Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN CEPHALGIA

Kelompok :

 Noviyanti, AMK
 Dina Hardianingsih, AMK
 Anton Hadianto, AMK
 Pratiwi Setia Sari, AMK
 Dilla Rizka Julia, AMK
 Rofan Efendi, AMK

RSUD dr. CHASBULLAH


ABDULMADJID
KOTA BEKASI
2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan –Nya, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan yang
diberikan Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN CEPHALGIA” Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan
dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi para
pembaca pada umumnya. Amiin. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Bekasi, 17 Agustus 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chepalgia merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang
sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah
merasakan sakit kepala.
Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat nyeri dan
mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang serius. Suatu
perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari jarang menjadi sering,
sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa merupakan pertanda yang serius dan
memerlukan tindakan medis segera. Sekarang ini banyak sekali obat-obat sakit kepala
yang dijual bebas di toko-toko obat atau apotik. Di televisi juga banyak iklan yang
menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir semua obat tersebut
tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenar-benarnya. Memang untuk
reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain waktu ia akan
kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila dikonsumsi terus
penerus dapat menyebabkan pembuluh darah kian tersumbat sebab obat - obat
tersebut sebenarnya adalah toksin bagi tubuh kita karena terbuat dari bahan kimia.
Hampir setiap orang pernah merasakan nyerinya sakit kepala. Data menunjukkan, 90%
populasi manusia pernah mengalami penyakit yang menimbulkan rasa nyut-nyut atau
cekot-cekot ini sekali atau dua kali dalam setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan
terbanyak kedua orang mendatangi dokter. Untuk itu kita sebagai calon tenaga
kesehatan, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai penyakit
khususnya di sini sakit kepala.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Konsep Chepalgia?
2) Bagaimana Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Chepalgia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kerawatan yang tepat pada penyakit sakit
kepala.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui konsep chepalgia
b. untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada chepalgia

D. Manfaat
Kita sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan Paham akan asuhan
keperawatan yang tepat untuk pasien dengan masalah sakit kepala (headache),
sehinggga di dunia rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan keperawatan ke
pasien dengan masalah sakit kepala secara tepat.
BAB II
Tinjaun Teoritis
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit
kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada
kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit
organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.
(Smeltzer & Bare, 2002).
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress,
vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi
respon tersebut. (Brunner & Suddart, 2002). Chepalgia Kronik mengacu pada
sakit kepala yang terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan - dalam beberapa kasus
bahkan setiap hari - selama tiga bulan atau lebih. (Silberstein, 2005).
2. Klasifikasi
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification
Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepala tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal.
4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan
subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler (mis.
Tumor otak).
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala,
leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut).
12. Neuralgia Kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
3. Etiologi
Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum yaitu :
a. Penggunaan obat yang berlebihan.
b. Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak
kesebuah keadaan tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala.
Penggunaan obat yang berlebihan dapat menyebabkan rebound sakit
kepala (tambah parah setiap diobati).
c. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk
sakit kepala kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak
mengalami penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala.
d. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala.
Karena hanya sewaktu istirahat atau tidur kerja seluruh tubuh
termasuk otak dapat beristirahat pula.
e. Kegiatan berlebihan
f. Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya
sakit kepala, termasuk hubungas seks. Kegiatan yang berlebihan
dapat membuat pembuluh darah di kepala dan leher mengalami
pembengkakan.
g. Kafein.
Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas
ketika ditambahkan ke beberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat
sakit kepala berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala,
kafein yang berlebihan juga dapat menciptakan efek rebound
(tambah parah setiap kali diobati).
h. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan
nikotin dalam rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
i. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti
rokok, alkohol juga merupakan faktor risiko umum penyebab sakit
kepala.
j. Penyakit atau infeksi
Seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher, atau
bahkan tumor. (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian-bagian
diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit
kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges,
terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta
arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak
peka nyeri. Perangsangan terhadap bagian-bagian itu dapat berupa:
a. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
b. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural
atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
c. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada
infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik),
gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan
hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio
serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
d. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren
dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis).
e. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan
kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
f. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis),
sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan
molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis
deforman servikalis).
g. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik
pada keadaan depresi dan stress. (Sylvia G. Price, 1997).
5. Manifestasi Klinis
Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat, nyeri
seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadisecara
spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi (Kusuma, 2012).
1. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu
tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang.
Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh
gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan
mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya
migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang
bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dan
pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial
mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan
kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk
mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah
gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah
dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura ini
berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan
perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan
kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
b. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu
yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan
ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
c. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan
sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien
dapat tidur untuk waktu yang panjang.
d. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang
sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang
menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah
mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata
berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2
jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini
dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis,
yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit
kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
e. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot
leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang.
Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi,
pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban
berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik
daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya
keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi,
memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
6. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan diagnostic
 CT Scant
Menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman
untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
 MRI Scant
Dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula
spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan
kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
 Pungsi lumbal
Dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan.
Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan
tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan
tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
7. Pemeriksaan laboratorium
 Gula darah pada penderita chepalgia biasanya meningkat
 Hematokrit dan hemoglobin pada penderita chepalgia menurun
 Hitung leukosit biasanya meningkat
 Kolesterol pada penderita chepalgia biasanya meningkat
 Ureum pada penderita chepalgia biasanya meningkat
 Kretinin biasanya menurun
 Trombosit pada chepalgia biasanya menurun
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
 Teliti keluhan intensitas dan karakteristik nyeri,mis : (berat, berdenyut,
lokasinya, lamanya).
 Kontrol tekanan tanda-tanda vital
 Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, mis: ekspresi wajah,
gelisah.
 Kontrol skala nyeri
 Berikan kompres hangat dan masase daerah kepala/leher apabila klien
dapat mentoleransi sentuhan.
 Ajarkan teknik relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri
 Kontrol keseimbangan cairan elektrolit mencakup pemberian nutrisi dan
perhitungan input dan output cairan yang adekuat, termasuk dalam hal
ini pengawasan BAK dan BAB.
 Penatalaksanaan medis
 Menjaga kesimbangan cairan dan elektrolit
 Memberikan obat analgetik nyeri :
 Aspirin
 Asetaminofen
 Ibuprofen
 Memberikan obat profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit
kepala :
Tizanidine
Fluoxetine
Amitriptyline
Topiramate
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan chepalgia meliputi :
a. Cidera serebrovaskuler / Stroke
b. Infeksi intracranial
c. Trauma kranioserebral
d. Cemas
e. Gangguan tidur
f. Depresi
g. Masalah fisik dan psikologis lainnya.

B. Proses keperawatan pada pasien cephalgia dengan nyeri akut


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari
pasien meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin,
2011). Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) terdapat 14
jenis subkategori data yang harus dikaji meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi dan
cairan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, neurosensory, reproduksi dan
seksualitas, nyeri dan kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan dan
perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran, interaksi social,
serta keamanan dan proteksi (PPNI, 2016) .
Pengkajian pada pasien cephalgia menggunakan pengkajian mengenai nyeri akut
meliputi ; identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan
dahulu atau sebelumnya, riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan
keluarga. Pengkajian mendalam terhadap nyeri yaitu, perawat perlu mengkaji
semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis,
perilaku, emosional, dan sosiokultural. Cara pendekatan yang digunakan dalam
mengkaji nyeri adalah dengan prinsip PQRST yaitu provokasi adalah faktor yang
memperparah atau meringankan nyeri. Quantity adalah kualitas nyeri misalnya
tumpul, tajam, merobek. Region/radiasi adalah area atau tempat sumber nyeri.
Severity adalah skala nyeri yang dirasakan pasien dapat dinilai dengan skala 0-5
atau skala 0-10. Timing adalah waktu terjadinya nyeri, lamanya nyeri
berlangsung, dan dalam kondisi seperti apa nyeri itu muncul (s. Mubarak Wahit
Iqbal, 2015).
Pengkajian pada nyeri akut adalah sebagai berikut:
a. Gejala dan tanda mayor
 Subjektif : mengeluh nyeri
 Objektif : tampak meringis, bersikap protektif
(mis.Waspada,posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur).
b. Gejala dan tanda minor
 Subjektif : tidak tersedia
 Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaphoresisi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
Pasienterhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini yaitu diagnosa actual. Diagnosa
aktual terdiri dari tiga komponen yaitu masalah (problem), penyebab (etiologi),
tanda (sign), dan gejala (symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Masalah
(problem) merupakan label diagnosis yang mengambarkan inti dari respons
pasien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis
terdiri dari deskriptor atau penjelas dan fokus diagnostik. Nyeri merupakan
deskriptor, sedangkan akut merupakan fokus diagnostik. Penyebab(etiologi)
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi dapat mencangkup empat kategori yaitu fisiologis, biologis atau
psikologis, efek terapi/tindakan, situasional(lingkungan atau personal), dan
maturasional. Etiologi dari nyeri akut terdiri dari agen pencedera fisiologis, agen
pencedera kimiawi, agen pencedera fisik(prosedur operasi). Tanda(sign) dan
gejala (sign and symptom). Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik,
sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.
Tanda dan gejala dikelompokkan menjadi dua yaitu mayor dan minor. Tanda dan
gejala pada nyeri akut terdiri dari tanda mayor yaitu mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif(mis.waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Tanda dan gejala minor yaitu, tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis. Proses
penegakan diagnosis atau mendiagnosis merupakan suatu proses sistematis
yang terdiri atas tiga tahap yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan
perumusan diagnosis. Metode penulisan pada diagnosis aktual terdiri dari
masalah, penyebab, dan tanda/gejala. Masalah berhubungan dengan penyebab
dibuktikan dengan tanda/gejala (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Adapun
diagnosa keperawatan yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: proses inflamasi ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (misal,
waspada, menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah. Diagnosis yang muncul pada
pasien cephalgia:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis(inflamasi, iskemia, neoplasma) dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur.
2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif dibuktikan dengan
penyalahgunaan zat, tumor otak
3. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan,
kurangnya kontrol tidur dibuktikan dengan mengeluh sulit
tidur,mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
3. Perencanaan
Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan
sistematis dan mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah,
setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat
lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien (Kozier et all, 2010). Intervensi
keperawatan terdiri dari intervensi utama dan pendukung. Intervensi utama dari
diagnosa keperawatan nyeri akut adalah manajemen nyeri dan pemberian
analgesik. Intervensi pendukung diantaranya edukasi efek samping obat, edukasi
manajemen nyeri, edukasi teknik napas dalampemijatan massase, latihan
pernapasan dan teknik distraksi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Luaran
(outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan
diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien keluarga atau komunitas
sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan
menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri dari indikator-
indikator atau kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis luaran
keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan) dan luaran negative (perlu
diturunkan) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) . Komponen luaran keperawatan
diantaranya label (nama luaran keperawatan berupa kata-kata kunci informasi
luaran), ekspektasi (penilaian terhadap hasil yang diharapkan, meningkat,
menurun, atau membaik), kriteria hasil (karakteristik pasien yang dapat diamati
atau diukur, dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi,
menggunakan skor 1-3 pada pendokumentasian computer-based). Ekspektasi
luaran keperawatan terdiri dari ekspektasi meningkat yang artinya bertambah
baik dalam ukuran, jumlah, maupun derajat atau tingkatan, menurun artinya
berkurang, baik dalam ukuran, jumlah maupun derajat atau tingkatan, membaik
artinya menimbulkan efek yang lebih baik, adekuat, atau efektif (Tim Pokja SLKI
DPP PPNI, 2018).
RENCANA KEPERAWATAN SDKI, SLKI, SIKI

SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen selama 3x24 jam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pencedera diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi skala nyeri
fisiologis(inflamas menurun dengan kriteria  Identifikasi respon nyeri non verbal
i, iskemia, hasil :  Identifikasi faktor yang memperberat
neoplasma)  Kemampuan dan memperingan nyeri
dibuktikan menuntaskan  Identifikasi pengetahuan dan
dengan mengeluh aktivitas keyakinan tentang nyeri
nyeri, tampak meningkat  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
meringis, gelisah,  Keluhan nyeri respon nyeri
frekuensi nadi menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada
meningkat, sulit  Meringis kualitas hidup
tidur menurun  Monitor keberhasilan terapi
 Sikap protektif komplementer yang sudah diberikan
menurun  Monitor efek samping penggunaan
 Gelisah analgetik
menurun Terapeutik
 Kesulitan tidur  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri (TENS, hipnosis,
 Frekuensi nadi akupresur, terapi musik, biofeedback,
membaik terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimnbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2. Resiko perfusi Setelah dilakukan Observasi


cerebral tidak tindakan keperawatan  Identifikasi penyebab peningkatan TIK
efektif dibuktikan selama 3x24 jam ( Misal, lesi, gangguan metabolisme,
dengan diharapkan perfusi edema serebral)
penyalahgunaan cerebral meningkat  Monitor tanda/gejela peningkatan TIK
zat, tumor otak dengan kriteria hasil : (Misal, ketekanan darah meningkat,
 Tingkat tekanan nadi melebar, bradikardia,
kesadaran pola napa ireguler, kesadaran
meningkat menurun)
 Sakit kepala  Monitor MAP ( Mean Arterial
menurun pressure)
 Gelisah  Monitor CVP ( Central Venous
menurun Pressure), Jika perlu
 Tekanan  Monitor ICP ( Intra Cranial Presure),
intrakranial Jika tersedia
membaik  Monitor CPP ( Cerebral Perfusion
Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor cairan serebro-spinslis (Misal,
Warna, konsistensi)
Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Hindari manuver Valsava
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
3. Resiko defisit Setelah dilakukan Observasi
nutrisi dibuktikan tindakan keperawatan  Monitor asupan dan keluarnya
dengan selama 3x24 jam makanan dan cairan serta kebutuhan
ketidakmampuan diharapkan status nutrisi kalori
mencerna membaik dengan kriteria Terapeutik
makanan hasil :  Timbang berat badan secara rutin
 Porsi makanan  Diskusikan perilaku makan dan jumlah
yang dihabiskan aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang
meningkat sesuai
 Berat badan  Lakukan kontrak perilaku (target berat
indeks massa badan, tanggung jawab perilaku)
tubuh (IMT)  Dampingi ke kamar mandi untuk
membaik pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan
 Berikan penguatan positif terhadap
keberhasilan target dan perubahan
perilaku
 Berikan konsekuensi jika tidak
mencapai target sesuai kontrak
 Rencanakan program pengobatan
untuk perawatan dirumah
Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis.
Pengeluaran yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan , kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
4. Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi
tidur tindakan keperawatan  Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berhubungan selama 3x24 jam  Identifikasi faktor pengganggu tidur
dengan diharapkan pola tidur (Fisik dan/atau psikologis)
hambatan membaik dengan kriteria  Identifikasi makan dan minuman yang
lingkungan, hasil : mengganggu tidur (misalnya Kopi, teh,
kurangnya a. Kemampuan alkohol, makan mendekati waktu tidur
kontrol tidur beraktivitas siang, Jika perlu
dibuktikan meningkat  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
dengan mengeluh b. Keluhan sulit
sulit tidur menurun
Terapeutik
tidur,mengeluh c. Keluhan sulit
kemampuan terjaga
beraktivitas menurun  Modifikasi lingkungan (Misal,
menurun d. Keluhan tidak pencahayaan kebisingan, suhu,
puas tidur matras, dan tempat tidur)
menurun  Batasi waktu tidur siang, Jika
e. Keluhan pola perlu
tidur berubah  Fasilitasi menghilangkan stres
menurun sebelum tidur
f. Keluhan  Tetapkan jadwal tidur rutin
istirahat tidak  Lalukan prosedur untuk
cukup menurun meningkatkan kenyamanan
(misalnya, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk
mengunjang siklus tidur terjaga

Edukasi

 Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandun
supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (misal,
psikologi, gaya hidup, sering
berubah shift Bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogentik atau cara
nonfarmakologi lainnya

4. Implementasi
Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi. Penatalaksanaan nyeri adalah pengurangan nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien. Penatalaksaan
tersebut terdiri dari dua tipe dasar tindakan keperawatan yaitu farmakologi dan
nonfarmakologi (Kozier et al., 2010). Tindakan- tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan mengacu pada SIKI yang telah
dibuat pada rencana keperawatan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum tercapai,
intervensi yang sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatandi dokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment,planning)(Achjar,2012).
Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut Alimul (2012), yaitu
format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan
yang diberikan. Pada pasien cephalgia dengan nyeri akut diharapkan keluhan nyeri
berkurang.
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian pengukuran
yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan.
c. Analysis, yaitu membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan
dan kriteria hasil. Kemudian ditarik kesimpulan dari tiga kemungkinan simpulan, yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukan perubahan dan kemajuan
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu respon pasien yang menunjukan masih dalam kondisi
terdapat masalah.
3) Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukan adanya perubahan
kearah kemajuan.
d. Planning, yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Chepalgia (nyeri kepala) adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di
belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia
atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala
pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit
organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan
otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.
2. Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan –bangunan
diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.
3. Manifestasi klinis chepalgia : migraine, cluster, headache, tension headache
4. Pemeriksaan penunjang : CT. Scant, MRI Scant, pungsi lumbal

B. Saran
Dengan dibuat makalahnya chepalgia, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat
bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana
melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami chepalgia.
Namun penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.

Anda mungkin juga menyukai