ILLEUS PARALITIK
Tugas dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang
diampu oleh :
Bapak Mugi Hartoyo, MN
Makalah dengan judul Asuhan Keperawatan : Illeus Paralitik telah disahkan oleh Bapak
Mugi Hartoyo, MN pada :
Hari :
Tanggal :
Mugi Hartoyo, MN
NIP : 19680920 199403 1 002
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi besar
yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di Poltekkes
Semarang, dengan judul “Asuhan Keperawatan : Illeus Paralitik” dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada
teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritikdan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iv
BAB I (PENDAHULUAN)
Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah..................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................................ 1
Manfaat Penulisan Makalah...................................................................................................... 2
BAB II (PEMBAHASAN)
Definisi Illeus Paralitik.............................................................................................................. 3
Etiologi Illeus Paralitik.............................................................................................................. 3
Klasifikasi Illeus Paralitik......................................................................................................... 5
Patofisiologi Illeus Paralitik...................................................................................................... 5
Manifestasi Klinis Illeus Paralitik............................................................................................. 6
Penatalaksaan Dasar Illeus Paralitik.......................................................................................... 7
Pemeriksaan Penunjang Illeus Paralitik.................................................................................... 8
Pengkajian pada Pasien dengan Illeus Paralitik........................................................................ 9
Diagnosa Keperawatan............................................................................................................ 11
Intervensi Keperawatan........................................................................................................... 11
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan.............................................................................................................................. 15
Saran........................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Illeus Paralitik?
8. Bagaimana pengkajian pada pasien yang menderita Illeus Paralitik?
9. Apa saja Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien dengan Illeus Paralitik?
10. Bagaimana Intervensi keperawatan pada pasien dengan Illeus Paralitik?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Hernia Inkarserata Eksternal
Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab illeus obstruktif,
dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat
operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan
hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3. Neoplasma
Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan
tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui
kompresi eksternal.
4. Intususepsi Usus Halus
Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5. Penyakit Crohn
Crohn’s disease atau penyakit Crohn adalah salah satu penyakit radang usus
kronis yang menyebabkan terjadinya peradangan pada seluruh lapisan dinding
sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke anus. Akan tetapi penyakit Crohn
umumnya muncul pada bagian usus kecil tepatnya pada bagian ileum dan usus
besar (kolon). Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai
inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus
Volvulus merupakan kelianan berupa puntiran dari segmen usus. Vovulus sering
disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus
lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7. Batu Empedu
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke
traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi.
8. Striktur
Striktur (penyempitan) yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia,
inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.
4
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
10. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
11. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan
kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
5
Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus.
Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya
peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal.
Dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di
usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume
darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus
sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang
mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus
menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus.
Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforais
akan menyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan
peritonitis. Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi
usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara
progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok
hipovolemik. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada
penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan
ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob
yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic.
Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan
infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di
tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron
bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan
kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
alkalosis metabolic. (Price &Wilson, 2007).
6
fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada
awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong
kedepan mulut.
Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.
Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas
adanya distensi abdomen. Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi
syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
2) Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi
pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir
terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid
dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari.
Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat
dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah.
7
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.
Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi:
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan
pada obstruksi ileus:
a. Koreksi Sederhana (Simple Correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
b. Tindakan Operatif By-Pass.
Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian
hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
8
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis
bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
b) Foto Abdomen 3 Posisi
Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding
usus halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance
(gambaran seperti tulang ikan), karena dua dinding usus halus yang menebal dan
menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai
kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi
abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti
tangga yang disebut step ladder appearance di usus halus dan air fluid level
panjang-panjang di kolon.
c) Sigmoidoskopi
Sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruktif.
9
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama dengan pasien.
4. Pola Fungsional
a. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
a) Riwayat pembedahan pada daerah abdomen
b) Gaya hidup: diit rendah serat, olahraga
b. Pola Nutrisi Metabolik
a) Demam
b) Anoreksia
c) Diaphoresis
d) Pucat
e) Leukositosis
f) Distensi abdomen
g) Mual, muntah
h) Asidosis
c. Pola aktivitas dan latihan
a) Sesak napas
b) Mudah lelah
d. Pola Eliminasi
a) Kegagalan mengeluarkan feses
b) Tidak ada flatus pada awal peningkatan bising usus
c) Penurunan peristaltik usus
d) Tidak ada flatus jika obstruksi total
e) Tidak BAB atau BAB cair bila illeus partial
f) Darah pada feses atau perubahan pola BAB (pada CA colon)
g) Kaji total output waspada terhadap syok dan dehidrasi
h) Kaji jumlah urine tanda- tanda retensi urine
e. Pola Persepsi Kognitif Dan Sensori
a) Nyeri abdomen
f. Pola Tidur Dan Istirahat
a) Tidur dan istirahat terganggu akibat nyeri pada abdomen dan sering
muntah.
10
5. Pemeriksaan Fisik Abdomen
a. Inspeksi
Distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada region inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi
dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai
bila ada bekas luka operasi sebelumnya. Kadang teraba massa seperti pada
tumor, invaginasi, hernia, rectal toucher. Selain itu, dapat juga melakukan
pemeriksaan inspeksi pada :
b. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
c. Palpasi
Nyeri tekan di daerah epigastrium
d. Perkusi
Hipertimpani.
11
No. INTERVENSI RASIONAL
Dx
1 Observasi tingkat nyeri Memudahkan perawat dalam
menentukan tingkat nyeri.
Pantau status abdomen tiap 4 jam Diduga inflamasi peritoneal,
memerlukan intervensi medis yang
cepat.
Dorong ambulasi dini dan hindari Menurunkan kekakuan otot dan sendi
duduk yang lama ambulasi atau perubahan posisi sering
menurunkan tekanan perianal.
Pertahankan klien pada posisi semi Menurunkan tekanan diafragma yang
fowler terdorong oleh organ visceral
Pertahankan puasa sampai bising Memungkinkan makanan peroral
usus kembali, distensi abdomen dengan tidak ada bising usus akan
berkurang dan flatus keluar meningkatkan distensi dan
ketidaknyamanan.
Ajarkan teknik relakasi dan Mengurangi nyeri dengan
distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain.
Kolaborasi: Berikan analgesik Menurunkan ambang nyeri dan
sesuai indikasi dan evaluasi meningkatkan kenyamanan
keefektifannya
12
No INTERVENSI RASIONAL
.
Dx
2 Observasi TTV Peningkatan suhu/memanjangnya
demam meningkatkan laju metabolik,
TD ortostatik berubah dan peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik.
Kaji turgor kulit, kelembaban membran Indikator langsung keadekuatan volume
mukosa (bibir, lidah). cairan.
Observasi intake dan output. Indikator keseimbangan cairan terutama
kehilangan cairan
Berikan cairan tambahan intravena sesuai Mengurangi sekresi lambung dan
indikasi. mencuci elektrolit
Kolaborasi: pemberian cairan parenteral, Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,
transfusi sesuai indikasi menurunkan risiko dehidrasi
13
memberikan waktu yang adekuat
untuk penyembuhan usus
Konsultasi dengan ahli gizi Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam
perubahan pencernaan dan fungsi
usus
Kolaborasi: Untuk mencegah mual dan muntah
Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,
mis: proklorperazin (Compazine).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan
keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan
segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau
perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna, infeksi, obstruksi atau
strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus
paralitik terdiri dari ileus mekanik dan neurogenic.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini di harapkan kepada pembaca dapat mengetahui
tinjauan medis ileus paralitik/obstruksi dan asuhan keperawatan dan memberikan
pendapat/saran dari materi yang disajikan oleh penulis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa, Agung.
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
Volume1. Jakarta: EGC.
Donna Ignatavician, (2006). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri:
Elsevier Sounders.
16