Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Chepalgia adalah rasa nyeri atau rasa yang tidak mengenakkan pada seluruh
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala
(daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008).

Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.Chepalgia atau sakit
kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada
kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit
organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
(Weiner& Levitt, 2005).

1.2 Etiologi
Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko
yang umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaan
tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan
dapat menyebabkan rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit
kepala kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami
penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala.Karena
hanya sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit
kepala, termasuk hubungan seks.Kegiatan yang berlebihan dapat membuat
pembuluh darah di kepala dan leher mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketika
ditambahkan kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala
berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan
juga dapat menciptakan efek rebound (tambah parah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala.Kandungan nikotin
dalam rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol

Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak.Sama seperti rokok,


alkohol juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.

8. Penyakit atau infeksi seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di
leher atau bahkan tumor.
1.3 Manifestasi
1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.
2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebih
sering didaerah fronto temporal .
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher
bagian bawah.
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher
bagian atas menjalar ke depan.
5. Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka.
6. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah
sesuai dengan pulsasi dan selanjutnya konstan.
7. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
8. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
9. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
10. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
11. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.
12. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul
kemudian atau mendahului serangan.
1.4 Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan
diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit
kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium.Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri.Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges,
terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-
arteri besar pada basis otak.Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka
nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan
jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan
intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi
umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian
obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer
akut).
5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,
seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III
yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
8. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada
keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing
kepala (Sylvia, 1997)
1.5 Pathway
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi
masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragi Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV
atau space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat
episode sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal, meningkat
pada inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS,
adanya sel-sel abnormal dan infeksi.
1.7 Komplikasi
a. Cidera serebrovaskuler / Stroke
b. Infeksi intracranial
c. Trauma kranioserebral
d. Cemas
e. Gangguan tidur
f. Depresi
1.8 Penatalaksanaan
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang
mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau
vasokonstriktor. Obat-obat untuk terapi abortif
1) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
2) NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan
pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine. Pilihan lain :
ibuprofen, ketorolak
3) Golongan triptan
a) Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi menghambat
pelepasan takikinin, memblok inflamasi neurogenik Efikasinya setara
dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih cepat
b) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
c) Ergotamin : Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi
reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan yang
berat
d) Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-
30 min sebelum terapi antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
e) Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate.Contoh :
butorphanol
c. Obat untuk terapi profilaksis
1) Beta bloker merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh:
atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan trisiklik Pilihan:
amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin, nortriptilin Punya efek
antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien glaukoma atau hiperplasia
prostat
2) Metisergid merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2.
Asam/Na Valproat dapat menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada
80% penderita migraine.
3) NSAID ( Aspirin dan naproksen ) terbukti cukup efektif , tidak disarankan
penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan gangguan GI
4) Verapamil merupakan terapi lini kedua atau ketiga
5) Topiramat sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migrain

2. Sakit kepala tegang otot


a. Terapi Non-farmakologi
1) Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai
30 menit.
2) Perubahan posisi tidur.
3) Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
4)Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah, pencahayaan yang tepat
untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televisi
6) Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
7) Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
b. Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri
Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau
naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek
analgesic.Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti
mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi.Pilihan
obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya.
Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache
3. Cluster headache
a. Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan
(profilaksis)
b. Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
c. Obat-obat terapi abortif:
1) Oksigen
2) Ergotamin. Dosis sama dengan dosis untuk migrain
3) Sumatriptan. Obat-obat untuk terapi profilaksis : Verapamil, Litium,
Ergotamin, Metisergid, Kortikosteroid, Topiramat
1.9 Konsep Keperawatan
1.1.1 Pengkajian
a) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur (paling banyak terjadi pada usia 25-65 tahun), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
b) Keluhan utama
Mengeluh nyeri/ sakit kepala berlebih
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Mengeluh pusing yang berlebih dan nyeri. sakit kepala yang biasa kita
alami yaitu merasakan sakit yang amat sangat pada bagian kepala karena
terlalu banyak aktivitas, sakitnya hanya pada sebagian kepala (migrain)
secara tiba-tiba, mengalami gangguan pencernaan hingga muntah karena
rasa pusing, sangat sensitif terhadap cahaya dan bau, serta terkadang otak
tidak bisa cepat mencerna suatu pelajaran secara maksimal. Semua itu
tentu akan dapat menggangu kegiatan kita sehari-hari.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita penyakit hipertensi(faktor
keturunan atau disebabkan oleh gaya hidup.
f) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas / Istirahat
Lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia
b. Sirkulasi
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah tampak
kemerahan
c. Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
d. Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
e. Neuro sensori
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
f.Kenyamanan
Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
g.Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab peran
g) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : komposmetis (sadar)
2. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Hipertensi
- Suhu : Normal
3. Pemeriksaan head to toe
a. Kulit : Warna pucat, kelembaban lembab, suhu hangat, tekstur halus,
turgor baik
b. Kepala/Wajah
- Bentuk muka : Simetris
- Keluhan : Nyeri kepala
- Ekspresi : Klien tampak meringis
- Mata/Penglihatan : Ketajaman penglihatan baik, sclera normal,
tidak icterus, pupil normal, konjungtiva tidak anemis
- Hidung / Penciuman : Struktur normal, polip tidak ada, penciuman
normal
- Telinga / Pendengaran : normal
- Mulut : normal
c. Leher : normal
d. Pernapasan : normal
4. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi
masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragi Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi
tentang biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV
atau space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat
episode sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi
migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal,
meningkat pada inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS,
adanya sel-sel abnormal dan infeksi.
1.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan memasukkan / mencerna dan mengabsorbsi
makanan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia
1.1.3 Perencanaan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR
N TANG DITEGAKKAN / URAIAN AKTIVITAS RENCANA
O GAL KODE SERTA SKOR AWAL DAN TINDAKAN (NIC)
DIAGNOSA SKOR TARGET

KEPERAWATAN

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Menejemen Nyeri (1400)


berhubungan tindakankeperawatan selama 2x24
1. Kaji tingkat nyeri,meliputi :
dengan agen cedera jam,diharapakan nyeri berkurang
lokasi,karakteristik,dan
fisik atau trauma dengan kriteria hasil:
onset,durasi,frekuensi,kualitas,
(kode : 00132) Tingkat Nyeri (2102) intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor
presipitasi.
Kod Indikator S.A. S.T.
e 2. Berikan informasi tentang nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi
2102 Nyeri 2 5
01 yang 4. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
dilaporkan
5. Turunkan dan hilangkan faktor yang
2102 Ekspresi 2 5 dapat meningkatkan nyeri
06 Nyeri
wajah Monitor tanda-tanda vital (6680)

2102 Mengeluar 3 5 1. Monitor tekanan darah, Suhu dan Nadi.


25 kan
keringat Pemberian analgesik (2210)

2102 Frekwensi 3 5 1. Cek adanya riwayat alergi obat


10 nafas
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
2102 Tekanan 3 5 dosis dan frekwensi obat yang diberikan
12 darah
3. Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya
Keterangan indikator (2102):

1= Berat

2= Cukup berat

3= Sedang

4= Ringan

5= Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Paul D. 2008. Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia.Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Intansari Nurjannah dan
Roxsana Devi T. Jakarta/United Kingdom: Elsevier

Elizabeth A. Martin. 2010. Concise Medical Dictionary. [serial online]


https://books.google.co.id/books/about/Concise_Medical_Dictionary.html?id=
Zs8ZM4OUurcC&redir_esc=y diakses pada tanggal 10 Januari 2018

Headache Classification Comittee of International Headache Society. 2013. The


International Classification of Headache Disorders. 3rd edn. Cephalgia 33(9):
659: 62

Moorhead, Sue., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi 5.


Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Intansari Nurjannah dan
Roxsana Devi T. Jakarta/United Kingdom: Elsevier

Nanda.2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Edisi 10.Jakarta : EGC

Sjahrir, Hasan. 2004. Patofisiologi Nyeri Kepala. Jogjakarta: Pustaka Cendekia Press
Sjahrir, Hasan. 2008. Nyeri Kepala dan Vertigo. Jogjakarta: Pustaka Cendekia Press

Sylvia G. Price. 1997. Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. Jakarta :
EGC

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC

Zwart JA, Dyb G, Holmen TL, Stovner LJ, Sand T. 2004. The prevalence of migraine
and tension-type headaches among adolescents in Norway The Nord-
Trondelag Health Study (Head-HUNT-Youth), a large population-based
epidemiological study. Cephalalgia. 24(5):373–379. doi: 10.1111/j.1468-
2982.2004.00680.x.

Anda mungkin juga menyukai