Disusun Oleh:
Nurwatini
PO7120120019
2023
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan.
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan kita semua.
DAFTAR ISI :
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..........................................................................................5
2. Rumusan Masalah .....................................................................................6
3. Tujuan Penulisan ......................................................................................6
BAB II KONSEP DASAR
1. Definisi ..................................................................................................... 7
2. Etiologi ..................................................................................................... 7
3. Patofisiologi .............................................................................................. 9
4. Faktor Resiko ............................................................................................10
5. Stadium Luka ............................................................................................13
6. Pencegahan Decubitus ..............................................................................15
8. menajemen perawatan luka Decubitus……………………………………16
BAB Ⅲ PENUTUP
1. Kesimpulan ...............................................................................................20
2. Saran .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada klien lanjut usia. Di negara-negara maju,
prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua
minggu pertama dalam perawatan. Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap
umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khususnya
pada klien dengan imobilitas.Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk
terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia.
Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan
mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh.
Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integritas kulit
dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat
disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu lama yang menyebabkan
iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus. (Mukti, 2005
dalam jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten”, Setiyawan).
Luka dekubitus merupakan suatu masalah bagi sebagian klien yang dirawat
di rumah sakit atau rumah perawatan lainnya. Mereka memiliki risiko untuk
mengalami terjadinya dekubitus selama perawatan. Penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi luka tekan/ dekubitus bervariasi, tetapi secara umum
dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan akut (acute care), 15-
25% di tatanan perawatan jangka panjang (longterm care), dan 7-12% di
tatanan perawatan rumah (home health care). Ulcus dekubitus dapat menjadi
progresif dan sulit untuk disembuhkan. Komplikasi luka tekan sangat sering
dan mengancam kehidupan. Masalah dekubitus menjadi problem yang cukup
serius. Oleh karena itu perlu pengetahuan cukup tentang dekubitus agar
diagnosis dapat ditegakkan secara dini sehingga penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan segera. (dalam Tinjauan Kepustakaan, “Dekubitus,
Bagaimana Mencegahnya” R. Siti Maryam, Jurusan Keperawatan Prodi
Keperawatan Persahabatan Jakarta).
2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari decubitus?
2. Apa etiologi dari decubitus?
3. Bagaimana proses terjadinya decubitus?
4. Apa faktor resiko terkena decubitus?
5. Apa saja stadium luka decubitus?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit decubitus?
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar dan asuhan keperawatan tentang Luka
Decubitus.
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui definisi decubitus
- Mengetahui etiologi decubitus
- Mengetahui proses terjadinya decubitus
- Mengetahui faktor resiko decubitus
- Mengetahui stadium luka decubitus
- Mengetahui cara pencegahan penyakit decubitus
- Manajemen perawatan luka decubitus
BAB II
KONSEP DASAR
1. Definisi
Luka dekubitus adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan yang
mengalami nekrosis dan biasanya terjadi pada permukaan tulang yang
menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler (Suriadi 2004). Dekubitus adalah
area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak tertekan antara
tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam
waktu yang lama (Potter & Perry, 1997).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan pengertian dekubitus adalah
kerusakan kulit dan jaringan dibawahnya sebagai akibat penekanan yang lama
sehingga pembuluh darah terjepit dan jaringan yang berada disekitar daerah
tersebut tidak memperoleh suplai darah, makanan, dan oksigen sehingga
berakibat jaringan tersebut mengalami kematian.(dalam jurnal “Uji Kepekaan
Instrumen Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam Mendeteksi Dini Risiko
Kejadian Dekubitus Di Rsis”, Arif Widodo).
2. Etiologi
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke seluruh
lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan mati,
yang dimulai pada lapisan kulit paling atas (epidermis). Penyebab dari
berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan
terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen
pada mulanya akan tampak merah dan meradang lalu membentuk luka terbuka
(ulkus). Gerakan yang normal akan mengurangi tekanan sehingga darah akan
terus mengalir. Kulit juga memiliki lapisan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar.
3. Patofisiologi
Dekubitus akan berjalan dengan urutan sebagai berikut: mula-mula kulit
yang mengalami penekanan akan berwarna merah (erithema) pada fase ini
masih bersifat reversible dan menjadi awal perkembangan kejadian dekubitus
kemudian kulit akan kelihatan, berwarna biru dan selanjutnya jaringan akan
mati (nekrosis) ditandai dengan munculnya warna hitam. Jaringan yang sudah
mati ini akan berusaha dibuang tubuh yang kemudian akan berkembang
menjadi ulkus. Ulkus yang terjadi bisa dangkal atau dalam. (dalam dalam
jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Perawat
Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten”, Setiyawan).
4. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :
a. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien
yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk
merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah
faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang
dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga
menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk
perkembangan luka tekan.
b. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan
untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang
menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah
terkena luka tekan.
c. Kelembaban
Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat
mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang
mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembaban
juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan
perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya
bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
d. Tenaga yang merobek ( shear )
Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek
jaringan, pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang
berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari
tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi
semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot
ke bawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak ke bawah namun
kulitnya masih tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh
darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun
hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit.
e. Pergesekan (friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang
berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak
permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian
sprei pasien yang tidak berhati-hati.
f. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.
Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka
tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan,
rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
g. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka
tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum
albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta
penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini
berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi
berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang
merobek.
h. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit
terhadap tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah
mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan
oleh Nancy Bergstrom (1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan
tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka
tekan.
i. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik
juga merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.
j. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil
penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok
dengan perkembangan terhadap luka tekan.
k. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur
merupakan faktor yang signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan.
(dalam Tinjauan Kepustakaan, “Dekubitus, Bagaimana Mencegahnya” R.
Siti Maryam, Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan
Jakarta).
5. Stadium Luka
Menurut NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel) pada gambar 1,
luka dekubitus dibagi menjadi empat stadium, yaitu :
a. Stadium I
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu
tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih
hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak),
perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka
mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada
yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang
menetap, biru atau ungu.
b. Stadium II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melepuh, atau
membentuk lubang yang dangkal. Jika kulit terluka atau robek maka akan
timbul masalah baru, yaitu infeksi. Infeksi memperlambat penyembuhan
ulkus yang dangkal dan bisa berakibat fatal terhadap ulkus yang lebih
dalam.
c. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis
dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia.
Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
d. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus. (dalam Tinjauan Kepustakaan,
“Dekubitus, Bagaimana Mencegahnya” R. Siti Maryam, Jurusan
Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta)
Luka dekubitus diidentikkan dengan luka tekan, luka gesekan atau luka
pergeseran akibat baring lama. Luka tekan atau luka dekubitus yang
terjadi pada klien selalu menjadi satu kesalahan perawat dalam
pemberian pelayanan keperawatan. Manusia kehilangan sekitar satu
gram sel kulit setiap harinya akibat gesekan kulit pada baju dan aktivitas
higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi, lulur penggunaan lotion
dan lain-lain.
Luka dekubitus juga dihubungkan dengan klien yang terjadi gangguan
neurologi seperti stroke, atau kondisi para plegi atau placid pada
ekstremitas sehingga klien tidak dapat melakukan mobilisasi. Di negara
maju angka dekubitus sudah sangat rendah walaupun jumlah klien
dengan immobilisasi banyak, hal ini di karenakan adanya perubahan
posisi sehingga tekanan pada tubuh pada satu area tubuh dapat berganti,
selain itu kualitas tempat tidur yang baik seperti “big cell” yang
didesain khusus untuk klien dekubitus. Dekubitus merupakan suatu hal
yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama
2007) sedangkan di ASEAN (Jepang, Korea & Cina) berkisar 2,1 % s.d.
adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus dalam waktu
Faktor Intrinsik
1. Usia
2. Kondisi Kulit
3. Mobilitas
4. Status Nutrisi
5. Perfusi Jaringan
Faktor Intrinsik;
3. Lokasi Penekanan
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang
dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya
anterior, daerah tumit dan siku usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi
dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain;
1. Tipe normal
sebenarnya baik.
2. Tipe arterioskelerosis
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan
sembuh.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Sebagai seorang perawat harus benar benar mengetahui bagaimana cara
merawat luka, baik itu luka akut, kronik dan lain lain sesuai penggolongan
lukanya, oleh karena itu kita harus selalu belajar supaya kita dapat merawat
luka sesuai proserdur yang dianjurkan. Selain itu perlu belajar lebih banyak dan
menggali informasi dari berbagai sumber, seperti mengikuti seminar, pelatihan
dll. Agar dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan sebaik-baiknya dan
dapat mencegah terjadinya decubitus pada pasien. Perawat perlu lebih sigap dan
cermat dalam melihat tanda-tanda dan gejala dari decubitus dan bisa
menanganinya dengan cepat agar luka decubitus tidak sampai pada stadium
akhir. Perlu juga memotivasi pasien memberi dorongan memberi edukasi
tentang decubitus kepada klien ataupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.stuffspec.com/publicfiles/R_Siti_Maryam_Jurusan_Keperawatan
Prodi_Keperawatan.html
Setiyawan. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Di Rumah Sakit Cakra
Husada Klaten. (online) T Pengetahuan - Jurnal KesMaDaSka, 2010 –
jurnal.stikeskusumahusada.ac.id
Sanjaya, I Dewa Gede Windu. Ketut Suarjana. 2013. Faktor-Faktor Manajerial Yang
Melatarbelakangi Tingginya Kejadian Jumlah Pasien Dengan Dekubitus
(Indikator Patient Safety) Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Puri Raharja Tahun 2012. (online). I Sanjaya - Community Health, 2013 –
ojs.unud.ac.id
http.search.proquest.comdocview288052317fulltextPDFC111B31D08E74126PQ4acc
ountid=38628