Kelompok :
Noviyanti, AMK
Dina Hardianingsih, AMK
Anton Hadianto, AMK
Pratiwi Setia Sari, AMK
Dilla Rizka Julia, AMK
Rofan Efendi, AMK
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta
kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan –Nya,
shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal
ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi para
pembaca pada umumnya. Amiin. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk
membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chepalgia merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi.
Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya
hampir tidak pernah merasakan sakit kepala.
Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat nyeri
dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang
serius. Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari
jarang menjadi sering, sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa
merupakan pertanda yang serius dan memerlukan tindakan medis segera.
Sekarang ini banyak sekali obat-obat sakit kepala yang dijual bebas di toko-
toko obat atau apotik. Di televisi juga banyak iklan yang menawarkan obat
sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir semua obat tersebut tidaklah
mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenar-benarnya. Memang untuk
reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain waktu
ia akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila
dikonsumsi terus penerus dapat menyebabkan pembuluh darah kian
tersumbat sebab obat - obat tersebut sebenarnya adalah toksin bagi tubuh
kita karena terbuat dari bahan kimia.
Hampir setiap orang pernah merasakan nyerinya sakit kepala. Data
menunjukkan, 90% populasi manusia pernah mengalami penyakit yang
menimbulkan rasa nyut-nyut atau cekot-cekot ini sekali atau dua kali dalam
setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan terbanyak kedua orang
mendatangi dokter. Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita
perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai penyakit
khususnya di sini sakit kepala.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Konsep Chepalgia?
2) Bagaimana Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Chepalgia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kerawatan yang tepat pada
penyakit sakit kepala.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui konsep chepalgia
b. untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada chepalgia
D. Manfaat
Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan faham
akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan masalah sakit
kepala (headache), sehinggga di dunia rumah sakit nanti dapat menerapkan
asuhan keperawatan ke pasien dengan masalah sakit kepala secara tepat.
BAB II
Tinjaun Teoritis
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di
belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian
belakang. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik
paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala
bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi
atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot
rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.
(Smeltzer & Bare, 2002).
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit
dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain),
respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit
kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut. (Brunner & Suddart,
2002). Chepalgia Kronik mengacu pada sakit kepala yang terjadi lebih
dari 15 hari dalam sebulan - dalam beberapa kasus bahkan setiap hari -
selama tiga bulan atau lebih. (Silberstein, 2005).
2. Klasifikasi
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache
Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai
berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepala tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal.
4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis.
Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler
(mis. Tumor otak).
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus
obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik
(hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan
gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma
akut).
12. Neuralgia Kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
3. Etiologi
Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum
yaitu :
a. Penggunaan obat yang berlebihan.
b. Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak
kesebuah keadaan tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala.
Penggunaan obat yang berlebihan dapat menyebabkan
rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
c. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala,
termasuk sakit kepala kronis. Stress menyebabkan pembuluh
darah di otak mengalami penegangan sehingga menyebabkan
sakit kepala.
d. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit
kepala. Karena hanya sewaktu istirahat atau tidur kerja
seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
e. Kegiatan berlebihan
f. Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu
datangnya sakit kepala, termasuk hubungas seks. Kegiatan
yang berlebihan dapat membuat pembuluh darah di kepala
dan leher mengalami pembengkakan.
g. Kafein.
Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan
efektivitas ketika ditambahkan ke beberapa obat sakit
kepala. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan dapat
memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan
juga dapat menciptakan efek rebound (tambah parah setiap
kali diobati).
h. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala.
Kandungan nikotin dalam rokok dapat membuat pembuluh
darah menyempit.
i. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama
seperti rokok, alkohol juga merupakan faktor risiko umum
penyebab sakit kepala.
j. Penyakit atau infeksi
Seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di
leher, atau bahkan tumor. (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian-bagian
diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-
bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital,
temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan
periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-
bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama
dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-
arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri
tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap bagian-bagian itu dapat
berupa:
a. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
b. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan
subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras
ensefalografi.
c. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti
pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi
alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia
dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska
contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
d. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi (
migren dan cluster headache) dan radang (arteritis
temporalis).
e. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan
dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans
servikalis.
f. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma,
iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi
geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah
leher (spondiloartritis deforman servikalis).
g. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi
psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. (Sylvia G. Price,
1997).
5. Manifestasi Klinis
Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat,
nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu
titik, terjadisecara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi
(Kusuma, 2012).
1. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada
waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi
berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini
dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya
banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat
dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral
merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi.
Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dan
pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan
ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan
kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan
untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini
adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan
gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas
dan pusing. Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi
tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal.
Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan
autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
b. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak
mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah.
Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari
atau beberapa hari.
c. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan
dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya
terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
d. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya
yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk
yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal.
Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan
berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan
menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan
dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit
kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
e. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada
otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit
kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini
perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher.
Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi
kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat.
Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini
merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi,
memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
6. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan diagnostic
CT Scant
Menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan
aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan
saraf pusat.
MRI Scant
Dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan
medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning
dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
Pungsi lumbal
Dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk
pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui
terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor
otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat
pengambilan CSF.
7. Pemeriksaan laboratorium
Gula darah pada penderita chepalgia biasanya meningkat
Hematokrit dan hemoglobin pada penderita chepalgia menurun
Hitung leukosit biasanya meningkat
Kolesterol pada penderita chepalgia biasanya meningkat
Ureum pada penderita chepalgia biasanya meningkat
Kretinin biasanya menurun
Trombosit pada chepalgia biasanya menurun
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
Teliti keluhan intensitas dan karakteristik nyeri,mis : (berat,
berdenyut, lokasinya, lamanya).
Kontrol tekanan tanda-tanda vital
Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, mis: ekspresi
wajah, gelisah.
Kontrol skala nyeri
Berikan kompres hangat dan masase daerah kepala/leher apabila
klien dapat mentoleransi sentuhan.
Ajarkan teknik relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri
Kontrol keseimbangan cairan elektrolit mencakup pemberian
nutrisi dan perhitungan input dan output cairan yang adekuat,
termasuk dalam hal ini pengawasan BAK dan BAB.
Penatalaksanaan medis
Menjaga kesimbangan cairan dan elektrolit
Memberikan obat analgetik nyeri :
Aspirin
Asetaminofen
Ibuprofen
Memberikan obat profilaksis, yang digunakan untuk mencegah
sakit kepala :
Tizanidine
Fluoxetine
Amitriptyline
Topiramate
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan chepalgia meliputi :
a. Cidera serebrovaskuler / Stroke
b. Infeksi intracranial
c. Trauma kranioserebral
d. Cemas
e. Gangguan tidur
f. Depresi
g. Masalah fisik dan psikologis lainnya.
1. Pengkajian
Severity adalah skala nyeri yang dirasakan pasien dapat dinilai dengan
skala 0-5 atau skala 0-10. Timing adalah waktu terjadinya nyeri,
lamanya nyeri berlangsung, dan dalam kondisi seperti apa nyeri itu
2. Diagnosa keperawatan
yaitu diagnosa actual. Diagnosa aktual terdiri dari tiga komponen yaitu
masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda (sign), dan gejala
menjadi dua yaitu mayor dan minor. Tanda dan gejala pada nyeri akut
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Tanda dan gejala minor yaitu,
merupakan suatu proses sistematis yang terdiri atas tiga tahap yaitu
diagnosa keperawatan yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu nyeri
3. Perencanaan
pernapasan dan teknik distraksi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
efek yang lebih baik, adekuat, atau efektif (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2018).
Tabel 1
Tujuan Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Intervensi
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) pada nyeri akut
Hasil
Nyeri akut berhubungan
waspada,menghindari nyeri),
4. Implementasi
terdiri dari dua tipe dasar tindakan keperawatan yaitu farmakologi dan
kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan
5. Evaluasi keperawatan
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
tindakan yang diberikan. Pada pasien cephalgia dengan nyeri akut diharapkan
dengan tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik kesimpulan dari tiga
1. Chepalgia (nyeri kepala) adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk
nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian
belakang. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling
headache
4. Pemeriksaan penunjang : CT. Scant, MRI Scant, pungsi lumbal
B. Saran
mengalami chepalgia.
Namun penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami
penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkannya.