Anda di halaman 1dari 29

Asuhan

KegawatdaruratanMaternal pada
Kasus Pendarahan
Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal Antepartum(Kehamilan Trimester
II & III)
Dosen Pengampu : Julietta Hutabarat, SST, M.Keb

DISUSUN
KELOMPOK 4 :
Liska Rahmawati

(P07524419105)

Salva kafadia

sitepu(P07524419109)

Siti Hartati Naibaho

(P07524419112)

Yunita alya nabila

(P07524419119)

KELAS : DIV-IIIC

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini sebagai salah satu tugas Mata Kuliah “KEGAWAT DARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL”
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu di
karenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dan penulis taklupa mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu.
Penulis berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


.

Medan, 23 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………............................2

DAFTAR ISI …………………………………………………...........................3

PENDAHULUAN …………………………………………………………...…,,4

Deksripsi singkat .......................................................................................4

Relavansi ...................................................................................................4

Tujuan pembelajaran .................................................................................4

PETUNJUK BELAJAR ......................................................................................5

KEGIATAN BELAJAR ……………………………………..............................5

URAIAN MATERI .............................................................................................6

RANGKUMAN .................................................................................................24

EVALUASI FORMATIF...................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….........................29


PENDAHULUAN

Deskripsi Deskripsi Singkat,


Deskripsi Relevansi,
Singkat, Tujuan,
Relevansi, danda Deskripsi
Tujuan Singkat, Relevansi,
Pembelajaran
Tujuan, dan Petujuk Belajar

n Petujuk Ber

Sin

Deksripsi singkat

Modul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mampu memahami


tentang ”Asuhan kegawatdaruratan Mternal pada kasus Pendarahan Antepartum (kehamilan
trimester II & III”. Dengan mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Maternal.

Relevansi

Materi dalam modul ini berkaitan dengan mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal danj
Neonatal

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Pada Kasus Pendarahan
Antepartum (Kehamilan Trimester II&III).
PETUNJUK BELAJAR

Sebelum memulai mempelajari modul pembelajaran ini, dianjurkan agar membaca do’a
terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar mendapat keberkatan
ilmu.

1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan belajar secara global. Tujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi uraian
ini,baca sekali lagi secara lebih cermat.Membaca secara cermat bertujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok bahasan
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip dan
konsep essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting. Kemudian anda cari
hubungan antara konsep tersebut,sehingga anda memiliki konsep
4. Bila anda merasa belum yakin dalam membaca uraian pada kegiatan belajar
ini,ulangi lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan pada
kegiatan belajar ini,caranya adalah sebagiai berikut ini :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa-apa saja yang diketahui
dalam soal ini
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut
d. Buat kerangka rencana penyelesaian soal tersebut dengan menuliskan konsep
yang diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal
KEGIATAN BELAJAR

URAIAN MATERI
PENGERTIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan


28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu.
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
usia 20 minggu dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012)
Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa.
(Wiknjosastro, 2008)
Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian
ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan
oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi
yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab
lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk
perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri.
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. (Nugroho, 2012)
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan secara pasti, namun
kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan
vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi
faktor penyebab terjadinya plasenta previa.
Menurut (Cunningham, 2005) terjadinya plasenta previa terdapat
beberapa faktor penyebab diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko
plasenta previa, multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya pendek,
riwayat seksio sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin, leiloma
uteri, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat akibat
merokok.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000 kelahiran
hidup pada periode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran
hidup. Dari hasil survey tersebut terlihat adanya peningkatan angka kematian
ibu di Indonesia (Depkes RI, 2009).
Sedangkan Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak 237 per
100.000 kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada tahun 2005
didapati kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa itu sendiri
(Depkes RI. 2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta
previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa (Depkes RI,
2006). Sedangkan hasil survey di RS.PKU Muhammadiyah Surakarta pada
tahun 2012 terdapat 16 kasus plasenta previa. Dan jumlah kasus plasenta previa
sampai bulan April 2013 terdapat 3 kasus.
Plasenta previa pada kehamilan premature lebih bermasalah karena
persalinan terpaksa, sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian
lainnya oleh proses persalinan.
- Klasifikasi Perdarahan Antepartum
1) Plasenta previa
a) Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagaian dari ostium
uteri internum sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan
Eka, 2013:136).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Sastrawinata, et al,
2005:83).Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya
segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut berimigrasi.Ostium uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala 1 bisa mengubah
luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan
baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital.Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal/
b) Klasifikasi plasenta previa adalah sebagai berikut:

(1) Plasenta previa totalis


Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
(2) Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
(3) Plasenta previa margnalis
Plasenta previa margnalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
(4) Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.
c) Insiden Plasenta Previa,

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal.Uterus bercacat ikut mempertinggi angka
kejadiannya. Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya
berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah
yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil
paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik
yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi
(Prawirohardjo, 2010:496).
d) Etiologi Plasenta Previa
Faktor-faktor etiologi plasenta previa menurut beberapa sumber, adalah sebagai
berikut:
(1) Umur dan paritas
(a) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada umur
dibawah 25 tahun. Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah diantara 20-35 tahun. Pada usia <20 tahun organ reproduksi
seorang wanita belum siap untuk menerima kehamilan demikian juga dengan
jaringan endometriumnya. Ketidaksiapan jaringan endometrium inilah yang
dapat mengakibatkan jaringan plasenta akan melebar diri untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi janin, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri
internum

(2) Sementara itu pada usia >35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya plasenta

previa karena adanya penuaan uterus, sehingga terjadi seklerosis pembuluh


darah arteri kecil dan arteriole mometrium yang menyebabkan aliran darah
ke endometrium tidak merata sehingga
endometrium menjadi kurang subur dan plasenta tumbuh dengan luas
permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat,
yang akhirnya menyebabkan terjadinya plasenta previa
(a) Lebih sering paritas tinggi dari pada paritas rendah.
Hipoplasia endometrium: bila menikah dan hamil pada umur muda. Paritas
lebih dari satu mempertinggi resiko terjadinya plasenta previa karena dalam
kehamilan plasenta mencari tempat yang paling subur untuk berimplantasi. Pada
kehamilan pertama fundus merupakan tempat yang subur dan tempat favorit
untuk plasenta berimplantasi, tetapi seiring bertambahnya frekuensi kehamilan
kesuburan pada fundus akan semakin berkurang Paritas 1-3 merupakan paritas
paling aman bila di tinjau dari kasus kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat
menyebabkan angka kematian ibu tinggi
(3) Endometrium cacat dan bekas persalinan berulang- ulang, bekas operasi,

bekas kuretase, dan manual plasenta.Pada operasi seksio caesarea dilakukan


sayatan pada dinding uterus sehingga dapat mengakibatkan perubahan atropi
pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat
mengakibatkan aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta
mencari tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik untuk
berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga dapat menutup
sebagian atau seluruh ostium uteri internum, demikian pula dengan bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta (Trianingsih, I, dkk, 2015).
(4) Korpus leteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.


(5) Tumor, seperti tumor mioma uteri, polip dan endometrium Plasenta previa

dapat disebabkan oleh tumor dalam hal ini mioma uteri dan polip
endometrium karena basanya mioma dan polip tersebut tumbuh pada fundus
uteri sehingga dalam kehamilan plasenta akan mencari tempat yang masih
tersedia untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim sehingga menutupi
ostium uteri internum. Di samping itu tumor yang membesar dalam uterus
dapat menekan plasenta sehingga bergeser dan menutupi ostium uteri
internum

(6) Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta
menipis, umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan.Pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Pendarahan tidak dapat di hindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal
Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus
plasenta previa adalah sebagai berikut:
(a) Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada
malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah masih
tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat sedikit atau
banyak sehingga timbul gejala. Biasa perdarahan sebelum bulan ketujuh
memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus, perdarahan pada
plasenta previa di sebabkan karena pergerakan antara plasenta dengan
dinding rahim.Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak
pada kutub bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul,
karena hal tersebut di atas, juga ukuran panjang rahim berkurang maka
plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak
(1) Dampak

(a) Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu perdarahan yang

hebat, Infeksisepsis dan emboli udara


(b) Sementara bahaya untuk janinnya antara lain yaitu Hipoksia, Perdarahan dan
syok

Klasifikasi lain dari plasenta previa adalah sebagai berikut :


1. Tipe I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan

berimplantasi < 5cm dari ostium uteri internum


2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak
menutupinya
3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris
4. Tipe IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri internum
Tipe I dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor sedangkan tipe III
dan IV disebut plesanta previa mayor.
PENGKAJIAN DATA
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1) Anamnesis

2) Pemeriksaan KU dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

3) Pemeriksaan khusus
4) Pemeriksaan penunjang identifikasi data dasar, penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti pada saat pengumpulan data. Karena baik klien, suami,
maupun keluarga dalam hal ini terbuka dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan, yang berhubungan dengan keadaan klien sehingga memudahkan
penulis dalam pengumpulan data.
Demikian pula pada pemeriksaan fisik, pemantauan TTV, dan
pemeriksaan lainnya, tidak ditemukan adanya hambatan karena klien senantiasa
siap untuk diperiksa, karena pada prinsipnya, semua pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengontrol keadaan klien itu sendiri.

DIAGNOSA
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.
a. Anamnesis/ keluhan:
1) Gejala pertama yang membawa ibu hamil ke dokter atau rumah sakit

ialah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu


2) Sifat perdarahannya adalah:

a) Tanpa sebab (causeless): Perdarahan timbul sekonyong-konyong


tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur
misalnya pada pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah.
b) Tanpa nyeri (painless)

c) Berulang (recurrent): Perdarahan cenderung berulang dengan


volume yang lebihbanyak dari sebelumnya.
b. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

a) Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, darah

beku dansebagainya.
b) Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis.
2) Palpasi

a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

b) Sering dijupai kesalahan letak janin


c) Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala

masih goyangatau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas


panggul
d) Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen

bawah rahim terutama pada ibu yang kurus

c) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk
dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
Bahaya pemeriksaan dalam:
a) dapat menyebabkan perdarahan yang hebat

b) Infeksi

c) Menimbulkan his, dan kemudian terjadilah partus prematurus.

Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam


a) pasang infus dan persiapkan donor darah

b) PD dilakukan di kamar bedah

c) Dilakukan secara hati-hati dan lembut

d) Jangan langsung masuk ke dalam canalis servikalis tapi raba dulu bantalan

antara jari dankepala janin pada forniks (uji forniks)


e) Bila ada darah beku, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan

Kegunaan PD dalam perdarahan antepartum


a) menegakan diagnosa
b) menentukan jenis dan klasifikasi

plasenta previaIndikasi PD pada


perdarahan antepartum
a) perdarahan banyak, >500 cc

b) perdarahan berulang (recurrent)

c) perdarahan sekali, banyak, HB < 8 g%

d) his ada dan janin

d. Pemeriksaan dengan alat


1) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksernum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio
porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva,
dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai.

2) Pemeriksaan radiografi dan radioisotopi


Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
radiografi dan radioisotopi. Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang
ahli, akan tetapi ibu dan janin pada pemeriksaan ini masih dihadapkan pada
bahaya radiasi yang cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan.

3) Ultrasonografi
Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak
menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu maupun janinnya, dan tidak menimbulkan
rasa nyeri
PENATALAKSANAAN
a. Terapi Spesifik
1) Terapi ekspektatif
a) Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa

melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Syarat-syarat terapi


ekspektif :
(1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
(2) Belum ada tanda-tanda inpartu.

(3) Keadaan umum ibu cukup baik.

(4) Janin masih hidup.

b) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

c) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.

d) Berikan tokolitik bila ada kontraksi

e) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.

f) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada

disekitar ostium uteriinterim.


g) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih

lama, pasien dapatdipulangkan untuk rawat jalan.

Terapi aktif (tindakan segera).


Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang
maturitas janin. Lakukan PDMO jika :
a) Infus/ transfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
b) Kehamilan > 37 minggu (berat badan ≥ 2500 gram) dan inpartu.

c) Janin telah meninggal atau terdapat anomali congenital

mayor, sepertianeasefali.
d) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh

melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar
Pengertian Solulusio Plasenta
Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempt implantasinya sebelum
janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage.
Beberapa
jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput
ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan
eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan
diantara plasenta yang terlepas n uterus serta menyebabkan perdarahan yang
tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.
- Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta
 Solusio plasenta ringan.

Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang


dari seperlima bagian. Perut ibu mash lemas sehingga bagian janin
mudah diraba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat
perdarahan hitam per vagina.

 Solusio plasenta sedang.

Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian


dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang dan bagian
janin sulit di raba. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai
IUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan ketuban tegang. Tanda
persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.

 Solusio plasenta berat.

Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian.Perut nyeri


dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut seperti papan. Janin
sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam
ditemukan ketuban tampak tegang. Darah dapat masuk otot rahim,
uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri seta perdarahan
pascapartus.
Pengkajian data
Pada langkah pertama in dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi Klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda tanda vital, pemeriksaan Khusus
dan pemeriksaan penunjang Proses pen gumpulan data mencakup data
subjektif dan data objektif, adalah sebagai berikut:
1. Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan
dengan informasi atau komunikasi
2. Data objektif
Data yang diperoleh melalui hail observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnosis
lain

Diagnosa
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup
luas. Sebagai contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali
meskipun pelepasan plasenta belum begitu las sehingga menimbulkan
efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal
tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin
meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar
bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih
tinggi, namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga
pemberian transfusi sering tidak memadai atau terlambat.
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio
plasenta antara lain:
Anamnesis
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat
menunjukkan
 tempt yang dirasa paling sakit.
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-
konyong (non-
 recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang
berwama
 kehitaman.
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya
berhenti (anak
 tidak bergerak lagi).
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
Ibu terlihat
 anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi.

 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.


 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
 Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu)

3. Palpasi

 Tinggi fundus uteri (FU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.


 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
(wooden
 uterus) baik waktu his maupun di luar his.
 Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
 Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

21
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turn di bawah 100 dan akhimya hilang bila
plasenta yang terlepas
lebih dari satu per tiga bagian.
5. Pemeriksaan Dalam

 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.


 Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.
 Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta
ini akan turn ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turn dan pasien jatuh dalam
keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
7. Pemeriksaan Laboratorium
 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder
dan leukosit.
 Darah: Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation
test) tiap jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif
fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%).

22
8. Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis
dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat
koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta
yang disebut hematoma retroplacenter.

9. Pemeriksaaan Ultrasonografì (USG)


Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
 Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
 Darah.

2.8 Penatalaksanaan
2)Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin mash imatur
serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi
tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan
langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia. anemia dan hipoksia ibu
sehingga fungi plasenta yang masih berimplantasi dapat
dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio
plasenta yang nyata secara klinis
- Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio
caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena a mengalami
hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta
sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih
dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya
sedemikian eras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif tau terdapat penyulit obstetric yang
menghalangi persalinan pervaginam.
23
RANGKUMAN

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah


kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Plasenta Previa adalah plasenta
yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal,
plasenta terletak di bagian atas uterus.
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempt implantasinya
sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam
berdasarkan tingkat keparahanna, tingkat keparahan in dilihat dari volume
perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma
langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali
pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena
kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution
plasenta.
Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu
sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan
kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung
timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution
plenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan
seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.
Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara
konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut
mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.

24
Latihan soal

1. Yang dimaksut dengan Plasenta Previa adalah

a. Plasenta yang berimplantasi pada corpus belakang rahim sehingga menutupi


sebagian ostium uteri eksternum
b. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
c. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
seluruh atau sebagian dari ostium uteri eksternum
d. Plasenta yang terlepas sebagian atau seluruh permukaan maternalnya dari
tempat implantasinya yang normal sebelum anak lahir
e. Plasenta yang terlepas sebagian atau seluruh permukaan fetalnya dari tempat
implantasinya yang normal sebelum anak lahir

2. Plasenta letak rendah adalah


a. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak ± 2 cm dari ostium uteri eksternum
b. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak > 2 cm dari ostium uteri eksternum
c. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak ± 2 cm dari ostium uteri internum
d. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak > 2 cm dari ostium uteri internum
e. Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak < 2 cm dari ostium uteri internum

3. Insiden dari plasenta Previa adalah


a.1/300
b.1/200
c.1/100
d.1/50
.1/10

25
4) Yang bukan faktor risiko terjadinya plasenta prvia adalah

a. Paritas tinggi
b.Usia >30 tahun
c.Kehamilan ganda
d.Cacat uterus
e.Trauma tumpul pada perut

5) Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah


a. Rasa nyeri perut dan uterus tegang terus menerus
b. Perdarahan berwarna tua kehitaman yang keluar melalui vagina
c. Pendarahan uterus keluar melalui vagina berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri
d.Palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan
e.Keadaan janin biasanya sudah gawat

6) Perdarahan pada plasenta previa menjadi bertambah umumnya disebabkan


oleh

a. Luas plasenta yang terlpas telah melebihi 50%


b. Perdarahan masuk kekantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
karenanya
c. Bagian plasentasekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
d. Serviks dan segmen bawah rahim lebih rapuh dan mudah mengalami
robekan
e.Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim

7.Yang bukan merupakan cara mendiagnosa plasenta Previa adalah

a.Double set-up examination


b.Transabdominal Ultrasonografi
c.Transvaginal Ultrasosogravi
d.Trasperineal sonografi
e.Pemeriksaan alfa-feto-protein serum dan hCG serum ibu

8.Pasien dengan plasenta previa berisiko paling tinggi untuk mengalami

a. Pendarahan pasca salin


b.Kelainan letak janin
c.Seksio sesarea
d.Kematian janin
e.Solusio Plasenta
26
9. Pada Kehamilan antara 24 sampai 34 minggu pada plasenta previa diberikan
stroid dalam perawatan antenatal untuk

a. Menghentikan Perdarahan
b.Menekan reaksi Inflamasi
c.Pematangan paru janin
d.Mencegah perdarahan berulang
e. Mengurangi stres pada ibu

10.Komplikasi utama yang bisa terjadi pada plesenta previa adalah

a. Perdarahan berulang, semakin banyak dan terus menerus sehingga


menyebabkan anemia bahkan syok
b. Perdarahan retroplasenta yang menyebabkan syok hipovolemik dan
gangguan pembekuan darah
c. Kematian janin yang terjadi sangat cepat
d. Sindroma Sheehan yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofise
e. Pembekuan darah intravaskular yang luas (disseminated intravascular
coagulation) lebih sering terjadi daripada solusio plasenta

27
Kunci jawaban

1) B

2) C

3) A

4) E

5) C

6) D

7) E

8) E

9) C

10) A

28
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Chandarnita, dkk, 2017. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-


ginekologisosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2018. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Wong, Dona L, dkk,. 2017. Maternal child nursing care 2' edition. Santa
Luis: Mosby Inc
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2017. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2017. Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi, dan
Keluarga Berencana. Jakarta: Arcan.

29

Anda mungkin juga menyukai