Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN HASIL PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS/PUBLIC KELUARGA

BINAAN DI DUSUN IV DESA PANTAI LABU KECAMATAN PANTAI LABU


PEKAN, KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2022

Disusun Oleh :

ANZANI LAILATUL SYIFA


NIM . P0752452001

Dosen Pembimbing : Satyawati Sulubara, SST, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI AJENG D-IV KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS DI DUSUN IV


DESA PANTAI LABU KECAMATAN PANTAI LABU PEKAN KABUPATEN
DELI SERDANG

TANGGAL 16 AGUSTUS – 28 AGUSTUS 2022

KEPALA DUSUN IV DOSEN PEMBIMBING

( RIYAN S ) (Satyawati Sulubara, SST, M.Kes)


NIP: 1959006241981022001

KETUA PRODI AJENG D-IV KEBIDANAN

(Yusniar Siregar, SST,M.Kes)


NIP: 196707081990032001

MENGETAHUI DAN MENYETUJUI


KETUA JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

(BETTY MANGKUJI, SST, M.Keb)


NIP. 196609101994032001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini tepat
pada waktunya.
Laporan ini merupakan permasalahan dari hasil pendataan selama PKL, penulis
menemukan suatu prioritas masalah kesehatan keluarga yaitu tentang KB (Keluarga
Berencana), dan PUS (Pasangan Usia Subur), Kesehatan Remaja Permasalahan ini dapat
ditanggulangi dengan pemberian penyuluhan, diskusi, dan lain-lain. Semua ini tidak lepas
dari kerja sama yang baik antar mahasiswi kebidanan, bidan desa, kepala desa dan
masyarakat Desa Pantai Labu , sehingga PKL ini dapat berjalan dengan lancar.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku direktrur Poltekes RI Medan Betty Mangkuji, SST,
M.Keb, sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes RI Medan yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Dusun IV Desa
Pantai Labu Pekan, KabupatenDeli Serdang.
2. Yusniar Siregar,SST,M.Kes, sebagai Kaprodi Ajeng D-IV Kebidanan Poltekkes RI
Medan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di Desa Pantai Labu Kecamatan Pantai Labu Pekan Kabupaten Deli
Serdang.
3. Dr. Evi Irianti, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan sehingga sehingga Praktek Kerja Lapangan ini dapat berjalan
dengan lancar.
4. Susilawati,Amd.Keb selaku Bidan Desa yang telah memberi bimbingan dan masukan
kepada kami.
5. Samsul Bahri sebagai Kepala Desa Pantai Labu,Kecamatan Pantai Labu Pekan
Kabupaten Deli Serdang.
6. Seluruh mahasiswa Kebidanan Poltekes Medan atas kerjasama dalam menyelesaikan
laporan ini.

Akhirnya penulis menggucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis menyelesaikan Laporan Praktik Lapangan

ii
Hormat Saya,

Anzani Lailatul Syifa

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................………2
D. Manfaat Penelitian.................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUATAKA....................................................................4


A. Konsep Keluarga....................................................................................4
B. Manajemen Asuhan Pada Keluarga.........................................................4
C. Teori Tentang Kasus................................................................................5
D. Asuhan kebidanan pada keluarga............................................................8

BAB III ASUHAN KEBIDANAN...............................................................17


A. Pengkajian Data..................................................................................17
B. Analisis Data.......................................................................................18
C. Perumusan Masalah............................................................................19
D. Menentukan Prioritas Masalah............................................................20
E. Pelaksanaan.........................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN KASUS...............................................................35
A. Bandingkan Antara Teori dan Praktek................................................35

BAB V PENUTUP.........................................................................................50
A.Kesimpulan..............................................................................................51
B. Saran `....................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................53
LAMPIRAN...................................................................................................54

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Poltekkes Kemenkes Medan dalam hal
ini jurusan Kebidanan Medan memiliki peran penting dan strategis untuk berkontribusi secara
langsung pada pembangunan kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat sehingga dapat
meningkatkan daya ungkit dalam program pembangunan kesehatan.
Sebagai institusi penghasil tenaga kesehatan yang unggul dan kompeten, maka
dibutuhkan salah satunya pengalaman praktik kerja lapangan bagi mahasiswa dalam bidang
kebidanan komunitas, khususnya bagi Program Studi (Prodi) Ajeng D-IV Kebidanan
Medan.Program kegiatan ini dapat juga dijadikan sebagai lahan bagi pengembangan
tridharma perguruan tinggi yaitu salah satunya adalah kegiatan penelitian dan pengabdian
masyarakat.
Praktik kerja lapangan Kebidanan Komunitas merupakan bagian dari kegiatan
pembelajaran praktek Kebidanan Komunitas I yaitu masyarakat di desa, yang merupakan
penjabaran 60% dari kegiatan pembelajaran pendidikan Diploma Ajeng D-IV Kebidanan
sehingga diharapkan mahasiswa akan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Sasaran kegiatan
PKL Kebidanan Komunitas adalah mahasiswa Prodi Ajeng D-IV Kebidanan Semester I,
dilaksanakan selama 2 minggu. Kebidanan Komunitas adalah suatu bidang dalam kebidanan
yang merupakan perpaduan antara kebidanan dan kesehatan masyarakat serta mengutamakan
pelayanan Promotif, preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan Pelayanan kuratif
dan Rehabilitative serta menyeluruh dan terpadu, yang ditujukan kepada individu, keluarga
kelompok masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses asuhan kebidanan
untuk meningkatkan fungsi kehidupan secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatannya.
Praktik di komunitas merupakan bagian yang tidak terpisahakan dari peran dan fungsi
bidan. Mahasiswa Ajeng D-IV kebidanan diturunkan di desa untuk melaksanakan praktik
kebidanan komunitas di masyarakat. Mahasiswa dituntut untuk dapat memberi pelayanan
5
KIA/KB dan kesehatan wanita yang bersifat promotif, preventif dan mampu menggerakkan
peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan ibu dan anak, serta KB sesuai dengan prinsip
Primary Health Care (PHC).
Berkaitan dengan hal tersebut, saya telah melaksanakan praktik kebidanan komunitas
di Desa Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu Pekan, Kabupaten Deli Serdang kepada Ibu
yang menggunakan Kb, Pasangan usia subur, dan Remaja
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumusan bagaimana asuhan kebidanan yang
diberikan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan komunitas pada keluarga
Tn. A / Ny H dan Tn. M / Ny. D
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah dan memelihara kesehatan mereka sehingga status
kesehatannya semakin meningkat serta mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara
produktuf.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi khususnya yang berkaitan dengan kesehatan keluarga dan ibu dalam
penggunaan alat kontrasepsi.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam penanggulangan masalah kesehatan dasar
dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam pelayanan terhadap keluarga yang sakit.
e. Meningkatkan pengetahuan remaja akan pentingnya sadari

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan pengalaman, serta penerapan ilmu-ilmu
kesehatan yang telah didapat selama pendidikan di Poltekkes Kemenkes RI Medan.
2. Bagi Klien
1) Bagi Ibu yang memiliki balita
Sebagai bahan informasi kepada ibu tentang pentingnya pola asuh, gizi dan tumbuh
kembang anak.

6
2) Sebagai Ibu KB
Sebagai bahan informasi kepada ibu KB untuk mengetahui pemilihan dan pengaruh
KB yang akan digunakan.
3) Bagi Remaja
Sebagai bahan informasi akan pentingnya sadari dan apa manfaat dilakukannya sadari
4) Bagi Keluarga
Sebagai bahan informasi kepada keluarga untuk mengetahui pemilihan dan pengaruh
yang akan terjadi.
3. Bagi Instusi Kesehatan
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi pendidikan dalam
pelaksanaan praktik kebidanan komunitas bagi mahasiswa.
2. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu pendidikan yang
diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
3. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan antara teori
dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan praktik kebidanan
komunitas yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas


A.1 Defenisi Kebidanan Komunitas
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu yang
dijadikan dasar untuk menganalisa sesuatu sebagai pengetahuan.
Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan
juga “communis” yang berarti sama. Public ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai
kelompok orang yang berada disuatu lokasi/daerah/area tertentu.
Pengertian kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu bayi bary lahir, bayi dan anak balita didalam
keluarga dan masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah pelayanan yang dilakukan bidan kepada
masyarakat yang bermukim diwilayah kerjanya yang memiliki masalah kesehatan kebidanan.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama
dalam pelayanan kebidanan yaitu:
7
a) Manusia
b) Masyarakat/ lingkungan
c) Kesehatan
d) Pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigm kebidanan dan paradigma
sehat.
A.2 Tujuan Kebidanan Komunitas
1. Tujuan umum kebidanan komunitas adalah keinginan masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya melalui pelayanan kebidanan secara berkala dan berkualitas yang
tersedia disekitar tempat tinggalnya.
2. Tujuan khusus kebidanan komunitas adalah:
a) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
pengertian kesehatan.
b) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalan mengatasi
masalah kesehatan.
c) Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
d) Mengendalikan lingkungan fisik dan sosial untuk menjaga kondisi kesehatannya.
e) Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan disekitar tempat bermukim suatu kelompok
masyarakat.

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan dengan
istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi
orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan
personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang
disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014). menurut WHO
(1969) yaitu sekumpulan anggota keluarga yang berhubungan pertalian darah, perkawinan,
adopsi.
Uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga sebagai suatu sistem. Setiap anggota
keluarga harus memiliki hubungan yang erat dalam saling berinteraksi, interelasi
(hubungan sosial), dan interdependensi (saling ketergantungan) untuk mencapai tujuan
bersama (Padila, 2012).
2. Jenis Keluarga
1. Keluarga Berdasarkan Cakupannya
8
Berdasarkan cakupannya, keluarga dibagi menjadi 3 macam.
a. Pertama adalah keluarga inti.
Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah ayah, ibu, dan anak.
b. kedua adalah keluarga konjugal.
Keluarga konjugal ini cakupannya adalah ayah, ibu, anak, kakek, dan nenek.
c. ketiga adalah keluarga luas.
Keluarga luas ini meliputi ayah, ibu, anak, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu,
dan keluarga yang masih memiliki ikatan pernikahan.
2. Keluarga Berdasarkan Kekuasaan
Setiap keluarga memiliki aturan dan pimpinan tertinggi. Di dunia ini setidaknya
ada 3 jenis keluarga berdasarkan kekuasaan atau pimpinan tertingginya.
a. pertama adalah patriarkal.
Dalam jenis patriarkal, pimpinan tertinggi dipegang oleh suami.
b. kedua adalah matriarkal.
Pimpinan tertinggi dipegang oleh istri. Kebanyakan di Indonesia menganut
jenis patriarkal.
c. ketiga adalah equalitarian.
Untuk jenis yang ketiga ini kekuasaan dipegang sejajar oleh suami dan istri.
3. Keluarga Berdasarkan Jenis Perkawinan
Berdasarkan jenis perkawinannya, keluarga dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:
monogami, poligami, dan poliandri.
a. Monogami adalah suami memiliki satu istri.
b. Poligami adalah suami memiliki beberapa istri.
c. poliandri adalah istri memiliki beberapa suami. Praktik poliandri ini jarang
sekali ditemukan di dunia ini. Namun, Sahabat bisa menemukan praktik
poliandri ini di negara India.
4. Keluarga Berdasarkan Jenis Anggotanya
Dalam kehidupan tidak selalu ideal, tidak semua perkawinan bertahan hingga
ajal menjemput. Hal inilah yang menyebabkan beberapa jenis keluarga
berdasarkan jenis anggotanya.
a. Pertama adalah keluarga inti, terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b. Kedua keluarga besar, yang terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek, paman,
bibi, sepupu, keponakan, dan lain-lain.

9
c. Ketiga keluarga berantai. Keluarga berantai ini biasanya pernikahan seorang
duda dengan janda yang membawa anak dari pernikahan sebelumnya. Ini
cukup sering dijumpai di sekitar kita.
3. Peranan Keluarga
Peranan dari masing-masing anggota keluarga selalu didasari harapan dan pola
perilaku dari anggotanya sebagai bagian dari kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : ayah sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggungjawab penuh
terhadap kesehajteraan keluarganya dalam mencari nafkah, pendidik, pelindung,
dan pemberi rasa aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai ibu dari anak- anaknya bertanggungjawab atas kenyaman
dilingkungan rumah tangganya, mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung anak-anaknya
untuk berinteraksi dalam kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, kadang-kadang dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Bentuk Keluarga
1. Tradisional
a. The Nuclear Family (keluarga inti) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak.
b. The Dyad Family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga Usila adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. The Childless Family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebutkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The Extended Family adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua
(kakek-nenek) , keponakan.

10
f. The single parent famili adalah keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family adalah kedua orangtua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekend”.
h. Multigenerational family adalah keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin- network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
sailing berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama.
j. Blended family, duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. The single adult living alone/
single adult family, keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan ( perceraian atau ditinggal mati).
2. Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family, keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune Family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana “marital pathners”.
f. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan
karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagai sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.

11
h. Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homelesss family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
5. Peran Keluarga
Perananan dari masing-masing anggota keluarga selalu didasari harapan dan pola
perilaku dari anggotanya sebagai bagian dari kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah
Ayah sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap
kesejahteraan keluarganya dalam mencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai anggoota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu
Sebagai ibu dari anak-anaknya bertanggung jawab atas kenyaman lingkungan rumah
tangganya, mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung anak-anaknya untuk berinteraksi dalam
kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, kadang-
kadang dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
6. Fungsi Keluarga
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1992 Jo PP NO.21 tahun 1994 fungsi keluarga dibagi
dalam 8 (delapan) fungsi yaitu:

12
1. Fungsi keagamaan yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
2. Fungsi budaya yaitu keluarga yang dapat dinilai cara menyapa dan berperilaku
dilungkungan sosialnya terutama pada keluarga lain yang berada disekitarnya.
3. Fungsi cinta kasih, yaitu keluarga yang memiliki hubungan yang saling mengasihi
diantara para anggotanya dan memberikan kenyamanan dan kedamaian bagi anak-
anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4. Fungsi perlindungan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
keamanan yang primer sehingga mampu melindungi dan pencegahan terhadap
perilaku yang berhubungan dengan pelanggaran norma yang mungkin dialami
keluarga.
5. Fungsi reproduksi, yaitu keluarga bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi
juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
(menyeluruh), diantaranya: seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi
anak, dan yang lain.
6. Fungsi sosialisasi, yaitu orangtua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan
kehidupan sosia; dengan melakukan hubungan komunikasi diluar rumah.
7. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga.
8. Fungsi pelestarian lingkungan yaitu fungsi membina kesadaran, sikap dan praktik
pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan
keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


C.1 Konsep Dasar Manajemen
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum.
Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika
mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan
yang baik pula ketika bawahan dalam suatu sistem organisasi kebidanan. Demikian pula
dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi
manager yang baik dalam rangka pemecahan masalah klien tersebut. Untuk itu kita perlu
mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori-teori
manajemen, fungsi-fungsi manajemen dan bahkan manajemen skill.

13
C.2 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang FJ, 2018),
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan yang di berikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah
kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, hayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat). Tahapan dalam Manajemen
Asuhan Kebidanan (Varney, 2020) Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah.
Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi asuhan kebidanan. 11 Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang
dapat dipakai dalam segala situasi. Langkah tersebut sebagai berikut:
1. Pengkajian Data
Identifikasi Data Dasar
Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan, langkah yang
merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi masalah klien, kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka identifikasi data dasar meliputi pengumpulan data dan
pengolahan.
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/fakta atau informasi baik dari
klien. keluarganya maupun tim kesehatan lainnya atau data yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik, hal yang dilakukan dalam pengumpulan
data meliputi:
1. Wawancara
Wawancara/anamnese adalah tanya jawab yang dilakukan antara bidan dan klien,
keluarga maupun tim medis lain dan data yang dikumpulkan mencakup semua
keluhan klien tentang masalah yang dimiliki.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Pada saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
b. Pengolahan data Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka selanjutnya
dikelompokkan dalam:

14
1. Data subyektif
Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat menstruasi,
riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi yang lalu, riwayat ginekologi, dan KB,
latar belakang budaya, pengetahuan dan dukungan keluarga serta keadaan
psikososial.
2. Data obyektif
Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital dan keadaan
fisik obstetri
3. Data penunjang Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.

2. Analisis Data

Merumuskan diagnosa/masalah actual

Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan


berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam menetapkan
diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional sebagai data dasar untuk
mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman
keselamatan hidup klien.

3. Perumusan Masalah

1. Merumuskan diagnose/masalah potensial


Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi pada klien jika
tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang dilakukan melalui pengamatan,
observasi dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera
ditangani dapat membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga mengancam
kehidupan klien.
2. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh hidan atau dokter kebidanan.
Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang membutuhkan kolaborasi dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan yang lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap
ini, bidan dapat melakukan tindakan emergency sesuai kewenangannya.kolaborasi
maupun konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Pada bagian ini pula.hidan
mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan tindakan selanjutnya yang
diperoleh dari hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Bila klien dalam keadaan
normal tidak perlu dilakukan apapun sampai tahap kelima.

15
3. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap sebelumnya,
juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara komprehensif yang
didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi
dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau
tidak oleh bidan.
4. Impelementasi
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan bekerja sama dengan tim
kesehatan lain Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan langsung konsultasi
maupun kolaborasi implementasi yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya
perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.
5. Evaluasi
Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah ini.bidan harus
mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien.
4. Metode Prioritas Masalah
Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau prioritas masalah,
untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan dalam menetapkan
urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas, Teknik Skoring dan Teknik Non
Skoring, sebagai berikut : Teknik scoring dapat digunakan apabila tersedia data kuantitatif
atau data yang dapat terukur dan dapat dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap.

D. Teori Tentang Kasus

1. KB

Pengertian Keluarga Berencana


KB merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan pengajaran kelahiran.KB
juga membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran interval diantara
kelahiran.Disamping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas,

16
sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari
program KB, meliputi sasaran langsung yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan
dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan sejahtera. Peningkatan dan perluasan
KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang
semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Prijatni dan Rahayu,2018)
Ruang Lingkup Program KB

1. komunikasi informasi dan edukasi


2. konseling
3. pelayanan infertilitas
4. pendidikan seks
5. konsultasi pra perkawaninan dan konsultasi perkawinan 6) konsultasi genetic

Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.Kontra berarti “mencegah”
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan.Maksud dari konsepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan seks dan keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan yang bersifat sementara dan dapat juga permanen (Prijatni,2018)

Metode Kontrasepsi

1. Metode pantang berkala ( kalender)

Kb alamiah ada 3 yaitu MOB (Metode ovulasi billing), metode suhu basal dan metode
pantang berkala (kalender).

a. Pengertian
Cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
b. Manfaat

17
Kontrasepsi sebagai alat mencegah kehamilan, sedangkan konsepsi dapat
digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan
hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi untuk meningkatkan kesempatan
bisa hamil.
c. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, dapat digunakan oleh
setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya, tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, kontrasepsi,
tidak memerlukan biaya, dan tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

2. Metode Kondom

a. Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi sebagai perlindungan dan mencegah
penularan penyakit menular seksual.
b. Keuntungan
Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan,efektiktifitas segera dirasakan, murah
dan dapat dikai secara umum,praktis, memberi dorongan bagi pria untuk ikut
berpartisipasi dalam kontrasepsi, dapat mencegah ejakulasi dini, metode kontrasepsi
sementara apabila metode lain harus ditunda.
c. Kerugian
Angka kegagalan kondom yang tinggi yaitu 3-15 kehamilan per 100 wanita pertahun,
mengurangi sensitifas penis, perlu dipakai setiap hubungan seksual, mungkin
mengurangi kenikmatan hubungan seksual, pada beberapa klien bisa menyebabkan
kesulitan mempertahankan ereksi.
d. Manfaat
Membantu mencegah HIV,AIDS, dan PMS kondom yang mengandung pelican
memudahkan hubungan intim bagi wanita yang vaginanya kering, membantu
mencegah ejakulasi dini.

3. KB Hormonal (PIL kombinasi)


a. Macam-macam nama dagang alat kontrasepsi pil
Mengandung 2 hormon (Andalan pil KB, Microgynon) dan mengandung 1 hormon
(Andalan pil KB, microlut).
b. Cara kerja pil kombinasi
Mencegah pengeluaran hormone dari keempat hipofise ( hormone LH)

18
sehingga tidak terjadi ovulasi, menyebabkan perubahan pada endometrium,
sehingga endometrium tidak siap untuk nidasi, menambah kepekatan lender
serviks, sehingga sulit dilalui sperma
c. Keuntungan
Alat kontrasepsi yang sangat efektif bila mium secara teratur (tidak lupa), tidak
menggaggu senggama,reversibilitas (mencegah anemia) tidak terjadi nyeri haid,
dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih menggunakannya
untuk mencegah kehamilan, dapat digunakan sejak usia remaja hingga
menopause,mudah dihentikan setiap saat.
d. Kerugian
Membosankan karena harus minum setiap hari,mual, pusing terutama pada 3
bulan pertama,perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, nyeri payudara,
berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu berat badan justru
memiliki dampak positif. Tidak boleh diberikan pada ibu yang menyusui karena
akan mengurangi produksi ASI.
4. Implan atau Susuk
a. Metode implant merupakan metode kontrasepsi efektik yang dapat memberi
perlindungan 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant atau
implanon, terbuat dari bahan semacam karet lunak berisi hormon levonorgestrel.
b. Jenis Implan
Norplant terdiri 6 kapsul silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
diameter 2,4 mm berisi 36 mg levonorgestrel, implanon, tersiri satu batang putih
lentuh, panjangnya 40mm, diameter 2 mm, berisi 68 mg desogestrel, jedena dan
indoplant, terdiri dari 2 batang yang berisi 75 mg levonorgestrel
c. Mekanisme kerja
Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi, membentuk secret serviks
yang tebal untuk mencegah penetrasi sperma, menekan pertumbuhan
endometrium sehingga tidak siap untuk nidasi, mengurangi sekresi progesteron
selama fase luteal dalam siklus terjadinya ovulasi
d. Keuntungan
Tidak mengganggu ASI,mengurangi nyeri haid, jumlah darah haid dan
mengurangi anemia, melindungi terjadinya kanker endometrium, dan
menurunkan angka kejadian endometriosis.

19
5. KB suntik 3 Bulan
Menurut Maryunani (2018), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu:
a. KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi progesterone
asetat 150 gram disuntik secara intramuscular di daerah bokong yang diberikan
setiap 3 bulan sekali.
b. Cara kerja :
1. Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
2. Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat masuk dalam
rahim.
3. Menipiskan endometrium.
c. Keuntungan :
1. Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.
2. Tidak mempengaruhi produksi ASI.
3. Sedikit efek samping
4. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
5. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
d. Kerugian :
1. Gangguan haid.
2. Pusing, mual kenaikan berat badan.
3. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

Panduan Pemilihan Kontrasepsi

Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai dengan


langkahlangkah di bawah ini, ( Kemenkes, 2019) :
1. Jalin komunikasi yang baik denga ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri. Gunakan komunikasi verbal dan
non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya
pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat digunakan
untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan metode tertentu.

20
Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Urutan Fase Fase menjarangkan


Fase tidak hamil
prioritas menunda lagi
kehamilan (anak < 2)
kehamilan (anak > 3)
1 Pil AKDR Steril

2 AKDR Suntikan AKDR

3 Kondom Minipil Implant

4 Implant Pil Suntikan

5 Suntikan Implant Kondom

6. Kondom Pil

1. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu.
Berikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi: efektivitas,
cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut.
2. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya. Beri
kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apalagi ingin mendapat
penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau rujuk pada konselor
atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
3. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu Setelah ibu
memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan mengenai :
a. Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.
b. Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
c. Cara mengenali efek samping/komplikasi.
d. Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan ulang bila
diperlukan.
e. Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.
4. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum mendapat informasi
yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan kontrasepsi/kesehatan yang

21
lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak mampu mengatasi efek
samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu. Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu
dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.

Asuhan Keluarga Berencana

a. Pengertian Asuhan pada Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang perkembangan


kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian
dan bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum, 2018).

b. Konseling Keluarga Berencana

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kali kesempatan yakni, pada saat pemberian pelayanan. Tehnik konseling yang baik dan
informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada ( Handayani, 2019).

c. Tujuan Konseling

1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok
3. Menjamin penggunaan cara yang efektif
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama

22
d. Jenis Konseling KB

1. Konseling Awal
Bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai didalamnya termasuk
mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik,
kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu.
2. Konseling Khusus
Koseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan pada klien untuk
mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya,
mendapatan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya,
mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok serta mendapat penerangan
lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif dan
memuaskan.
3. Konseling tindak lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka penting
untuk berpijak pada konseling yang dulu.

e. Langkah Konseling KB SATU TUJUH

1.SA: Sapa dan Salam


Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya
kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan
klien untuk membangun rasa percaya diri, tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu
serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
2. T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tenttang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai
pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang
diinginkan oleh klien.

3. U: Uraikan

23
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis
kontrasepsi yang paling ia ingini serta jelaskan pula jenis - jenis lain yang ada. Jelaskan
alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraukan juga mengenai
resiko penularan HIV/ AIDS dan pilihan metode ganda
4. TU: Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, doronglah klien untuk menunjukkan
keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara terbuka, petugas membantu
klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.
Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
5. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien
memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya.
Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dna bagaimana cara
penggunaannya.
6. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan klien akan
kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

2. Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

24
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistim reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Remaja atau adolescence,
berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ka arah kematangan. Kematangan
yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial
dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan. Masa remaja merupakan periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa.

1. TAHAPAN REMAJA
a. Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual,semua remaja akan melewati tahapan berikut :
Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir
abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun. Dengan ciri
khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang
seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya,mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan
kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing
individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai
batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan
massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang
terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya
berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara
pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.
2. PERUBAHAN FISIK PADA MASA REMAJA

Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat

25
untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu
melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu :

1. Munculnya tanda-tanda seks primer; terjdi haid yang pertama (menarche) pada
remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a. Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih besar, badan
berotot, tumbuh kumis diatas bibir, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak.
b. Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.
3. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang
membutuhkan suatu ketrampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja, mereka
dihadapkan kepada dua tugas utama, yaitu :
a. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua. Pada masa remaja
sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara remaja dengan orang
tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaj sangat
membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua, misalnya dalam hal memilih
teman ataupun melakukan aktifitas. Sifat remaja yang ingin memperoleh
kebebasan emosional sementara orangtua yang masih ingin mengawasi dan
melindungi anaknya dapat menimbulkan konflik diantara mereka.Pada usia
pertengahan, ikatan dengan orangtua semakin longgar dan mereka lebihbanyak
menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Pada akhir masa remaja,
mereka akan berusaha mengurangi kegelisahannya dan meningkatkan integritas
pribadinya, identitas diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan
untuk menyatakan pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu
membuat keputusan dan mengadakan kompromi. Akhir masa remaja adalah
tahap terakhir perjuangan remaja dalam mencapai identitas diri. Bila tahap awal
dan pertengahan dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya keluarga dan kelompok
sebaya yang suportif maka remaja akan mempunyai kesiapan untuk mampu
mengatasi tugas dan tanggungjawab sebagai orang dewasa.

26
b. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi.
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang dan
kompleks, yangmembutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan yang
akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini akan membentuk kerangka
berfikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku ke dalam
berbagai bidang kehidupan.

27
4. HAK-HAK REMAJA TERKAIT DENGAN KESEHATAN
REPRODUKSI
1. Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-hak mendasar
terkait kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai
kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah : Hak hidup. Ini adalah hak dasar
setiap individu tidak terkecuali remaja, untuk terbebas dari resiko kematian
karena kehamilan, khususnya bagi remaja perempuan.
2. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini adalah
perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.
3. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi
remaja dansetiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan pilihan mereka.
4. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraanperorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan
pendidikan kesehatanreproduksi yang memadai tersebut.
5. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas
daripenafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi
yangdapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
danseksual.
6. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk mendesak
pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi
menjadiprioritas kebijakan negara.
7. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anak-
anakdan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecehan,
perkosaan,penyiksaan, dan kekerasan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak
mendapatkanpelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat
diterima.
9. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
10. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti
setiapindividu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi
termasukkehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.

5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

28
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan berdampak
pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas terintegrasikan
kedalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah
diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan
juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk
memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’; namun
hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang dihadapi remaja. Faktanya,
masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja.
Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Perkosaan.
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak
hanyaremaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan
mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk
menunjukkan bukti cinta.
2. Free sex.
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks
bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker
pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun
mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas
biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan
remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi
remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar
masalah seksualitas. Misalnya saja, mitosberhubungan seksual dengan pacar
merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwaberhubungan seksual hanya sekali tidak
akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga
dapat menyebabkan kehamilan selama siremaja perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi.

29
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori
aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun
begitu, adajuga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini
terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang
mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia
belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan
kehamilan.
5. Perkawinan dan kehamilan dini.
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Dibeberapa daerah, dominasi orang
tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja
perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti
hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik
secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak sehingga
rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan
dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami
kekurangan gizi dan anemia.
6. IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan
HIV/AIDS.
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui hubungan
seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa
menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang dikandungnya.
Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ
reproduksi,keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi
dan kematian.

6. PENANGANAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki menggunakan


pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah yang terjadi pada setiap fase
kehidupan, maka upaya-upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai
berikut:

30
1. Gizi seimbang.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi.
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
5. Pernikahan pada usia wajar.
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
7. Peningkatan penghargaan diri.
8. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

A. PENGKAJIAN DATA

FORMAT PENGKAJIAN DATA KELUARGA

PBL KEBIDANAN KOMUNITAS MAHASISWA PRODI Ajeng D-IV JURUSAN


KEBIDANAN MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN TAHUN 2022

I. Identitas Keluarga 1
1. Nama Kepala Keluarga : Abdul Azmi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD/Sederajat

31
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Dusun IV

2. Riwayat pernikahan
a. usia pertama kali menikah
Suami : 24 tahun
Istri : 20 tahun
b. Jumlah pernikahan
Suami : 1 kali
Istri : 1 kali

3. Anggota Keluarga

Hub. Pendidika Ket


No Nama L/P Umur Pekerjaan
Keluarga n
1. Hairulnissah P 35 Istri SD IRT Ada
Thn

2 Nuri Melinda P 13 Anak SLTP Belum Ada


Thn bekerja

3. Jaka L 10 thn Anak SD Belum Ada


Wardana bekerja

4 Dimas Aditya L 5 Thn Anak Belum Belum Ada


Sekolah bekerja

I. Identitas Keluarga II
1. Nama Kepala Keluarga : Marwan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam

32
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Dusun IV

2. Riwayat pernikahan
a. usia pertama kali menikah
Suami : 24 tahun
Istri : 20 tahun
b. Jumlah pernikahan
Suami + Istri : 1 kali

Hub. Pendidika Ket


No Nama L/P Umur Pekerjaan
Keluarga n
1. Dina P 33 Istri SLTA IRT Ada
Nurmala Sari Thn

2 Muhammad L 12 Anak SMP Belum Ada


Azril Thn bekerja

B. ANALISA DATA

Dari KK (Kepala Keluarga) yang saya data,ditemukan keluarga binaan dengan prioritas
masalah:

1. Tn. A dengan masalah

Wanita usia subur yang aktif berhubungan seksual dan sebagai akseptor KB suntik 3
bulan dengan keluhan kenaikan berat badan dan tidak haid dan pengetahuan remaja
putri 13 tahun terhadap Organ Reproduksi dan kesehatan reproduksi . Dengan adanya
penyuluhan di harapkan remaja putri tersebut mengetahui organ reproduksi dan
kesehatan reproduksi remaja

2. Tn. M dengan masalah

33
Wanita usia subur yang aktif berhubungan seksual dan tidak menggunakan akseptor KB
karena tidak paham akan alat kontrasepsi yang cocok.

C. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana seorang mahasiswa memberikan penyuluhan dan pendekatan yang baik


kepada keluarga Tn. A khususnya PUS sebagai akseptor KB dan Remaja yang minim
pengetahuan tentang prgan reproduksi dan kesehatan reproduksi. Sedangkan Masalah yang
ada pada keluarga Tn. M ini adalah PUS yang tidak menggunakan KB karena tidak paham
akan KB yang cocok untuk ibu.

D. MENENTUKAN PERIORITAS MASALAH

Dari rumusan masalah yang ditemukan tentukan perioritas masalah sebagai berikut:

1. Keluarga Tn. A

No Kriteria Nilai Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 2/3 masih banyak remaja yang
kurang paham akan pentingnya
menjaga kebersihan
reproduksinya dan masih banyak
ibu yang tidak mengetahui
pentingnya menggunakan KB
2 Kemungkinan masalah 2 1 Hanya sebagian remaja yang
dapat diubah paham akan pentingnya menjaga
kebersihan reprodukdi dan hanya
sebagian masyarakat yang
memiliki kesadaran untuk
menggunakan KB
3 Potensi masalah 1 2/3 Sebagian remaja sudah menjaga
kebersihan reproduksinya dan
sebagian masyarakat sudah ber KB
4 Menonjolnya masalah 1 0 Kelurga tidak merasakan adanya
masalah dan merasa tidak perlu di
34
tangani
2. Keluarga Tn. S

No Nilai Pembenaran
Perhitungan Skoring

1 Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3 Kurang pedulinya dan kurang


pahanya masyarakat akan pentingnya
penggunaan KB

2 Kemungkinan ½x2 2 Masalah dapat teratasi dengan


masalah dapat memberikan penyuluhan mengenai
diubah pentingnya menggunakan KB

3 Potensial 2/3x1 1 Keluarga menyadari masalah cukup


masalah untuk mudah diubah karena adanya
dicegah penyuluhan yang diberikan

4 Menonjolnya 2/2x1 1 Keluarga menganggap masalah ini


masalah dapat segera ditangani dengan ibu
menggunakan KB

Total Skor 2 1/3

E. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Masalah Keluarga Tn. A

a. Melakukan pemeriksaan kepada ibu dengan hasil TD: 110/80 mmHg

HR : 80 x/i
RR : 22x/i
Temp : 36,5°C

b. Menjelaskan kepada ibu keuntungan dan kerugian dari KB suntik 3 bulan.

35
Keuntungan :

1. Mengurangi nyeri haid


2. Mengurangi perdarahan
3. Mencegah anemia

Kerugian :

1. Terjadinya perubahan pola haid


2. Penambahan berat badan
3. Tidak melindungi dari PMS
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan
c. Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur. Jenis olahraga yang biasa dilakukan
adalah olahraga senam, jogging atau berjalan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan berolahraga secara teratur.
d. Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori. Diet rendah kalori yaitu diet yang
diberikan untuk menurunkan berat badan dengan makan makanan yang mengandung
serat misalnya nasi, lauk, tempe dan sayur serta minum air mineral yang cukup .

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan menjaga pola makan.

e. Menganjurkan ibu untuk mengganti kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan


menggunakan kontrasepsi yang non hormonal (misalnya Implant). Bila cara diatas
tidak berhasil dan berat badannya tidak bertambah terus.
f. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ada keluhan.
3. Pelaksanaan Kepada Remaja
a. Memberitahukan kepada keluarga melalui konseling bahwa keadaan kesehatan
reproduksi remaja sangat penting dan sangat berbahaya apabila salah langka dalam
remaja yang sangat berpengaruh dalam reproduksi remaja. Evaluasi: keluarga telah
menerima konseling
b. Memberitahukan bahwa bahaya adanya pernikaha dini bagi kesehatan remaja
Evaluasi : keluarga telah mengetahui keadaannya normal
c. Menganjurkan keluarga untuk menjaga personal hygiene
d. Mengingatkan keluarga kembali untuk memakan makanan bergizi dan asupan
nutrisi yang cukup untuk metabolisme tubuh dalam kesehatan reproduksi, dll.
Evaluasi: keluarga bersedia memakan makanan bergizi seimbang

36
e. Memberikan keluarga penkes tentang kespro remaja yang benar Evaluasi: keluarga
mengerti tentang kespro remaja.
f. Memberikan keluarga penkes tentang pentingnya cukup umur dalam menikah agar
baik pada kesehatan reproduksi remaja

2. Penatalaksanaan Masalah Keluarga Tn. M

a. Melakukan pemeriksaan kepada ibu dengan hasil TD: 110/80 mmHg

HR : 81 x/i
RR : 21x/i
Temp : 37°C

b. Menjelaskan kepada ibu keuntungan dan kerugian dari KB implan

Keuntungan :

1. Penggunaan alat kontasepsi ini efektif untuk mencegah kehamilan


2. Dapat mengurangi menstruasi yang berat atau menyakitkan
3. Mengurangi perdarahan
4. Mencegah anemia
5. Pemakaian dapat bertahan selama 3 tahun

Kerugian :

1.Tidak dapat melindungi darininfeksi menular seksual


2.Pola menstruasi tidak teratur
3.Kenaikan berat badan
4.Nyeri dan bengkak pada kulit di sekitar implan

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui keuntungan dan kerugian KB Implan


g. Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur. Jenis olahraga yang biasa dilakukan
adalah olahraga senam, jogging atau berjalan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan berolahraga secara teratur.
h. Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori. Diet rendah kalori yaitu diet yang
diberikan untuk menurunkan berat badan dengan makan makanan yang mengandung
serat misalnya nasi, lauk, tempe dan sayur serta minum air mineral yang cukup .

37
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan menjaga pola makan.

i. Menganjurkan ibu untuk mengganti kontrasepsi KB Implan


j. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ada keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA BINAAN “TN. A ”


DUSUN IV DESA PANTAI LABU PEKAN KECAMATAN PANTAI LABU
TAHUN 2022

Identitas Keluarga

I. Pengkajian

Pengumpulan data dan pengelohan data ( tanggal 18 Agustus 2022)

1.1 Identitas Kepala Keluarga Nama


Kepala Keluarga : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Nelayan

Status pernikahan : Sah

- Usia Menikah suami : 23 tahun

Istri : 21 tahun

- Lama Pernikahan : ± 14 tahun

Alamat : Dusun IV Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu

38
1.2 Anggota Keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Pendidikan Pekerjaan Ket

Keluarga
1. Hairunnisah P 35 Thn Istri SD IRT Ada

2. Nuri Melinda P 13 Thn Anak SMP Belum Ada

Bekerja
3. Jaka Wardana L 10 Thn Anak Belum Belum Ada

Sekolah bekerja
4. Dimas Aditia L 5 Thn Anak Belum Belum Ada

Sekolah bekerja

Ny. M mengatakan memiliki keluhan dalam menggunakan kb suntik 3 bulan yaitu tidak haid,
dBB bertambah dan remaja

Asuhan kebidanan pada wanita subur yang sudah menikah

S Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 35 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


O ❖ Pada saat wawancara

Pengetahuan

1. Apakah saudara ber KB?

Ya, apa jenisnya : Suntik 3 bulan

2. Apakah ada efek samping/keluhan dalam menggunakan alat

39
kontrasepsi? Ya, sebutkan : Tidak haid, BB bertambah
3. Apakah ibu sudah pernah menggunakan KB yang non hormonal
seperti Implant / susuk?
Tidak pernah, alasan : Takut
A Ibu wanita subur yang sudah menikah sebagai akseptor KB suntik 3 bulan
dengan keluhan kenaikan berat badan dan tidak haid
P Memberikan penyuluhan dan konseling kepada ibu mengenai keuntungan dan
kerugian dari KB suntik 3 bulan, Menganjurkan ibu untuk olahraga secara
teratur, Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori, Menganjurkan ibu untuk
mengganti kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan menggunakan kontrasepsi
yang non hormonal (misalnya Implant), menjelaskan pada ibu keuntungan
dari kontrasepsi non hormonal
(Implant). Bila cara diatas tidak berhasil berat badannya bertambah terus dan
tetap
tidak haid serta Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ada
keluhan.

Asuhan Kebidanan Pada Remaja

S Nama : Nuri Melinda

Jenis kelamin : perempuan

Usia : 13 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tidak/ Belum bekerja


❖ Pada saat wawancara
O
Pengetahuan anak remaja atas kesehatan reproduksi
remaja a. Apakah yang dimaksud dengan remaja?
Jawaban : remaja adalah seseorang yang dalam perkembangan
dari anakanak ke dewasa
b. Apa saja perubahan yang dirasakan ?

40
Jawaban : perubahan pada fisik dan mengalami haid pada masa
pubertas

c. Bagaimana tanggapan atas perubahan tersebut ?

Jawaban : sudah agak terbiasa.

d. Usia berapa mulai mengalami menstruasi?

Jawaban: pada usia 11 tahun

e. Apakah remaja dapat melakukan atau menjaga kespro dalam


masa peralihan ini ?
Jawaban Ny.S : mulai terbiasa menjaga kebersihan dan kesehatan
reproduksinya.
A Anak remaja usia 13 tahun sudah mulai terbiasa dalam masa peralihan
yang terjadi pada kesehatan reproduksinya dan anak mulai mengetahui
bahaya dalam melakukan pernikahan dini yang berdampak pada
reproduksinya.
P Memberikan penyuluhan kepada anak remaja dan keluarga tentang
manfaat kespro remaja dan menunda pernikahan dini dalam usia remaja
Pada tanggal 22 Agustus 2022 , pukul 11.00 WIB

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA BINAAN “TN. M”


DUSUN IV DESA PANTAI LABU PEKAN KECAMATAN PANTAI LABU
TAHUN 2022

41
Identitas Keluarga

I. Pengkajian

Pengumpulan data dan pengelohan data ( tanggal 18 Agustus 2022)

1.1 Identitas Kepala Keluarga


Nama Kepala Keluarga :
Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : Nelayan

Status pernikahan : Sah

- Usia Menikah suami : 23 tahun tahun

Istri : 20 tahun

- Lama Pernikahan : ± 13 tahun

Alamat : Dusun IV Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu

1.2 Anggota Keluarga


No Nama L/P Umur Hub. Pendidikan Pekerjaan Ket

Keluarga

42
1. Dina L 33 Istri SLTA Belum Ada
Nurmala
Sari Thn bekerja

2. Muhammad P 12 Anak SD Belum Ada


Thn bekerja

Masalah pada keluarga Tn.M


\ yaitu ibu yang todak menggunakan KB

S Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


O ❖ Pada saat wawancara

Pengetahuan

1. Apakah saudara ber KB?

Tidak

2. Apakah ada efek samping/keluhan dalam menggunakan alat


kontrasepsi?
Tidak menggunakan KB
3. Apakah ibu sudah pernah menggunakan KB yang non hormonal
seperti Implant / susuk?
Tidak pernah, alasan : Takut

43
A Ibu wanita subur yang sudah menikah tidak menggunakan KB, karena tidak
paham KB apa yang cocok
P Memberikan penyuluhan dan konseling kepada ibu mengenai keuntungan dan
kerugian dari KB Implan, Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur,
Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori.

Ibu mau menggunakan KB implan

44
BAB IV PEMBAHASAN KASUS

A. Bandingkan Antara Teori dengan Praktek

Keluarga Tn. A / Ny. H :

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan pada
Ny. H dan masalah kurangnya pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi
dengan menerapkan manajemen kebidanan, maka penulis akan membahas serta
membandingkan antara teori dan pelaksanaan teori dengan kenyataan yang terjadi saat
memberikan asuhan.
Sewaktu melakukan kunjungan rumah, ibu mengaku telah mendapatkan informasi
tentang Keluarga Berencana dari petugas kesehatan dan sudah tau jenis, keefektifan,
keuntungan, efek samping dan cara pemakaian KB yang mungkin ibu gunakan sesuai
dengan keadaan ibu untuk menunda kehamilan. Ny. H memakai alat kontrasepsi KB suntik
3 bulan karena lebih praktis dan ibu sudah mengetahui efek samping dari pemakaian KB
suntik 3 bulan.
Menurut Affandi (2018) suntik kombinasi merupakan suntik yang hormone sitetis
estrogen dan progesteron, keuntungan pada suntik ini yaitu sangat efektif, resiko terhadap
kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, dapat dipakai dan diberikan
pasca persalinan, tidak terganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
Kemudian ibu mengatakan mengalami kenaikan berat badan, aktivitasnya berkurang
dan nafsu makannya bertambah serta ibu tidak mendapati haid. Penulis memberikan KIE
yaitu penjelasan sebab terjadinya penambahan berat badan bersifat sementara dan individu
(tidak terjadi pada semua pemakai suntikan, tergantung reaksi tubuh wanita terhadap
metabolism progesterone). Dan menganjurkan pasien untuk diet rendah kalori untuk
akseptor yang mengalami kenaikan berat badan dianjurkan olahraga yang teratur dan bila
cara tersebut tidak berhasil dan berat badannya bertambah, pemakaian kontrasepsi
dihentikan dan ganti cara kontrasepsi yang lain.
Setelah diberikan suntik 3 bulan Ny. H akan diberikan kartu dan kunjungan ulang
setelah 3 bulan yang akan datang kembali. Meningkatkan kembali untuk tidak lupa tanggal
penyuntikan kembali dengan keadaan setelah haid dan belum berhubungan seks dengan
suami, jika ibu ada keluhan yang tidak nyaman atau tidak mengerti anjuran kepada ibu

45
untuk datang kemali ke rumah bersalin untuk mendapatkan pelayanan atau informasi yang
lebih lengkap.

Keluarga Tn. M / Ny. D :

Dari pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. A dan Ny. D,
ditemukan masalah Ny.D tidak menggunakan KB dikarenakan kurang pahamnya mengenai
penggunaan KB yang cocok. Setelah dilakukan penyuluhan dan Ny. D mau menjadi aseptor
KB implan. Penyuluhan dilakukan pada hari selasa tanggal 22 agustus 2022 pukul 11.00-
12.00 WIB dengan materi penyuluhan Keluarga Berencana (KB) kepada Ny. D. sebagai
evaluasi Ny. D mengerti akan pentinggnya penggunaan KB dan mau menjadi aseptor KB.

46
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengkajian data yang dilakukan pada keluarga Tn. A /Ny.H Dusun IV pantai
labu pekan kecamatan pantai labu. Penulis menemukan masalah tentang akseptor kb suntik
3 bulan dengan keluhan tidak haid dan BB bertambah dan masalah tentang kesehatan
reproduksi remaja. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan yang mungkin dijadikan
pertimbangan dan pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga binaan.
Masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga tersebut, disebabkan karena
Tidak cocok dalam menggunakan KB suntik 3 bulan. Maka penulis memberikan intervensi
berupa:
1. Menginformasikan kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari KB suntik 3
bulan

2. Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur

3. Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori

4. Menganjurkan ibu untuk mengganti akseptor KB MKJP Implant

Masalah remaja disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai masalah


yang dihadapinya. Maka penulis memberikan intervensi berupa:

1. Penyuluhan tentang manfaat menjaga kesehatan reproduksi remaja


2. Penyuluhan tentang apa saja organ reproduksi maka dari itu keluarga sudah mengerti
tentang masalahnya dan bersedia melakukan untuk menjaga kesehatannya.

Dari pengkajian data yang dilakukan pada keluarga Tn. M di Desa Pantai Labu
Pekan. Penulis menemukan masalah tentang Ny. D yang tidak menggunakan KB. Maka
penulis dapat mengambil kesimpulan yang mungkin dijadikan pertimbangan dan pelayanan
asuhan kebidanan pada keluarga binaan.

Masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga Tn M /Ny D, disebabkan oleh


kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat KB dan jenis-jenis KB. Setelah dilakukan
penyuluhan Ny.D siap menggunakan KB dan sudah paham akan jenis-jenis KB.
B. Saran

47
Bagi Lahan Praktek

Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya dapat
memberikan atau menggunakan alat kontrasepsi yang dapat digunakan jangka panjang, hal
ini dikarenakan alat kontrasepsi jangka panjang dinilai lebih efektif dan efisien. Selain itu
masyarakat diharapkan juga dapat meningkatkan rasa ingin tahunya tentang alat
kontrasepsi yang sebaiknya di pakainya, karena setiap wanita usia subur (WUS) atau
pasangan usia subur (PUS) memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Pendidikan Prodi Sarjana Terapan dapat memfasilitasi perpustakaan


dengan memperbanyak buku terbitan tahun terbaru dalam bidang kesehatan khususnya
seputar asuhan kebidanan.
Bagi Keluarga

Diharapkan pada keluarga binaan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti


klinik dan puskesmas di Dusun IV Desa Pantai labu pekan Kecamatan pantai labu
Diharapkan pada keluarga binaan agar dapat berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan kepada petugas kesehatan masyarakat secara optimal dan tetap memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik kepada masyarakat Desa Labu Pekan

48
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga, Konsep Teori, Proses, dan Praktik
Keperawatan Edisi Pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu

EGC Maryunani, Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta Buku


Kesehatan

Friedman, M. M et al. 2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktik Ed.

5.Jakarta : EGC.

Kemenkes . 2016. Info DATIN Pusat Data dan Informasi.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodat in-ibu.pdf
(diakses 27 Agustus 2022 ).
Setyaningrum, Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : CV Infomedia

49
LAMPIRAN

BUKTI FISIK

Dokumentasi Bersama keluarga Binaan

50
51

Anda mungkin juga menyukai