Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN LUKA

Dosen : Dr. Lindanur Sipatuh. S.Kep., Ns., MM

Disusun oleh

Nama: FEBRIANI
NIM: PO7120120012

POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN


PRODI D III KEPERAWATAN PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “keperawatan

Luka”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

keperawatan Luka. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr.

Lindanur Sipatuh. S.Kep., Ns.,MM selaku dosen mata kuliah yang sudah

memberikan arahan kepada penulis dalam mata kuliah keperawatan Luka dalam

penyusunan makalah.

Akhir kata tidak ada sesuatu yang sempurna didunia ini, penulis

menyadari atas kekurangan dalam penyusunan makalah . Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun penulis harapkan bagi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan

tambahan pengetahuan.

PENYUSUN

FEBRIANI

ii
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................


A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
BAB II Tinjau Pustaka .............................................................................
A. Konsep Luka Dekubitus...................................................................
1. Definisi .....................................................................................
2. Patofisiologi .............................................................................
3. Komplikasi .............................................................................
A. Pencegahan Luka Dekubitus ...........................................................
B. Manajemen Perawatan Luka Dekubitus..........................................
BAB Ⅲ PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dekubitus merupakan kerusakan jaringan setempat atau luka yang

diakibatkan oleh tekanan dari luar yang berlebih pada umumnya terjadi

pada pasien yang menderita penyakit kronik yang sering berbaring lama

ditempat tidur. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena

trauma dan pembedahan, namun dapat disebabkan juga karena kulit

tertekan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan iritasi dan akan

berkembang menjadi dekubitus atau luka tekan (Sari, 2017).

Dekubitus adalah nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi

ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan

eksternal dalam jangka waktu yang lama (Potter & Perry, 2011).

Menurut National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP), luka

tekan merupakan area jaringan yang cedera pada kulit atau jaringan lunak

yang melapisi tulang yang menonjol atau terkait dengan perangkat medis

atau peralatan lainnya. Luka tekan terjadi akibat penekanan yang terjadi

secara terus menerus dan berkepanjangan atau gesekan pada kulit

(NPUAP, 2019).

Terdapat beberapa jenis penanganan pasien dekubitus antara lain

memberikan kasur anti dekubitus dan bantal kecil sebagai penyangga.

Penanganan dekubitus tersebut juga tidak terlepas dari tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan mobilisasi atau

iv
pengaturan posisi. Tindakan Alih baring untuk pencegahan luka

dengan pengaturan perubahan posisi setiap 2 jam dapat melancarkan

peredaran darah serta memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh

mengembalikan kerja fisiologi organ-organ vital dan perubahan posisi juga

memungkinkan kulit yang tertekan terekspos udara (Ernawati, 2014).

Pasien dengan tirah baring dalam jangka waktu yang lama

mempunyai risiko gangguan integritas kulit akibat tekanan yang lama,

iritasi kulit, atau imobilisasi (bedrest) yang akhirnya berdampak pada

timbulnya luka dekubitus (sumara, 2015).

Tirah baring merupakan salah satu peran perawat dalam pemberian

pelayanan keperawatan, karena perawat merupakan salah satu anggota tim

kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien selama 24 jam

(Sumara, 2019). Tirah baring merupakan rehabilitasi awal yang dapat

mengurangi semua komplikasi yang berhubungan dengan tempat tidur

diantaranya adalah dekubitus, kekakuan sendi kontraktur.

Tirah baring merupakan pengaturan posisi yang diberikan untuk

mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit dalam posisi duduk atau

berbaring serta memberikan kenyamanan pada klien (kozier, 2019).

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Konsep Dasar Perawatan Luka Dekubitus?

2) Bagaimana Pencegahan Luka Dekubitus?

3) Bagaimana Manajemen Perawatan Luka Dekubitus

v
C. Tujuan Penulis

1) Untuk Mengetahui Konsep Perawatan Luka Dekubitus

2) Untuk Mengetahui Pencegahan Luka Dekubitus

3) Untuk Mengetahui Manajemen Perawat Luka Dekubitus

vi
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Luka Dekubitus

1. Definisi Luka Dekubitus

Ulkus dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi

kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan

penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa

(Revis, 2016). Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai

jaringan bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang

akibat adanya penekanan pada sirkulasi darah setempat. Walaupun

semua bagian tubuh dapat mengalami dekubitus bagian bawah dari

tubuhlah yang terutama berisiko tinggi dan membutuhkan perhatian

khusus (Kris, 2015).

Dekubitus adalah tekanan, daya regang, friksi atau gesekan,

dan kelembaban. Efek tekanan pada jaringan diatas tulang yang

menonjol menyebabkan iskemia dan toksin seluler yang berhubungan

dengan oklusi pembuluh darah dan limfatik, sementara efeknya

terhadap timbulnya trauma lebih kecil (Jatmiko, 2017).

2. Patofisiologi Dekubitus

Kerusakan jaringan terjadi ketika tekanan melebihi cappilary

closing pressure normalnya 13-32 mmHg (Wolf et al, 2015). Setelah

periode iskemik, kulit yang berwarna putih atau warna cerah dapat

berubah menjadi reaktif hiperemik yang normal dan abnormal. Reaktif


5

hiperemik yang normal ditandai dengan adanya vasodilatasi

yang normal sebagai respon tubuh akan kekurangan aliran darah

kejaringan dibawanya biasanya kurang dari satu jam. Sedangkan

reaktif hiperemik yang abnormal yakni vasodilatasi yang berlebih yang

baru dapat berhenti > 1 jam hingga 2 (dua) minggu setelah tekanan

hilang (crisp & taylor, 2014).

3. Komplikasi dekubitus

Dekubitus atau luka tekan merupakan sebuah tantangan klinis

bagi perawat, yakni terkait dengan tindakan preventif perawat dan

mengenai pentalaksanaan pada setiap tahap terjadinya komplikasi yang

tidak diharapkan. Dekubitus memiliki dampak yang serius, baik secara

klinis, psikologis, sosial dan implikasi ekonomi. Dampak secara klinis

yang lebih ekstrim lagi yakni pasien meninggal akibat dari komplikasi

dekubitus tersebut. Hal ini didukung dari pernyataan (Ayello, 2014)

bahwa dekubitus menimbulkan kompilkasi serius pada pasien, seperti

sepsis bahkan kematian.

B. Pencegahan Luka Dekubitus

Beberapa petunjuk untuk mencegah timbulnya dekubitus menurut

(Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006).

1) Perbaikan keadaan umum penderita

Kita dapat ikut bekerja sama dalam usaha memperbaiki keadaan umum

penderita dengan mengikuti segala nasihat yang diberikan oleh dokter

yang merawat dan mengobati. Suatu susunan makanan yang baik,


6

dimana terutama harus terdapat cukup banyak protein an penting

mengusahakan pula agar pemasukan cairan mencukupi.

2) Pemeliharaan dan Perawatan kulit yang baik

3) Kulit kita perlu dibasuh dan dibersihkan secara teratur. Di samping itu,

kulit harus pula kita keringkan dengan baik. Kalau perlu lindungilah

kulit kita dengan menggosoknya dengan krem cuci lanette atau suatu

krem pelindung yang lain. Dengan pembasuhan dan penggosokan,

maka peredaran darah kulit merangsang pembuluh darah yang terdapat

pada permukaan tubuh kita.

4) Papan/ alas tempat tidur yang baik

Papan/alas tempat tidur, penderita harus berbaring, hendaknya

keadaannya rata, kering dan elastis.

Elastisitas alas tempat tidur dapat kita perbaiki dengan:

a) Cincin udara (terutama rumah perawatan keberatan

mempergunakan alat tersebut)

b) Lempeng karet busa atau busa plastik

c) Kulit domba

d) Tempat tidur udara atau air

e) Kasur anti dekubitus

f) Tempat tidur khusus

g) Bantal gelatin

h) Bye-bye/bantal udara
7

i) Tumit dan siku penderita dapat kita bungkus dengan bahan yang

dapat memegas dengan baik.

5) Pencegahan terjadi luka

Untuk mencegah terjadinya luka pada penderita, maka perawat yang

bertugas merawat penderita tidak diperkenankan antara lain memakai

perhiasan dan memelihara kuku sampai panjang.

6) Berbaring yang berubah-ubah

Dengan selang waktu tertentu, misalnya setiap 2-3 jam sekali,

secara bergantian penderita kita baringkan pada punggung, sisi kiri

atau sisi kiri atau sisi kanan tubuh mereka. Dalam melakukan tindakan

ini Anda hendaknya selalu memperhatikan waktu berkunjung dan

waktu makan. Pada keadaan-keadaan tertentu, dapat juga diterapkan

kedudukan berbaring pada perut atau sikap tubuh setengah miring,

yang ditompang dengan sejumlah bantal atau kantung pasir. Sebelum

kita menerapkan sikap tubuh lain pada penderita, mereka lebih dahulu

kita gosok, setelah sebelumnya mereka kita basuh. Berbaring berubah

ubah hanya mempunyai arti kalau dapat kita terapkan dengan baik.

Oleh karena itu, kita perlu membuat sebuah daftar yang berisi waktu

pelaksanaan dan sikap tubuh yang harus diterapkan pada penderita

pada masing-masing waktu tersebut. Kita mutlak perlu melaksanakan

jumlah dan sikap tubuh yang lelah ditetapkan setiap 24 jam. Pada

pengobatan dan perawatan dekubitus, pertama harus kita terapkan apa

yang telah diketengahkan pada waktu pembicaraan mengenai


8

pencegahan terjadinya dekubitus. Kalau keadaan penderita

mengizinkan, pengeterapan skema berbaring yang diubah ubah, yang

dilaksanakan secara ketat, memang merupakan tuntutan yang pertama

harus dikerjakan. Bergantung kepada penderita dan pandangan dan

pendapat yang dianut di masing-masing tempat perawatan tersebut,

maka dipergunakan salep yang bekerjanya menyembuhkan,

mendesinfektan, atau yang mempunyai daya kerja yang lain. Dengan

permufakatan dan atas nasehat dokter yang merawat, maka kita

berusaha memperbaiki keadaan umum dan peredaran darah penderita.

C. Manajemen perawatan luka dekubitus

Luka dekubitus diidentikkan dengan luka tekan, luka gesekan atau

luka pergeseran akibat baring lama. Luka tekan atau luka dekubitus yang

terjadi pada klien selalu menjadi satu kesalahan perawat dalam pemberian

pelayanan keperawatan. Manusia kehilangan sekitar satu gram sel kulit

setiap harinya akibat gesekan kulit pada baju dan aktivitas higiene yang

dilakukan setiap hari seperti mandi, lulur penggunaan lotion dan lain-lain.

Luka dekubitus juga dihubungkan dengan klien yang terjadi

gangguan neurologi seperti stroke, atau kondisi para plegi atau placid pada

ekstremitas sehingga klien tidak dapat melakukan mobilisasi. Di negara

maju angka dekubitus sudah sangat rendah walaupun jumlah klien dengan

immobilisasi banyak, hal ini di karenakan adanya perubahan posisi

sehingga tekanan pada tubuh pada satu area tubuh dapat berganti, selain

itu kualitas tempat tidur yang baik seperti “big cell” yang didesain khusus
9

untuk klien dekubitus. Dekubitus merupakan suatu harus yang serius,

dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut

usia. Di negara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai

sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.

Kejadian luka dekubitus di Indonesia 33,3 % (Suriadi,2007) sedangkan di

ASEAN (Jepang, Korea & Cina) berkisar 2,1 % s.d. 18 % sedangkan studi

Internasional menyebutkan angka 1,9 % s.d 63,6 Di Negara kita terutama

di Rumah sakit pemerintah, kualitas tempat belum mendukung untuk

pencegahan atau terapi pada klien dengan dekubitus, sehingga perawat

dituntut untuk dapat melakukan modifikasi agar resiko dekubitus dapat di

cegah serta penderita dekubitus dapat teratasi segera. Akhirnya angka

kesakitan dan kematian akibat dekubitus dapat di turunkan atau tidak ada

kematian karena luka dekubitus.

Luka Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan

dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat

adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus dalam waktu lama

sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat (WOCN

Society,2003 dalam Bryant, 2007) Faktor Predisposisi Terjadinya Luka

Dekubitus

a) Faktor Intrinsik

1) Usia

2) Kondisi Kulit

3) Mobilitas
10

4) Status Nutrisi

5) Perfusi Jaringan

b) Intrinsik;

1) Tekanan,Geseran dan Gesekan

2) Kelembaban

3) Lokasi Penekanan

Semua bagian tubuh manusia dapat mengalami dekubitus, namun

bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan

membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa terjadi dekubitus adalah

tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan

lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan

spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku usia lanjut

mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit

berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain;

a) Berkurangnya jaringan lemak subkutan

b) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin

c) Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit

menjadi lebih tipis dan rapuh.

TIPE ULKUS DEKUBITUS

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu

ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit

sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga;


11

1) Tipe normal

Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC

dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan

sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat

akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah

sebenarnya baik.

2) Tipe arterioskelerosis

Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus

dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran

darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut

perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan.

Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.

3) Tipe terminal

Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan

sembuh.
12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

diwaspadaii terjadinya decubitus jika ditemui tanda-tanda seperti kulit

tampak kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada

keadaan yang lebih lanjut kulit kemerahan di sertai adanya pengelupasan

sedikit. Bila keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu akan terjadi kerusakan

kulit dengan batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai

tulang dan lapisan di bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan

baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang dan

peningkatan biaya rumah sakit. Upaya pencegahan decubitus meliputi

mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi yang

adekuat, penggunaan alat/ sarana dan penataan lingkungan perawatan serta

pendidikan kesehatan.

Perawat yang terlibat di dalam pendidikan kesehatan agar lebih

menyadari bahwa tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan klien untuk mencegah terjadinya luka decubitus akan

sangat mempengaruhi sikap dan perilaku klien tersebut dalam melakukan

tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya luka decubitus.

Oleh karena itu perawat perlu memahami secara komprehensif tentang

luka dekubitus agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi

keperawatan yang tepat untuk klien yang berisiko terkena luka tekan serta
13

meningkatkan peran aktif klien dan keluarganya untuk dapat

melakukan perawatan secara mandiri.

B. Saran

Sebagai seorang perawat harus benar benar mengetahui

bagaimana cara merawat luka, baik itu luka akut, kronik dan lain lain

sesuai penggolongan lukanya, oleh karena itu kita harus selalu belajar

supaya kita dapat merawat luka sesuai proserdur yang dianjurkan. Selain

itu perlu belajar lebih banyak dan menggali informasi dari berbagai

sumber, seperti mengikuti seminar, pelatihan dll. Agar dapat

mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan sebaik-baiknya dan dapat

mencegah terjadinya decubitus pada pasien. Perawat perlu lebih sigap dan

cermat dalam melihat tanda-tanda dan gejala dari decubitus dan bisa

menanganinya dengan cepat agar luka decubitus tidak sampai pada

stadium akhir. Perlu juga memotivasi pasien memberi dorongan memberi

edukasi tentang decubitus kepada klien ataupun pasien.

DAFTAR PUSTAKA
14

Crisp, Jackie, Chaterine Taylor. 2014. Potter and Perry’s Fundamentals of


Nursing.Australia: Elsevier
Sari, Y. 2017. Luka Tekan (Pressure Ulcer) : Penyebab dan Pencegahan.
Diperoleh dari www.ppni.com, dilihat 22 Desember 2021
National Pressure Ulcer Advisory Panel. 2019. Pressure Injury Complications:
Diagnostic Dilemmas. Diperoleh dari https://www.npuap.org, dilihat 22
Desember 2021.
Olvin Kristin Manengkey, Rusdiyana Tongkat (2018). “Hubungan pengetahuan
perawat tentang perawatan luka dekubitus dengan pelaksanaan
perawatan luka dekubitus di ruang rawat inap rumah sakit robert wolker
mongisidik Tk. II Manado”. Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia Manado Volume 06 No. 2 Agustus 2018.
Patricia A.potter & Anne Griffin Perry.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Edisi 4 Volume 2. EGC: Jakarta.

Suriadi. (2014) Manajemen luka. Sagung Seto. Jakarta.


Suriadi. (2016) Pengkajian luka dan Penatalaksanaannya. Sagung Seto : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai