Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala.
Cephalgia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo
dan algos. Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri.
Nyeri kepala atau Cephalgia adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak
pada daerah kepala, termasuk meliputi daerah wajah, leher dan tengkuk (kuduk/
leher bagian belakang) (Perdana & Sutysna, 2021).

Nyeri kepala merupakan perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang seluruh daerah kepala dengan batas dari bawah dagu
sampai belakang kepala. Sebagian besar nyeri kepala yang terjadi tidak serius dan
bisa diatasi dengan mudah, seperti dengan meminum obat anti nyeri, minum air
putih yang cukup, dan lebih banyak istirahat. Namun ada beberapa jenis sakit
kepala yang sakit kepala yang memerlukan penanganan yang lebih serius
(Sembiring, 2018).

Nyeri kepala adalah keluhan paling umum dalam masyarakat dan lebih
dari 90% populasi pernah mengalami nyeri kepala. Nyeri kepala tidak memiliki
jangka waktu tertentu. Gangguan rasa nyaman ini dapat berlangsung kurang dari
satu jam atau bahkan selama beberapa hari, serta dapat muncul secara tiba-tiba
atau perlahan-lahan(Sembiring, 2018). Kita harus waspada bila nyeri kepala
disertai muntah dan tengkuk kaku, sampai dagu tidak bisa ditundukkan sampai ke
dada. Gejala-gejala ini menunjukkan kemungkin- an adanya radang selaput otak
(meningitis), yang terutama diderita anak kecil. Bila infeksi kuman ini tidak
segera diobati (dengan antibiotika), maka sering kali bersifat fatal (Rahardja,
2010).

B. Etiologi
Menurut Baharuddin, 2013 dalam (Safitri, 2022) Penyebab nyeri kepala
banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi yang tidak berbahaya
(terutama bila kronik dan kambuhan), namun nyeri kepala yang timbul pertama
kali
dan akut awas ini adalah manifestasi awal dari penyakit sistemik atau suatu proses
intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang lebih teliti.

Menurut Papdi, 2012 dalam (Safitri, 2022) sakit kepala sering berkembang
dari sejumlah faktor resiko yang umum yaitu:

a. Penggunaan obat yang berlebihan


Penggunaan obat yang berlebihan dapat memicu sakit kepala bertambah
parah setiap diobati.
b. Stres
Stres adalah pemicu yang paling umum menyebabkan sakit kepala. Stres
dapat menyebabkan pembuluh darah dibagian otak mengalami
penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala.
c. Masalah tidur
Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit kepala, karena
saat tidur seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
d. Kegiatan berlebihan
Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah di kepala
dan leher mengalami pembengkakan, sehingga efek dari pembengkakan
dan terasa nyeri.
e. Rokok
Kandungan didalam rokok yaitu nikotin yang dapat mengakibatkan
pembuluh darah menyempit, sehingga menyebabkan sakit kepala.
C. Klasifikasi
Menurut (Rahardja, 2010) klasifikasi nyeri kepala (Cephalgia) yaitu:
1. Nyeri kepala kronis.
Bila nyeri berkepanjangan dan tidak bisa sembuh atau terus menerus
kambuh lagi dan menjadi menahun. Hal ini dapat menandakan adanya
suatu gangguan yang lebih serius. Kurang lebih 90% dari nyeri kepala
menahun diperkirakan karena pengerutan otot di daerah kepala akibat
ketegangan, maka biasanya disebut nyeri kepala tegang. Sebagaian
kecil disebabkan
oleh pelebaran pembuluh nadi (vasodilatasi di satu sisi pelipis) seperti
migren dan nyeri kepala “cluster”
2. Nyeri kepala "cluster"
Nyeri kepala cluster adalah nyeri kepala kronis yang, seperti migren,
sering kali timbul sebagai serangan pada satu sisi dari kepala dan biasanya
sekitar atau di belakang sebelah mata. Muka menjadi sangat merah,
lamanya serangan agak singkat (1-2 jam) dan dapat timbul beberapa kali
sehari, terutama waktu malam dan secara teratur pada anak). waktu yang
sama. Keadaan ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Akhirnya nyeri kepala adakalanya hilang secara spontan selama bertahun-
tahun, sampai suatu waktu timbul kembali satu rangkaian (kelompok,
cluster) serangan baru. Terutama kaum pria (90%) usia 20-40 tahun
menderita penyakit ini, tetapi tidak sering terjadi dan diperkira kan tidak
bersifat menurun. Biasanya pen derita adalah perokok berat.
3. Nyeri pada bagian muka
Nyeri kepala pada bagian muka berupa nyeri di sebelah atau di seluruh
muka, yang menurut perkiraan juga disebabkan oleh pelebaran pembuluh
darah. Sering kali nyeri di rasakan terus-menerus dan sewaktu-waktu
diperhebat oleh serangan-serangan, seperti tertusuk-tusuk jarum. Di
samping itu masih dikenal nyeri pada muka yang jarang sekali terjadi,
antara lain radang saraf tertentu (trigeminus neuralgia), yang sebaik nya
tidak diobati sendiri, seperti halnya dengan nyeri kepala cluster dan
migren.
Sedangkan Menurut (Sembiring, 2018). tahun 2013 International Headche
Society mengklasifikasikan nyeri kepala yaitu :

1. Nyeri kepala primer


Nyeri kepala Tension merupakan tipe nyeri kepala yang paling
sering. Tipe ini sering menyerang wanita dibanding pria. Menurut WHO,
ada 1 diantara 20 orang yang mengalami nyeri kepala tension harian.
Nyeri kepala Migrain merupakan tipe kedua yang umum
dikeluhkan. Migrain dapat menyerang anak anak maupun dewasa.
Sebelum masa puberitas, perbandingan anak laki-laki dan
perempuan yang
mengeluhkan migrain seimbang, sedangkan setelah puberitas, kebanyakan
wanita yang mengeluhkan migrain dibanding pria.
Nyeri kepala Cluster merupakan tipe nyeri kepala primer yang
cukup jarang. Biasanya tipe ini dikeluhkan pada pria umur 20-an tahun
dibanding wanita. Nyeri kepala primer dapat mempengaruhi kualitas
hidup. Beberapa orang mungkin dapat mengalami pemulihan yang segera
sementara sedangkan orang lain dapat terus berulang dalam waktu yang
lama. Walau nyeri kepala tipe ini sering dianggap ringan, namun
terkadang keluhan-keluhan ini dapat berkaitan dengan gejala yang
menyerupai gejala stroke atau penyakit serius lainnya.

(Sumber: Sembiring, 2018).


2. Nyeri kepala sekunder
Nyeri kepala sekunder merupakan tipe nyeri kepala yang
diakibatkan oleh masalah struktur mendasar di kepala atau leher. Tipe ini
merupakan kondisi medis yang cukup luas mulai dari nyeri gigi hingga
otak atau infeksi seperti ensefalitis atau meningitis. Beberapa jenis nyeri
kepala sekunder ini antara lain:
a. Nyeri kepala trauma termasuk ke dalam kategori ini. Biasa disebut
Nyeri kepala Post-Konkusi (Post-concussion headaches).
b. Nyeri kepala yang disebabkan oleh kondisi infeksi seperti meningitis.
Infeksi juga dapat berasal dari bagian tubuh lain selain kepala, seperti
yang terjadi pada kasus sinusitis, flu, infeksi telinga, serta infeksi pada
gigi.
c. Nyeri kepala rebound. Nyeri kepala ini disebabkan karena terlalu
banyak mengonsumsi obat pereda sakit.
d. Nyeri kepala akibat penambahan massa dalam kepala misal tumor
otak, dan perdarahan dalam otak.
3. Neuralgia kranialis, nyeri fasialis dan nyeri kepala lainnya
Neuralgia artinya nyeri saraf (neur saraf + algia nyeri). Neuralgia kranialis
menandakan adanya inflamasi pada salah satu dari dua belas saraf
kranialis yang berasal dari otak. Salah satu contoh yang paling sering
adalah trigeminal neuralgia yang melibatkan nervus kranial V (saraf
trigeminal). Nyeri timbul ketika saraf mengalami radang.

D. Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-
bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-
bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan
frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak
sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri
terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi
sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari
jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial,
penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema
serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi
umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian
obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren
dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,
seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar
III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman
servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik
pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing
kepala

Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan


jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan
melalui serabut saraf bermielin A delta (mentransmisikan nyeri yang tajam dan
terlokalisasi) dan saraf bermielin C (mentransmisikan nyeri tumpul dan
menyakitkan) ke kornus dorsalis medulla spinalis, thalamus, dan korteks serebri.
Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasi sebagai kualitas dan
kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun
saraf pusat. Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas
dan dingin), agen kimia, trauma/inflamasi (Iqbal Mubarak,M 2015).

Efek yang ditimbulkan dapat berupa pasien mengeluh nyeri, tampak


meringis, bersikap protektif terhadap lokasi nyeri, menimbulkan kegelisahan,
frekuensi nadi meningkat, pasien mengalami kesulitan tidur, tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dalam kasus tertentu pasien bisa mengalami perubahan proses
berfikir dan diaphoresis.
E. Manifestasi klinis
Menurut (Nurmala, 2022) Adapun tanda dan gejala dari nyeri kepala
(Cephalgia) adalah:

1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.


2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam,
lebih sering didaerah fronto temporal.
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher
bagian bawah.
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di
leher bagian atas menjalar ke depan.
5. Kadang nyeri pada seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka
6. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah
sesuai dengan pulsasi dan selanjutnya konstan
7. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
8. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit
9. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin
10. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
11. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain
12. Kadang-kadang terdapat kelaman neurologik yang menyertai, timbul
kemudian atau mendalului serangan

F. Penatalaksanaan
Berbagai pilihan pengobatan yang tersedia untuk manajemen nyeri kepala
primer, termasuk intervensi farmakologis dan non farmakologis. Pilihan
pengobatan tergantung pada diagnosis pasien, morbiditas, tingkat kecacatan dan
preferensi. Managemen gaya hidup dapat membantu pasien dengan nyeri kepala
episodic, seperti sebagai migren atau nyeri kepala tipe tegang. Manajemen
mencakupi identifikasi pemicu, mengoptimalkan tidur, olahraga teratur, reduksi
stress dan menjamin keteraturan makan. Faktor-faktor ini sering di bahas secara
tidak langsung selama penilaian keperawatan primer dan pengaturan perawatan
sekunder. (Yastiti & Astri, 2020)
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Weiner & Levitt, 2001) Pemeriksaan laboratorium pada
penderita nyeri kepala tergantung pada gambaran klinis setelah mendapatkan
riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan. Pada semua penderita nyeri kepala
dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimiawi penyaring, dan
LED. Pemeriksaan lainnya bersifat individual.

1. Bila curiga nyeri kepala tegang dan pemeriksaan normal, terapi tanpa
pemeriksaan laboratorium lanjut dapat diper tanggungjawabkan.
2. Pada sebagian besar penderita migren klasik atau migren umum layak
untuk dilakukan pemeriksaan CT-scan atau MRI yang dapat
mengidentifikasi adanya proses lain seperti AVM atau infark akibat
migren.
3. CT-scan atau MRI dianjurkan untuk diperiksa pada penderita dengan
gejala fokal atau adanya peningkatan tekanan intracranial
4. EEG (Elektroensefalogram) kadang dapat membantu sebagai
pemeriksaan tam bahan (non-invasif) pada lesi fokal, hematoma subdural,
atau ensefalopati metabolik. EEG dapat abnormal pada pen derita migren.

H. Komplikasi
Menurut (Nurmala, 2022)Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
chepalgia meliputi:

1. Infeksi intracranial
2. Trauma kranioserebral
3. Cemas
4. Depresi
5. Gangguan tidur
6. Masalah fisik dan psikologis lainnya
BAB II
TINJAUAN
KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur (paling banyak terjadi pada usia 25-65 tahun), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama

Mengeluh nyeri/ sakit kepala berlebih


3. Riwayat Penyakit Sekarang
Mengeluh pusing yang berlebih dan nyeri. sakit kepala yang biasa kita
alami yaitu merasakan sakit yang amat sangat pada bagian kepala karena
terlalu banyak aktivitas, sakitnya hanya pada sebagian kepala (migrain)
secara tiba-tiba, mengalami gangguan pencernaan hingga muntah karena
rasa pusing, sangat sensitif terhadap cahaya dan bau, serta terkadang otak
tidak bisa cepat mencerna suatu pelajaran secara maksimal. Semua itu
tentu akan dapat menggangu kegiatan kita sehari-hari.
a. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat
hipertensi
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita penyakit
hipertensi(faktor keturunan atau disebabkan oleh gaya hidup.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas / Istirahat
Lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia
b. Sirkulasi
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah tampak
kemerahan
c. Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
d. Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
e. Neuro sensori
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
f. Kenyamanan
Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
g. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab peran
2. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : komposmetis (sadar)
2) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Hipertensi
- Suhu : Normal
3) Pemeriksaan head to toe
a. Kulit : Warna pucat, kelembaban lembab, suhu hangat,
tekstur halus, turgor baik
b. Kepala/Wajah
- Bentuk muka : simetris
- Keluhan : Nyeri kepala
- Ekspresi : Klien tampak meringis
- Mata/Penglihatan : Ketajaman penglihatan baik, sclera
normal, tidak icterus, pupil normal, konjungtiva tidak anemis
- Hidung / Penciuman : Struktur normal, polip tidak ada,
penciuman normal
- Telinga / Pendengaran : normal
- Mulut : normal
c. Leher : normal
d. Pernapasan : normal

13
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien chepalgia
menurut (Tim Pokja SDKI, 2017)

1. Nyeri Akut
a. Defenisi: Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadakan
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisionlis (Mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
Tampak meringis,Bersikap protektif , Gelisah, Frekuensi nadi meningkat,
Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diafosis
2. Gangguan Pola Tidur
a. Defenisi:
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
b. Penyebab

14
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh sulitt tidur
2) Mngeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif
(tidak tersedia)
3. Defisit Nutrisi
a. Defenisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi

15
6) Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare

C. Intervensi
1. Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan tingkat nyeri menurun.
Kriteria Hasil: Pasien mampu menuntaskan aktivitas, Pasien mampu
menuntaskan aktivitas, Keluhan nyeri menurun, Meringis menurun, Sikap
protektif menurun, Kesulitan tidur menurun, Menarik diri menurun,
Berfokus pada diri sendiri menurun,
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi : Manajemen Nyeri
(Tim Pokja SIKI, 2018) (Tim Pokja SLKI, 2019)

16
Manajemen Nyeri Rasional
Manajemen Nyeri Obeservasi
1. Untuk mengetahui lokasi,
Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas nyeri yang
durasi, frekuensi, kualitas, dirasakan oleh klien
intensitas nyeri 2. Mengetahui membantu
2. Identifikasi respon nyeri nonverbal mengetahui respon nyeri atau
3. Identifikasi faktor yang skala nyeri yang dirasakan oleh
memperberat dan memperingan klien
nyeri 3. Untuk mengurangi faktor
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada penyebab nyeri yang
kualitas tidur dirasakan klien
5. Monitor efek samping penggunaan 4. Untuk mengetahui
analgetik kualitas tidur pada klien
Terapeutik 5. Untuk mengetahui apakah ada
1. Berikan teknik nonfarmakologis alergi obat atau tidak pada
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. klien
TENS, hypnosis akupresure, terapi Terapeutik
music, biofeedback, terapi pijat, 1. Untuk mengalihkan dan
aroma terapi, teknik imajinasi menurunkan rasa nyeri yang
terbimbing kompres hangat/dingin, dialami oleh klien
terapi bermain) 2. Untuk membantu klien agar
2. Kontrol lingkungan yang dapat istirahat dengan baik
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu Edukasi
ruangan, pencahayaan, kebisingan) 1. Membantu keluarga
Edukasi secara mandiri dalam
strategi meredakan nyeri
1. Jelaskan kepada keluarga strategi 2. Membantu keluarga
meredakan nyeri meredakan nyeri dengan
2. Ajarkan teknik nonfarmakolgis tehnik nonfarmakolgi (mis.
untuk mengurangi rasa nyeri terapi murottal)
kepada keluarga Kolaborasi
Kalaborasi 1. Untuk membantu mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh klien
1. Kalaborasi memberikan antibiotik, jika
perlu

2. Gangguan Pola Tidur


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan pola tidur membaik
Kriteria Hasil: Keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga
menurun, keluhan pola tidur berubah menurun, keluhan istirahat tidak
cukup menurun, kemampuan beraktivitas meningkat
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi : Manajemen Nyeri
(Tim Pokja SIKI, 2018)

17
Dukungan Tidur Rasional
Dukungan Tidur Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui pola
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur aktivitas tidur pasien
2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui faktor-
pengganggu tidur (fisik atau faktor yang dapat mengganggu
psikologis) tidur
3. Identifikasi makanan dan minuman 3. Minuman yang
yang mengganggu tidur (mis. Kopi, mengandung kafein dapat
teh, alcohol, makanan mendekati menyebabkan terjaga
waktu tidur, minum banyak sepanjang malam
sebelum tidur) 4. Untuk mengetahui obat yang
4. Identifikasi obat tidur yang digunakan untuk membantu
dikonsumsi pasien tidur
Terapeutik Terapeutik
1. Lingkungan yang nyaman
1. Modifikasi lingkungan (mis. dan tidak bising membuat
Pencahayaan, kebisingan, suhu, pasien dapat tidur nyeyak
matras, dan tempat tidur) 2. Tidur siang ketika malam
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu hari dapat mebuat tidak bisa
3. Fasilitasi menghilangkan tidur
stress sebelum tidur 3. Stres atau banyak fikiran
4. Tetapkan jadwal tidur rutin menyebabkan tidur tidak
5. Lakukan prosedur untuk nyenyak
meningkatkan kenyamanan 4. Relaksasi seperti pijat
(mis, pijat, mengatur posisi dan memberikan rasa nyaman,
terapi akupresure) tenang dan mengembalikan
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat energi. Rasa tenang dan
dana atau tindakan untuk nyaman akan membuat tidur
menunjang siklus tidur terjaga lebih nyeyak
Edukasi 5. Ketika pasien tidak mampu
lagi tidur dengan teknik non
1. Jelaskan pentingnya tidur
farmakologi maka dibutuhkan
cukup selama sakit
teknik farmakolgi agar pasien
2. Anjurkan menepati
dapat tidur nyeyak
kebiasaan waktu tidur Edukasi
3. Anjurkan menghindari
1. Dengan menjaga pola tidur
makanan/minuman yang
dapat menjaga fungsi tubuh
mengganggu tidur
dan menjaga kesehatan
4. Ajarkan relaksasi otot autogenik
tubuh
atau cara nonfarmakologi
2. Dengan mengatur jam tidur
(terapi relaksasi napas dalam)
maka akan mengubah irama
5. Ajarkan faktor-faktor yang
srikandi menjadi normal
berkontribusi terhadap gangguan
(terjaga disiang hari dan tidur
pola tidur (mis, psikologis, gaya
dimalam hari)
hidup, sering berubah shift saat
3. Minuman yang mengandung
bekerja)
kafein dapat membuat tetap
terjaga dimalam hari.
4. Terapi relaksasi dapat
meningakatkan kenyamanan
dan membuat tidur nyeyak
5. Mengajarkan faktor-
18
faktor yang membuat
terjaga

19
dimalam hari penting
3. Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan status nutrisi membaik
Kriteria Hasil: Porsi maknan yang dihabiskan meningkat, kekuatan otot
mengunya makanan meningkat, verbalisasi keinginan untuk meningkatkan
nutrisi meningkat,perasaan cepat kenyang menurun, nyeri abdomen
menurun, diare menurun, frekuensi makan membaik. Nafsu makan
membaik,bising usus membaik, membrane mukosa membaik
Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi : Manajemen Nutrisi
(Tim Pokja SIKI, 2018)
Manajemen Nutrisi Rasional
Manajemen Nutrisi Observasi
1. Untuk mengetahui status nutrisi
Observasi 2. Untuk mengetahui alergi dan
1. Identifikasi status nutrisi intoleransi makanan
2. Identifikasi alergi dan intoleransi 3. Untuk mengetahui makanan
makanan yang disukai
3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Untuk mengetahui kebutuhan
4. Identifikasi kebutuhan kalorl dan kalorl dan jenis nutrien
jenis nutrien 5. Untuk mengetahui perlunya
5. Identifikasi perlunya penggunaan penggunaan selang nasogastrik
selang nasogastrik 6. Untuk memantau asupan
6. Monitor asupan 7. Untuk memantau berat badan
7. Monitor berat badan 8. Untuk memantau hasil
8. Monitor hasil pemeriksaan pemeriksaan laboratorium
laboratorium Terapeutik
Terapeutik 1. Mulut yang bersih akan
1. Lakukan oral hygiene sebelum meningkatkan nafsu makan
makan, jika perlu 2. Agar tercapai program diet
2. Fasilitasi menentukan pedoman yang telah ditentukan
diet (mis. piramida makanan) 3. Agar meningkatkan nafsu
3. Sajikan makanan secara menarik makan
dan suhu yang sesuai 4. Makanan tinggi serat sangat
4. Berikan makanan tinggi serat berguna bagi tubuh dan mudah
untuk mencegah konstipasi dicernah oleh tubuh
5. Berikan makanan tinggi kalori dan 5. Makanan tinggi protein dan
tinggi protein kalori dibutuhkan oleh tubuh
Edukasi untuk dalam membentuk energi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu yangdibutuhkan tubuh setiap
2. Ajarkan diet yang diprogramkan harinya
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Posisi duduk ssat makan dapat
sebelum makan (mis. pereda nyeri, mecegah erjadinya aspirasi
antiemetik), Jika perlu Kolaborasi

20
dengan ahli gizi untuk menentukan atau makanan keluar kembali,
jumlah kalori dan jenis nutrien dan mnecegah tersedak
yang dibutuhkan, jika perlu 2. Agar pasien dan keluarga
mengerti program diet yangs
edang dijalani
Kolaborasi
1. Untuk membantu meningkatkan
nafsu makan pasien dengan
bantuan farmakologi

D. Implementasi
Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Penatalaksanaan nyeri adalah
pengurangan nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien.
Penatalaksanaan tersebut terdiri dari dua tipe dasar tindakan keperawatan yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi (Safitri, 2022). Tindakan- tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan mengacu pada SIKI
yang telah dibuat pada rencana keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan
rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum
tercapai, intervensi yang sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat
berupa struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Safitri, 2022).

Menurut (Safitri, 2022). Format yang digunakan dalam tahap evaluasi


menurut Alimul yaitu format SOAP yang terdiri dari :

21
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan yang diberikan. Pada pasien cephalgia dengan nyeri akut
diharapkan keluhan nyeri berkurang.
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan.
c. Analysis, yaitu membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik kesimpulan dari tiga
kemungkinan simpulan, yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukan perubahan dan
kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2) Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukan adanya
perubahan kearah kemajuan.
d. Planning, yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Nurmala, M. (2022). Laporan Pendahuluan Chelpagia. Acamedemia Edu.


https://www.academia.edu/41951422/LAPORAN_PENDAHULUAN_CHEP
ALGIA

Perdana, T. S. R., & Sutysna, H. (2021). Efek Terapi Bekam Basah Terhadap
Skala Nyeri dan Kualitas Hidup Pada Penderita Nyeri Kepala Tension Type
Headche di Rumah Bekam Kota Medan Tahun 2020. Jurnal Ilmiah
Maksitek, 6(2).

Rahardja, K. (2010). Obat- Obat Sederhana Gangguan Saki Sehari-hari. PT Elex


Media Komputindo. https://books.google.co.id/books?
id=M2lbDwAAQBAJ&pg=PA52&dq=nye
ri+kepala+kronik&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_
search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwj9m9LXxP36AhUqSWwGHRJ_A
8k4ChDoAXoECAcQAw#v=onepage&q&f=false

Safitri, R. D. (2022). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny S dengan


Cepalgia di Rs Universitas Tanjugpura Pontianak [Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak].
https://repo.stikmuhptk.ac.id/jspui/bitstream/123456789/258/1/KIA RADIT
A DWI SAFITRI.pdf

Sembiring, S. P. K. (2018). Nyeri Kepala: Kenali dan Cegah. SamuelKarta.com.


https://books.google.co.id/books?id=qptVDwAAQBAJ&pg=PT2&dq=buku
+nyeri+kepala&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_sea
rch&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwi8seDzyf36AhVyRmwGHZ8fDzsQ6
AF6BAgEEAM#v=onepage&q=buku nyeri kepala&f=false

Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi


dan Indikator Diagnostik. DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Komunitas Indonesia:


Defenisi dan Tindakan Keperawatan. DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI.

Weiner, H. L., & Levitt, L. P. (2001). Buku Saku Neurologi Edisi 5. Buku
Kedokteran EGC.
Yastiti, & Astri, N. kedek. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Cepalgia dengan Nyeri Akut di Wilayah Kerja UPT Kesmas Klungkung I
Tahun 2020. POLTEKES Denpasar.

23

Anda mungkin juga menyukai