praktik pemberian makanan.
40
c. Dokumentasi Kegiatan
4. Personal hygiene
a. Pengertian personal hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal artinya
adalah diri sendiri atau individu dan hygiene berarti sehat atau bersih.
Kebersihan diri adalah cara perawatan atau menjaga kesehatannya.
Kebersihan diri sendiri sangat perlu di perhatikan untuk kenyaman
individu, keamanan dan kesehatan fisik dan psikis.
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya.Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila,
orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi
kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga,
kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena bila menganggap masalah kebersihan adalah
masalah yang ringan, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat
mempengaruhi kesehatan secara umum.
Personal hygine baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut,
41
rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta
kebersihan dan kerapihan pakaiannya Jika seseorang sakit, biasanya
masalah kebersihan kurang diperhatikan. Saat ini kami akan
memfokuskan Personal hygiene genetalia, bagaimana cara
membersihakan alat kemaluan dengan baik dan benar.
Banyak wanita dan pria yang kurang baik membersihkan alat
kemaluannya, serta menggunakan alat sabun pembersih yang sebenar
nya tidak sesuai dengan PH genetalia perempuan, dimana sabun
tersebut dapat membunuh kuman baik yang diperlukan dalam
genetalia.
b. Pentingnya personal hygiene
Kebersihan diri atau personal hygiene merupakan hal yang sangat
penting terutama untuk menjaga diri kita tetap sehat dan mengurangi
risiko terserang penyakit. Bagi seorang pekerja, menjaga kebersihan
diri juga dapat meningkatkan produktivitas dan terhindar dari stress.
Personal Hygiene juga dapat meningkatkan kepercayaan diri. Ketika
kebersihan diri terjaga dengan baik, dampaknya tidak hanya terhadap
diri sendiri tetapi juga orang lain.
Adapun tujuan dari personal hygiene :
Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
Memelihara kebersihan diri seseorang
Memperbaiki personal hyiene yang kurang
Mencagah penyakit
Menciptakan kenyamanan
Meningkatkan rasa percaya diri
c. Dokumentasi
43
2) Makanan Tambahan Pemulihan adalah makanan tambahan yang
diberikan untuk mengatasi terjadinya masalah gizi yang diberikan
selama 90 hari makan Berikut standar pemberian makanan
tambahan Balita dalam bentuk biskuit untuk tiap kelompok
sasaran ( Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan, 2020)
b. Syarat makanan tambahan
Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi
dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan
anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI).Tiap kemasan primer (4
keping/40 gram) Makanan Tambahan Balita mengandung minimum
160 Kalori, 3,2-4,8 gram protein, 4-7,2 gram lemak. Makanan
Tambahan Balita diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K,
B1, B2, B3, B6, B12, Asam Folat) dan tujuh macam mineral yaitu,
Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, dan Fosfor
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
c. Jenis makanan
Yaitu pembuatan nuget tahu mix sayur, yang bahan dasarnya
menggunakan tahu dan ditambahkan sayur seperti wortel dan bayam.
1) manfaat tahu, yaitu kaya akan protein dan bebas kolestrol dan
menjadi sumber energi bagi anak, memliki kandungan kalsium
yang dapat memperkuat kepadatan tulang anak
2) manfaat wortel, yaitu bisa menjaga tumbuh kembang anak secara
optimal karena mengandung serat, vit c, kalsium, zat besi serta
mengandung vit a untuk menjaga kesehatan mata
3) manfaat bayam untuk anak antara lain, yaitu kaya akan mineral
yang penting bagi tubuh anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya kemudian sebagai suplai vitamin yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh anak
44
d. Dokumentasi Kegiatan
45
digunakan sebagai bendungan yang digunakan untuk mengarahkan air ke
daerah-daerah pilihan, hingga meningkatkan penyimpanan air sementara
dan memperlambat aliran air.
Dokumentasi
Penanaman Pohon di
hutan Rinjani
Dusun 3 Beka
30 Juni 2022
7.
8. Senam Bersama Masyarakat
Dusun 2 Beka
01 Juli 2022
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Manajemen Krisis mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan di Desa Beka Kecamatan
Marawola Kabupaten Sigi yang dilaksanakan pada Tgl 13 - 07 juni 2022,
maka dapat disimpulkan:
1. Telah melakukan focal point/coordinator untuk kesehatan reproduksi
organisasi ataupun individu di desa beka dusun 1.
2. Telah dilakukan simulasi penanggulangan kebencanaan disektor kesehatan
pada kelompok rentan didesa beka dusun 1.
3. Telah dilakukan pencegahan kekerasan seksual dan memenuhi kebutuhan
penyintas prevent SV in communities and health facilities.
4. Telah dilakukan pencegahan penularan dan mengurangi kesakitan dan
kematian karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS).
5. Telah dilakukan pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan
neonatus dengan penerapan asuhan komplementer.
6. Telah dilakukan pencegahan kehamilan yang tidak dikehendaki metode
kontasepsi untuk memenuhi kebutuhan, informasi dan konseling.
7. Telah dilakukan perencanaan pelayanan kesehatan reproduksi
koprehensif, terintegrasi dengan pelayanan kesehatan reproduksi sesegerah
mungkin dengan menentukan sasaran sesuai kebutuhan KIT.
8. Telah melakukan pendampingan psikososial ( Trauma healing ) pasca
bencana.
9. Telah melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.
B. Saran
1. Pihak masyarakat:
47
Diharapkan agar masyarakat untuk terus menggalih pengetahuan
mengenai bencana dan mitigasinya serta kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana serta ikut membantu pemerintah untuk mengatasi bencana.
2. Pihak puskesmas :
Diharapkan perlu adanya upaya dari pengelolah program bencana
dilingkungan puskesmas untuk lebih sering mengsosialisasikan kepada
seluruh tenaga kesehatan terutama tenaga kesehatan yang terlibat dalam
upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana mengenai
prosedur tetap/pedoman guna meningkatkan kesiapsiagaan dari tenaga
puskesmas serta melakukan pelatihan yang diberikan oleh pihak
puskesmas atau instansi terkait sebaiknya tidak hanya pada bidang
kebencanaan saja tetapi juga mengikutsertakan bidang lain juga berperan
dalam penanggulangan masalah akibat bencana.
3. Pihak Pemerintah :
Diharapkan kepada pemerintah agar tetap memberikan penyuluhan
dan sosialisasi pada masyarakat mengenai penaggulangan resiko bencana
dan kesiapsiagaan pada saat bencana sehingga dapat meminimalisir
terjadinya dampak bencana dan beban ekonomi yang ditimbulkan akibat
bencana.
48