D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 7
1. Rosi Raturoma (2019081024045)
2. Mercy R. D. Wonar (2019081024036)
3. Jennifer A. Runtuboy (2019081024046)
4. Sipora Maling (20170811024066)
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Askep Luka
Dekubitus”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu membuat makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Askep Luka Dekubitus”
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
A. Definisi ……………………………………………………………………
B. Anatomi Fisiologi …………………………………………………………
C. Etiologi ………………………………………………………………..…..
D. Manifestasi Klinis …………………………………………………………
E. Patofisiologi ………………………………………………………………
F. Pemeriksaan Fisik ………………………………………………………..
G. Pemeriksaan Penunjang dan Interprestasi ………………………………..
H. Web Of Countion (Pathway) ……………………………………………..
A. Pengkajian ……………………………………………………………..
B. Diagnosa Keperawatan ……………………….………………………
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus dekubitus merupakan suatu keadaan dimana ada kerusakan jaringan
setempat atau luka yang diakibatkan oleh tekanan dari luar yang berlebihan, dan
pada umumnya terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronik yang sering
berbaring lama di tempat tidur (Sari, 2017). Pasien dengan tirah baring dalam
jangka waktu yang lama mempunyai risiko gangguan integritas kulit akibat
tekanan yang lama, iritasi kulit, atau imobilisasi (bedrest) yang akhirnya
berdampak pada timbulnya luka dekubitus (sumara, 2015).
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Terdiri dari:
a. Epidermis
Epidermis adalah satu-satunya lapisan kulit yang bisa dilihat dan disentuh.
Lapisan ini terdiri dari lima jenis sel, yaitu stratum korneum, stratum lucidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal. Berikut detail
fungsinya.
b. Dermis
Dermis adalah lapisan kedua yang terletak di bawah epidermis dengan
struktur lapisan kulit dermis lebih tebal. Lapisan ini membentuk fondasi yang kuat
untuk mendukung lapisan epidermis. Lapisan ini memiliki kelenjar keringat dan
pembuluh darah yang membantu dalam mengatur dan mempertahankan suhu
tubuh, kelenjar minyak dan keringat, serta ujung saraf yang dapat mengirimkan
sensasi berupa sentuhan, rasa nyeri, gatal, dan suhu ke otak.
Lapisan kedua dalam struktur anatomi kulit manusia adalah dermis. Dermis
berfungsi untuk mendukung epidermis, dan memiliki struktur yang lebih
kompleks. Struktur penyusun dermis terdiri dari serat elastis, serat retikular, dan
serat kolagen. Selain itu, dermis juga mengandung pembuluh darah bersama
dengan ujung saraf, sistem limfatik, kelenjar keringat dan kelenjar minyak, folikel
rambut, jaringan penyambung, dan sel imunitas kulit. Dermis berperan penting
dalam menjaga kelenturan kulit dan mempertahankan kondisi kulit tetap prima.
c. Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan kulit terdalam yang juga kerap disebut sebagai
lapisan subkutan atau subkutis. Hipodermis terdiri dari jaringan kolagen dan sel
lemak, bertugas untuk melindungi tubuh dari suhu panas dan dingin. Lapisan ini
juga berguna untuk melindungi tubuh dari cedera dengan bertindak sebagai
bantalan yang melapisi tulang.
Perlu diketahui bahwa ketebalan kulit pada setiap orang berbeda-beda. Ada
yang tebal, ada juga yang tipis. Umumnya, kulit pada tubuh pria lebih tebal
dibandingkan dengan kulit wanita dan anak-anak. Namun, ketebalan kulit juga bisa
dipengaruhi genetik, ras, dan usia.
3) Etiologi
a. Faktorintrinsik
1. Usia
Usia lanjut sangat rentan terkena terhadap resiko dekubitus. Hal ini disebabkan
karena berkurangnya jaringan subkutan sehingga menurunkan resistensi kulit
terhadap tekanan eksternal sehingga dapat meningkatkan tekanan interface.
Disamping itu, pada lanjut usia regenerasi menjadi lemah. Penurunan elastisitas
kulit dan kurangnya sirkulasi pada dermis.
2. Kondisi kulit
Fungsi kulit terbagi menjadi tiga yaitu sebagai pelindung, sensori/sensasi dan
termoregulasi. Kurangnya kemampuan kulit dalam melakukan termoregulasi dapat
meningkatkan kelembaban kulitse hingga bereiko tinggi terhadap dekubitus.
Viabilitas jaringan ditentukan oleh adanya kekuatan pada pembuluh darah, suplai
darah, dan oksigenasi. Pembuluh darah dapat mengalami vasokonstriksi
fisiologis(respon hormonal) maupun patologis (atherosklerosis).
4. Temperatur tubuh
Temperatur yang tinggi pada tubuh dapat meningkatkan resiko pada iskemik
jaringan. Adanya iskemik jaringan menyebabkan kulit mengalami gaya gesekan
dan pergeseran sehingga mudah mengalami kerusakan kulit.
5. Nutrisi
Keberlangsungan hidup sel terjadi karena adanya keseimbangan nutrisi baik makro
nutrisi maupun mikro nutrisi. Pada kasus malnutrisi dapat mengurangi lapisan
pelindung jaringan adipose dan otot antara tulang yang menonjol dan permukaan
yang kontak dengan kulit.
6. Mobilitas
b). Penurunan pengembalian darah (vena return) 3) Vena edema yang dapat
menggganggu oksigenasi kulit
7. Obesitas
b. Faktorekstrinsik
1. Tekanan
2. Kelembaban
Sementara kulit berada pada permukaan kontak infeksi yang
semakin meningkat dengan terdapatnya kelembaban. Keadaan ini
menyebabkan peregangan dan unggulusi pembuluh darah., darah yang
dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang yang dalam ini akan
menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke
kulit.
3. Gesekan
4. Pengelupasan.
c. Faktor-faktor lain
1. Kebersihan tempat tidur, alat dan tenun yang kusut dan kotor serta posisi yang
kurang nyaman dapat menjadi factor resiko terjadinya dekubitus.
4) Manifestasi Klinis
6) Pemeriksaan Fisik
Pada derajat II, bagian kulit dermis akan hilang yang bermanifestasi sebagai
ulkus dangkal terbuka dengan warna kemerahan pada dasar luka tanpa adanya
slough dan memar. Manifestasi lainnya juga terdapat blister yang berisi serum
yang masih intak atau ruptur.
Hilangnya kulit akan membuat lemak subkutan menjadi terlihat, namun pada
derajat ini tulang, tendon maupun jaringan otot tidak terlihat. Pada derajat ini
mungkin terdapat slough, yang disertai dengan undermining dan tunnelling.
d. Luka Tekan Derajat IV (full thickness tissue loss)
Pada derajat IV jaringan yang terpapar adalah tulang, tendon dan otot. Eskar
dan slough akan tampak pada bagian dasar luka yang disertai dengan tunnelling
dan undermining.
Luka tekan ini merupakan luka tekan yang dasar luka tidak dapat terlihat
akibat adanya slough dan/atau eskar pada dasar luka. Luka tekan akan
diklasifikasikan sebagai unstageable selama slough atau eskar belum dihilangkan
sehingga kedalaman luka belum dapat ditentukan.
Luka tekan dengan suspek kerusakan jaringan dalam akan tampak kulit yang
masih intak berwarna berwarna keunguan atau maroon terlokalisir. Manifestasi
lainnya adalah blister yang berisi darah akibat kerusakan jaringan lunak di
dalamnya. Area ini akan terasa nyeri, lunak dan berair, serta perubahan suhu
dibandingkan jaringan sekitarnya.
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
c. Kultur jaringan
faktor internal : usia, kondisi kulit, perfusi Factor eksternal : tekanan, kelembaban,
jaringan tubuh, temperature tubuh, gesekan, pergeseran, faktor lain
nutrisi,mobilitas, obesitas
Anoreksia
Cedera
Penurunan Perubahan iskemia
peristaltic usus nutrisi kurang
dari kebutuhan Kolaps
Nyeri akut - NYERI
Hipertermi
Iskemia otot
Imobilisasi
Decubitus
Kerusakan
mobilitas fisik
Perubahan
temperature
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia
untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi penyakit.
Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data (Siti Nur
Kholifah, 2016).
1. Identitas klien
a) Nama
b) Usia
c) Alamat
d) Jenis kelamin
e) Agama
f) Status
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
keluhan, intensitas, lama nya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau
memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya-
upaya yang telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit
dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam,
edema, dan neuropati
4. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat
yaitu: Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi, Waktu
berakhirnya minum obat (Amadi, 2018).
5. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang
lama(Amadi, 2018).
7. Status nutrisi
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada daerah
kecil yang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan kerusakan
kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang gerak dan mengangkat
berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan terjadi kekuatan otot tidak ada
(pada ekstremitas bawah), penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu
makan menurun dan defisit sensori pada daerah yang paraplegi(Asmadi, 2018).
9. Pengkajian Psikososial
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
o
keperawatan
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Mobilisasi mual dan
nutrisi kurang dari tindakan asuhan kepada muntah
kebutuhan tubuh keperawatan keluarga faktor dapat
berhubungan dengan selama 24 yang menurunkan
anoreksia jam kebutuhan dapat nafsu makan.
nutrisi menimbulkan
terpenuhi dengan mual dan Pemenuhan
criteria hasil : muntah nutrisi TKTP
1. Intek nutrisi 2. Ajarkan
adekuat pada Pemeriksaan
2.Tidak terjadi klien/keluarga menilai hasil
keram tentang laborat dalam
perut pentingnya nilai normal
3. Nafsu makan kebutuhan yang
meningkat nutrisi. mengindikasikan
4.Tidak ada 3. Kolaborasi,
luka,inflamasi dengan medis nutrisi klien
pada dan
rongga mulut ahli gizi untu : Kulit tidak
5. Bising usus Program kering
dalam therapi, dan warna sesuai
batas normal 5-35 diet,
pemeriksaan pigmen.
x\mnt laborat
6.Berat badan (albumin, Hb
meningkat dan Ht),
7.Tidak ada pemberian
tanda-tanda nutrisi
Malnutrisi. parenteral
4. monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmen
kulit.
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji faktor 1. Menilai
berhubungan dengan tindakan asuhan yang kerentangan
destruksi jaringan keperawatan meningkatkan individu
(pada luka selama ... resiko terhadap
dekubitus). x/24 jam tidak infeksi : lanjut infeksi
terjadi usia, 2.
gejala infeksi respon imune Meminimalkan
dengan rendah penyebaran
kriteria hasil : dan malnutrisi bakteri dari
1. Klien bebas 2. Cuci tangan tangan
dari setiap 3. Mengurangi
tanda-tanda dan sebelum dan proses
gejala sesudah penyebaran
infeksi tindakan bakteri dari
2. Klien mampu keperawatan orang
mendeskripsikan lain termasuk
proses 3. Ajarkan keluarga
penularan pada 4. Tanda dan
penyakit, klien/keluarga gejala panas atau
faktor yang cara
mempengaruhi menjaga demam, kulit
penularan serta personal kemerahan,
penata hygine untuk muncul pas
laksanaannya melindungi 5. Dul TKTP
3. Klien tubuh dapat
mempunyai dari infeksi : menguatkan
kemampuan untuk cara sistem imune
mencuci 6. Tidak terjadi
mencegah tangan yang tanda-tanda
timbulnya benar infeksi
infeksi 4. Jelaskan
4. Jumlah leukosit kepada 7. Menjaga
dalam batas klien dan tubuh
normal keluarga klien dari
(5.000-10.000) tanda & gejala paparan
5.Menunjukkan infeksi bakteri
perilaku hidup Mengurangi
sehat 5. Kolaborasi pembawa baktri
dengan dan
ahli gizi mikroorganisme
asupan lain
nutrisi 8. Pemberian
TKTP antibiotik untuk
6. Pantau tanda mempertahankan
&
gejala infeksi daya tahan
peningkatan tubuh.
suhu
tubuh, nadi,
perubahan,
kondisi
luka, sekresi,
penampilan
urine,
penurunan BB,
keletihan
malaise
7. pertahankan
teknik aseptik
pada
klien yang
beresiko
8. batasi
jumlah
pengunjung
bila
diperlukan, dan
anjurkan
penggunaan
APD
pada klien
9. kolaborasi
dengan
tim medis
untuk
pemberian
terapi
sesuai indikasi
dan
pemeriksaan
laboratorium
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Identifikasi Dapat
kulit berhubungan tindakan asuhan derajat membedakan
dengan Hilang keperawatan luka jenis perawatan
sebagian lapisan selama 24 2. Jelaskan Alat-alat yang
kulit. jam integritas pada dapat
kulit baik klien dan menimbulkan
dengan kriteria keluarga kerusakan
hasil : bahaya jaringan kulit
1. Integritas kulit pemakaian harus dihindari
dan alat yang dapat Pemenuhan
membran mukosa cairang kurang
baik : meningkatkan lebih minimal
kulit utuh dan kerusakan 1500 cc/hari
berfungsi integritas
dengan baik kulit : bantal Perawatan luka
2. Regenerasi sel pemanas untuk mencegah
dan 3. Berikan infeksi dan
jaringan membaik cairan menyediakan
dan nutrisi Mencegah
3. Hipersensistif yang terjadi
respon adekuat sesuai ulkus pada
imune terkendali kondisi bagian
4. Perfusi jaringan 4. Lakukan yang tertekan
baik perawatan luka
5. Menunjukkan Lipatan yang ada
pemahaman sesuai kondisi
dalam 5. pada tubuh dapat
proses perbaikan Moilisasi/ubah
kulit posisi tidur menyebabkan
1. Identifikasi klien tiap lekukan hingga
derajat 2 jam sesuai beresiko
luka jadwal menyebabkan
2. Jelaskan pada 6. Jaga luka
klien dan keluarga kebersihan
kulit dan alat
bahaya pemakaian tenun
klien agar tetap
alat yang dapat
meningkatkan bersih, kering
kerusakan dan
integritas terhindar dari
kulit : bantal lipatan/kerutan
pemanas
3. Berikan cairan
dan nutrisi yang
adekuat sesuai
kondisi
4. Lakukan
perawatan luka
sesuai kondisi
Dapat
membedakan
jenis perawatan
Alat-alat yang
dapat
menimbulkan
kerusakan
jaringan kulit
harus dihindari
Pemenuhan
cairang kurang
lebih minimal
1500 cc/hari
Perawatan luka
untuk mencegah
infeksi dan
14
dan mencegah
terjadinya cederah
berulang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber pencarian jurnal pada penelitian ini adalah Google Scholar, Pubmed,
dan portal garuda jurnal, artikel yang diterbitkan dari tahun 2016-2019. Kelima
jurnal tersebut sama-sama membahas proses penyembuhan ulkus dekubitus namun
dengan teknik yang berbeda dengan tujuan yang sama untuk mengetahui dan
melakukan perawatan luka pada ulkus dekubitus.
B. Saran
1. Bagi penderita
2. Bagi Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Dodik Arso Wibowo, Bagaswara Dwi Saputra (2019) “Gambaran peran keluarga
tentang pencegahan ulkus dekubitus pada pasien stroke dengan gangguan mobilitas
fisik tahun”. SIKES Karya Husada Kediri [VOLUME: 10 – NOMOR 01 – Juni
2019] ISSN : 2087-1287.
Moh Alimansur, Puguh Santoso (2019). “Faktor resiko dekubitus pada pasien
stroke”. Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri, Vol.08 /No.01/November
2019. ISSN Cetak : 2303-1433 , ISSN Online : 2579-7301