Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGKAJIAN RESIKO DECUBITUS DAN PHLEBITIS

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh :
1. Pita Puspa Ulhusnah P1337420617011
2. Aji Wisnu Wardhana P1337420617012
3. Yohanes Prasetyo Adi P1337420617013
4. Hafidh Kumara Akbar P1337420617014
5. Inna Nur Hayati P1337420617015
6. Nur Indah Puspitasari P1337420617017

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


TAHUN AJARAN 2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan dengan
judul “Pengkajian Resiko Decubitus dan Phlebitis” telah disahkan dan disetujui pada :

hari :

tanggal :

Semarang, 09 Februari 2018

Mugi Hartoyo, MN
NIP. 19680920 199403 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas masalah “Pengkajian Resiko Decubitus dan Plebitis“.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tim Penyusun

iii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. iii
Daftar Isi ................................................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ......................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 1
1.4. Manfaat ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 3
2.1. Decubitus ................................................................................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Decubitus ...................................................................................................... 3
2.1.2. Penyebab Decubitus ....................................................................................................... 4
2.1.3. Pencegahan dan Pengobatan Decubitus ........................................................................ 5
2.1.4. Cara Pengkajian Decubitus.............................................................................................. 7
2.2. Phlebitis................................................................................................................................... 7
2.2.1. Pengertian Phlebitis ...................................................................................................... 87
2.2.2. Penyebab Phlebitis .......................................................................................................... 8
2.2.3. Pencegahan dan Pengobatan Phlebitis ........................................................................... 9
2.2.4. Cara Pengkajian Phlebitis .............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................ 11
3.2. Saran ..................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah memeprtahankan
integriras kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi penting
untuk menjamin perawatan yang berkualitas tinggi (Hoff, 1989). Gangguan integritas kulit terjadi
akibat tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi, sehibgga menyebabkan terjadi decubitus. Oleh
karena itu sebagai perawat kita harus mengenal tentang decubitus sehingga dapat mencegah dan
mengenal gejala awal dari decubitus.

Sedangkan Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. Terapi interavena
adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan cairan, obat atau vitamin
kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intra vena ( IV ) terletak
pada sistem infus atau tempat menusukkan vena.

Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis, perjalanan


penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika trombus terlepas kemudian diangkut dalam
aliran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang bisa menyumbat
atrioventrikular secara mendadak dan menimbulkan kematian.

.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari decubitus dan phlebitis?


2. Apa saja faktor yang menyebabkan decubitus dan phlebitis?
3. Bagaimana cara mengkaji pasien decubitus dan phlebitis?
4. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan decubitus dan phlebitis?

1.3. Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini adalah pembaca semakin mengenal tentang
decubitus sehingga dapat mencegah dan mengenal gejala awal dari decubitus.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi tentang decubitus dan phlebitis

1
2. Untuk mengetahui penyebab dari decubitus dan phlebitis
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan decubitus dan phlebitis
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengkaji pasien decubitus dan phlebitis
5. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan dan pengobatan decubitus dan
phlebitis

1.4. Manfaat
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan serta untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang resiko decubitus dan
phlebitis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Decubitus
2.1.1. Pengertian Decubitus
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari
tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan
urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas
kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu
yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran
(Margolis 1995)
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi ketika
jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka
waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).

National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP)


Pada Tahun 2007 membagi stage luka tekan menjadi empat dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Stage I : Kulit berwarna kemerahan, pucat pada kulit putih, biru, merah atau ungu
pada kulit hitam. Temperatur kulit berubah hangat atau dingin, bentuk perubahan
menetap dan ada sensasi gatal atau nyeri.
2. Stage II : Hilangnya sebagian lapisan kulit namun tidak lebih dalam dari dermis,
terjadi abrasi, lepuhan, luka dangkal dan superfisial.

3
3. Stage III : Kehilangan lapisan kulit secara lengkap meliputi subkutis, termasuk
jaringan lemak dibawahnya atau lebih dalam lagi namun tidak sampai fascia. Luka
mungkin membentuk lubang yang dalam.
4. Stage IV : Kehilangan lapisan kulit secara lengkap hingga tampak tendon, tulang,
ruang sendi. Berpotensi untuk terjadi destruksi dan risiko osteomyelitis. Gambaran
karakteristik masing-masing stage tersebut dapat dilihat dengan jelas pada gambar:

2.1.2. Penyebab Decubitus


1. Faktor Intrinsik
a. Usia
Usia lanjut mudah sekali untuk terjadi luka decubitus, hal ini karena
pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya
penurunan elastisitas kulit, dan kurangnya sirkulasi pada dermis.
b. Temperatur
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan
berpengaruh pada temperatur jaringan. Dengan adanya peningkatan
temperatur ini akan beresiko terhadap iskemik jaringan.
c. Nutrisi
Menurut hasil penelitian resiko decubitus terjadi pada pasien yang
mengalami malnutrisi.
2. Faktor Ekstrinsik

4
a. Tekanan
Pasien yang mengalami tekanan pada jangka waktu yang lama akan
menyebabkan jaringan mengalami iskemik.
b. Pergesekan dan Pergeseran
Terjadi bila pasien di atas tempat tidur sering merosot dan kulit sering
kali mengalami regangan dan tekanan yang mengakibatkan terjadinya
iskemik pada jaringan.

c. Kelembaban
Kulit yang lembab akan mengkontribusi kulit menjadi maserasi.
Kelembaban ini akibat dari inkontinensia, drain luka, banyak keringat,
dan lainnya. (Suriadi 2004).

2.1.3. Pencegahan dan Pengobatan Decubitus


Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena
pengobatan ulkus dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar.
Tindakan pencegahan dapat dibagi menjadi :
a. Umum :
1) Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita
dan keluarganya.
Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.
b. Khusus :
Mengurangi/menghindari tekanan luaryang berlebihan pada daerah tubuh
tertentu dengan cara : perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang
24 jam. melakukan push up secara teratur pada waktu duduk di kursi roda.
pemakaian berbagai jenis tempat tidur, matras, bantal anti dekubitus seperti
circolectric bed, tilt bed, air-matras; gel flotation pads, sheepskin dan lain-
lain.
Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore),
tetapi dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus
dekubitus. Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan
penderita lain ataupun keluarganya. Perawatan kulit termasuk pembersihan

5
dengan sabun lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin dan
feces. Bila perlu dapat diberikan bedak, losio yang mengandung alkohol dan
emolien.
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal,
sistemik ataupun dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi
penyembuhan terjadi lebih cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada
beberapa hal yang perlu diperhatkan antara lain :
a. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum
sama dengan tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas.
Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama
masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
b. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan
tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik.
Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan,
pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%,
larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta
larutan antiseptik lainnya.
c. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus
akan menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga
menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu
pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat proses penyembuhan
ulkus.

6
2.1.4 Cara Pengkajian Decubitus

2.2 Phlebitis
2.2.1. Pengertian Phlebitis
Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan
atau sepanjang vena. Insiden plebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur
intravena. Komplikasi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama PH dan tonisitasnya), ukuran
dan tempat kanula dimasukkan. Pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya
mikroorganisme pada saat penusukan (Brunner dan Sudarth, 2002).

7
Menurut Infusion Nursing Society (INS, 2006) phlebitis merupakan peradangan pada tunika
intima pembuluh darah vena, yang sering dilaporkan sebagai komplikasi pemberian terapi infus.
Peradangan didapatkan dari mekanisme iritasi yang terjadi pada endhothelium tunika intima vena,
dan perlekatan tombosit pada area tersebut.

2.2.2. Penyebab Phlebitis


Menurut Perdue dalam Hankins (2001) dan Ignatavicius et al (2010) :
1. Usia
Semakin muda usia, pembuluh darah masih rapuh sehingga mudah
pecah, ditambah lagi ketika digerakkan secara tak terkontrol maka
resiko terjadinya phlebitis mekanik dan akan menyulitkan ketika
dilakukan pemasangan, sebaliknya semakin tua akan mengalami
kekakuan pada pembuluh darahnya sehingga menyulitkan ketika
dilakukan pemasangan, serta pembuluh darah sudah tidak dalam
kondisi yang baik (Dougherty & Watson, 2008)
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin perempuan memiliki resiko tinggi mengalami phlebitis
dikarenakan daya tahan perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
Setelah umur 35 tahun, ovarium mulai menurun dalam hal berat dan
ukurannya, serta mengandung lebih sedikit oosit dan struktur folikel,
kemudian menjadi atresia dan folikel yang degeneratif.
3. Penyakit
Riwayat penyakit seperti luka bakar, pembedahan, gangguan fungsi
endokrin, gangguan kardiovaskuler, keganasan, gangguan ginjal
dan lain sebagainya yang dapat mengakibatkan gangguan pada

8
keseimbangan cairan serta menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Pemberian terapi intravena dapat menimbulkan resiko terjadinya
infeksi, temasuk phlebitis karena adanya port d’entry and exit yang
merupakan akses bagi mikroorganisme ke dalam tubuh jika tidak
dilakukan pencegahan (Potter & Perry, 2005).
4. Bahan kanula, panjang, dan ukuran kanula
Bahan kanula biasanya berasal dari bahan non iritatif, dan tidak
mempengaruhi tumbuhnya trombus. Ukuran jarum yang lebih kecil
sebaiknya dipilih untuk mencegah kerusakan intima pembuluh darah
vena dan guna mempertahankan aliran darah sekitar kanula untuk
mencegah terjadinya plebitis.

2.2.3. Pencegahan Phlebitis


Tes darah dapat dilakukan untuk menentukan apakah penyebabnya dari
gangguan pembekuan darah atau adanya gumpalan darah. Scan ultrasound
dapat mencari letak gumpalan darah, terutama di pembuluh dalam kaki atas.
Kadang, untuk mendeteksi gumpalan darah dokter dapat melakukan prosedur
yang bernama venogram.
Beberapa cara untuk mencegah timbulnya phlebitis pada pemasangan
terapi intravena adalah:
a. Menggunakan teknik aseptic yang ketat pada pemasangan dan
manipulasi system intravena keseluruhan
b. Plester hubungan kanula dengan aman untuk menghindari
gerakan dan iritasi vena selanjutnya
c. Mengencerkan obat- obatan yang mengiritasi jika mungkin
obat-obatan terlarut dalam jumlah larutan maksimum
d. d.Rotasi sisi intravena setiap 48-72 jam untuk membatasi iritasi
dinding vena oleh kanula atau obat- obatan.
e. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi
tanda infeksi.
f. Observasi tanda atau reaksi alergi terhadap infus atau
komplikasi lain.

9
Phlebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin,
ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan
anastesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan thrombus dan
kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari. Jika
terjadi di daerah selangkangan, thrombus bisa masuk ke dalam vena
dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini dianjurkan untuk
melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan.
Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum,
pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesic (obat
nyeri), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah
pembentukan gumpalan baru, trombolitik untuk melarutkan bekuan
yang sudah ada, non-steroidobat anti inflamasi (OAINS), seperti
ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika
ada infeksi) (Sambas S.A, 2011)
2.2.4. Cara Pengkajian Phlebitis

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dengan di selesaikannya makalah ini penyusun dapat mengenal tentang


decubitus dan phlebitis sehingga dapat mencegah dan mengenal gejala awal dari
decubitus dan phlebitis.

3.2. Saran

Dengan diberikannya tugas makalah ini diharapkan mahasiswa dapat lebih


meningkatkan kedisiplinan dalam belajar dan juga kedisiplinan dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah.

11
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/5595274/B002ulkus-dekubitus
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/403/4.%20ARIF%20
WIDODO%20SIAP.pdf?sequence=1
Handoyo (2002), Pemakaian skala pengukuran kejadian dekubitus di RSUD
Prof. dr.Margono Purwokerto,
Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006 Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Edisi 4 Volume 2,EGC jakarta.
Judith M.Wilkinson & Nancy R.Ahern,2012 Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 9,EGC jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai