TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala.
Cephalgia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo
dan algos. Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri.
Nyeri kepala atau Cephalgia adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak
pada daerah kepala, termasuk meliputi daerah wajah, leher dan tengkuk (kuduk/
leher bagian belakang) (Perdana & Sutysna, 2021).
Nyeri kepala merupakan perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang seluruh daerah kepala dengan batas dari bawah dagu
sampai belakang kepala. Sebagian besar nyeri kepala yang terjadi tidak serius dan
bisa diatasi dengan mudah, seperti dengan meminum obat anti nyeri, minum air
putih yang cukup, dan lebih banyak istirahat. Namun ada beberapa jenis sakit
kepala yang sakit kepala yang memerlukan penanganan yang lebih serius
(Sembiring, 2018).
Nyeri kepala adalah keluhan paling umum dalam masyarakat dan lebih
dari 90% populasi pernah mengalami nyeri kepala. Nyeri kepala tidak memiliki
jangka waktu tertentu. Gangguan rasa nyaman ini dapat berlangsung kurang dari
satu jam atau bahkan selama beberapa hari, serta dapat muncul secara tiba-tiba
atau perlahan-lahan(Sembiring, 2018). Kita harus waspada bila nyeri kepala
disertai muntah dan tengkuk kaku, sampai dagu tidak bisa ditundukkan sampai ke
dada. Gejala-gejala ini menunjukkan kemungkin- an adanya radang selaput otak
(meningitis), yang terutama diderita anak kecil. Bila infeksi kuman ini tidak
segera diobati (dengan antibiotika), maka sering kali bersifat fatal (Rahardja,
2010).
B. Etiologi
Menurut Baharuddin, 2013 dalam (Safitri, 2022) Penyebab nyeri kepala
banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi yang tidak berbahaya
(terutama bila kronik dan kambuhan), namun nyeri kepala yang timbul pertama
kali
dan akut awas ini adalah manifestasi awal dari penyakit sistemik atau suatu proses
intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang lebih teliti.
Menurut Papdi, 2012 dalam (Safitri, 2022) sakit kepala sering berkembang
dari sejumlah faktor resiko yang umum yaitu:
D. Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-
bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-
bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan
frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak
sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri
terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi
sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari
jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial,
penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema
serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi
umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian
obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren
dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,
seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar
III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman
servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik
pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing
kepala
F. Penatalaksanaan
Berbagai pilihan pengobatan yang tersedia untuk manajemen nyeri kepala
primer, termasuk intervensi farmakologis dan non farmakologis. Pilihan
pengobatan tergantung pada diagnosis pasien, morbiditas, tingkat kecacatan dan
preferensi. Managemen gaya hidup dapat membantu pasien dengan nyeri kepala
episodic, seperti sebagai migren atau nyeri kepala tipe tegang. Manajemen
mencakupi identifikasi pemicu, mengoptimalkan tidur, olahraga teratur, reduksi
stress dan menjamin keteraturan makan. Faktor-faktor ini sering di bahas secara
tidak langsung selama penilaian keperawatan primer dan pengaturan perawatan
sekunder. (Yastiti & Astri, 2020)
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Weiner & Levitt, 2001) Pemeriksaan laboratorium pada
penderita nyeri kepala tergantung pada gambaran klinis setelah mendapatkan
riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan. Pada semua penderita nyeri kepala
dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimiawi penyaring, dan
LED. Pemeriksaan lainnya bersifat individual.
1. Bila curiga nyeri kepala tegang dan pemeriksaan normal, terapi tanpa
pemeriksaan laboratorium lanjut dapat diper tanggungjawabkan.
2. Pada sebagian besar penderita migren klasik atau migren umum layak
untuk dilakukan pemeriksaan CT-scan atau MRI yang dapat
mengidentifikasi adanya proses lain seperti AVM atau infark akibat
migren.
3. CT-scan atau MRI dianjurkan untuk diperiksa pada penderita dengan
gejala fokal atau adanya peningkatan tekanan intracranial
4. EEG (Elektroensefalogram) kadang dapat membantu sebagai
pemeriksaan tam bahan (non-invasif) pada lesi fokal, hematoma subdural,
atau ensefalopati metabolik. EEG dapat abnormal pada pen derita migren.
H. Komplikasi
Menurut (Nurmala, 2022)Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
chepalgia meliputi:
1. Infeksi intracranial
2. Trauma kranioserebral
3. Cemas
4. Depresi
5. Gangguan tidur
6. Masalah fisik dan psikologis lainnya
BAB II
TINJAUAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur (paling banyak terjadi pada usia 25-65 tahun), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
13
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien chepalgia
menurut (Tim Pokja SDKI, 2017)
1. Nyeri Akut
a. Defenisi: Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadakan
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisionlis (Mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
Tampak meringis,Bersikap protektif , Gelisah, Frekuensi nadi meningkat,
Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diafosis
2. Gangguan Pola Tidur
a. Defenisi:
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
b. Penyebab
14
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh sulitt tidur
2) Mngeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif
(tidak tersedia)
3. Defisit Nutrisi
a. Defenisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi
15
6) Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
C. Intervensi
1. Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan tingkat nyeri menurun.
Kriteria Hasil: Pasien mampu menuntaskan aktivitas, Pasien mampu
menuntaskan aktivitas, Keluhan nyeri menurun, Meringis menurun, Sikap
protektif menurun, Kesulitan tidur menurun, Menarik diri menurun,
Berfokus pada diri sendiri menurun,
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi : Manajemen Nyeri
(Tim Pokja SIKI, 2018) (Tim Pokja SLKI, 2019)
16
Manajemen Nyeri Rasional
Manajemen Nyeri Obeservasi
1. Untuk mengetahui lokasi,
Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas nyeri yang
durasi, frekuensi, kualitas, dirasakan oleh klien
intensitas nyeri 2. Mengetahui membantu
2. Identifikasi respon nyeri nonverbal mengetahui respon nyeri atau
3. Identifikasi faktor yang skala nyeri yang dirasakan oleh
memperberat dan memperingan klien
nyeri 3. Untuk mengurangi faktor
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada penyebab nyeri yang
kualitas tidur dirasakan klien
5. Monitor efek samping penggunaan 4. Untuk mengetahui
analgetik kualitas tidur pada klien
Terapeutik 5. Untuk mengetahui apakah ada
1. Berikan teknik nonfarmakologis alergi obat atau tidak pada
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. klien
TENS, hypnosis akupresure, terapi Terapeutik
music, biofeedback, terapi pijat, 1. Untuk mengalihkan dan
aroma terapi, teknik imajinasi menurunkan rasa nyeri yang
terbimbing kompres hangat/dingin, dialami oleh klien
terapi bermain) 2. Untuk membantu klien agar
2. Kontrol lingkungan yang dapat istirahat dengan baik
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu Edukasi
ruangan, pencahayaan, kebisingan) 1. Membantu keluarga
Edukasi secara mandiri dalam
strategi meredakan nyeri
1. Jelaskan kepada keluarga strategi 2. Membantu keluarga
meredakan nyeri meredakan nyeri dengan
2. Ajarkan teknik nonfarmakolgis tehnik nonfarmakolgi (mis.
untuk mengurangi rasa nyeri terapi murottal)
kepada keluarga Kolaborasi
Kalaborasi 1. Untuk membantu mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh klien
1. Kalaborasi memberikan antibiotik, jika
perlu
17
Dukungan Tidur Rasional
Dukungan Tidur Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui pola
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur aktivitas tidur pasien
2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui faktor-
pengganggu tidur (fisik atau faktor yang dapat mengganggu
psikologis) tidur
3. Identifikasi makanan dan minuman 3. Minuman yang
yang mengganggu tidur (mis. Kopi, mengandung kafein dapat
teh, alcohol, makanan mendekati menyebabkan terjaga
waktu tidur, minum banyak sepanjang malam
sebelum tidur) 4. Untuk mengetahui obat yang
4. Identifikasi obat tidur yang digunakan untuk membantu
dikonsumsi pasien tidur
Terapeutik Terapeutik
1. Lingkungan yang nyaman
1. Modifikasi lingkungan (mis. dan tidak bising membuat
Pencahayaan, kebisingan, suhu, pasien dapat tidur nyeyak
matras, dan tempat tidur) 2. Tidur siang ketika malam
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu hari dapat mebuat tidak bisa
3. Fasilitasi menghilangkan tidur
stress sebelum tidur 3. Stres atau banyak fikiran
4. Tetapkan jadwal tidur rutin menyebabkan tidur tidak
5. Lakukan prosedur untuk nyenyak
meningkatkan kenyamanan 4. Relaksasi seperti pijat
(mis, pijat, mengatur posisi dan memberikan rasa nyaman,
terapi akupresure) tenang dan mengembalikan
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat energi. Rasa tenang dan
dana atau tindakan untuk nyaman akan membuat tidur
menunjang siklus tidur terjaga lebih nyeyak
Edukasi 5. Ketika pasien tidak mampu
lagi tidur dengan teknik non
1. Jelaskan pentingnya tidur
farmakologi maka dibutuhkan
cukup selama sakit
teknik farmakolgi agar pasien
2. Anjurkan menepati
dapat tidur nyeyak
kebiasaan waktu tidur Edukasi
3. Anjurkan menghindari
1. Dengan menjaga pola tidur
makanan/minuman yang
dapat menjaga fungsi tubuh
mengganggu tidur
dan menjaga kesehatan
4. Ajarkan relaksasi otot autogenik
tubuh
atau cara nonfarmakologi
2. Dengan mengatur jam tidur
(terapi relaksasi napas dalam)
maka akan mengubah irama
5. Ajarkan faktor-faktor yang
srikandi menjadi normal
berkontribusi terhadap gangguan
(terjaga disiang hari dan tidur
pola tidur (mis, psikologis, gaya
dimalam hari)
hidup, sering berubah shift saat
3. Minuman yang mengandung
bekerja)
kafein dapat membuat tetap
terjaga dimalam hari.
4. Terapi relaksasi dapat
meningakatkan kenyamanan
dan membuat tidur nyeyak
5. Mengajarkan faktor-
18
faktor yang membuat
terjaga
19
dimalam hari penting
3. Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan status nutrisi membaik
Kriteria Hasil: Porsi maknan yang dihabiskan meningkat, kekuatan otot
mengunya makanan meningkat, verbalisasi keinginan untuk meningkatkan
nutrisi meningkat,perasaan cepat kenyang menurun, nyeri abdomen
menurun, diare menurun, frekuensi makan membaik. Nafsu makan
membaik,bising usus membaik, membrane mukosa membaik
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi : Manajemen Nutrisi
(Tim Pokja SIKI, 2018)
Manajemen Nutrisi Rasional
Manajemen Nutrisi Observasi
1. Untuk mengetahui status nutrisi
Observasi 2. Untuk mengetahui alergi dan
1. Identifikasi status nutrisi intoleransi makanan
2. Identifikasi alergi dan intoleransi 3. Untuk mengetahui makanan
makanan yang disukai
3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Untuk mengetahui kebutuhan
4. Identifikasi kebutuhan kalorl dan kalorl dan jenis nutrien
jenis nutrien 5. Untuk mengetahui perlunya
5. Identifikasi perlunya penggunaan penggunaan selang nasogastrik
selang nasogastrik 6. Untuk memantau asupan
6. Monitor asupan 7. Untuk memantau berat badan
7. Monitor berat badan 8. Untuk memantau hasil
8. Monitor hasil pemeriksaan pemeriksaan laboratorium
laboratorium Terapeutik
Terapeutik 1. Mulut yang bersih akan
1. Lakukan oral hygiene sebelum meningkatkan nafsu makan
makan, jika perlu 2. Agar tercapai program diet
2. Fasilitasi menentukan pedoman yang telah ditentukan
diet (mis. piramida makanan) 3. Agar meningkatkan nafsu
3. Sajikan makanan secara menarik makan
dan suhu yang sesuai 4. Makanan tinggi serat sangat
4. Berikan makanan tinggi serat berguna bagi tubuh dan mudah
untuk mencegah konstipasi dicernah oleh tubuh
5. Berikan makanan tinggi kalori dan 5. Makanan tinggi protein dan
tinggi protein kalori dibutuhkan oleh tubuh
Edukasi untuk dalam membentuk energi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu yangdibutuhkan tubuh setiap
2. Ajarkan diet yang diprogramkan harinya
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Posisi duduk ssat makan dapat
sebelum makan (mis. pereda nyeri, mecegah erjadinya aspirasi
antiemetik), Jika perlu Kolaborasi
20
dengan ahli gizi untuk menentukan atau makanan keluar kembali,
jumlah kalori dan jenis nutrien dan mnecegah tersedak
yang dibutuhkan, jika perlu 2. Agar pasien dan keluarga
mengerti program diet yangs
edang dijalani
Kolaborasi
1. Untuk membantu meningkatkan
nafsu makan pasien dengan
bantuan farmakologi
D. Implementasi
Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Penatalaksanaan nyeri adalah
pengurangan nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien.
Penatalaksanaan tersebut terdiri dari dua tipe dasar tindakan keperawatan yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi (Safitri, 2022). Tindakan- tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan mengacu pada SIKI
yang telah dibuat pada rencana keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan
rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum
tercapai, intervensi yang sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat
berupa struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Safitri, 2022).
21
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan yang diberikan. Pada pasien cephalgia dengan nyeri akut
diharapkan keluhan nyeri berkurang.
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan.
c. Analysis, yaitu membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik kesimpulan dari tiga
kemungkinan simpulan, yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukan perubahan dan
kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2) Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukan adanya
perubahan kearah kemajuan.
d. Planning, yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
22
DAFTAR PUSTAKA
Perdana, T. S. R., & Sutysna, H. (2021). Efek Terapi Bekam Basah Terhadap
Skala Nyeri dan Kualitas Hidup Pada Penderita Nyeri Kepala Tension Type
Headche di Rumah Bekam Kota Medan Tahun 2020. Jurnal Ilmiah
Maksitek, 6(2).
Tim Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI.
Weiner, H. L., & Levitt, L. P. (2001). Buku Saku Neurologi Edisi 5. Buku
Kedokteran EGC.
Yastiti, & Astri, N. kedek. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Cepalgia dengan Nyeri Akut di Wilayah Kerja UPT Kesmas Klungkung I
Tahun 2020. POLTEKES Denpasar.
23