Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN HASIL PRAKTEK KEBIDANAN

KOMUNITAS TENTANG PERNIKAHAN DINI DI


DUSUN III DESA PANTAI LABU PEKAN
TAHUN 2022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI DUSUN III DESA PANTAI


LABU PEKAN KEC. PANTAI LABU PEKAN KAB. DELISERDANG

TANGGAL, 16 AGUSTUS - 29 AGUSTUS 2022

KEPALA DESA KEPALA DUSUN III


PANTAI LABU PEKAN PANTAI LABU PEKAN

( SAMSUL BAHRI ) ( RIKA WULANDARI )

KETUA PROGRAM STUDI

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MEDAN

(YUSNIAR SIREGAR, SST,M.Kes )

NIP. 196707081989032002

KETUA JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

( BETTY MANGKUJI, SST, M.Keb )


NIP. 196609101994032001

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini secara baik
dan tepat pada waktunya. Laporan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas
di Dusun III Desa Pantai Labu Pekan, selama 14 hari yang berlansung sejak tanggal 16 agustus
sampai dengan 29 agustus 2022.
Dalam mengerjakan laporan ini, praktikan banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu, praktikan ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dan membimbing penulis dalam proses penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini hingga
selesai, serta atas dorongan dan doa yang telah diberikan kepada praktikan. Untuk itu praktikan
ucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku direktrur Poltekes RI Medan Betty Mangkuji, SST, M.Keb,

sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes RI Medan yang telah memberikan kesempatan

kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Dusun III Desa Pantai Labu

Pekan. Yusniar Siregar,SST,M.Kes, sebagai Kaprodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes

RI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan di Dusun III Desa Pantai Labu Pekan.

2. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga

sehingga Praktek Kerja Lapangan ini dapat berjalan dengan lancar .

3. selaku Bidan Desa yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada kami.

4. Samsul Bahri, sebagai Kepala Desa Dusun III Desa Pantai Labu Pekan.

5. Seluruh mahasiswa Kebidanan Poltekes Medan atas kerjasama dalam menyelesaikan laporan

ini.

ii
Dengan disusunnya laporan Asuhan Keluarga ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan gambaran umum tentang pelaksanaan PKL dan bagaimana mengembangkan
ilmu yang telah di peroleh di pendidikaan untuk selanjutnya dipraktekkan di masyarakat.
Praktikan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini
maupun pelaksanaannya masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
praktikan mengucapkan mohon maaf atas kekurangan dan keterbatasan yang ada dalam laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
membutuhkan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam melaksanakan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan.

16 Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 2
A. Latar Belakang ........................................................................................... 2
B. Tujuan ........................................................................................................ 3
C. Target dan Ruang Lingkup Praktik Kebidanan Komunitas ......................... 5
BAB II METODOLOGI ...................................................................................... 6
2.1 BATASAN KOMUNITAS / MASYARAKAT ........................................... 6
2.2 TIPE-TIPE KOMUNITAS / MASYARAKAT ........................................... 9
2.3 CIRI-CIRI MASYARAKAT SEHAT ....................................................... 11
2.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA ........................................ 11
BAB III KONDISI UMUM LOKASI PRAKTIKUM ........................................ 17
3.1 Keadaan Geografi .................................................................................. 17
3.2 Keadaan Demografi ............................................................................... 18
3.3 Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya.................................................. 18
3.4 Status Kesehatan.................................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 25
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 39
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 39
B. SARAN .................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
DOKUMENTASI .............................................................................................. 43

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Misi dan Visi Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Medan, berkomitmen untuk menjadi institusi Kebidanan yang mampu
menghasilkan bidan dengan kompetensi yang diakui oleh profesi dan masyarakat. Rencana
Strategis ini disusun berdasarkan kristalisasi cita-cita dan komitmen bersama tentang
peningkatan kompetensi Kebidanan sesuai tuntutan profesionalisme bidan yang ingin dicapai
dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki, permasalahan yang dihadapi dan berbagai
kecenderungan perubahan lingkungan baik nasional maupun global yang sedang dan akan
berlangsung.
Program Sarjana Terapan Kebidanan merupakan pendidikan profesional yang
mempersiapkan lulusan menguasai kompetensi sesuai dengan peran yang diharapkan terhadap
seorang Sarjana Terapan Kebidanan. Lulusan program pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan
merupakan bidan pelaksana yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktik pelayanan
kebidanan yang berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan
kewenangannya serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan dapat praktik
diberbagai tatanan pelayanan termasuk di rumah, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan
lainnya dan masyarakat. Sebagai seorang bidan ahli profesional, harus mampu bekerja secara
mandiri dan mampu mengembangkan diri serta beretika.
Untuk menghasilkan tenaga bidan profesional dibutuhkan pembinaan yang terarah dan
terpadu dalam kegiatan proses belajar mengajar antara lain dengan cara memberikan
pengalaman belajar secara mandiri dan kelompok untuk mendapatkan pengalaman nyata
tentang pelayanan kebidanan komunitas di Desa serta diharapkan dapat mendesiminasikan
pelayanan kebidanan terkini sesuai dengan Evidence Based. Penerapan kurikulum ini
diharapkan dapat menghasilkan lulusan Sarjana Terapan Kebidanan yang memiliki
kompetensi berdasarkan pada kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI). Sehingga akan
menghasilkan tenaga Bidan Ahli dengan gelar Sarjana Terapan Kebidanan dengan tingkat
kualitas yang dipersyaratkan dan merata di seluruh Institusi penyelenggara pendidikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan mahasiswa lulusan prodi d4 kebidananan dalam
menyelesaikan masalah yang ditemukan dimasyarakat khususnya masalah kesehatan ibu dan
anak maka Analisis SWOT adalah indikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
2
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Stengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Analisis swot adalah adalah suatu instrument dan kerangka perencanaaan strategi.
Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan
ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk
melaksanakan sebuah strategi. Instrumen Instrumen ini menolong para perencana apa yang
bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. SWOT ini biasa
digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk
melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.
Metoda analisa SWOT bisa dianggap sebagai metoda analisa yg paling dasar, yg
berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa
biasanya adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah
keuntungan dari peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari
ancaman.Jika digunakan dengan benar, analisa SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-
sisi yg terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Analisis SWOT merupakan salah satu analisis tentang factor internal dan eksternal pada
saat ini secara deskriftif agar dapat menghadapi semua tantangan dan ancaman di masa yang
akan datang serta dapat mempersiapkan diri untuk menyesuaikan perubahan lingkungan yang
dapat mempengaruhi pencapaian harapan dan keinginan. Apabila teknik swot analisis tersebut
diterapkan dalam kasus menentukan tujuan strategi manajemen kebidanan dapat diutarakan
sebelum menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai hendaknya perlu menganalisis :
kekuatan dan kelemahan, peluang yang ada berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.
Kinerja bidan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari.
lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Thearts. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dan
faktor internal Kekuatan dan Kelemahan.

B. Tujuan
Dapat menentukan tujuan strategi manajemen kebidanan dengan menentukan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai dengan cara menganalisis : kekuatan dan kelemahan,
peluang yang ada berbagai macam hambatan yang mungkin timbul dari kasus kebidanan.
1. Tujuan Umum

3
Mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan mampu menerapkan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam praktik kebidanan pada tatanan klinik kebidanan yang
meliputi asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui, neonatus, bayi
dan anak pra sekolah, komunitas, kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan
kegawatdaruratan maternal neonatal. Pada praktik komunitas, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan secara kelompok dengan mengacu pada peran bidan di
komunitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran Praktik Kebidanan Komunitas , mahasiswa Sarjana
TerapanKebidanan diharapkan mampu :
Melakukan Komponen Analisis SWOT terhadap diri sendiri Komponen Analisis SWOT
terhadap diri sendiri :
 S = Strenght, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan yang dimiliki
oleh seseorang, organisasi, atau sebuah program saat ini yang bisa berpengaruh
positif di masa yang akan datang.
 W = Weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan yang
dimiliki oleh seseorang, organisasi, atau sebuah program saat ini yang bisa
berpengaruh negative di masa yang akan datang.
 O = Opportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang atau
kesempatan di luar diri pribadi, organisasi, atau sebuah program dan memberikan
peluang berkembang dimasa depan.
 T = Threat, adalah situasi yang merupakan ancaman atau hambatan yang datang
dari luar diri pribadi, organisasi, atau sebuah program dan dapat mengancam
eksistensi dimasa depan.
Memberikan asuhan kebidanan secara berkelompok pada komunitas yang meliputi
langkah – langkah kegiatan sebagai berikut :
 Menyiapkan sesi SWOT
 Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
 Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.
 Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan
 Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

4
C. Target dan Ruang Lingkup Praktik Kebidanan Komunitas
Asuhan kebidanan secara berkelompok pada komunitas yang meliputi :
1. Melakukan Pengkajian masalah Desa melalui hasil MMD
2. Pengkajian Ansos desa
3. Melakukan FGD
4. Melakukan Pemecahan Masalah dan Prioritas masalah
5. Melakukan intervensi (Penanganan Masalah)
6. Membuat Asuhan Kebidanan Keluarga ( Kelbin 2 Kelg)/individu

5
BAB II
METODOLOGI

2.1 BATASAN KOMUNITAS / MASYARAKAT


Community dalam bahasa yunani adalah ‘persahabatan’. Sebagai refleksi dari arti
kata tersebut, Aristoteles mengemukakan bahwa manusia yang hidup bersama dalam
masyarakat karena mereka menikmati ikatan yang saling bekerja sama, untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka dan untuk mengemukakan makna kehidupan.
Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat atau
community dalam bahasa inggris atau juga komunitas. Secara etimologis community
berasal dari komunitas yang berakar pada communete atau comman. Community
mempunyai dua arti (Talizi,2002) :
 Sebagai kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, memiliki
kebudayaan dan sejarah yang sama.
 Sebagai suatu pemukiman yang terkecil di atasnya ada kota kecil dan di atas kota
kecil ada kota atau kota besar.
Hillery dan lewis telah menyimpulkan banyak literatur dan mengusulkan 4
komponen utama untuk mendefinisikan konsep komunitas, pertama dan terutama
bahwa komunitas melibatkan manusia, wilayah dan tempat tinggal juga menjadi elemen
dalam pembangunan masyarakat.
Thomas Hobber mengemukakan bahwa komunitas adalah sebuah proses alamiah
dimana orang-orang yang hidup bersama untuk memaksimalkan kepentingan mereka.
Pendapat lain mendengar bahwa komunitas diidentikkan sebagai pemukiman kecil
penduduk, bersifat mandiri dan yang satu berbeda dengan lainnya :
 Komunitas memiliki kesadaran kelompok yang kuat.
 Komunitas tidak terlalu besar sehingga dapat saling mengenal pribadi tetapi tidak
terlalu kecil sehingga dapat berusaha secara efisien.
 Komunitas bersifat homogen.
 Komunitas hidup mandiri
Menurut ensiklopedi Indonesia, Istilah “masyarakat” sekurang-kurangnya
mengandung tiga pengertian :
1. Sama dengan gesellschaft, yakni bentuk tertentu kelompok sesial berdasarkan
rasional, yang diterjemahkan sebagai masyarakat patembayan dalam bahasa

6
Indonesia. Sementara kelompok sosial lain yang masih mendasarkan pada ikatan
naluri kekeluargaan disebut gemain-scaft atau masyarakat paguyuban.
2. Merupakan keseluruhan “masyarakat manusia” meliputi seluruh kehidupan bersama.
Istilah ini dihasilkan dari perkembangan ketergantungan manusia yang pada masa
terakhir ini sangat dirasakan.
3. Menunjukkan suatu tata kemasyarakatan tertentu dengan ciri sendiri (identitas) dan
suatu autonomi (relative), seperti masyarakat barat, masyarakat primitiv yang
merupakan kelompok suku yang belum banyak berhubungan dengan dunia
sekitarnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapatlah disebutkan kelompok masyarakat yang


dicirikan menurut hubungan manusianya serta nilai sosial yang berlaku sebagai berikut :
1. Menurut mata pencaharian, seperti masyarakat petani, nelayan, buruh, pedagang, dan
lain-lain.
2. Menurut lingkungan tempat tinggalnya seperti masyarakat hutan, pantai/pesisir.
3. Menurut tingkat kehidupan ekonomi seperti masyarakat miskin yang dibedakan dengan
masyarakat kaya.
4. Menurut tingkat pendidikan seperti masyarakat terpelajar, intelek/berpengetahuan yang
dibedakan dengan masyarakat awam.
5. Menurut penataan lingkungan / pemukiman masyarakat seperti masyarakat desa, kota,
metropoli.
6. Menurut lingkungan pergaulan agama seperti ulama, santri, gereja.
7. Menerut tingkat keberadaan seperti masyarakat madani, sebagai masyarakat yang
beradab yang didikotomikan dengan masyarakat jahiliah.
8. Menurut jenis kelamin yang dibedakan antara perempuan dengan laki-laki.

Dari contoh pengelompokan masyarakat seperti di atas dalam konteks pemberdayaan


masyarakat maka fokus perhatian lebih ditujukan kepada kelompok masyarakat yang
masih perlu diberdayakan mengingat kondisi masyarakat tidak berdaya. Konsep
komunitas masyarakat yang baik (good community) mengandung sembilan nilai (the
competent community) (Talizi,2002)
1. Setiap anggota masyarakat berinteraksi satu dengan yang lain berdasarkan hubungan
pribadi
2. Komunitas memiliki otonomi, kewenangan dan kemampuan mengurus kepentingan
sendiri
3. Memiliki viabilitas, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri.

7
4. Distribusi kekayaan yang merata, setiap orang berkesempatan yang sama dan bebas
menyatakan kehendaknya.
5. Kesempatan setiap anggota untuk berpatisipasi aktif dalam mengurus kepentingan
bersama.
6. Komunikasi memberi makna kepada anggotanya sejauh manakah pentingnya
komunitas bagi seorang anggota.
7. Di dalam komunitas dimungkinkan adanya heterogenitas dan perbedaan pendapat.
8. Di dalam komunitas, pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin
pada yang berkepentingan.
9. Di dalam komunitas bisa terjadi konflik, namun komunitas memiliki kemampuan untuk
managing conflict.
Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan
individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena
manusia hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena
hubungan anggota-anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang
terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem
kemasyarakatan. Emile Durkheim menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu
kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan
anggota-anggotanya. Cara yang baik untuk mengerti tentang masyarakat adalah dengan
menelaah ciri-ciri pokok dari masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu pergaulan hidup atau
suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri
pokok, yaitu :
1. Manusia yang hidup bersama
Secara teoritis, jumlah manusia yang hidup bersama itu ada dua orang. Di dalam ilmu
sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak atau angka yang pasti
untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.
2. Bergaul selama jangka waktu cukup lama
3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan.

8
2.2 TIPE-TIPE KOMUNITAS / MASYARAKAT
1. Masyarakat Pedesaan
a. Pengertian Desa
Menurut Sutarjo Kartodikusumo, yang dimaksud dengan desa dalah suatu
kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
tersendiri.
Menurut Bintaro, Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial,
ekonomi, politik dan kultur yang terdapat di tempat itu (suatu daerah), dalam
hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Menurut Paul H.Landis, Desa adalah penduduknya kurang dari 2500 jiwa. Dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal antara ibu dan jiwa
2. Ada pertalian, perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan .
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Dalam kampus sosiologi kata tradisional dari bahasa inggris, Traditional
artinya adat istiadat dan kepercayaan yang turun temurun dipelihara, ada beberapa
pendapat yang ditinjau dari beberapa segi bahwa pengertian desa itu sendiri
mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-
unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standart dan pemeliharaan
sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong
paguyupan, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat
istiadat, kesenian dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.

b. Ciri-Ciri masyarakat desa (karakteristik)


Dalam buku sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli sosiologi “Talcot
Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
1) Afektifitas ada hubunganya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan
kemesraan ini. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong,
menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan
menolongnya tanpa pamrih.
2) Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan tidak suka menunjukan diri tidak suka

9
akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan
keseragaman persamaan.
3) Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubunganya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan
subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk
kelompok tertentu saja. (lawannya universalisme).
4) Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan(lawannya
prestasi).
5) Kekabaran (difusenes) sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan
antara pribadi tanpa tegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa
menggunakan bahasa tidak langsung untuk menunjukan sesuatu.
Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa
yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.

c. Perbedaan antara desa dan kota


Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto,
perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern.
Betapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakikatnya
bersifat gradual.
1. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem
yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial
yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Perbedaan kedua sistem tersebut dapat diungkapan secara singkat menurut
Poplin sebagai berikut :

1
0
2.3 CIRI-CIRI MASYARAKAT SEHAT
1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
2) Mengatasi masalah kesehatan sedarhana melalui upaya peningkatan, pemecahan,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak
3) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup
4) Peningkatan status gizi masyarakat yang berkaitan dengan peningkatan status sosial
ekonomi masyarakat
5) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit

2.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA


Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan
implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik kebidanan dengan
sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan
1. Peran bidan dalam pelayanan kebidanan Dalam memberikan asuhan kebidanan pada
keluarga, terdapat beberapa peranan yang penting yang dapat dilakukan oleh bidan,
antara lain sebagai berikut :
a. Health monitor Bidan dapat membantu keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan terutama yang terkait dengan ilmu kebidanan dengan menganalisa
data secara obyektif, serta berperan untuk membuat keluarga sadar akan akibat
masalah tersebut dalam perkembangan keluarga.
b. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit Bidan berperan sebagai
pemberi pelayanan pada keluarga dengan memberikan asuhan kebidanan kepada
anggota keluarga yang memerlukan.
c. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga Bidan dapat berperan sebagai
koordinator pelayanan kesehatan keluarga khususnya masalah kesehatan yang
terkait dengan praktik kebidanan. Dalam hal ini, bidan berperan
mengkoordinasikan pelayanan kesehatan keluarga khususnya terkait dengan
praktik kebidanan, baik secara berkelompok maupun individual.

1
1
d. Sebagai fasilitator Bidan berperan sebagai fasilitator yaitu mampu menjadikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam lingkup kebidanan yang mudah dijangaku oleh
keluarga serta mampu mencarikan cara pemecahan masalahnya.
e. Pendidik kesehatan Bidan sebagai pendidik kesehatan yaitu untuk mengubah perilaku
keluarga dari perilaku yang kurang/ tidak sehat menjadi perilaku sehat.
f. Sebagai penyuluh dan konsultan Bidan sebagai penyuluh dan konsultan yang
berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan kebidanan dasar dalam
keluarga. Dalam melaksanakan perannya ini, seorang bidan tidak dapat bekerja
sendiri, melainkan perlu berkolaborasi atau bekerja sama dengan profesi lain dalam
rangka mencapai asuhan kebidanan pada keluarga yang komprehensif, efektif dan
efisien (Setiadi, 2008).
g. Tanggung jawab bidan dalam asuhan kebidanan pada keluarga Bidan sebagai bagian
utama dalam pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga mempunyai tanggung jawab,
antara lain sebagai berikut.
a. Memberikan asuhan /pelayanan secara langsung Pelayanan secara langsung harus
diberikan secara intermiten khususnya yang terkait dengan praktik kebidanan
sesuai dengan tugas dan kewenangan Bidan. Namun demikian, pelayanan yang
diberikan di rumah (dalam konteks keluarga) hendaknya lebih melibatkan anggota
keluarga tersebut dalam upayan memberikan kesadaran bahwa semua anggota
keluarga mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap kesehatan. Dengan
demikian, pendidikan kesehatan menjadi intervensi utama dalam pelayanan
kesehatan/asuhan kebidanan komunitas pada keluarga.
b. Pendokumentasian proses asuhan kebidanan sangat penting terutama untuk melihat
kemajuan status kesehatan keluarga khususnya dan kemajuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan yang sedang dialami pada umumnya. Dokumentasi
yang jelas dan komprehensif dari pengkajian hingga evaluasi, di samping mampu
memberikan gambaran tentang perkembangan status kesehatan keluarga juga dapat
membantu keluarga sebagai klien untuk menentukan kerangka waktu dalam
menyelesaikan masalah secara realistik.

1
2
c. Koordinasi dengan tim pelayanan kesehatan lain dan manajemen kasus Bidan
mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan atau berkolaborasi dengan
profesi kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga, sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga tersebut dapat diatasi secara komprehensif.
Sedangkan tanggung jawab bidan dalam manajemen kasus adalah kemampuan untuk
mengkaji masalah, menemukan masalah, menentukan prioritas masalah,
mengidentifikasi cara mengatasi masalah dengan penyusunan rencana dan
mengimplementasikan rencana tersebut secara sistematis.
d. Menentukan frekuensi dan lamanya asuhan/pelayanan kebidanan Frekuensi
asuhan/pelayanan kebidanan yang dimaksud adalah intensitas kunjungan yang
dilakukan selama periode waktu tertenu dalam proses asuhan kebidanan yang
diberikan. Sedangkan lamanya asuhan/pelayanan kebidanan adalah lamanya waktu
asuhan pelayanan kebidanan yang dilakukan di rumah atau di dalam keluarga. Selama
proses ini, keluarga senantiasa dilibatkan dalam dari perencanaan sampai menentukan
prioritas rencana rencana tindakan yang akan diimplementasikan. Bidan juga harus
memperkirakan alokasi waktu dan frekuensi yang kemungkinan berbeda ketika harus
berkolaborasi ketika harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan/profesi lain.

2. Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan
merupakan tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai dari pelayanan/asuhan kebidanan
pada keluarga yang diberikan. Karena dengan meningkatnya status kesehatan seluruh
anggota keluarga pasti akan meningkatkan pula produktivitas keluarga terebut dan dengan
meningkatnya produktivitas keluarga, maka kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat.
Secara lebih rinci tujuan asuhan kebidanan pada keluarga adalah sebagai berikut (Setadi,
2008).
a. Tujuan umum Secara umum, tujuan asuhan kebidanan pada keluarga adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan,
mencegah dan memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya semakin
meningkat serta mampu melaksanakan tugas – tugas mereka secara produktif.
b. Tujuan khusus Secara khusus, asuhan kebidanan pada keluarga ditujukan untuk :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi khususnya yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar
dalam keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.

1
3
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan terhadap anggota
keluarga yang sakit.
5) Meningkatkanproduktivitas keluarga dalam rangka meningkatkan mutu hidup keluarga.

3. Prinsip prinsip asuhan kebidanan pada keluarga Terdapat beberapa prinsip penting
yang harus diperhatikan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan/pelayanan
kesehatan, antara lain sebagai berikut.
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan Dalam konteks ini,
keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dalam
pelayanan/asuhan kebidanan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling
berinteraksi dengan memperhatikan dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur
dan fungsi keluarga dan saling ketergantungan keluarga dengan pelayanan kesehatan
serta dengan lingkungannya.
b. Dalam memberikan asuhan/pelayanan kebidanan keluarga, status sehat adalah menjadi
tujuan utamanya melalui peningkatan status kesehatan keluarga khususnya dengan
program kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak agar keluarga dapat meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraannya.
c. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, bidan harus mampu melibatkan
peran aktif dari semua anggota keluarga mulai dari mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam rangka mengatasi masalah
kesehatan yang sedang dihadapinya.
e. Diupayakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya selalu memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin.
g. Sasaran pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga adalah
pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) dengan menggunakan
proses asuhan kebidanan pada keluarga.
i. Kegiatan essensial dalam memberikan asuhan kebidanan keuarga adalah
penyuluhan/pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar
j. Pemberian pelayanan/asuhan diutamakan kepada keluarga yang mempunyai risiko tinggi
terhadap masalah kesehatan teruatam masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak

1
4
Keluarga – keluarga yang tergolong mempunyai risiko tinggi dalam kesehatan antara lain
sebagai berikut.
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur, dengan masalah sebagai
berikut.
 Tingkat sosial ekonomi rendah.
 Keluarga kurang/tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
 Keluarga dengan penyakit keturunan.

b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan, yaitu sebagai berikut.


 Ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua (<16 tahun atau > 35 tahun).
 Ibu hamil dengan anemia/kekurangan gizi.
 Primipara atau multipara.
 Riwayat persalinan dengan komplikasi.

c. Keluarga dengan kondisi anak sebagai berikut.


 Lahir prematur.
 Berat badan rendah atau sulit bertambah/naik.
 Lahir dengan cacat kongenital.
 Ibu menderita penyakit menular, dan sebagainya.

4. Langkah – langkah dalam asuhan Kebidanan pada keluarga


a. Membina hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga, dengan cara:
1. Melakukan kontak sosial yang memandang keluarga sebagai sistem di mana mereka hidup
di masyarakat yang mempunyai struktur organisasi kemasyarakatan tersendiri, sehingga
sebelum melakukan dengan kontak dengan keluarga, sebaiknya menyampaikan dan
menjelaskan maksud dan tujuan terlebih dahulu kepada struktur kemasyarakatan yang ada.
2. Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan mereka
3. Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan yang dirasakan
oleh keluarga.
4. Membina komunikasi dua arah yang harmonis dengan keluarga.
5. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
6. Menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan keluarga, dengan melakukan
pengelompokan data.

1
5
7. Merumuskan masalah dan mengelompokkan masalah dengan mengacu pada tipologi dan
sifatmmasalah kesehatan keluarga dengan kriteri.
8. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan untuk melaksanakan tugas-tugas
keluarga dalam bidang keseahtan.
9. Menentukan skala prioritas masalah kesehatan mempertimbangkan dampaknya terhadap
kesehatan keluarga
10. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada keluarga sesuai dengan urutan prioritas
masalah yang telah disusun dengan langkah – langkah yang sistematis.
11. Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan kebidanan pada keluarga sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
12. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
13. Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang belum teratasi dan merumuskan
kembali rencana asuhan kebidanan yang baru.

5. Implikasi dari pelayanan kesehatan yang dipusatkan kepada keluarga Terdapat beberapa
implikasi dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan yang dipusatkan atau berorientasi
kepada keluarga, antara lain sebagai berikut.
a. Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan diarahkan untuk membantu seluruh anggota
keluarga dalam meningkatkan cara hidup sehat sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan derajat kesehatan keluarga.
b. Cakupan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan menjadi lebih luas karena banyak
anggota keluarga yang bisa dicakup dan sumber – sumber keluarga yang ada dapat
diarahkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
c. Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan dipusatkan kepada keluarga sebagai satu
kesatuan yang utuh.
d. Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan lebih ditekankan pada waktu – waktu rawan
dalam kehidupan keluarga, terutama pada keluarga – keluarga dengan risiko tinggi. e.
Diperlukan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan yang
kompeten dalam memberikan asuhan kebidanan secara kontinyu dan sistematis agar dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan terutama pada keluarga – keluarga
yang rawan terhadap masalah kesehatan.

1
6
BAB III
KONDISI UMUM LOKASI PRAKTIKUM

3.1 Keadaan Geografi


A. Luas Daerah
Desa Pantai Labu Pekan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah ±300 ha yang terdiri dari 4
dusun yaitu:
1. Dusun 1
2. Dusun II
3. Dusun III
4. Dusun IV
B. Batas Wilayah Desa
Letak geografi Desa Pantai Labu Pekan, terletak diantara :
 Sebelah Utara : Desa Desa Rugemuk/ Selat Malaka
 Sebelah Selatan : Desa Perkebunan Ramunia/ Bandara Kualanamu
 Sebelah Barat : Desa Desa Kubah Sentang, Pematang Biara dan Bandara Kualanamu
 Sebelah Timur : Desa Pantai Labu Baru/ Desa Paluh Sibaji.
C. Luas Wilayah Desa
1. Pemukiman : 240 ha
2. Pertanian/ Perkebunan : 75 ha
3. Ladang/ Tegalan : 20 ha
4. Hutan : - ha
5. Rawa-Rawa : 105 ha
6. Tanah Kas Desa : 1,5 ha
7. Perkantoran : 1 ha
8. Sekolah : 2 ha
9. Jalan : 20 ha
10. Lain –lain : 71 ha
11. Lapangan sepak bola : - ha

D. Orbitasi
1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 5 km
2. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan : 10 menit
3. Jarak ke ibu kota kabupetan : 16 km
17
4. Lama jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten : 45 menit

3.2 Keadaan Demografi


Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Pantai Labu Pekan, bahwa Desa Pantai
Labu Pekan memiliki jumlah penduduk sebanyak 521jiwa dengan jumlah kepala keluarga
mencapai 167 KK.

No Jenis Kelamn Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 234 44,9

2 Perempuan 287 55,1

Total 521 100,0

Berdasarkan data yang diperoleh hasil dari pengkajian yang telah dilakukan di Dusun III
Desa Pantai Labu Pekan bahwa Dusun III memiliki jumlah penduduk sebanyak 611 jiwa dari
jumlah kepala keluarga 160 KK

No Jenis Kelamn Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 316 51,7

2 Perempuan 295 48,3

Total 611 100,0

Berdasarkan tabel pengkajian, perbandingan jenis kelamin di Dusun III Desa Pantai Labu
Pekan tidak terlalu jauh antara laki laki dan perempuan dan dapat disimpulkan diuni mayoritas
perempuan.

3.3 Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya


A. Jenis Pekerjaan
Dari data pengkajian yang diperoleh dari masyarakat Dusun III Desa Pantai Labu Pekan
pada umumnya berprofesi nelayan dan disamping itu juga beragam pekerjaan masyarakat seperti
sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, petani, pedangang, TINI/Polri, bahkan ada yang tidak

18
bekerja. Berikut tabel jenis pekerjaan di Dusun III Desa pantai Labu Pekan.

J Jenis Pekerjaan Jumlah


%

1 Petani 17 2,8

2 Pedagang 10 1,6

3 Buruh 32 5,3

4 Pegawai Negeri 1 0,2

5 Pegawai Swasta 15 2,4

6 TNI/POLRI 5 0,8

7 Wiraswasta 25 4,1

8 Nelayan 118 19,3

9 IRT 140 22,9

10 Pelajar 94 15,4

11 Tidak Bekerja 154 25,2

Total 611 100%

Dari Tabel di atas dapat terlihat keanekaragaman pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat
Dusun III Desa Pantai Labu Pekan. Mayoritas masyarakat Dusun III Desa Pantai Labu Pekan
berstatus tidak bekerja dengan jumlah 154 orang, pekerjaan yang terbesar kedua adalah sebagai
ibu rumah tangga dengan jumlah mencapai 140 orang. Di tempat ketiga berstatus sebagai nelayan
dengan jumlah 118 orang, di urutun keempat yaitu dengan status sebagai pelajar dengan jumlah
mencapai 94 orang dan diurutan kelima sebagai buruh dengan jumlah 32 orang. Sisanya bekerja
sebagai Petani 17 orang, PNS dan Berdagang masing-masing 1 dan 10 orang, Karyawan swasta
15 orang dan Wiraswasta 25 orang dan. Perbandingan jenis pekerjaan dapat terlihat jelas pada
grafik

19
Jenis Pekerjaan Dusun III Desa Pantai Labu
Pekan
30
25
20
15
10
Jumlah
5
0

B. Sosial Budaya
Aspek kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap
derajat kesehatan masyarakat baik dari kondisi sosial yang meliputi tingkat pendidikan,
pekerjaan maupun adat istiadat ataupun adat budaya setempat.

Masyarakat di Dusun III Desa Pantai Labu Pekan mayoritas suku Melayu dan Jawa.
Kemasyarakatan di desa ini hampir semua memiliki hubungan keluarga dekat. Sehingga keadaan
masyarakat dan sistem pemerintahannya berlandaskan asas kekeluargaan, saling membantu dan
bergotong royong dalam melaksanakan aktifitas sekitarnya. Masyarakat Dusun III Desa Pantai
Labu Pekan dikepalai oleh seorang Kepala Dusun dan dibantu oleh aparat pemerintah dusun
lainnya seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat yang ada di dusun ini. Kegiatan-kegiatan
sosial yang dilakukan oleh warga yaitu berupa kerja bakti, mengikuti posyandu yang dilakukan
setiap bulan.

C. Pendidikan
Tingkat pendidikan memiliki peranan yang besar dalam memelihara kesehatan masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat di Dusun III Desa Pantai Labu Pekan beragam, untuk perguruan
tinggi sekitar 4,0 %, SMA sekitar 24,0 %, kemudian SMP-SD sekitar 58,0 %, dan juga yang tidak
sekolah 2,0 % dan yang belum sekolah 12,0 %. Tingkat pendidikan masyarakat Dusun III Desa
Pantai Labu Pekan dapat dilihat dari tabel berikut:

20
No. Jenis Pendidikan Jumlah Persetase (%)
1 Belum sekolah 73 12
2 Pendidikan rendah (SD-SMP) 354 58
3 Pendidikan menengah (SMA) 147 24
4 Pendidikan tinggi 23 4
(PT/Sejenisnya)
5 Tidak Sekolah 14 2
TOTAL 611 100%

Berdasarkan data tingkat pendidikan tersebut, maka dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap kesehatan masih sangat kurang. Sedangkan Peranan tingkat pendidikan
sangatlah besar dalam memelihara kesehatan masyarakat dan peningkatan derajat kesehatan
masayarakat. Dalam grafik terlihat sangat jelas mengenai perbandingan tingkat pendidikan
masyarakat di Dusun III Desa Pantai Labu Pekan.

60

50

40 Belum Sekolah
Pendidikan Rendah (SMP-SD)
30
Pendidikan Menengah (SMA)
20 Pendidikan Tinggi (PT)
Tidak Sekoah
10

Pendidikan

21
3.4 Status Kesehatan
Status kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan orang dalam tingkatan sehat atau sakit.
Status kesehatan masyarakat umumnya di pengaruhi oleh beberapa faktor utama seperti
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Berikut ini penjelasan dari faktor utama status
kesehatan tersebut
A. Lingkungan
Lingkungan adalah komponen yang mempunyai implikasi sangat luas bagi kelangsungan
hidup manusia, khususnya menyangkut status kesehatan seseorang. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh, baik secara langsung maupun
tidak langsung pada individu, kelompok, atau masyarakat seperti lingkungan yang bersifat
biologis, psikologis, sosial, kultural, spiritual, iklim, sistem perekonomian, politik, dan lain-lain.

Masalah lingkungan adalah masalah yang sangat kompleks dan saling berkaitan dengan
masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Jika keseimbangan lingkungan ini tidak dijaga dengan
baik maka dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Sebagai contoh, kebiasaan
membuang sampah sembarangan berdampak pada lingkungan yakni menjadi kotor, bau, banyak
lalat, banjir, dan sebagainya.
1. Lingkungan Fisik
ICLingkungan fisik dapat dilihat dari kondisi perumahan, air bersih, jamban keluarga,
pembuangan sampah dan SPAL.
a. Perumahan
Kondisi perumahan di Dusun III Desa Pantai Labu Pekan pada umumnya masih kurang baik,
sebab bahan bangunan, ventilasi, dan luas bangunan rumah yang sudah memenuhi syarat.
Dilihat dari bahan bangunannya sebagian besar masyarakat menggunakan lantai semen, dinding
tembok, dan atap seng. Selain itu hampir semua rumah belum dilengkapi dengan ventilasi yang
cukup.
b. Air bersih
Sumber air bersih masyarakat Desa Pantai Labu Pekan pada umumnya berasal dari PDAM
dan beberapa berasal dari sumur. Adapun kualitas airnya bila ditinjau dari segi fisiknya sudah
masuk syarat air bersih.
c. Jamban Keluarga
Pada umumnya masyarakat Dusun III Desa Pantai Labu Pekan sudah memiliki jamban.
Masyarakat rata-rata sudah menggunakan jamban kloset . Hal ini dikategorikan baik karena
tidak ada pencemaran dari kotoran.
d. Pembuangan Sampah dan SPAL

22
Pada umumnya masyarakat membuang sampah di belakang rumah yaitu pada tanah yang
sudah digali dan jika sudah penuh dibakar dan ada juga yang di biarkan berserakan di
pekarangan rumah. Masyarakat yang menggunakan TPS masih sangat jarang bahkan hampir
tidak ada, karena pada umumnya sampah-sampahnya berupa dedaunan dan sampah dari hasil
sisa industri rumah tangga. Untuk Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yaitu sebagian
besar di alirkan langsung ke Sungai di belakang rumah penduduk, ada SPAL terbuka yaitu
berupa tanah yang digali lalu dialirkan ke lubang.
2. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial masyarakat Dusun III Pantai Labu Pekan sangat baik. Ini dapat
dilihat dari hubungan antar masyarakatnya dan para pemuda Desa yang merespon dan
mendukung kegiatan kami selama PBL ini serta hubungan interaksi terjalin dengan baik. Selain
itu juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat Desa Pantai Labu
secara tidak langsung akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Di Desa Pantai Labu
pada umumnya tingkat pendidikan dan pendapatan masih sangat rendah. Sehingga sangat
mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat dan status kesehatan
masyarakat.

B. Perilaku Masyarakat

Perilaku Kesehatan (Health Behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau

kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-

tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan

sebagainya. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, serta lingkungan.

Berdasarkan informasi data primer yang kami peroleh, memberikan gambaran bahwa

perilaku masyakarakat khususnya kepedulian terhadap kesehatan masih kurang, terutama

mengenai SPAL, dan TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Hal ini berkaitan dengan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS).

Dan usaha memelihara kebersihan, mengadakan makanan yang bervariasi dan sehat

umumnya belum cukup baik. Hal ini perlu ada peningkatan pengetahuan khususnya mengenai

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).


23
C. Pelayanan Kesehatan
Dusun III Desa Pantai Labu Pekan belum memiliki puskesmas pembantu namun di desa ini
sudah memiliki Posyandu. Puskesmas utama terdapat di Kecamatan Pantai Labu yang memiliki
fasilitas dan tenaga kesehatan yang cukup baik.

Sekarang di seluruh dunia muncul kepedulian terhadap ukuran Kesehatan masyarakat yang
mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam menelusuri penyakit dan mengkaji data
populasi. Data statistik vital, sekaligus penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan isu terkait lain
dalam populasi perlu dipahami dan diselidiki. Penelusuran terhadap berbagai faktor yang
mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan dengan menggunakan ukuran
dan statistik yang distandarisasi.
Status kesehatan masyarakat merupakan kondisi kesehatan yang dialami oleh masyarakat
di suatu tempat, baik itu keadaan kesehatan penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Berikut ini
adalah tabel daftar penyakit di dusun iii desa pantai labu pekan.
Jenkel Jenis Penyakit Diobati
Jumlah
No Usia Diar Kanke HIV/
L P TB Dege H-B dll Ya Tdk
e r AIDS
1 0-12 bln
2 1-2 thn
3 ˃2-3 thn 2 2 4 √ 4
4 ˃3-5 thn 1 4 5 √ 5
5 ˃5-10 thn 10 6 7 9 √ 16
6 ˃10-12 thn 2 2 √ 2
7 ˃12-15 thn 6 1 7 √ 7
8 ˃15-18 thn 1 1 √ 1
9 ˃18-20 thn
10 ˃20-45 thn 15 17 1 5 26 √ 32
11 ˃45-49 thn 2 3 1 4 √ 5
12 ˃49-55 thn 6 3 5 9 √ 9
13 ˃55-65 thn 9 9 1 8 9 √ 18
14 ˃65 thn 1 1 2 √ 2
TOTAL 52 49 9 21 71 √ 101
% 51 49 9 21 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, penyakit yang sering dialami dusun iii desa pantai labu adalah
diare, degenaratif, dan dll itu sebagai demam, hoipertensi, dan sebagainya penyakit umum.

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dummy Tabel

1. Distribusi Umur, Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
No. Umur Jumlah %
Laki-Laki Perempuan
1 0 - 6 Bulan 2 2 4
1
2 6 - 11 Bulan - 1 1
3 >12 - 24 Bulan 3 2 5
4 >24 - 36 Bulan 2 11 13
6
5 >3 - 4 Tahun 4 4 8
6 4 - 5 Tahun 7 1 8
7 5 - 6 Tahun 6 7 13
10
8 ≥7 - 10 Tahun 29 21 50
9 >10 - <20 Tahun 71 60 131 21
10 >20 – 35 Tahun 70 78 148
11 >35 – 45 Tahun 56 45 101 45
12 >45 – 49 Tahun 15 11 26
13 >49 – 55 Tahun 13 17 30
11
14 >55 – 60 Tahun 19 19 38
15 >60 Tahun 19 16 35 6
316 295
TOTAL 611 (100%)
52% 48%

2. Distribusi Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Jumlah %
1 Belum sekolah 73 12
2 Pendidikan rendah (SD-SMP) 354 58
3 Pendidikan menengah (SMA) 147 24
4 Pendidikan tinggi 23 4
(PT/Sejenisnya)
5 Tidak Sekolah 14 2

25
TOTAL 611 100%

3. Distribusi Pekerjaan
Jenis Kelamin
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
Laki-Laki Perempuan %
1 Petani 12 5 17 2,8
2 Pedagang 10 - 10 1,6
3 Buruh 32 - 32 5,3
4 Pegawai Negeri 1 - 1 0,2
5 Pegawai Swasta 10 5 15 2,4
6 TNI/POLRI 5 - 5 0,8
7 Wiraswasta 22 3 25 4,1
8 Nelayan 67 51 118 19,3
9 IRT - 140 140 22,9
10 Pelajar 58 36 94 15,4
11 Tidak Bekerja 99 55 154 25,2
Total 316 295 611 100%

4. Distribusi usia menikah pertama kali dan jumlah pernikahan


No Usia Jenis Kelamin
%
. Menikah Laki-Laki Perempuan
1 < 20 Tahun 12 40 18
2 20-35 Tahun 112 102 74
3 > 35 Tahun 13 9 8
TOTAL 137 151 100%

26
5. Distribusi status kesehatan keluarga dalam 1 tahun terakhir (10 PENYAKIT
MENULAR)
Jenkel Jenis Penyakit Diobati
Jumla
HIV
No Usia Di Deg Kan H- Td h
L P TB /AI dll Ya
are e ker B k
DS
1 0-12 bln
2 1-2 thn
3 ˃2-3 thn 2 2 4 √ 4
4 ˃3-5 thn 1 4 5 √ 5
˃5-10
5 10 6 7 9 √ 16
thn
˃10-12
6 2 2 √ 2
thn
˃12-15
7 6 1 7 √ 7
thn
˃15-18
8 1 1 √ 1
thn
˃18-20
9
thn
˃20-45
10 15 17 1 5 26 √ 32
thn
˃45-49
11 2 3 1 4 √ 5
thn
˃49-55
12 6 3 5 9 √ 9
thn
˃55-65
13 9 9 1 8 9 √ 18
thn
14 ˃65 thn 1 1 2 √ 2
TOTAL 52 49 9 21 71 √ 101
% 51 49 9 21 70 100%

27
6. Distribusi kematian anggota keluarga dalam 1 atau 5 tahun terakhir
No Usia JenKel Penyebab Jumlah
. P L Kecelaka Peny. Hamil/ lahir/ dll
an kronis nifas
1 0-12 bln
2 1-2 thn
3 > 2-3 thn
4 > 3-5 thn
5 > 5-10 thn
6 > 10-12
thn
7 > 12-15
thn
8 > 15-18
thn
9 > 18-20
thn
10 > 20-45 1 1
thn
11 > 45-49
thn
12 > 49-55
thn
13 > 55-65
thn
14 > 65 thn
TOTAL 1 1
Distribusi kematian anggota keluarga dalam 1 atau 5 tahun terakhir sebanyak 1 orang yang
berusia >20-45 tahun

28
7. Distribusi pengambilan keputusan dalam keluarga
No. Pengambilan Keputusan Jumlah %
1 Suami 99 62
2 Istri 7 4
3 Suami-Istri 43 27
4 Orang Tua / Mertua - -
5 Dll 11 7
TOTAL 160 100%

8. Distribusi Ibu Hamil ( SESUAI DENGAN BUKU KIA)


No Usia Umur Kehamilan Jumlah Kehamilan ANC Imunisasi
(thn TT
) TM TM TM Pri Secun Mul K1 K2 K4 TT1 TT2
I II III mi d ti
1 ˂ 20
2 20- 1 1 1
35
3 > 35 1 1 1 1 1
Jumlah - 1 1 1 1 1 1 2 - -
Distribusi ibu primigravida TM II ANC sebanyak 2x dan ibu multigravida TM III ANC
sebanyak 4X

9. Distribusi Ibu Hamil dengan Anemia


No. Hb (gr %) TM I TM II TM III Jumlah
1 9 – ˂ 11 (anemia ringan)
2 7 – 8 (anemia sedang)
3 ˂ 7 (anemia berat)
Distribusi ibu hamil dengan anemia tidak ada

29
10. Distribusi konsumsi tablet Fe pada ibu hamil
Ibu Hamil Diperoleh dari
Tablet TM TM TM
No. Primi Multi Non Toko
Fe I II III Nakes
Nakes Obat
1 ˂ 30
2 1 30-60 1 1 1 3
1 > 60 –
3 1 1 1 3
90
Jumlah 2 2 2 6
Distribusi ibu hamil primigarvida dalam mengkonsumsi tablet FE diperoleh dari nakes rutin
dari TM I-III sebanyak 30-60 tablet dan ibu hamil multigravida dalam mengkonsumsi tablet FE
diperoleh dari nakes rutin dari TM I-III sebanyak >60-90 tablet

11. Distribusi konsumsi zat lainnya (seperti jamu) pada ibu hamil
Diperoleh Dari
TM TM TM
No. Jenis Non
I II III Nakes Warung Apotik
Nakes
1 Jamu
Suplemen
2
Herbal
3 Obat-obatan
4 Dan lain-lain 1 1 2
Jumlah 1 1 2
Distribusi konsumsi zat lainnya (seperti jamu) pada ibu hamil di TM II- III sebanyak 2 orang
diperoleh dari nakes

12. Distribusi tempat pemeriksaan ibu hamil


No. Tempat Pemeriksaan Ibu Hamil Kunjungan ANC
Primi Multi
1 Puskesmas 2 2 4
2 Klinik bidan 1 1
3 Dokter 1 1
4 Posyandu 1 1 2
5 Rumah sakit -
6 Dukun beranak -
Total 8

30
Distribusi tempat pemeriksaan ANC pada ibu hamil primi yaitu 2x dipuskesmas, 1x ke dokter,
dan 1x diposyandu

Distribusi tempat pemeriksaan ANC pada ibu hamil multi yaitu 2x dipuskesmas, 1x di klinik
bidan, dan 1x diposyandu

13. Distribusi pantangan / anjuran yang dilakukan selama kehamilan


No. Jenis pantangan/ anjuran Ibu Hamil
Primi Multi
1 Tidak boleh mengkonsumsi kambing 1 1
2 Tidak boleh mengkonsumsi jantung 1 1
pisang
Distribusi pantangan untuk ibu hamil primi dan multi yaitu tidak boleh mengkonsumsi kambing
dan jantung pisang

14. Distribusi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan informasi
kehamailan
No. Tingkat Ibu Hamil Jumlah
Pengetahuan Primi Multi
1 Baik 1 1
2 Kurang 1 1
Distribusi pengetahuan ibu tentang tanda” bahaya kehamilan dan informasi kehamilan primi
baik sedangkan multi kurang

15. Distribusi rencana pertolongan persalinan ibu hamil


No. Penolong Persalinan Jumlah
1 Nakes 2
2 Non – Nakes
3 Belum tahu
Total 2
Distribusi rencana pertolongan persalinan pada nakes sebanyak 2 orang ibu hamil

31
16. Distribusi persiapan teknis persalinan ibu hamil
No PERSIAPA Jenis Golongan Jumlah
. N darah
Dana Perlengkapan ibu dan Transporta O A B AB
anak si
1 Sudah 2 2 2 2 2

2 Belum
Distribusi persiapan teknis persalinan ibu hamil dana,perlengkapan ibu dan anak serta
transportasi sudah ada

17. Distribusi ibu nifas


No Usia Kunjungan Nifas Penolong Jenis persalinan
. (Thn)
6 jam 6 hr 2 mg 6 mg Tdk ada Nakes Non nakes Pervagina Sectio
m
1 <20
2 20-30 1 1 1
3 30-35
4 >35
Jumlah 1 1 1
Distribusi ibu nifas kunjungan nifas usia 20-30 tahun selama 6 hari pada penolong nakes dan
jenis persalinan pervaginam

18. Distribusi rencana penggunaan kontrasepsi selama nifas


No. Jenis Sudah ada rencana Tempat
Sudah Belum Tdk mau Klinik Puskesmas Bides Posyandu
1 Suntik 1 1
2 Pil
3 Spiral
4 Implant
5 Tubektomi
6 Vasektomi
7 Tradisional
Total 1 1
Distribusi rencana penggunaan kontrasepsi selama nifas sudah ada rencana yaitu jenis suntik di
puskesmas

32
19. Distribusi pemberian vitamin A pada bayi
No. Usia (bln) Pemberian Vitamin A Jumlah %
Pertama Kedua Tidak diberikan
1. 0-6 4 4 80
2. >6 -12 1 1 20

20. Distribusi alasan bayi tidak diberikan vitamin A


No. Alasan Jumlah
1 Tidak pernah diberikan
2 Belum cukup umur
3 Tidak tahu manfaatnya/ Lupa 1
Distribusi bayi tidak pernah diberikan vitamin A dengan alasan lupa sebanyak 1 dari 5
bayi.

21. Distribusi kunjungan bayi posyandu dan kepemilikan KMS


No. Kunjungan ke Kepemilikan KMS Jumlah %
posyandu Lengkap Tdk Tidak Terisi
Lengkap
1. Tiap bulan 3 3 60
2. Tidak selalu 2 2 40
3. Tidak pernah

22. Distribusi alasan bayi tidak punya KMS


No. Alasan Jumlah
1 Hilang, tetapi memiliki cadangan 2
2 Hilang, tidak punya cadangan
3 Merasa tidak perlu
4 Tidak diberi petugas
Total
Distribusi bayi tidak punya KMS, akan tetapi memiliki cadangan sebanyak 2 dari 5 bayi.

33
23. Distribusi keadaan gizi bayi sekarang menurut KMS
No. Umur (bln) KMS
Diatas GM GM BGM
1 0-1
2 > 1-6
3 > 6-12 4
Jumlah 4

Distribusi keadaan gizi bayi umur >6-12 bulan berada di atas GM sebanyak 4 dari 5 bayi
dimana 1 bayi tidak memiliki KMS.

24. Distribusi Imunisasi bayi


N Umu Imunisasi Tempat
o. r Lengkap Belum Tidak Tidak Puskesm Posyan Klini RS
(bln) lengkap lengkap pernah as du k
1 0-1
2 >1-6 1 4 5
3 >6-12
Jumlah 1 4 5
Distribusi imunisasi bayi umur >1-6 bulan lengkap sebanyak 1 bayi.

Lima (5) bayi melakukan imunisasi di posyandu.

Distribusi imunisasi bayi umur >1-6 bulan tidak lengkap sebanyak 4 bayi.

25. Distribusi bayi diberi ASI


No. Pemberian ASI Pertama Kali Ya Tida Jumla %
k h
1 Segera setelah lahir 4 4 80
2 3 hari setelah melahirkan 1 1 20
3 Tidak diberikan ASI -

34
26. Distribusi pemberian MP ASI pada bayi
No. Pemberian MP ASI Ya Tidak Jumlah
1 ˂ 6 bulan 1 3 4
2 > 6 bulan 1 1

Pemberian MP ASI pada bayi umur <6 bulan dilakukan 1 bayi dari 4 bayi
Pemberian MP ASI pada bayi umur >6 bulan dilakukan 1 bayi dari 1

27. Distribusi Balita menurut umur berdasarkan BB dan TB


N Umu Berat badan Tinggi badan
o. r Gizi Gizi Gizi Gizi Sangat Pendek Norma Tingg
(Thn buruk kurang baik lebih pendek (-3 SD l i
) (<- (-3 SD s/d -2 SD- >2 (<-3SD) s/d 2SD (- (>2S
3SD) <-2 SD) 2 SD SD 2SDs/d D)
2 SD
1 1-2 5 5
2 >2-3 13 13

3 >3-5 16 16
Jumlah 34 34
Distribusi balita dengan gizi baik berat badan dan normal dengan tinggi badan sebesar
100%

28. Distribusi kunjungan balita ke posyandu dan kepemilikan KMS


No. Kunjungan ke Kepemilikan KMS Jumlah
Posyandu Lengkap Tidak Tidak terisi
Lengkap
1 Tiap bulan 25 2 27
2 Tidak selalu 4 3 7
3 Tidak pernah
Kunjungan balita tiap bulan ke posyandu dan kepemilikan KMS yang lengkap sebanyak
25 balita dan 2 bayi tidak lengkap.

Kunjungan balita tidak selalu ke posyandu dan kepemilikan KMS yang lengkap sebanyak
25 balita dan 2 bayi tidak lengkap.

35
29. Distribusi alasan Balita tidak punya KMS
No. Alasan Jumlah
1 Hilang, tetapi memiliki cadangan
2 Hilang, tidak punya kartu cadangan 3
3 Merasa tidak perlu 1
4 Tidak diberi petugas
Total 4
Distribusi alasan balita tidak memiliki KMS berdasarkan tabel diatas adalah 3 hilang dan
tidak punya kartu cadangan.

30. Distribusi keadaan gizi balita sekarang menurut KMS


No. Umur (thn) KMS
Diatas GM GM BGM
1 1–2 5
2 >2–3 13
3 >3–5 16
Jumlah 34
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan keadaan gizi sekarang menurut KMS berada diatas
GM sebesar 100%

31. Distribusi Imunisasi Balita


No. Umur Imunisasi Tempat
(thn) Lengkap Belum Tidak Tidak Puskesmas Posyandu Klinik RS
lengkap lengkap pernah
1 1-2 5 1 5
2 >2-3 11 1 1 13
3 >3-5 16 16
Jumlah 31 2 1 34
% 91,2 5,8 3

36
32. Distribusi Remaja Putri tentang pengetahuan kesehatan organ reproduksi serta
sumber informasinya
No Kesehatan Sumber Informasi
. organ Nakes Non Nakes Orang tua Teman sebaya Medsos dll
reproduksi
1 Ya 8 1 10 14 26 1
2 Tidak
Jumlah 8 1 10 14 26 1
% 13,3 1,7 16,7 23,3 43,3 1,7

33. kebiasaan mengganti pembalut


No. Kebiasaan mengganti pembalut Jumlah %
1 1 kali
2 2 – 4 kali 34 57
3 > 4 kali 12 20
Distribusi remaja putri yang belum haid sebesar 23%

34. Distribusi pengetahuan remaja tentang NAPZA


No. Pengetahuan Jumlah %
1 Tahu 29 48
2 Tidak tahu 31 52

35. Distribusi pendapat remaja putri tentang hamil di usia remaja


No. Pendapat Remaja Jumlah %
1 Setuju 12 20
2 Tidak setuju 24 40
3 Tidak tahu 24 20

37
PRIORITAS MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DESA PANTAI LABU PEKAN
DUSUN III

Perhatian Tingkat Kemungkinan


Masalah Point Prev Nilai
Masyarakat bahaya untuk dicegah

58%
pendidikan ++ (2) +++ (3) ++++ (4) ++ (2) 48
masih rendah
43,3%
pengetahuan
remaja putri
tentang organ
++ (2) +++ (3) +++ (3) +++ (3) 54
reproduksi
bersumber
dari media
sosial
40% remaja
putri tidak
tahu tentang ++ (2) +++ (3) +++ (3) ++++ (4) 72
hamil diusia
muda
52% remaja
tidak tahu
+ (1) ++++ (4) ++++ (4) ++ (2) 32
tentang
NAPZA
26% pasangan
menikah pada ++ (2) +++ (3) +++++ (5) ++++ (4) 120
usia <20 tahun

38
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mayoritas mata pencahariaan penduduk Dusun III Pantai Labu Pekan adalah Nelayan,
sebagian kecil lainnya memenuhi kebutuhan hidup dengan bertani dan wiraswasta. Ditinjau
dari segi pendidikan, penduduk dusun ini umumnya hanya mengenyam pendidikan di bangku
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), juga banyak yang tidak
menamatkan SD.

Tingginya kesibukan masyarakat untuk menghadiri penyuluhan oleh petugas kesehatan


juga merupakan faktor yang menyebabkan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai
masalah kesehatan ibu dan anak.

Kurangnya penyuluhan oleh petugas kesehatan terhadap kesehatan reproduksi remaja


juga merupakan faktor yang menyebabkan minimnya pengetahuan remaja mengenai masalah
kesehatan organ reproduksi. Dan juga minimnya kegiatan positif yang dilakukan remaja
seperti karang taruna, remaja mesjid.

Kegiatan PKL komunitas di dusun III desa Pantai Labu pekan Kec. Pantai labu tahun
2022 berjalan dengan cukup lancar meskipun ada beberapa hambatan namun semuanya bisa
diatasi dengan baik.

B. SARAN
1) Perlu diadakan pendekatan secara berkelanjutan pada tokoh masyarakat untuk
memperbaiki pola hidup masyarakat agar sesuai dengan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2) Untuk pembimbing, sebaiknya lebih sering ke lapangan memantau kegiatan peserta
PKL agar setiap kendala dapat teratasi secepatnya.
3) Untuk pengelola PKL, sebaiknya memberikan pembekalan PKL secara teratur dan
rinci layaknya mata kuliah lain sehingga terjadi keseragaman. Terutama dalam hal
pendataan, pelaksanaan kegiatan diskusi, dan analisis data.
4) Kepada seluruh teman-teman mahasiswa untuk lebih berlapang dada dalam
menghadapi segala tantangan di lokasi PKL dan juga perlunya menjaga kekompakan,
kerukunan dan jalinan kerjasama yang baik antara anggota kelompok.

39
5) Kepada masyarakat dan seluruh pihak yang terkait diharapkan untuk lebih
berpartisipasi dalam kegiatan mahasiswa di lapangan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga, Konsep Teori, Proses, dan Praktik Keperawatan
Edisi Pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu

Friedman, 1998.Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC.

Friedman, M. M et al. 2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktik Ed. 5.Jakarta :
EGC.

https://www.psychologymania.com/2012/08/personal-hygiene-saat-menstruasi.html(diakse 20
April 2021).

Kemenkes RI .2018. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Ibu dan Bayi.https://promkes.kemkes.go.id/manfaat-


asi-eksklusif-untuk-ibu-dan-bayi(diakse 20 April 2021).

Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi.


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-
06-10-2015-small.pdf(diakse 20 April 2021).

Marini, Rini. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian imunisasi lanjutan Pentavalen pada
anak 18 Bulan di Desa Paya Bagas kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai tahun
2018 http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/handle/123456789/815 diakses pada tanggal 05
Pebruari tahun 2021

Psychologymania.2008.Personal Hygiene saat menstruasi.

Sudiharto, 2007.Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural.Jakarta: ECG

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (edisi ketiga). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.

41
LAMPIRAN

42
DOKUMENTASI

16 Agustus 2022 (Acara Pembukaan Di Kantaor Balai Desa Pantai Labu Pekan )

17 Agustus 2022 ( Mengikuti Upacara 17 Agustus 2022 di Lapangan 25 )

43
18 Agustus 2022 ( Berpartisipasi Dalam Posyandu Bulanan dan Lomba untuk
meperingatkan 17 Agustus oleh Dusun III )

44
19 Agustus 2022 ( melakukan peengkajian data kepada warga, Berpartisipasi Dalam
Kegiatan Bakti Sosial Dusun III Dan Kunjungan Oleh Dosen Pembimbing )

45
20 Agustus 2022 ( Melakukan pengkajian kerumah warga )

46
21 Agustus 2022 ( Bimbingan Bersama Dosen Pembimbing )

47
23 Agustus 2022 ( Berpartisifasi Dalam Safari KB Dan Melkukan Bimbingan Oleh
Dosen Pembimbing )

24 Agustus 2022 (Pelaksanaan FGD Di Desa Pantai Labu Pekan Dusun III )

48
49

Anda mungkin juga menyukai