Anda di halaman 1dari 21

Makalah perawatan luka decubitus

Dosen Pengampu : Dr. Lindanur Sipatuh. S.Kep., Ns., MM

Disusun Oleh:

Nurwatini

PO7120120019

PRODI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALU

2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang konsep


dasar dan asuhan keperawatan Luka Decubitus, dan sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “ Keperawatan Luka”

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan kita semua.
DAFTAR ISI :

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..........................................................................................5
2. Rumusan Masalah .....................................................................................6
3. Tujuan Penulisan ......................................................................................6
BAB II KONSEP DASAR
1. Definisi ..................................................................................................... 7
2. Etiologi ..................................................................................................... 7
3. Patofisiologi .............................................................................................. 9
4. Faktor Resiko ............................................................................................10
5. Stadium Luka ............................................................................................13
6. Pencegahan Decubitus ..............................................................................15
8. menajemen perawatan luka Decubitus……………………………………16
BAB Ⅲ PENUTUP
1. Kesimpulan ...............................................................................................20
2. Saran .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada klien lanjut usia. Di negara-negara maju,
prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua
minggu pertama dalam perawatan. Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap
umur, tetapi hal ini merupakan masalah  yang khusus pada lansia. Khususnya
pada klien dengan imobilitas.Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk
terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia.
Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan
mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh.
Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integritas kulit
dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat
disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu lama yang menyebabkan
iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus. (Mukti, 2005
dalam jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten”, Setiyawan).
Luka dekubitus merupakan suatu masalah bagi sebagian klien yang dirawat
di rumah sakit atau rumah perawatan lainnya. Mereka memiliki risiko untuk
mengalami terjadinya dekubitus selama perawatan. Penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi luka tekan/ dekubitus bervariasi, tetapi secara umum
dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan akut (acute care), 15-
25% di tatanan perawatan jangka panjang (longterm care), dan 7-12% di
tatanan perawatan rumah (home health care). Ulcus dekubitus dapat menjadi
progresif dan sulit untuk disembuhkan. Komplikasi luka tekan sangat sering
dan mengancam kehidupan. Masalah dekubitus menjadi problem yang cukup
serius. Oleh karena itu perlu pengetahuan cukup tentang dekubitus agar
diagnosis dapat ditegakkan secara dini sehingga penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan segera. (dalam Tinjauan Kepustakaan, “Dekubitus,
Bagaimana Mencegahnya” R. Siti Maryam, Jurusan Keperawatan Prodi
Keperawatan Persahabatan Jakarta).

2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari decubitus?
2. Apa etiologi dari decubitus?
3. Bagaimana proses terjadinya decubitus?
4. Apa faktor resiko terkena decubitus?
5. Apa saja stadium luka decubitus?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit decubitus?

3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar dan asuhan keperawatan tentang Luka
Decubitus.
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui definisi decubitus
- Mengetahui etiologi decubitus
- Mengetahui proses terjadinya decubitus
- Mengetahui faktor resiko decubitus
- Mengetahui stadium luka decubitus
- Mengetahui cara pencegahan penyakit decubitus
- Manajemen perawatan luka decubitus
BAB II
KONSEP DASAR

1. Definisi
Luka dekubitus adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan yang
mengalami nekrosis dan biasanya terjadi pada permukaan tulang yang
menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler (Suriadi 2004). Dekubitus adalah
area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak tertekan antara
tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam
waktu yang lama (Potter & Perry, 1997).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan pengertian dekubitus adalah
kerusakan kulit dan jaringan dibawahnya sebagai akibat penekanan yang lama
sehingga pembuluh darah terjepit dan jaringan yang berada disekitar daerah
tersebut tidak memperoleh suplai darah, makanan, dan oksigen sehingga
berakibat jaringan tersebut mengalami kematian.(dalam jurnal “Uji Kepekaan
Instrumen Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam Mendeteksi Dini Risiko
Kejadian Dekubitus Di Rsis”, Arif Widodo).

2. Etiologi
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke seluruh
lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan mati,
yang dimulai pada lapisan kulit paling atas (epidermis). Penyebab dari
berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan
terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen
pada mulanya akan tampak merah dan meradang lalu membentuk luka terbuka
(ulkus). Gerakan yang normal akan mengurangi tekanan sehingga darah akan
terus mengalir. Kulit juga memiliki lapisan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar.

Risiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :


a. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah,
dipasung).
b. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri
merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk
bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan
koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan
nyeri.
c. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak
memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami
pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
d. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa
menyebabkan terbentuknya ulkus.
e. Baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprei atau sepatu
yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit.
Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat,
air kemih atau tinja) bisa merusak permukaan kulit dan memungkinkan
terbentuknya ulkus.(dalam Tinjauan Kepustakaan, “Dekubitus,
Bagaimana Mencegahnya” R. Siti Maryam, Jurusan Keperawatan Prodi
Keperawatan Persahabatan Jakarta).

3. Patofisiologi
Dekubitus akan berjalan dengan urutan sebagai berikut: mula-mula kulit
yang mengalami penekanan akan berwarna merah (erithema) pada fase ini
masih bersifat reversible dan menjadi awal perkembangan kejadian dekubitus
kemudian kulit akan kelihatan, berwarna biru dan selanjutnya jaringan akan
mati (nekrosis) ditandai dengan munculnya warna hitam. Jaringan yang sudah
mati ini akan berusaha dibuang tubuh yang kemudian akan berkembang
menjadi ulkus. Ulkus yang terjadi bisa dangkal atau dalam. (dalam dalam
jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Perawat
Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten”, Setiyawan).

4. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :
a. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien
yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk
merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah
faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang
dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga
menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk
perkembangan luka tekan.
b. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan
untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang
menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah
terkena luka tekan.
c. Kelembaban
Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat
mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang
mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembaban
juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan
perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya
bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
d. Tenaga yang merobek ( shear )
Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek
jaringan, pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang
berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari
tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi
semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot
ke bawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak ke bawah namun
kulitnya masih tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh
darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun
hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit.
e. Pergesekan (friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang
berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak
permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian
sprei pasien yang tidak berhati-hati.
f. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.
Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka
tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan,
rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
g. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka
tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum
albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta
penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini
berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi
berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang
merobek.
h. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit
terhadap tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah
mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan
oleh Nancy Bergstrom (1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan
tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka
tekan.
i. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik
juga merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.
j. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil
penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok
dengan perkembangan terhadap luka tekan.
k. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur
merupakan faktor yang signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan.
(dalam Tinjauan Kepustakaan, “Dekubitus, Bagaimana Mencegahnya” R.
Siti Maryam, Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan
Jakarta).
5. Stadium Luka
Menurut NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel) pada gambar 1,
luka dekubitus dibagi menjadi empat stadium, yaitu :
a. Stadium I
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu
tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih
hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak),
perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka
mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada
yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang
menetap, biru atau ungu.
b. Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melepuh, atau
membentuk lubang yang dangkal. Jika kulit terluka atau robek maka akan
timbul masalah baru, yaitu infeksi. Infeksi memperlambat penyembuhan
ulkus yang dangkal dan bisa berakibat fatal terhadap ulkus yang lebih
dalam.
c. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis
dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia.
Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
d. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus. (dalam Tinjauan Kepustakaan,
“Dekubitus, Bagaimana Mencegahnya” R. Siti Maryam, Jurusan
Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta)

Stadium Luka Dekubitus menurut NPUAP (Courtesy of Prof. Hiromi Sanada,


Japan)
6. Pencegahan Decubitus
Menurut Mukti (2005) intervensi keperawatan yang digunakan untuk
mencegah tejadinya dekubitus terdiri dari tiga kategori, yaitu:
a. Penanganan diri dan perawatan kulit, meliputi:
 Pengkajian dan pengamatan resiko tinggi pasien dan area terkena
dekubitus.
 Perbaikan keadaan umum penderita
 Pemeliharaan dan perawatan kulit
 Pencegahan terjadinya luka
 Pengaturan posisi
 Melakukan massase pada kulit klien
b. Papan/alas tempat tidur yang baik
c. Memberikan edukasi kepada klien maupun keluarga.
Menurut Notoatmodjo (1993), pendidikan kesehatan dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Salah satunya
dengan melakukan bed side teaching dimana hanya membutuhkan waktu
sekitar 10-15 menit sambil perawat melakukan tugas keperawatannya
seperti saat membantu mobilisasi, memberi makan atau saat memandikan
klien. (dalam dalam jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Perilaku Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di
Rumah Sakit Cakra Husada Klaten”, Setiyawan.)
7. Menajemen perawatan luka dekubitus

Luka dekubitus diidentikkan dengan luka tekan, luka gesekan atau luka
pergeseran akibat baring lama. Luka tekan atau luka dekubitus yang
terjadi pada klien selalu menjadi satu kesalahan perawat dalam
pemberian pelayanan keperawatan. Manusia kehilangan sekitar satu
gram sel kulit setiap harinya akibat gesekan kulit pada baju dan aktivitas
higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi, lulur penggunaan lotion
dan lain-lain.
Luka dekubitus juga dihubungkan dengan klien yang terjadi gangguan
neurologi seperti stroke, atau kondisi para plegi atau placid pada
ekstremitas sehingga klien tidak dapat melakukan mobilisasi. Di negara
maju angka dekubitus sudah sangat rendah walaupun jumlah klien
dengan immobilisasi banyak, hal ini di karenakan adanya perubahan
posisi sehingga tekanan pada tubuh pada satu area tubuh dapat berganti,
selain itu kualitas tempat tidur yang baik seperti “big cell” yang
didesain khusus untuk klien dekubitus. Dekubitus merupakan suatu hal

yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada

penderita lanjut usia. Di negara-negara maju, prosentase terjadinya

dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama

dalam perawatan. Kejadian luka dekubitus di Indonesia 33,3 % (Suriadi,

2007) sedangkan di ASEAN (Jepang, Korea & Cina) berkisar 2,1 % s.d.

18 % sedangkan studi Internasional menyebutkan angka 1,9 % s.d 63,6 %


Di Negara kita terutama di Rumah sakit pemerintah, kualitas tempat
belum

mendukung untuk pencegahan atau terapi pada klien dengan

dekubitus, sehingga perawat dituntut untuk dapat melakukan modifikasi

agar resiko dekubitus dapat di cegah serta penderita dekubitus dapat

teratasi segera. Akhirnya angka kesakitan dan kematian akibat dekubitus

dapat di turunkan atau tidak ada kematian karena luka dekubitus.

Luka Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan

dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat

adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus dalam waktu

lama sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat

(WOCN Society,2003 dalam Bryant, 2007)

Faktor Predisposisi Terjadinya Luka Dekubitus

Faktor Intrinsik

1. Usia

2. Kondisi Kulit

3. Mobilitas

4. Status Nutrisi

5. Perfusi Jaringan
Faktor Intrinsik;

1.Tekanan,Geseran dan Gesekan


. 2. Kelembaban

3. Lokasi Penekanan

Semua bagian tubuh manusia dapat mengalami dekubitus, namun

bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan

membutuhkan perhatian khsus.

Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang

dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya

daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior

anterior, daerah tumit dan siku usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi
dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain;

a) Berkurangnya jaringan lemak subkutan


b) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
c) Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
TIPE ULKUS DEKUBITUS

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu

ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit

sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga;

1. Tipe normal

Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC

dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan

sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat

akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah

sebenarnya baik.

2. Tipe arterioskelerosis

Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus

dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran

darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut

perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan.

Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.

3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan

sembuh.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perlu diwaspadai terjadinya decubitus jika ditemui tanda-tanda seperti kulit


tampak kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada keadaan
yang lebih lanjut kulit kemerahan di sertai adanya pengelupasan sedikit. Bila
keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu akan terjadi kerusakan kulit dengan
batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai tulang dan lapisan di
bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan
biaya rumah sakit.
Upaya pencegahan decubitus meliputi mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan
kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, penggunaan alat/ sarana dan
penataan lingkungan perawatan serta pendidikan kesehatan.
Perawat yang terlibat di dalam pendidikan kesehatan agar lebih menyadari
bahwa tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
klien untuk mencegah terjadinya luka decubitus akan sangat mempengaruhi
sikap dan perilaku klien tersebut dalam melakukan tindakan-tindakan untuk
mencegah terjadinya luka decubitus.
Oleh karena itu perawat perlu memahami secara komprehensif tentang
luka dekubitus agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi
keperawatan yang tepat untuk klien yang berisiko terkena luka tekan serta
meningkatkan peran aktif klien dan keluarganya untuk dapat melakukan
perawatan secara mandiri.

2. Saran
Sebagai seorang perawat harus benar benar mengetahui bagaimana cara
merawat luka, baik itu luka akut, kronik dan lain lain sesuai penggolongan
lukanya, oleh karena itu kita harus selalu belajar supaya kita dapat merawat
luka sesuai proserdur yang dianjurkan. Selain itu perlu belajar lebih banyak dan
menggali informasi dari berbagai sumber, seperti mengikuti seminar, pelatihan
dll. Agar dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan sebaik-baiknya dan
dapat mencegah terjadinya decubitus pada pasien. Perawat perlu lebih sigap dan
cermat dalam melihat tanda-tanda dan gejala dari decubitus dan bisa
menanganinya dengan cepat agar luka decubitus tidak sampai pada stadium
akhir. Perlu juga memotivasi pasien memberi dorongan memberi edukasi
tentang decubitus kepada klien ataupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
R. Siti Maryam. 2013. Dekubitus, bagaimana perawat mencegahnya. (online).

http://www.stuffspec.com/publicfiles/R_Siti_Maryam_Jurusan_Keperawatan
Prodi_Keperawatan.html
Setiyawan. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra
Husada Klaten. (online) T Pengetahuan - Jurnal KesMaDaSka, 2010 –
jurnal.stikeskusumahusada.ac.id
Sanjaya, I Dewa Gede Windu. Ketut Suarjana. 2013. Faktor-Faktor Manajerial Yang
Melatarbelakangi Tingginya Kejadian Jumlah Pasien Dengan Dekubitus
(Indikator Patient Safety) Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Puri Raharja Tahun 2012. (online). I Sanjaya - Community Health, 2013 –
ojs.unud.ac.id
http.search.proquest.comdocview288052317fulltextPDFC111B31D08E74126PQ4acc
ountid=38628

Anda mungkin juga menyukai